i
PENERAPAN PENDEKATAN STUDENT CENTERED LEARNING
DENGAN METODE INKUIRI TERBIMBING UNTUK MENINGKATKAN
MINAT DAN PRESTASI BELAJAR IPA SISWA KELAS V
SD KANISIUS NGLINGGI
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Progam Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Disusun oleh :
Muchlis Wicaksono
101134160
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
iv
PERSEMBAHAN
Dengan tulus karya ini saya persembahkan kepada:
Allah SWT yang telah memberikan rahmat, hidayah serta anugerahNya dalam kehidupanku.
Bapak dan ibuku yang selalu memberikan nasehat, dukungan, semangat dan doa untukku.
Kakakku yang selalu memberikan nasehat dan dukungan dalam menjalani hidupku.
Anggita Ning Tyas Sari yang tidak pernah bosan selalu memberikan dukungan dan semangat untukku.
Semua teman-teman PGSD angkatan 2010 khususnya kelas D yang telah memberikan banyak pengalaman selama kuliah.
v
MOTTO
Setiap pekerjaan dapat diselesaikan dengan mudah apabila dikerjakan tanpa keengganan.
Hidup memerlukan pengorbanan, dan pengorbanan memerlukan perjuangan.
vi
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa karya ilmiah yang saya tulis tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan pada daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 5 Juni 2014 Peneliti,
vii
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma,
Nama : Muchlis Wicaksono
Nomor Mahasiswa : 101134160
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah yang berjudul: “PENERAPAN PENDEKATAN STUDENT CENTERED LEARNING DENGAN METODE
INKUIRI TERBIMBING UNTUK MENINGKATKAN MINAT DAN
PRESTAS BELAJAR IPA SISWA KELAS V SD KANISIUS NGLINGGI”
beserta perangkat yang diperlukan, (bila ada).
Dengan demikian saya memberikan kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya, selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Yogyakarta, 5 Juni 2014 Yang menyatakan,
viii
ABSTRAK
PENERAPAN PENDEKATAN STUDENT CENTERED LEARNING
DENGAN METODE INKUIRI TERBIMBING UNTUK MENINGKATKAN
MINAT DAN PRESTASI BELAJAR IPA SISWA KELAS V
SD KANISIUS NGLINGGI
Oleh:
Muchlis Wicaksono Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta
Rendahnya keterlibatan siswa terhadap pembelajaran berdampak pada kurang optimalnya minat dan prestasi belajar. Penelitian ini dilakukan untuk meningkatkan minat dan prestasi belajar IPA kelas V SD Kanisius Nglinggi dengan menggunakan pendekatan SCL metode inkuiri terbimbing. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas (PTK), yang dilaksanakan dalam 2 siklus. Siklus I dilaksanakan selama 3 kali pertemuan, sedangkan siklus II dilaksanakan selama 2 kali pertemuan.
Tahap-tahap pembelajaran pada metode inkuiri terbimbing mencangkup pendekatan SCL, setiap tahap memberikan siswa peran yang dominan dalam pembelajaran. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pendekatan SCL dengan metode inkuiri terbimbing meningkatkan minat dan prestasi belajar siswa. Peningkatan minat terlihat dari rata-rata skor minat indikator rasa senang yang meningkat dari 2,83 menjadi 3,58 pada siklus I dan 4,25 pada siklus II. Indikator perhatian meningkat dari 3,01 menjadi 3,60 pada siklus I dan 4,26 pada siklus II. Indikator keterlibatan meningkat dari 2,84 menjadi 3,61 pada siklus I dan menjadi 4,19 pada siklus II. Indikator inisiatif meningkat dari 2,84 menjadi 3,49 pada siklus I dan 4,17 pada siklus II. Persentase siswa yang termasuk dalam kategori minimal cukup berminat meningkat dari 61,11% menjadi 72,22% pada siklus I dan 94,44% pada siklus II. Peningkatan prestasi belajar terlihat dari meningkatnya persentase siswa yang lulus KKM dari 43,47% menjadi 72,22% pada siklus I dan 94,44% pada siklus II. Peningkatan prestasi belajar juga terlihat dari meningkatnya rata-rata nilai kelas dari 58,69 menjadi 70,44 pada siklus I dan 85,25 pada siklus II.
Kata kunci: minat belajar, prestasi belajar, IPA, pendekatan Student Centered
ix
ABSTRACT
THE IMPLEMENTATIAON OF STUDENT CENTERED LEARNING APPROACH WITH GUIDED INQUIRY METHOD TO IMPROVE STUDENTS INTEREST AND ACHIEVEMENT OF SD KANISIUS
NGLINGGI GRADE V IN LEARNING SCIENCE
by:
Muchlis Wicaksono Sanata Dharma University
Yogyakarta
The low participation of students in teaching-learning process gave the less optimum impact to the interest and learning achievement. This research was aimed to improve interest and learning achievement in natural science. The subject of this research was 5 grade students in SD Kanisius Nglinggi. The increased of students interest and learning achievement in natural science was conducted by using SCL approach with guide inquiry method. The type of this research was classroom action research (CAR), was conducted in two cycles. Cycle I had 3 sessions, while the second cycle was conducted over 2 sessions.
The steps of guide inquiri method in learning proces emerged SCL approach, every step in this part gave the students dominant role in teaching-learning process. The result of this research showed that SCL approach with guide inquiri increased the students interest and learning achievement. The increased of students interest can be seen from the increasing of the average score of the student interest indicators. Indicator of pleasure increased from 2,83 to 3,58 in first cycle and 4,25 in the second cycle. Indicator of attention increased from 3,01 to 3,60 in the first cycle and 4,26 in the second cycle. Indicator of involvement increased from 2,84 to 3,61 in the first cycle and 4,19 in the second cycle. Indicator of initiative increased from 2,84 to 3,49 in the first cycle and 4,17 in the second cycle. The percentage of students who passed the category of minimally suffient increased from 61,11% to 72,22% in the first cycle and 94,44% in the second cycle. The inprove of students achievement can be seen from the percentage of students who passed the pass grade. The percentage of the students who passed the pass grade was increased from 43,47% to 82,22% in the first cycle and 94,44% in the second cycle. The increasing of students achievement can be seen from the average of the value of the class which increased from 58,69 to 70,44 in the first cycle and 85,25 in the second cycle.
x
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan segala kenikmatan, rahmat dan HidayahNya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul PENERAPAN PENDEKATAN STUDENT CENTERED LEARNING DENGAN METODE
INKUIRI TERBIMBING UNTUK MENINGKATKAN MINAT DAN
PRESTAS BELAJAR IPA SISWA KELAS V SD KANISIUS NGLINGGI ini dengan baik. Penulisan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Progam Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar.
Dalam penulisan skripsi ini, penulis menyadari bahwa adanya bantuan, bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada :
1. Rohandi, Ph.D selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma.
2. Gregorius Ari Nugrahanta, S.J. S.S., BST., M.A., selaku kepala progam pendidikan PGSD Universitas Sanata Dharma.
3. E. Catur Rismiati, S.Pd., M.A.Ed.D., Wahyu Wido Sari, S.Si., M.Biotech dan Dra. Ignatia Esti Sumarah, M.Hum selaku dosen pembimbing I, II, dan III yang telah bersedia memberikan bimbingan serta arahan selama proses penelitian dan penulisan skripsi hingga selesai.
4. YB. Sumarsa, A. Ma. Pd selaku Kepala SD Kanisius Nglinggi yang telah memerikan ijin untuk melakukan penelitian.
5. E. Eny Widiyati, S. Pd. selaku guru kelas V SD Kanisius Nglinggi yang telah bersedia membantu selama proses penelitian.
6. Siswa-siswa kelas V SD Kanisius Nglinggi selaku subjek penelitian yang telah bersedia membantu selama proses penelitian.
xi
8. Anggita Ning Tyas Sari yang selalu memberikan dukungan dan semangat untukku.
9. Teman-teman PGSD angkatan 2010 untuk semangat, dukungan dan kerjasamanya selama kegiatan perkuliahan.
10.Semua pihak yang memberikan dukungan dalam penyelesaian skripsi ini. Peneliti menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu saran dan kritik yang membangun akan penulis terima dengan senang hati sebagai masukan dalam perbaikan pada penelitian ini. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca dan bagi Progam Studi PGSD Universitas Sanata Dharma.
