• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV METODE PENGHINDARAN PAJAK BERGANDA

C. Metode Kredit Pajak (Tax Credit)

Metode ini pada prinsipnya mengitung kembali jumlah penghasilan dari luar negeri dan jumlah pajak terutang keseluruhan di negara domisili. Pajak yang telah dibayar di luar negeri dapat mengurangkan pajak terutang di negara domisili. 224

(1) kredit penuh (full credit);

Metode ini dibagi dalam tiga macam :

Metode ini memberikan fasilitas kepada wajib pajak domisili untuk mengkreditkan seluruh pajak yang dibayar di luar negeri, sehingga jika tarif pajak di luar negeri lebih besar dibandingkan dengan tarif pajak di dalam negeri, dipastikan akan terjadi restitusi pajak. Dalam hal ini berarti negara domisili ikut membayar jumlah pajak yang terutang di luar negeri. Oleh karena itu, metode ini tidak digunakan oleh Indonesia.

(2) kredit terbatas (ordinary credit method);

Metode ini membatasi pajak yang dibayar di luar negeri, dapat dikreditkan atau dapat dijadikan sebagai pengurang PPh terutang dalam negeri sebatas pajak yang dibayar di dalam negeri atau paling tinggi adalah sebesar tarif pajak yang ada di dalam negeri. Diklasifikasikan sebagai metode kredit pajak pembatasan apabila pajak yang terutang atau dibayar di luar negeri yang dapat diperhitungkan sebagai kredit pajak dibatasi tidak boleh melebihi batas maksimum yang diperkenankan oleh Undang-Undang domestik dari suatu negara. Indonesia menerapkan metode kredit dengan pembatasan dengan pengaturan pasal 24 UU PPh. Ketentuan Pasal 24 UU PPh mengatur tentang perhitungan besarnya pajak atas penghasilan yang dibayar atau

224

terutang di luar negeri yang dapat dikreditkan terhadap pajak penghasilan yang terutang atas seluruh penghasilan wajib pajak dalam negeri. Pengkreditan pajak luar negeri dilakukan dalam tahun digabungkannya penghasilan dari luar negeri dengan penghasilan di Indonesia. Batas maksimum kredit pajak diambil yang terendah dari 3 unsur/ perhitungan berikut ini :225

a. Jumlah pajak yang terutang atau dibayar di luar negeri;

b. pajak kena n penghasila Seluruh negeri luar n Penghasila x

c. Jumlah pajak yang terutang untuk seluruh penghasilan kena pajak (dalam hal penghasilan kena pajak adalah lebih kecil daripada penghasilan luar negeri).

Jika jumlah PPh yang dibayar atau terutang di luar negeri melebihi jumlah kredit pajak yang diperbolehkan, kelebihan tersebut tidak dapat diperhitungkan dengan PPh yang terutang tahun berikutnya, tidak boleh dibebankan sebagai biaya atau pengurang penghasilan, serta tidak dapat dimintakan restitusi. 226

1. Penghasilan dari luar negeri Rp. 5.000.000.000, dengan tarif sebesar 40%

Contoh 1 :

PT. Cemara memperoleh penghasilan neto dalam tahun 2002 sebagai berikut:

2. Penghasilan usaha di Indonesia Rp. 3.000.000.000

225

Mardiasmo, Op.Cit., hal. 202

PPh atas seluruh penghasilan yang dikenakan tarif Pasal 17

Maka jumlah penghasilan netto adalah :

Rp. 5.000.000.000 + Rp. 3.000.000.000 = Rp. 8.000.000.000

Batas maksimum kredit pajak diambil yang terendah dari 3 unsur/ perhitungan berikut :

a. PPh terutang atau dibayar di luar negeri adalah : 40% x Rp. 5.000.000.000 = Rp.2.000.000.000 b. (Rp. 5.000.000.000 : Rp. 8.000.000.000) x Rp. 2.832.500.000 = Rp. 1.489.062.500 c. PPh terutang (Pasal 17 UU PPh) = Rp. 2.832.500.000 10% x Rp. 50.000.000 = Rp. 5.000.000 15% x Rp. 50.000.000 = Rp. 7.500.000 30% x Rp. 7.900.000.000 =

Dengan demikian kredit pajak yang diperkenankan adalah pada poin 2 sebesar Rp. 1.489.062.500.

Rp. 2.370.000.000 Total PPh terutang Rp. 2.382.500.000

227

1. Di negara A, memperoleh penghasilan (laba) Rp.2.000.000.000 dengan tarif pajak sebesar 35% (Rp. 700.000.000)

Contoh 2

PT Diaswati memperoleh penghasilan neto dalam tahun 2002 sebagai berikut :

2. Di negara B, memperoleh penghasilan (laba) Rp. 1.000.000.000 dengan tarif sebesar 20% (Rp. 200.000.000)

3. Penghasilan usaha di Indonesia Rp. 5.000.000.000

227

Penghitungan kredit pajak luar negeri adalah sebagai berikut : 1. Penghasilan luar negeri :