Yogyakarta, 5 Juni 2014 Peneliti,
xii
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN ... vii
ABSTRAK ... viii
b. Faktor-faktor Minat Belajar ... 16
c. Ciri-ciri Minat Belajar ... 19
d. Indikator Minat Belajar ... 20
e. Klasifikasi Minat Belajar ... 21
3. Prestasi Belajar ... 22
a. Pengertian Prestasi Belajar ... 22
b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar ... 23
4. Pendekatan Student Centered Learning ... 25
a. Pengertian Student Centered Learning... 25
b. Prinsip-prinsip pendekatan Student Centered Learning ... 26
xiii
a. Pengertian Metode Inkuiri ... 28
b. Ciri-ciri Metode Inkuiri ... 29
c. Langkah-langkah Pembelajaran Metode Inkuiri ... 31
d. Jenis Metode Inkuiri ... 33
e. Kekuatan dan Keterbatasan Metode Inkuiri ... 35
f. Inkuiri terbimbing ... 36
2. Rencana Tindakan Setiap Siklus ... 53
D. Teknik Pengumpulan Data ... 66
F. Validitas dan Realibilitas Instrumen Penelitian ... 75
1. Validitas ... 75
2. Cara Menghitung Peningkatan Minat dan Prestasi Belajar ... 104
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHSAN ... 108
xiv
1. Proses Penelitian Tindakan Kelas... 108
2. Minat Belajar ... 139
3. Prestasi Belajar ... 161
B.Pembahasan ... 165
BAB V KESIMPULAN, KETERLIBATAN DAN SARAN ... 176
A.Kesimpulan ... 176
B.Keterbatasan ... 178
C.Saran ... 179
DAFTAR PUSTAKA ... 180
xv
DAFTAR TABEL
Tabel III. 1 Jadwal Penelitian ... 50
Tabel III. 2 Peubah dan Instrumen Penelitian ... 69
Tabel III. 3 Kisi-kisi Kuesioner Minat ... 70
Tabel III. 4 Lembar Pengamatan Minat ... 71
Tabel III. 5 Panduan Wawancara Guru ... 73
Tabel III. 6 Kisi-kisi Soal Evaluasi Siklus 1 Sebelum Validitas ... 74
Tabel III. 7 Kisi-kisi Soal Evaluasi Siklus 2 Sebelum Validitas ... 75
Tabel III. 8 Hasil Skor Penilaian Silabus Siklus 1... 79
Tabel III. 9 Hasil Skor Penilaian Silabus Siklus 2... 80
Tabel III. 10 Hasil Penilaian RPP Siklus 1 ... 81
Tabel III. 11 Hasil Penilaian RPP Siklus 2 ... 82
Tabel III. 12 Hasil Penilaian Soal Evaluasi Siklus 1 ... 83
Tabel III. 13 Hasil Penilaian Soal Evaluasi Siklus 2 ... 84
Tabel III. 14 Hasil Validitas dengan SPSS 16 Soal Evaluasi Siklus 1 ... 87
Tabel III. 15 Kisi-kisi Soal Evaluasi Siklus 1 Setelah Validitas ... 88
Tabel III. 16 Hasil Validitas dengan SPSS 16 Soal Evaluasi Siklus 2 ... 89
Tabel III. 17 Kisi-kisi Soal Evaluasi Siklus 2 Setelah Validitas ... 90
Tabel III. 18 Kriteria Indeks Kesukaran Suatu Item ... 91
Tabel III. 19 Hasil Perhitungan Indeks Kesukaran Item Siklus 1 ... 91
Tabel III. 20 Kisi-kisi Indeks Kesukaran Soal Siklus 1 ... 93
Tabel III. 21 Hasil Perhitungan Indeks Kesukaran Item Siklus 2 ... 94
Tabel III. 22 Kisi-kisi Indeks Kesukaran Soal Siklus 2 ... 95
Tabel III. 23 Hasil Validitas Instrumen Kuesioner Minat... 98
Tabel III. 24 Kisi-kisi Kuesioner Minat Setelah Validitas ... 99
Tabel III. 25 Kriteria Reliabilitas... 100
Tabel III. 26 Reliabilitas Kuesioner Minat... 101
Tabel III. 27 Reliabilitas Soal Evaluasi Siklus 1 ... 101
Tabel III. 28 Reliabilitas Soal Evaluasi Siklus 2 ... 102
Tabel III. 29 Kriteria Keberhasilan Minat dan Prestasi Belajar Siswa ... 103
Tabel III. 30 Bobot Skor Setiap Jawaban Kuesioner ... 105
Tabel III. 31 Kriteria Minat Belajar ... 105
Tabel IV. 1 Hasil Capaian Siklus 1... 125
Tabel IV. 2 Target Capaian Siklus 2 ... 127
Tabel IV. 3 Hasil Capaian Siklus 2... 138
Tabel IV. 4 Data Awal Minat Siswa ... 141
Tabel IV. 5 Rata-rata Skor Data Awal Minat Siswa ... 142
Tabel IV. 6 Data Kuesioner Minat Siswa Pertemuan Pertama Siklus 1 ... 143
xvi
Tabel IV. 8 Data Kuesioner Minat Siswa Pertemuan kedua Siklus 1 ... 146
Tabel IV. 9 Rata-rata Skor Minat Siswa Siklus 1 Pertemuan Kedua ... 147
Tabel IV. 10 Data Kuesioner Minat Siswa Pertemuan ketiga Siklus 1 ... 148
Tabel IV. 11 Rata-rata Skor Minat Siswa Siklus 1 Pertemuan Ketiga ... 149
Tabel IV. 12 Skor Rata-rata Minat Siswa Pada Siklus 1 ... 150
Tabel IV. 13 Ketercapaian Minat Siswa Siklus 1 ... 151
Tabel IV. 14 Data Kuesioner Minat Siswa Pertemuan Pertama Siklus 2 ... 153
Tabel IV. 15 Rata-rata Skor Minat Siswa Siklus 2 Pertemuan Pertama ... 154
Tabel IV. 16 Data Kuesioner Minat Siswa Pertemuan kedua Siklus 2 ... 156
Tabel IV. 17 Rata-rata Skor Minat Siswa Siklus 2 Pertemuan Kedua ... 157
Tabel IV. 18 Rata-rata Skor Minat Belajar Siswa Pada Siklus 2 ... 158
Tabel IV. 19 Hasil Capaian Minat Belajar Siswa Pada Siklus 2 ... 159
Tabel IV. 20 Ketercapaian Minat Belajar Siswa ... 160
Tabel IV. 21 Hasil Capaian Prestasi Belajar Siswa Pada Siklus 1 ... 162
Tabel IV. 22 Hasil Capaian Prestasi Belajar Siswa Pada Siklus 2 ... 163
xvii
DAFTAR GAMBAR
Gambar II. 1 Literatur Map Penelitian-penelitian Relevan ... 43
Gambar III. 1 Siklus Penelitian Tindakan ... 48
Gambar IV. 1 Contoh Hasil LAS Siswa ... 111
Gambar IV. 2 Contoh Hasil Kesimpulan Siswa ... 111
Gambar IV. 3 Contoh Hasil Refleksi Siswa Pada Pertemuan Pertama Siklus 1 ... 112
Gambar IV. 4 Contoh Hasil LAS Siswa Percobaan Pertama ... 114
Gambar IV. 5 Contoh Hasil Kesimpulan Siswa ... 115
Gambar IV. 6 Hasil LAS Siswa Percobaan Kedua... 115
Gambar IV. 7 Contoh Hasil Kesimpulan Siswa ... 116
Gambar IV. 8 Contoh Hasil LAS Siswa Percobaan Ketiga ... 116
Gambar IV. 9 Contoh Hasil Kesimpulan Siswa ... 117
Gambar IV. 10 Contoh Hasil Refleksi Siswa Pada Pertemuan Kedua Siklus 1 ... 118
Gambar IV. 11 Contoh Hasil Pengamatan Siswa ... 119
Gambar IV. 12 Contoh Hasil Pekerjaan Siswa ... 120
Gambar IV. 13 Contoh Hasil Refleksi Siswa Pada Pertemuan Ketiga Siklus 1 ... 121
Gambar IV. 14 Contoh Hasil LAS Siswa Pertemuan Pertama Siklus 2 ... 129
Gambar IV. 15 Contoh Hasil kesimpulan siswa ... 130
Gambar IV. 16 Contoh Hasil Refleksi Siswa Pada Pertemuan Pertama Siklus 2 ... 131
Gambar IV. 17 Contoh Hasil LAS Siswa Percobaan Kedua ... 132
Gambar IV. 18 Contoh Hasil kesimpulan siswa ... 133
Gambar IV. 19 Contoh Hasil Pekerjaan Siswa ... 133
Gambar IV. 20 Contoh Hasil kesimpulan siswa ... 134
Gambar IV. 21 Contoh Hasil Refleksi Siswa Pada Pertemuan Kedua Siklus 2 ... 135
Gambar IV. 22 Rasa Senang Siswa Ketika Melakukan Percobaan ... 167
Gambar IV. 23 Keterlibatan Siswa ... 168
Gambar IV. 24 Inisiatif Siswa ... 169
Gambar IV. 25 Contoh Hasil Kuesioner Siswa Siklus 1 ... 170
Gambar IV. 26 Rasa Senang Siswa Ketika Melakukan Percobaan ... 172
Gambar IV. 27 Kerjasama Siswa Dalam Kelompok ... 173
Gambar IV. 28 Ketertarikan Siswa Saat Melakukan Percobaan ... 173
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Surat Ijin Penelitian ... 184
Lampiran 2. Data Awal ... 186
Lampiran 3. Perangkat Pembelajaran Sebelum Validasi ... 188
Lampiran 4. Perangkat Pembelajaran Sesuadah Validasi ... 277
Lampiran 5. Instrumen penelitian ... 367
Lampiran 6. Validitas dan Indeks Kesukaran ... 380
Lampiran 7. Hasil Observasi ... 398
1
BAB I
PENDAHULUAN
Bab ini berisi uraian tentang latar belakang penelitian, batasan masalah, rumusan masalah, batasan pengertian, pemecahan masalah, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian.
A. Latar Belakang
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah suatu ilmu yang mempelajari tentang alam sekitar, tidak hanya berupa kumpulan fakta, konsep, atau prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan (Samatowa, 2011: 3). Ilmu pengetahuan alam merupakan salah satu mata pelajaran di Sekolah Dasar (SD) yang menyenangkan bagi siswa, hal ini dikarenakan apa yang dipelajari dalam IPA merupakan hal yang sering siswa temukan di dalam kehidupan mereka sehari-hari. Pembelajaran IPA bukan hanya sekedar memahami materi yang ada, tetapi juga memahami bagaimana dan mengapa suatu hal dapat terjadi secara nyata.
Pembelajaran IPA pada dasarnya tidak hanya berorientasi kepada produk atau hasil, tetapi juga harus berorientasi kepada proses belajar
(learning to know). Pembelajaran yang mengutamakan proses belajar akan
pengetahuan dan pemahamannya sendiri tentang konsep yang sedang dipelajari melalui percobaan, sehingga diharapkan akan tumbuh rasa percaya diri dan tanggung jawab dari dalam diri siswa (learning to be). Percaya diri dan tanggung jawab yang tinggi merupakan modal utama bagi siswa untuk hidup dalam masyarakat. Siswa akan diajarkan untuk bekerjasama melalui percobaan sehingga dapat memahami dan menyadari akan adanya setiap perbedaan pandangan antara individu (learning to live together). Siswa juga akan menjadi lebih aktif dalam proses pembelajaran dengan melakukan percobaan. Learning to know, to do, to be, and to live together adalah 4 pilar pendidikan global yang dicetuskan oleh UNESCO (Unesco, 2013: 85).
modal awal untuk mendorong siswa melakukan suatu kegiatan belajar. Siswa yang memiliki minat terhadap proses pembelajaran akan berusaha lebih keras untuk belajar daripada siswa yang tidak memiliki minat atau merasa bosan (Hurlock, 1989: 114).
Minat belajar juga memiliki pengaruh terhadap prestai belajar siswa, hal ini terbukti dengan penelitian yang lakukan oleh Sriyati tentang pengaruh minat belajar dengan prestasi belajar siswa kelas V SD Negeri Soroyudan semester 2 tahun pelajaran 2011/2012 yang menunjukkan bahwa minat belajar memiliki hubungan yang positif dan signifikan terhadap prestsi belajar siswa. Hasil dari penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa minat belajar dapat digunakan untuk meningkatkan prestasi belajar.
Tinggi rendahnya minat siswa terhadap suatu pembelajaran dapat dilihat melalui empat aspek, yaitu: memiliki rasa senang pada saat pembelajaran, memperhatikan saat proses pembelajaran, terlibat dalam proses pembelajaran dan berinisiatif mencari informasi baru. Aspek-aspek tersebut dijabarkan lagi menjadi beberapa indikator yang dapat dijadikan sebagai acuan untuk membuat kuesioner, melakukan observasi, dan wawancara untuk mengetahui minat belajar siswa terhadap pembelajaran IPA.
V. Penyampaian materi IPA di SD sebagian besar masih kurang maksimal, hal ini karena sulitnya mencari media, metode atau model pembelajaran yang menarik dan membuat siswa lebih aktif dalam proses pembelajaran. Media pembelajaran yang dimiliki SD masih sangat terbatas tidak hanya dalam hal jumlah tetapi juga jenisnya. Hal ini dibuktikan dengan pernyataan guru
sebagai berikut. “Ya, media pembelajaran yang dimiliki sekolah juga sangat
terbatas dalam hal jenis dan jumlah sehingga terpaksa dalam melakukan
pembelajaran saya tidak menggunakan media pembelajaran” (komunikasi
pribadi, 9 Oktober 2013). Hal inilah yang membuat dalam proses pembelajaran siswa cenderung hanya terpaku pada buku, lebih banyak duduk tanpa bekerja dalam kelompok, siswa juga kurang memiliki rasa ingin tahu dan lebih banyak diam saat menerima pelajaran dari guru. Guru masih jarang mengadakan pembelajan yang meminta siswa untuk bekerja ke dalam kelompok pada semester ini.
bercanda dengan teman sebangku dan menggoda teman lainnya. Perhatian siswa ketika proses pembelajaran juga masih rendah, hal ini terlihat di dalam kelas masih banyak siswa yang tidak memperhatikan seluruh proses pembelajaran dan hanya sibuk dengan kegiatannya sendiri seperti bermain dengan alat tulis, melamun dan melihat ke luar kelas. Observasi yang dilakukan juga menunjukkan bahwa keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran masih relatif rendah, sedikit sekali siswa yang aktif dalam memberikan tanggapan ketika guru memberikan pertanyaan. Inisiatif siswa untuk mencari informasi baru juga relatif rendah, hanya beberapa siswa yang memiliki sumber belajar lain untuk dipelajari. Guru paket sebenarnya sudah disediakan di dalam kelas, akan tetapi tidak ada siswa yang meminjam untuk dipelajari di rumah.
(rendah). Rata-rata skor pada indikator perhatian siswa dalam pembelajaran sebanyak 3,01 (cukup). Rata-rata skor pada indikator keterlibatan siswa selama proses pembelajaran hanya sebanyak 2,84 (rendah), sedangkan rata-rata skor pada indikator inisiatif untuk mencari informasi baru hanya sebanyak 2,86 (rendah). Hasil perhitungan kuesioner jugamenunjukkan persentase jumlah siswa yang termasuk dalam kategori minimal cukup berminat hanya sebesar 61,11%,.
Peneliti juga meminjam kepada guru kelas dokumen nilai IPA siswa pada tahun sebelumnya setelah memperoleh data tentang minat belajar siswa terhadap pembelajaran IPA. Hal ini dilakukan peneliti untuk melihat prestasi belajar siswa pada mata pelajaran IPA. Dokumen nilai ulangan harian mata pelajaran IPA kelas V SD Kanisius Nglinggi tahun ajaran 2012/2013 yang diberikan guru menunjukkan pada bahasan sifat bahan dari 23 siswa hanya 10 siswa saja yang dapat mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Pada bahasan perubahan sifat benda, dari 23 siswa sebanyak 11 siswa yang dapat mencapai KKM. Kriteria ketuntasan minimal yang ditentukan sekolah untuk mata pelajaran IPA adalah 63,00.
pelajaran dan penggunaan metode yang bervariasi. Oleh sebab itu, untuk meningkatkan minat dan prestasi belajar dibutuhkan suatu konsep pembelajaran yang mampu memenuhi kebutuhan siswa dan memberikan kesempatan siswa untuk mengeksplorasi dan membangun pengetahuan yang dimiliki (Kusumah, 2009: 273). Silberman (dalam Widharyanto, 2002: 63) menjelaskan bahwa pembelajaran yang yang berorientasi pada siswa (Student
Centered Learning) adalah pembelajaran yang mengaktifkan siswa dan siswa
banyak melakukan aktivitas, siswa menggunakan otaknya untuk mengkaji ide-ide, memecahkan masalah, dan menerapkan apa yang mereka pelajari.
Ada beberapa jenis pembelajaran yang sesuai untuk digunakan dalam pendekatan SCL, diantaranya adalah Problem Based Learning (PBL),
Contextual Teaching and Learning (CTL), dan inkuiri. PBL merupakan
menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan (Hamruni, 2013: 132).
Tindakan yang dipilih untuk mengatasi masalah minat dan prestasi belajar IPA adalah dengan menerapkan pendekatan Sudent Centered
Learning (SCL) dengan metode inkuiri dalam pembelajaran IPA. Peneliti
memilih metode inkuiri karena diduga dapat menumbuhkan minat dan prestasi belajar siswa. Pernyataan bahwa metode inkuri terbimbing dapat meningkatkan minat dan prestasi belajar telah dibuktikan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Hartanto (2012) dan Setianingrum (2012).