Laba di negara A Rp. 2.000.000.000 Laba di negara B

Jumlah penghasilan luar negeri Rp. 3.000.000.000 Rp. 1.000.000.000

2. Penghasilan dalam negeri Rp. 5.000.000.000

3. Jumlah penghasilan neto atau penghasilan kena pajaknya adalah : Rp.3.000.000.000 + Rp. 5.000.000.000 = Rp. 8.000.000.000 4. PPh terutang (tarif Pasal 17) = Rp. 2.382.500.000

10% x Rp. 50.000.000 = Rp. 5.000.000 15% x Rp. 50.000.000 = Rp. 7.500.000 30% x Rp. 7.900.000.000 =

Total PPh terutang Rp. 2.382.500.000 Rp. 2.370.000.000

5. Batas maksimum kredit untuk masing-masing negara : Untuk negara A :

(Rp. 2.000.000.000 : Rp. 8.000.000.000)x Rp. 2.382.500.000 = Rp. 595.625.000

Pajak terutang di negara A sebesar Rp. 700.000.000 maka maksimum kredit pajak yang dapat dikreditkan adalah Rp. 595.625.000

Untuk negara B :

(Rp. 1.000.000.000 : Rp. 8.000.000.000) x Rp. 2.382.500.000 = Rp. 297.812.500

Pajak terutang di negara B sebesar Rp.200.000.000 maka maksimum kredit pajak yang dapat dikreditkan adalah Rp. 200.000.000

6. Jumlah kredit pajak luar negeri yang diperkenankan adalah sebesar Rp. 595.625.000 + Rp. 200.000.000 = Rp. 795.625.000. 228

Contoh 3

PT Fiskal memperoleh penghasilan neto dalam tahun 2002 sebagai berikut: 1. Di negara A, memperoleh penghasilan (laba) Rp. 1.000.000.000 dengan

tarif pajak sebesar 35% (Rp. 350.000.000)

2. Di negara B, memperoleh penghasilan (laba) Rp. 3.000.000.000 dengan tarif pajak sebesar 20% (Rp. 600.000.000)

3. Di negara C, menderita kerugian sebesar Rp. 2.000.000.000 4. Penghasilan usaha di Indonesia Rp. 4.000.000.000

Penghitungan kredit pajak luar negeri adalah sebagai berikut : 1. Penghasilan luar negeri

Laba di negara A Rp. 1.000.000.000 Laba di negara B Rp. 3.000.000.000 Rugi di negara C

2. Penghasilan dalam negeri Rp. 4.000.000.000 Rp. –

Jumlah penghasilan luar negeri Rp. 4.000.000.000

3. Jumlah penghasilan neto atau penghasilan kena pajaknya adalah : Rp. 4.000.000.000 + Rp. 4.000.000.000 = Rp. 8.000.000.000 4. PPh terutang (tarif PPh Pasal 17) = Rp. 2.382.500.000

10% x Rp. 50.000.000 = Rp. 5.000.000 15% x Rp. 50.000.000 = Rp. 7.500.000 30% x Rp. 7.900.000.000 = 228 Ibid, hal. 204 Rp. 2.370.000.000

Total PPh terutang Rp. 2.382.500.000

5. Batas maksimum kredit pajak untuk masing-masing negara adalah : Untuk negara A :

(Rp. 1.000.000.000 : Rp. 8.000.000.000) x Rp. 2.382.500.000 = Rp. 297.812.500

Pajak terutang di negara A sebesar Rp. 350.000.000, maka maksimum kredit pajak yang dapat dikreditkan = Rp. 297.812.500

Untuk negara B :

(Rp.3.000.000.000 : Rp. 8.000.000.000) x Rp. 2.382.500.000 = Rp. 893.437.500

Pajak terutang di negara B adalah sebesar Rp. 600.000.000 maka maksimum kredit pajak yang dapat dikreditkan Rp. 600.000.000

Di negara C, PT Fiskal menderita kerugian sebesar Rp. 2.000.000.000. Kerugian ini tidak dapat dimasukkan dalam penghitungan penghasilan kena pajak. Kerugian ini juga tidak dapat dikompensasikan sebagai kredit pajak luar negeri.

6. Jumlah kredit pajak luar negeri yang diperkenankan adalah Rp. 297.812.500 + Rp. 600.000.000 = Rp. 897.812.500. 229

(3) kredit fiktif atau tax sparing/ matching credit

Metode ini memberikan pembebasan pajak untuk mendorong investor ke dalam negeri, namun untuk menghindari pemajakan di negara investor, maka dibuatlah kredit fiktif, agar negara domisili mengenakan pajak setelah dikurangi kredit fiktif ini, sehingga pemajakannya bebas untuk di negara

lainnya dan negara domisili. Yang dimaksud dengan metode fiktif adalah insentif pajak yang diperoleh dari luar negeri oleh penduduk dari suatu negara yang dapat diperhitungkan sebagai kredit pajak atas pajak yang terutang di negara itu. Umumnya insentif pajak diberikan oleh negara-negara berkembang untuk menarik investor dari negara-negara maju. Insentif pajak dimaksud berupa pembebasan pajak (tax holiday) atau pajak ditanggung oleh pemerintah (tax borne by government). Agar insentif pajak itu efektif dan bermanfaat bagi investor maka negara maju tempat investor berdomisili memberikan tax sparing. Apabila negara investor tidak memberikan tax sparing maka insentif pajak tersebut akan dimikmati oleh negara itu dan bukan oleh investor.230

Dokumen terkait