Peneliti akan menggunakan pendekatan SCL dengan metode inkuiri terbimbing untuk meningkatkan minat dan prestasi belajar IPA pada siswa kelas V SD Kanisius Nglinggi pada tahun ajaran 2013/2014. Pendekatan SCL dengan metode inkuiri terbimbing dipilih karena di dalam pembelajaran yang menggunakan metode inkuiri terbimbing meletakkan siswa pada subjek pembelajaran dan menjadikan siswa lebih aktif dalam pembelajaran. Penerapan metode inkuiri terbimbing dalam pembelajaran diharapkan akan memberikan dampak langsung pada peningkatan minat dan prestasi belajar siswa.
B. Batasan Masalah
sebagai hasil suatu proses menggunakan penerapan pendekakan Student
Centered Learning dengan metode inkuiri terbimbing yang dilakukan secara
kelompok.
C. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Bagaimana penggunaan pendekatan Student Centered Learning metode inkuiri terbimbing dalam upaya meningkatkan minat belajar siswa terhadap mata pelajaran IPA kelas V SD Kanisius Nglinggi tahun ajaran 2013/2014?
2. Bagaimana penggunaan pendekatan Student Centered Learning metode inkuiri terbimbing dalam upaya meningkatkan prestasi belajar siswa terhadap mata pelajaran IPA kelas V SD Kanisius Nglinggi tahun ajaran 2013/2014?
D. Pemecahan Masalah
E. Batasan Pengertian
Batasan pengertian diperlukan agar tidak menimbulkan pertanyaan dan multi tafsir terhadap suatu istilah. Batasan pengertian pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Minat belajar adalah suatu perasaan tertarik terhadap suatu proses pembelajaran yang membuat siswa bersedia untuk memperhatikan dan mengikutinya, serta adanya unsur rasa senang.
2. Prestasi belajar adalah suatu hasil yang diperoleh dari suatu kegiatan pembelajaran yang sudah dilakukan.
3. Student Centered Learning (SCL) adalah pendekatan pembelajaran yang
menekankan pada peran aktif siswa secara penuh di dalam pembelajaran. 4. Metode inkuiri terbimbing adalah kegiatan pembelajaran yang
memberikan kesempatan kepada siswa untuk berpikir kritis, analisis, serta berperan aktif dalam mencari dan menemukan sendiri pengetahuan yang sedang dipelajari dengan bimbingan dan pengarahan yang cukup luas dari guru.
F. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini sesuai dengan rumusan masalah di atas adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui proses penerapan pendekatan Student Centered Learning dengan metode inkuiri terbimbing dalam upaya meningkatkan minat belajar siswa terhadap mata pelajaran IPA untuk kelas V SD Kanisius Nglinggi tahun ajaran 2013/2014.
2. Mengetahui proses penerapan pendekatan Student Centered Learning dengan metode inkuiri terbimbing dalam upaya meningkatkan prestasi belajar siswa terhadap mata pelajaran IPA untuk kelas V SD Kanisius Nglinggi tahun ajaran 2013/2014.
G. Manfaat Penelitian
Penelitian ini dilakukan agar bermanfaat bagi semua pihak. Manfaat yang diharapkan setelah menyelesaikan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagi peneliti
2. Bagi guru
Memperoleh inspirasi dalam melakukan penelitian tindakan kelas khususnya menggunakan pendekatan Student Centered Learning dengan metode inkuiri terbimbing dalam upaya meningkatkan minat dan prestasi belajar siswa terhadap mata pelajaran IPA kelas V SD Kanisius Nglinggi tahun ajaran 2013/2014.
3. Bagi siswa
Memperoleh pengalaman mempelajari sifat-sifat benda dan perubahan benda menggunakan pendekatan Student Centered Learning dengan metode inkuiri terbimbing pada siswa kelas V SD Kanisius Nglinggi tahun ajaran 2013/2014.
4. Bagi pihak sekolah
Menambah bahan bacaan terkait dengan penelitian tindakan kelas khususnya menggunakan pendekatan Student Centered Learning dengan metode inkuiri terbimbing dalam upaya meningkatkan dalam upaya meningkatkan minat dan prestasi belajar siswa terhadap mata pelajaran IPA kelas V SD Kanisius Nglinggi tahun ajaran 2013/2014.
5. Bagi pihak prodi
13
BAB II
LANDASAN TEORI
Bab ini berisi uraian mengenai kajian pustaka yang berkaitan dengan penelitian, kerangka berpikir, dan hipotesis tindakan.
A. Kajian Pustaka
1. Teori Belajar
Piaget (dalam Dahar, 2011: 203) menjelaskan bahwa setiap individu mengalami tahap-tahap perkembangan intelektual. Tahap-tahap perkembangan tersebut meliputi: 1) Tahap sensori-motor (0-2 tahun), selama periode ini anak mengatur alamnya dengan indera (sensori) dan tindakannya (motor); 2) Tahap pra-operasional (2-7 tahun), pada tahap ini dimulai dengan penguasaan bahasa yang sistematis, permaian simbolis, imitasi (tidak langsung), serta bayangan dalam mental; 3) Tahap operasional konkret (7-11 tahun), tahap ini merupakan permulaan berpikir rasional, hal ini berarti anak memiliki operasi logis yang dapat diterapkan pada masalah-masalah yang konkret; 4) Tahap operasional formal (11 tahun ke atas), pada periode ini anak dapat menggunakan operasi-operasi konkretnya untuk membentuk operasi yang lebih kompleks.
Berpikir operasional formal mempunyai dua sifat yang penting (Monks, 2006: 223). Sifat yang pertama adalah dekduktif - hipotesis. Apabila anak berpikir operasional konkret harus menyelesaikan suatu masalah maka ia akan mencoba beberapa penyelesaian secara konkret dan hanya melihat akibat langsung usaha-usahanya untuk menyelesaikan masalah itu. Anak yang berpikir operasional formal akan memikirkan dulu secara teoritis. Anak akan menganalisis masalahnya dengan penyelesaian berbagai hipotesis yang mungkin ada. Atas dasar analisisnya ini, anak akan membuat suatu strategi penyelesaian. Kedua, berpikir operasional formal juga berpikir kombinatoris. Sifat ini merupakan kelengkapan dari sifat yang pertama dan berhubungan dengan cara bagaimana dilakukan analisisnya. Berpikir memungkinkan anak untuk memiliki tingkah laku pemecahan masalah yang betul-betul ilmiah, serta memungkinkan untuk mengadakan pengujian hipotesis yang diyakini.
2. Minat Belajar
a. Pengertian Minat Belajar
Minat memiliki peranan yang penting dalam kehidupan seseorang dan mempunyai dampak yang besar atas perilaku dan sikap pada semua usia. Ada beberapa definisi minat yang dikemukankan oleh para ahli. Syah (2002: 136) menjelaskan bahwa minat adalah kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. Surya (2004: 67) menjelaskan minat adalah rasa senang atau tidak senang dalam menghadapi suatu objek. Prinsip dasarnya bahwa motivasi seseorang cenderung akan meningkat apabila seseorang tersebut memiliki minat yang besar dalam melakukan tindakannya.
Hurlock (1989: 114) menyatakan minat merupakan sumber motivasi yang mendorong orang untuk melakukan sesuatu yang mereka inginkan bila mereka bebas memilih. Minat ada jika mendatangkan suatu kepuasan, apabila kepuasan berkurang maka minat pun juga akan berkurang. Djamarah (2011: 166) menyatakan bahwa minat adalah kecenderungan yang menetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa aktivitas. Seseorang yang berminat terhadap suatu aktivitas akan memperhatikan aktivitas itu secara konsisten dengan rasa senang.
pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh. Minat diapresiasikan melalui partisipasi dalam suatu aktivitas yang dapat mendorong aktivitas berikutnya. Hilgard (dalam Slameto, 2010: 57) memberi rumusan tentang minat adalah sebagai berikut: “Interest is persisting tendency to pay attention
to and enjoy some activity or content”. Minat merupakan kecenderungan
seseorang yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan. Kegiatan yang diminati seseorang akan diperhatikan terus menerus yang disertai dengan rasa senang.
Peneliti menyimpulkan berdasarkan definisi minat di atas bahwa minat belajar adalah suatu perasaan tertarik terhadap suatu proses pembelajaran yang membuat siswa bersedia untuk memperhatikan dan mengikutinya serta adanya unsur rasa senang. Siswa yang berminat terhadap suatu pembelajaran akan selalu memperhatikan dengan serius dari awal sampai akhir proses pembelajaran. Siswa akan merasa senang apabila sedang mempelajari pelajaran yang diminati.
b. Faktor-faktor Minat Belajar
Minat belajar memiliki beberapa faktor yang mempengaruhinya, berikut ini adalah faktor-faktor yang mempengaruhi minat menurut Hurlock (1989: 139):
1) Pengalaman dini di sekolah
sikap positif terhadap sekolah dibandingkan anak yang belum siap untuk sekolah. Hal inilah yang membuat pendidikan usia anak dini sangat diperlukan untuk meningkatkan minat siswa untuk bersekolah.
2) Pengaruh orang tua
Sikap anak terhadap sekolah secara umum dan juga sikap terhadap pentingnya pendidikan sangat dipengaruhi oleh peran orang tua. Orang tua yang memiliki kesadaran terhadap pentingnya pendidikan akan membimbing anaknya untuk selalu belajar.
3) Sikap saudara kandung
Saudara kandung yang lebih tua mempunyai pengaruh yang sama seperti peran orang tua terhadap minat belajar anak. Saudara kandung yang lebih besar mempunyai pengaruh yang sama seperti orang tua. Sikap saudara kandung yang lebih kecil relatif tidak terlalu berpengaruh.
4) Sikap teman sebaya
Minat anak terhadap belajar dan terhadap berbagai kegiatan sekolah sangat diarahkan oleh teman sebaya. Agar diterima oleh kelompok teman sebaya, anak belajar bahwa ia harus menerima minat dan nilai kelompok. 5) Penerimaan oleh kelompok teman sebaya
6) Keberhasilan akademik
Besarnya pengaruh keberhasilan akademik pada sikap anak terhadap sekolah akan bergantung pada besarnya leberhasilan akademik dalam kelompok teman sebaya. Apabila keberhasilan akademik merupakan lambang status, maka anak akan meningkatkan status mereka dengan prestasi akademik yang baik.
7) Sikap terhadap pekerjaan
Anak yang biasanya dibesarkan oleh orang tua yang berpikir bahwa masa anak-anak harus bahagia dan bebas, biasanya mengembangkan sikap negatif terhadap kegiatan yang menyerupai pekerjaan. Hal ini berbeda dengan anak yang dibesarkan oleh orang tua yang berfikir bahwa masa anak-anak merupakan awal dari masa depan.
8) Hubungan guru dan murid
Banyak atau sedikitnya minat anak terhadap pembelajaran dipengaruhi sikap anak tersebut kepada guru. Jika anak membawa konsep yang negatif terhadap “guru” ke sekolah, maka minat anak terhadap pembelajaran juga kurang baik.
9) Suasana emosional sekolah
c. Ciri-ciri Minat Belajar
Minat memiliki ciri tertentu, menurut Hurlock (1989: 115) ciri-ciri minat adalah:
1) Minat tumbuh bersamaan dengan perkembangan fisik dan mental
Minat dapat berubah selama perubahan fisik dan mental siswa berkembang. Pada waktu siswa mencapai cukup kematangan, minat siswa menjadi lebih stabil.
2) Minat bergantung pada kesiapan belajar
Siswa tidak dapat memiliki minat sebelum mereka memiliki kesiapan secara fisik dan mental. Sebagai contoh siswa tidak dapat memiliki minat untuk permainan bola sampai ia memiliki kekuatan dan koordinasi otot yang diperlukam untuk permainan bola tersebut.
3) Minat bergantung pada kesempatan belajar
Minat pada anak berasal dari lingkungan yang paling dekat dengan anak, yaitu rumah. Seiring dengan bertambah luasnya lingkup sosial, anak akan menjadi tertarik pada hal-hal yang baru yang mereka minati.
4) Perkembangan minat anak mungkin terbatas
Keterbatasan perkembangan minat anak dapat dipengaruhi karena ketidakmampuan fisik dan mental serta pengalaman sosial anak.
5) Minat dipengaruhi pengaruh budaya
yang mereka minati asalkan minat tersebut sesuai dengan kelompok budaya mereka.
6) Minat berbobot emosional
Bobot emosional dan aspek afektif dari minat menentukan tinggi rendahnya minat. Bobot emosional yang tidak menyenangkan akan melemahkan minat, dan bobot emosional yang menyenangkan akan memperkuat minat.
7) Minat itu egosentris
Sepanjang masa kanak-kanak minat bersifat egosentris. Misalnya minat anak lak-laki pada matematik, sering berlandaskan keyakinan bahwa kepandaian di bidang matematika merupakan langkah penting menuju kedudukan yang menguntungkan di dunia kerja.
d. Indikator Minat Belajar
Seseorang yang memiliki minat atau tidak terhadap suatu kegiatan dapat dilihat dari beberapa indikator. Djamarah (2002 : 132) menyebutkan beberapa indikator siswa yang berminat dalam belajar, yaitu: 1) pernyataan lebih menyukai sesuatu daripada yang lain, 2) partisipasi dalam suatu kegiatan, 3) memberikan perhatian yang lebih besar terhadap sesuatu yang diminati tanpa menghiraukan yang lain.
adanya rasa suka dan senang terhadap sesuatu yang diminati, 3) memperoleh kebanggaan dan kepuasan pada hal yang diminati, 4) adanya rasa keterikatan pada aktivitas-aktivitas yang diminati, 5) lebih menyukai suatu hal yang menjadi minatnya daripada hal yang lainnya, 6) dimanifestasikan melalui partisipasi pada aktivitas dan kegiatan.
Peneliti menyimpulkan dari pendapat beberapa ahli di atas bahwa indikator minat dalam belajar dapat dilihat dari: 1) perasaan senang saat pembelajaran; 2) perhatian dalam proses pembelajaran; 3) partisipasi saat pembelajaran; dan 4) inisiatif mencari informasi baru.
e. Klasifikasi Minat Belajar
Minat dapat diklasifikasikan menjadi beberapa macam, Surya (2007: 122) mengklasifikasikan minat berdasarkan alasan timbulnya menjadi 3 macam, yaitu: pertama, minat yang timbul dari dalam diri siswa tanpa adanya pengaruh dari luar (minat volunter). Minat volunter ada dikarenakan adanya bakat, keahlian khusus ataupun gen bawaan. Minat volunter dimiliki siswa memang karena sejak awal tertarik, dan biasanya bertahan lebih lama karena tidak ada faktor eksternal yang mempengaruhi.
3. Prestasi Belajar
a. Pengertian Prestasi Belajar
Syah (2002: 141) mengutarakan bahwa prestasi belajar adalah alat ukur yang banyak digunakan untuk menentukan taraf keberhasilan suatu proses belajar mengajar atau menentukan taraf keberhasilan suatu program pengajaran. Prestasi belajar merupakan sebuah gambaran pencapaian seorang siswa tentang suatu hal sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan. Masidjo (1995: 40) menjelaskan bahwa prestasi belajar sebagai kekhasan dari hasil proses belajar yang dilakukan secara sengaja sebagai suatu hasil pengukuran dalam proses belajar. Prestasi belajar diartikan sebagai hasil yang dicapai dalam suatu usaha belajar untuk mengadakan perubahan atau mencapai suatu tujuan.
Darsono (2000: 110) juga berpendapat bahwa prestasi belajar merupakan perubahan-perubahan yang berhubungan dengan aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik sebagai akibat dari interaksi aktif dengan lingkungan. Prestasi belajar dapat dilihat dari tingkah laku siswa melalui aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik setelah memperoleh pengalaman belajar. Prestasi belajar siswa sebaiknya dilihat dari ranah kognitif, afektif dan psikomotorik.
berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa. kegiatan pembelajaran yang baik akan berpengaruh positif terhadap prestasi belajar siswa.
b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar
Slameto (2010: 54) menyatakan prestasi belajar dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar, sedangkan faktor eksternal adalah faktor yang ada di luar individu.
1) Faktor internal
Faktor internal yang berpengaruh terhadap prestasi belajar adalah sebagai berikut :
a) Faktor jasmaniah
Faktor jasmaniah yang dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa adalah faktor kesehatan dan cacat tubuh. Apabila kondisi kesehatan anak kurang baik, maka akan kesulitan untuk menerima materi pelajaran atau mengerjakan soal. Siswa yang mengalami cacat tubuh dan tidak bisa menyikapi kekurangannya, akan menjadi lebih minder, merasa tidak mampu, atau bahkan menarik diri dari pergaulan. Hal inilah yang membuat prestasi belajarnya juga akan terganggu.
b) Faktor psikologis
motivasi siswa, dan kematangan anggota tubuh untuk melakukan kecakapan baru.
2) Faktor eksternal
Faktor eksternal yang berpengaruh terhadap prestasi belajar adalah sebagai berikut :
a) Faktor keluarga
Lingkungan keluarga merupakan lingkungan yang utama dalam proses sosialisasi anak dan lingkungan yang membentuk sikap anak dalam masyarakat. Keluarga mempunyai pengaruh yang kuat terhadap perkembangan anak terutama saat berlangsungnya proses belajar mengajar.
b) Faktor sekolah
Faktor sekolah yang mempengaruhi belajar ini mencakup metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, pelajaran dan waktu sekolah, standar pelajaran, keadaan gedung, metode belajar, dan tugas rumah.
c) Faktor masyarakat
4. Pendekatan Student Centered Learning
a. Pengertian Student Centered Learning
Sebagai suatu pendekatan, SCL telah didefiniskan oleh beberapa ahli seperti berikut. Silberman (dalam Widharyanto, 2002: 63) memaparkan bahwa pembelajaran dikatakan berpusat pada siswa apabila siswa aktif dan banyak melakukan aktivitas. Siswa menggunakan otaknya untuk mengkaji ide-ide, memecahkan masalah, dan menerapkan apa yang mereka telah pelajari.
Sedangkan Westwood (2008: 26) menyatakan bahwa:
“Student-centred approach are deemed best practice in situations
where the teaching objectives for the lesson include acquisition of
independent study skills, greater student autonomy, working
collaboratively with others, the construction of knowledge from
firsthand experience, and the application of basic academic skills for
authentic purposes”.
Peneliti menyimpulkan berdasarkan pendapat beberapa ahli di atas bahwa pendekatan SCL menolak model interaksi di kelas yang bercirikan guru banyak memberikan ceramah, penjelasan, maupun uraian kepada siswa sementara siswa duduk dengan tenang, mendengarkan ceramah guru, mengingat, dan menghafal informasi yang diberikan. Pembelajaran berpusat pada siswa dapat dilakukan dengan menerapkan metode pembelajaran yang inovatif, salah satunya adalah metode inkuiri terbimbing. Penelitian ini akan menggunakan metode inkuri termbimbing untuk meningkatkan minat dan prestasi belajar siswa.
b. Prinsip-prinsip Pendekatan Student Centered Learning
Widharyanto (2002: 68) berpendapat bahwa prinsip pokok pembelajaran yang menggunakan pendekatan Sudent Centered Learning adalah sebagai berikut:
a) Siswa adalah subjek pembelajaran
Prinsip ini menjelaskan bahwa yang harus aktif dalam pembelajaran adalah siswa. Siswa yang menjadi pelaku utama dalam mencari dan membangun pengetahuan dan keterampilan baru.
b) Belajar dengan melakukan sesuatu
memori otak, namun juga menguji informasi itu, serta menerapkannya dalam situasi aktual dan bertujuan.
c) Pembelajaran berorientasi kelompok
Siswa dapat melakukan permaianan, bermain peran, penelitian kecil, wawancara, observasi, percobaan, dan sebagainya di dalam kelompok. d) Pembelajaran dengan variasi model belajar
Pembelajaran berpusat pada anak memperhitungkan gaya belajar siswa dan menuntut pemakaian beberapa model secara variatif, baik model auditori, visual, dan kinestetik.
e) Guru bukan satu-satunya sumber pengetahuan dan pengalaman
Siswa ternyata belajar banyak hal tentang pengetahuan dunia mereka baik melalui buku, koran, majalah, TV, radio, play station, internet, siswa lain, maupun orang dewasa yang memiliki profesi tertentu yang relevan dengan apa yang dibicarakan di kelas. Penting bagi guru apabila akan mengembangkan pembelajaran yang berpusat pada siswa dimulai dari apa yang diketahui siswa dan bukan apa yang diketahui guru. f) Penciptaan interaksi multi arah
g) Pembelajaran dengan melibatkan seluruh pikiran, emosi, dan tubuh Pembelajaran bukan hanya merupakan aktivitas berpikir kognitif saja, akan tetapi juga merupakan aktivitas emosi dan fisik juga. Dalam pemebelajaran berpusat pada siswa, ketiga aspek belajar tersebut harus mendapatakan fasilitas yang memadai agar proses belajar menjadi optimal.
h) Pembelajaran haruslah menyenangkan, santai, dan menarik hati
Pembelajaran sepenuhnya dapat terlaksanana apabila guru dapat menciptakan iklim belajar yang kondusif dan jauh dari suasana kelas dari filter-filter penghambat pembelajaran.
i) Rancangan fisik kelas yang bebas, leluasa, dan variatif
Kelas harus dirancang sedemikian rupa sehingga menarik, menyenangkan, dan membuat nyaman siswa untuk belajar.
j) Pembelajaran dengan model berkreasi dan bukan mengkonsumsi
Tugas guru dalam pembelajaran adalah memfasilitasi siswa agar optimal dalam menggunakan daya pikir, daya imajinasi, daya fantasi mereka dalam menanggapi suatu persoalan.
5. Metode Inkuiri
a. Pengertian Metode Inkuiri
dan hasil-hasil yang ditemukan. Sumantri dan Permana (2001: 42) berpendapat bahwa metode inkuiri adalah cara penyajian pelajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan informasi dengan atau tanpa bantuan guru. Metode inkuiri memungkinkan para peserta didik menemukan sendiri informasi-informasi yang diperlukan untuk mencapai tujuan. Pada metode inkuiri guru dapat merancang menurut kemampuan atau tingkat perkembangan intelektual siswa.
Hamruni (2013: 132) menjelaskan bahwa metode inkuiri adalah rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir secara kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan. Proses berpikir kritis siswa dapat dimunculkan guru melalui kegiatan tanya jawab. Hal ini hampir sama dengan pendapat Syaefudin (2008: 169) yang menyatakan metode inkuiri merupakan proses pembelajaran yang berdasarkan pada pencarian dan penemuan melalui proses berpikir secara sistematis. Pengetahuan bukanlah sejumlah fakta hasil dari mengingat, akan tetapi hasil dari proses menemukan sendiri.
b. Ciri-ciri Pembelajaran dengan Menggunakan Metode Inkuiri
ini menempatkan siswa sebagai subjek belajar, dalam proses pembelajaran siswa tidak hanya berperan sebagai penerima pelajaran melalui penjelasan guru secara verbal, tetapi siswa juga berperan untuk menemukan sendiri inti dari materi yang sedang dipelajari.
Kedua, kegiatan pembelajaran yang dilakukan siswa diarahkan untuk mencari dan menemukan jawaban sendiri dari suatu yang dipertanyakan sehingga diharapkan dapat menumbuhkan sikap percaya diri. Metode inkuiri menempatkan guru sebagai fasilitator dan motivator belajar siswa, bukan sebagai sumber belajar. Aktivitas pembelajaran biasanya dilakukan melalui tanya jawab antara guru dan siswa.
Ketiga, tujuan dari penggunaan metode inkuiri adalah mengembangkan kemampuan siswa untuk berpikir secara sistematis, logis, dan kritis, atau mengembangkan kemampuan intelektual sebagai bagian dari proses mental.
Peneliti menyimpulkan berdasarkan uraian di atas bahwa dalam metode inkuiri menuntut siswa tidak hanya untuk menguasai materi pelajaran, tetapi juga bagaimana mereka dapat menggunakan potensi yang dimiliki. Siswa akan dapat mengembangkan kemampuan berfikirnya ketika mereka dapat menguasai materi pelajaran melalui penemuan sendiri.
Metode pembelajaran inkuiri merupakan salah satu bentuk dari pendekatan pembelajaran yang berorientasi pada siswa (Student Centered
memegang peran yang sangat dominan dalam proses pembelajaran. Metode inkuiri terbimbing memandang siswa sebagai subjek dari pembelajaran, bukan sebagai objek pembelajaran.
c. Langkah-langkah Pembelajaran Metode Inkuiri
Pada pembelajaran inkuiri memberikan kesempatan kepada siswa pengalaman mencari dan menemukan sendiri dari sesuatu yang dipertanyakan, sehingga diharapkan dapat menumbuhkan sikap percaya diri. Pembelajaran dengan metode inkuiri memiliki langkah-langkah atau tahapan-tahapan. Majid (2013: 224) menyebutkan langkah-langkah tersebut adalah sebagai berikut :
1) Orientasi
Orientasi merupakan langkah untuk membina suasana atau iklim pembelajaran yang responsif. Pada langkah ini, guru mengkondisikan agar siswa siap melaksanakan proses pembelajaran. Guru merangsang dan mengajak siswa untuk berpikir memecahkan masalah.
2) Merumuskan masalah
3) Merumuskan hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara dari suatu permasalahan yang dikaji, hipotesis perlu diuji kebenarannya. Salah satu cara yang dapat dilakukan guru untuk mengembangkan kemampuan berhipotesis pada anak adalah dengan mengajukan berbagai pertanyaan yang dapat mendorong siswa untuk dapat merumuskan jawaban sementara atau merumuskan berbagai perkiraan kemungkinan jawaban dari suatu permasalahan yang dikaji.
4) Mengumpulkan data
Mengumpulkan data adalah aktivitas menjaring informasi yang dibutuhkan untuk menguji hipotesis yang diajukan. Tugas dan peran guru dalam tahapan ini adalah mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang dapat mendorong siswa untuk berpikir mencari informasi yang dibutuhkan melalui percobaan yang dilakukan.
5) Menguji hipotesis
6) Merumuskan kesimpulan
Merumuskan kesimpulan merupakan proses mendeskripsikan temuan yang diperoleh berdasarkan hasil pengujian hipotesis. Guru sebaiknya mampu menunjukkan pada siswa data mana yang relevan untuk mencapai kesimpulan yang akurat.
DragonflyTV (2013: 7) menjelaskan bahwa tahap inkuiri yang dilakukan sebelum mengumpulkan data adalah melakukan eksperimen. Kegiatan eksperimen bertujuan untuk memberikan kesempatan kepada siswa dalam mengumpulkan data. Roestiyah (2001: 82) juga berpendapat bahwa eksperimen memberi kesempatan sendiri kepada siswa untuk menemukan fakta, konsep pada sebuah percobaan, dan mengamati apa yang terjadi dalam percobaan. Eksperimen juga dapat melatih siswa untuk berfikir secara ilmiah.
Peneliti menyimpulkan berdasarkan uraian di atas ada 7 tahapan dalam pembelajaran yang menerapkan metode inkuiri. Tahapan dalam inkuri adalah orientasi, merumuskan masalah, merumuskan hipotesis, melakukan eksperimen, mengumpulkan data, menguji hipotesis dan merumuskan kesimpulan. Pembelajaran yang menerapkan metode inkuri harus sesuai dengan langkah-langkah tersebut.
d. Jenis Metode Inkuiri
yang dimodifikasi (modifed free inquiry). Pada inkuiri terbimbing di dalam pelaksanaannya sebagian perencanaan dilaksanakan oleh guru. Siswa tidak merumuskan permasalahan, bimbingan dan petunjuk yang cukup luas tentang bagaimana mengumpulkan data diberikan oleh guru. Siswa memperoleh pedoman sesuai yang dibutuhkan. Pedoman-pedoman tersebut biasanya berupa pertanyaan-pertanyaan yang membimbing. Pada tahap awal bimbingan lebih banyak diberikan, dan sedikit demi sedikit dikurangi, sesuai dengan perkembangan pengalaman peserta didik.
Pembelajaran pada inkuiri bebas siswa melakukan penelitian sendiri bagaikan seorang ilmuwan. Pada pengajaran ini peserta didik harus dapat mengidentifikasikan dan merumuskan berbagai topik permasalahan yang hendak diselidiki. Pembelajaran pada inkuiri bebas yang dimodifikasi, guru memberikan permasalahan atau problem dan kemudian peserta didik diminta untuk memecahkan permasalahan tersebut melalui pengamatan, eksplorasi, dan prosedur penelitian.
e. Kekuatan dan Keterbatasan Metode Inkuiri
Metode inkuiri merupakan salah satu metode pembelajaran yang dianjurkan untuk diterapkan dalam proses belajar mengajar. Metode ini dianjurkan karena memiliki beberapa keunggulan, Sumantri dan Permana (2001: 143) menjelaskan bahwa keunggulan metode inkuiri adalah sebagai berikut: 1) menekankan kepada proses pengolahan informasi oleh siswa, 2) membuat konsep diri siswa bertambah dengan penemuan-penemua yang diperolehnya, 3) memiliki kemungkinan besar untuk memperbaiki dan memperluas persediaan dan penguasaan keterampilan dalam proses kognitif para siswa, 4) penemuan-penemuan yang diperoleh siswa dapat menjadi kepemilikannya dan akan sulit untuk melupakannya, 5) tidak menjadikan guru sebagai satu-satunya sumber belajar karena siswa belajar dengan memanfaatkan berbagai jenis sumber belajar.
selamanya dapat dimanfaatkan secara optimal, kadang siswa malah kebingungan memanfaatkannya.
Peneliti menyimpulkan berdasarkan uraian di atas bahwa metode inkuiri mampu membuat konsep diri siswa bertambah dengan penemuan-penemuan yang diperoleh sehingga dapat mengerti tentang konsep dasar dan ide-ide yang lebih baik. Kelemahan pembelajaran yang menggunakan metode inkuiri dapat diminimalisir dengan persiapan yang matang dari guru.
f. Inkuiri Terbimbing
Metode pembelajaran inkuiri dibagi menjadi beberapa macam berdasarkan uraian di atas, salah satunya adalah metode inkuiri terbimbing. Sund dan Trowbridge (dalam Hamruni, 2012: 144) menyatakan bahwa pembelajaran inkuiri terbimbing yaitu suatu konsep pembelajaran inkuiri yang dalam pelasanaannya guru menyediakan bimbingan atau petunjuk cukup luas kepada siswa. Perencanaan kegiatan pembelajaran dibuat oleh guru, siswa tidak merumuskan masalah. Guru harus memberikan pengarahan dan bimbingan kepada siswa dalam melakukan kegiatan sehingga siswa yang berpikir lambat atau siswa yang memiliki intelegensi rendah tetap mampu mengikuti kegiatan yang sedang dilaksanakan.
pertanyaan-pertanyaan pengarah agar siswa mampu menemukan sendiri arah dan tindakan-tindakan yang harus dilakukan untuk memecahkan permasalahan. Pertanyaan-pertanyaan pengarah selain disampaikan oleh guru secara langsung juga diberikan melalui pertanyaan yang dibuat dalam Lembar Kerja Siswa (LKS). Oleh karena itu LKS dibuat untuk membimbing siswa dalam melakukan percobaan dan menarik kesimpulan.
Piaget (dalam Mulyasa, 2006: 108) menjelaskan bahwa metode inkuiri terbimbing merupakan metode pembelajaran yang mempersiapkan siswa pada situasi untuk melakukan percobaan sendiri secara luas agar dapat melihat apa yang terjadi dan menyimpulkan hasil dari percobaan dengan bimbingan yang cukup luas dari guru. Pada tahap awal dalam pembelajaran, bimbingan yang dilakukan oleh guru lebih banyak diberikan, dan sedikit demi sedikit dikurangi sesuai dengan perkembangan pengalaman siswa. Dalam pelaksanaan pembelajarannya sebagian besar perencanaan dibuat oleh guru, serta petunjuk yang cukup luas tentang bagaimana menyusun dan mencatat data diberikan oleh guru.
pembelajaran siswa masih mendapat banyak bimbingan dari guru. Melalui metode ini siswa akan diajarkan untuk berpikir secara ilmiah.
6. Hakikat IPA
IPA merupakan ilmu yang berhubungan dengan alam dan mempelajari peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam. Samatowa (2011: 3) berpendapat bahwa IPA merupakan ilmu yang berkaitan dengan gejala-gejala alam yang disusun secara sistematis yang didasarkan pada hasil percobaan dan pengamatan yang dilakukan oleh manusia. Sistematis artinya pengetahuan tersusun dalam suatu sistem, tidak berdiri sendiri, satu dengan yang lain saling berkaitan dan saling menjelaskan sehingga seluruhnya merupakan satu kesatuan yang utuh.
Ada empat alasan mengapa IPA perlu diajarkan dalam sekolah (Samatowa, 2011: 3), yaitu: 1) berfaedah bagi suatu bangsa, 2) merupakan mata pelajaran yang memberikan kesempatan anak untuk berpikir kritis, 3) mata pelajaran yang tidak bersifat hafalan apabila diajarkan melalui percobaan-percobaan, 4) dapat membentuk kepribadian anak secara keseluruhan.
7. Hasil Penelitian yang Relevan
Pada bagian ini peneliti akan menunjukkan beberapa penelitian yang sudah dilakukan sebagai pendukung penelitian ini. Penelitian dengan menggunakan metode inkuiri ini telah dilakukan oleh Hartanto (2012) dengan judul “Peningkatan Minat dan Prestasi Belajar Siswa Menggunakan Metode Discovery-Inquiry Terbimbing pada Mata
Pelajaran IPA Kelas IVB Ungaran II Tahun Pelajaran 2011/2012. Jenis
penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Tujuan penelitian untuk mengetahui peningkatan minat dan prestasi belajar pada mata pelajaran IPA dengan penerapan metode metode Discovery-inquiry terbimbing. Subjek penelitian adalah siswa kelas IV SD N Ungaran II tahun pelajaran 2011/2012 yang berjumlah 32 siswa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi peningkatan minat belajar pada siklus 1 dengan adanya kenaikan rata-rata minat siswa dari 8 menjadi 12 dan pada siklus 2 dengan adanya rata-rata minat siswa menjadi 16. Prestasi belajar juga meningkat ditunjukkan dengan adanya peningkatan rata-rata nilai siswa pada siklus 1 dari 61,93 menjadi 70,18 dan pada siklus 2 dengan kenaikan rata-rata nilai siswa menjadi 81,46.
Penelitian berikutnya dilakukan oleh Setianigrum (2012) dengan judul
“Peningkatan Kemempuan Melakukan Proses Ilmiah dan Hasil Belajar
Siswa Tentang Pesawat Sederhana Melalui Metode Inkuiri Terbimbing
Pada Siswa Kelas V SD Negeri Plaosan I Tahun Ajaran 20011/2012”.
proses ilmiah dan hasil belajar dalam pembelajaran IPA materi pesawat sederhana dengan metode inkuiri terbimbing. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas V SD Negeri 1 Plaosan dengan jumlah 24 siswa. Hasil penelitian menunjukkan sebelum dilakukan tindakan data kondisi awal tahun ajaran 2010/2011 menunjukan dari 24 siswa terdapat 10 siswa (41%) mendapat nilai ≥ 60 dan 14 siswa (51%) mendapat nilai < 60 dan pada kemampuan proses ilmiah tercapai 37%. Setelah dilakukan tindakan hasil pada siklus 1 menunjukan peningkatan hasil belajar yaitu 24 siswa (100%) siswa tuntas mencapai KKM dan pada siklus II tidak ada penurunan hasil atau 24 siswa (100% ) tuntas mencapai KKM bahkan terdapat peningkatan rata-rata kelas yaitu pada siklus I 80,7 meningkat pada siklus II yaitu 89,14. Pada peningkatan kemampuan proses ilmiah meningkat yaitu siklus 1 85% kemudian meningkat pada siklus II menjadi 92,9%.
Penelitian selanjutnya tentang penelitian yang berhubungan dengan minat dan prestasi belajar siswa yang pernah dilakukan, yang pertama dilakukan oleh Sriyati (2012) dengan judul “Hubungan Minat Belajar
dengan Prestasi Belajar Siswa Kelas V SD N Suroyudan Semester 2 Tahun
Pelajaran 2011/1012”. Penelitian bertujuan untuk mengetahui adakah
analisis data menunjukkan ada hubungan yang positif dan signifikan antara minat belajar dan prestasi belajar siswa kelas V SD Negeri Suroyudan dengan nilai koefisien kolerasi sebesar 0,7490 berada pada tingkat kolerasi kuat. Signifikan pada taraf signifikansi 1% dengan nilai kolerasi 𝑟𝑡𝑏 = 0,463. Sumbangan minat belajar siswa terhadap prestasi belajar siswa sebesar 56,10%.
Penelitian berikutnya dilakukan oleh Yusniyawati (2013) dengan judul “Peningkatan Minat dan Prestasi Belajar IPS Siswa Kelas IV SD
Kanisius Minggir dengan Media Gambar”. Penelitian bertujuan untuk
Keempat hasil penelitian di atas relevan dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti. Penelitian yang relevan tersebut memiliki variabel yang sama dengan penelitian ini. Penelitian pertama dan kedua oleh Hartanto (2012) dan Setianingrum (2012) yang memiliki variabel yang sama yaitu metode inkuiri. Penelitian pertama, ketiga, keempat oleh Hartanto (2012), Sriyati (2012) dan Yustinawati (2013) juga memiliki variabel yang sama yaitu minat belajar dan prestasi belajar. Keempat penelitian tersebut memiliki hubungan yang menjadi dasar penentuan tindakan dalam penelitian ini. Peneliti mengembangkan sebuah penelitian baru yang berjudul Penerapan Pendekatan Student Centered Learning dengan Metode Inkuiri Terbimbing Untuk Meningkatkan Minat dan Prestasi Belajar IPA Siswa Kelas V SD Kanisius Nglinggi. Literatur Map penelitian yang relevan dapat dilihat pada Gambar II. 1
Gambar II. 1 Literatur Map Penelitian-penelitian Relevan
Metode Inkuiri Minat dan prestasi belajar
Hartanto (2012)Peningkatan Minat dan Prestasi Belajar Siswa Menggunakan Metode Discovery-Inquiry
Terbimbing
Penerapan metode inkuiri terbimbing dapat meningkatkan minat dan prestasi belajar
Sriyati (2012)Hubungan Minat Belajar dengan Prestasi Belajar
Minat belajar memiliki hubungan yang positif dan signifikan terhadap prestasi belajar
Setianingrum (2012) Peningkatan Kemempuan Melakukan Proses Ilmih dan Hasil Belajar Siswa Tentang
Pesawat Sederhana Melalui Metode Inkuiri Terbimbing Penerapan metode inkuiri terbimbing dapat meningkatkan
kemampuan proses ilmian dan hasil belajar
Yusniyawati (2013) Peningkatan Minat dan Prestasi Belajar IPS dengan Media Gambar”
Minat dan prestasi belajar dapat meningkat dengan menerapkan media gambar
Penelitian yang dilakukan: Peningkatan Minat dan Prestasi Belajar Menggunakan Pendekatan SCL dengan
B. Kerangka Berpikir
IPA merupakan suatu ilmu yang mempelajari tentang alam sekitar, tidak hanya berupa kumpulan fakta, konsep, atau prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pembelajaran IPA di dalam kelas diharapkan banyak melakukan percobaan, bukan hanya sekedar menghafal teori yang sudah ada di dalam buku. Siswa akan menemukan pengetahuan dan pemahamannya sendiri tentang konsep yang sedang dipelajari melalui percobaan yang dilakukan. Siswa juga akan menjadi lebih aktif dalam proses pembelajaran dengan melakukan suatu percobaan. Keaktifan siswa baik dalam psikis atau fisik diharapkan dapat membantu menumbuhkan minat dalam belajar dan lebih jauh lagi dapat meningkatkan pemahaman terhadap materi yang dipelajari. Inkuiri terbimbing adalah salah satu metode pembelajaran yang banyak melibatkan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran.
C. Hipotesis Tindakan
1. Penerapan pendekatan Student Centered Learning dengan metode inkuiri terbimbing pada mata pelajaran IPA materi sifat-sifat benda dan perubahan benda meningkatkan minat belajar siswa kelas V SD Kanisius nglinggi Klaten Semester Genap Tahun Ajaran 2013/2014.
46
BAB III
METODE PENELITIAN
Bab ini berisi penjelasan tentang jenis penelitian, setting penelitian, rencana penelitian, persiapan, rencana setiap siklus, instrumen penelitian, teknik pengumpulan data, teknik analisis data, indikator keberhasilan, dan jadwal penelitian.
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK). Penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di kelasnya sendiri dengan cara merencanakan, melaksanakan, dan merefleksikan tindakan secara kolaboratif dan partisipatif dengan tujuan memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga hasil belajar siswa dapat meningkat (Kusumah dan Dwitagama, 2009: 9). Penelitian tindakan kelas bertujuan memperbaiki kinerja guru dalam kelas, namun PTK dapat saja diterapkan oleh orang lain yang mempunyai latar belakang yang mirip dengan peneliti.
oleh guru. Keempat, PTK bukan hanya sekedar ingin mengetahui sesuatu tetapi juga adanya aksi dari guru untuk memperbaiki proses. Kelima, aksi yang dilakukan guru dilaksanakan dalam keadaan pembelajaran yang sebenarnya tidak mengganggu progam pembelajaran yang sudah direncanakan.
Siklus 1 Siklus 2
Gambar III. 1 Siklus PTK Menurut Kemmis dan Taggart
Gambar III. 1 dapat dilihat ada empat langkah dalam setiap siklus, yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Komponen pelaksanaan dan pengamatan dilakukan dalam satu kesatuan waktu. Adapun penjelasan dari langkah-langkah diatas adalah sebagai berikut:
1. Perencanaan
2. Pelaksanaan
Pelaksanaan tindakan merupakan penerapan dari suatu tindakan yang sudah direncanakan sebelumnya, dalam hal ini guru melaksanakan tindakan sesuai dengan RPP yang sudah disusun oleh peneliti.
3. Observasi
Observasi adalah kegiatan pengambilan data dalam penelitian dimana peneliti atau pengamat melihat situasi penelitian (Kusumah dan Dwitagama, 2009: 66). Pengamat harus mencatat semua peristiwa atau hal yang terjadi di kelas pada saat melakukan observasi, misalnya kinerja guru, situasi kelas, perilaku dan sikap siswa, penyajian materi, dan sebagaianya. Observasi yang dilakukan dalam penelitian ini digunakan untuk melihat proses kegiatan pembelajaran dan menilai kemajuan belajar siswa.
4. Refleksi
B. Setting Penelitian
1. Subjek penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas V SD Kanisius Nglinggi Klaten dengan jumlah siswa 18 orang yang terdiri atas 10 siswa laki-laki dan 8 siswa perempuan.
2. Objek penelitian
Objek penelitian ini adalah minat dan prestasi belajar sisiwa kelas V SD Kanisius Nglinggi Klaten dengan menggunakan metode inkuiri terbimbing.
3. Tempat penelitian
Penelitian ini dilakukan di SD Kanisius Nglinggi, Nglinggi, Klaten selatan. 4. Waktu penelitian
Jadwal kegiatan yang dilakukan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel III. 1
Tabel III. 1 Jadwal Penelitian