• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

F. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penulisan skripsi ini disesuaikan dengan permasalahan yang diangkat di dalamnya. Dengan demikian, penelitian yang dilaksanakan adalah penelitian hukum normatif, yaitu penelitian yang dilakukan dengan cara menganalisa hukum yang tertulis dari bahan pustaka atau data sekunder belaka yang lebih dikenal dengan nama bahan hukum sekunder dan bahan acuan dalam bidang hukum atau bahan rujukan bidang hukum.28

27

Jaja Zakaria, Op.Cit , hal. 107

28

2. Bahan Hukum Penelitian

Penelitian ini menjadikan data sekunder menjadi tumpuan utamanya. Data sekunder diperoleh dari kepustakaan yang terbagi atas :

a. Bahan Hukum Primer

Yaitu ketentuan perpajakan yang relevan dan bertalian dengan bentuk usaha tetap adalah sebagai berikut :

1. Ketentuan dalam Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2000 dan yang terakhir Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007, antara lain ketentuan yang menyangkut tentang kewajiban pendaftaran, prosedur pembayaran, dan penyetoran pajak, prosedur pengisisan dan penyampaian Surat Pemberitahuan (SPT), prosedur permohonan pembetulan surat ketetapan pajak dan surat tagihan pajak, prosedur pengembalian kelebihan pembayaran pajak, kewajiban pembukuan, prosedur keberatan, prosedur banding, prosedur permohonan peninjauan kembali surat ketetapan pajak, dan permohonan keringanan sanksi administrasi perpajakan. 2. Ketentuan dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 yang diubah

dengan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2000 dan yang terakhir Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008, yang terdapat di :

(a) Pasal 2 ayat (1) huruf a tentang pengelompokan subjek pajak; (b) Pasal 2 ayat (5) tentang pengertian bentuk usaha tetap;

(c) Pasal 5 ayat (1) tentang objek pajak bentuk usaha tetap (penerapan

(d) Pasal 5 ayat (2) tentang biaya-biaya yang boleh dikurangkan terhadap objek pajak bentuk usaha tetap;

(e) Pasal 5 ayat (3) tentang alokasi biaya kantor pusat dan pembayaran ke kantor pusat yang tidak boleh dibebankan sebagai biaya;

(f) Pasal 6 ayat (1) dan (2) tentang pengurangan-pengurangan yang diperkenankan dalam menghitung besarnya penghasilan kena pajak; (g) Pasal 9 ayat (1) huruf c, d dan e tentang pengeluaran-pengeluaran

yang tidak boleh dikurangkan sebagai biaya dalam menghitung besarnya penghasilan kena pajak;

(h) Pasal 11 tentang penyusutan; (i) Pasal 11 A tentang amortisasi;

(j) Pasal 15 tentang kewenangan Menteri Keuangan untuk menerapkan Norma Penghitungan Khusus untuk menghitung Penghasilan Neto Wajib Pajak tertentu;

(k) Pasal 16 ayat (3) tentang penghitungan penghasilan kena pajak; (l) Pasal 17 tentang tarif Pajak Penghasilan;

(m) Pasal 20 tentang pelunasan pajak dalam tahun berjalan;

(n) Pasal 21 tentang kewajiban pemberi kerja memotong pajak atas penghasilan yang dibayarkan kepada wajib pajak orang pribadi dalam negeri sehubungan dengan pekerjaan, kegiatan atau jasa; (o) Pasal 23 tentang kewajiban wajib pajak dalam negeri dan bentuk

usaha tetap untuk memotong Pajak Penghasilan (Pasal 23) atas penghasilan yang merupakan objek pemotongan Pajak Penghasilan

Pasal 23 yang diterima atau diperoleh wajib pajak dalam negeri dan bentuk usaha tetap lainnya;

(p) Pasal 25 tentang angsuran bulanan Pajak Penghasilan Pasal 25; (q) Pasal 26 ayat (1) tentang kewajiban wajib pajak dalam negeri dan

bentuk usaha tetap untuk memotong Pajak Penghasilan (Pasal 26) atas penghasilan-penghasilan yang merupakan objek pemotongan Pajak Penghasilan Pasal 26 yang dibayarkan kepada wajib pajak luar negeri;

(r) Pasal 26 ayat (4) tentang kewajiban bentuk usaha tetap untuk memotong Pajak Penghasilan (Pasal 26) atas penghasilan kena pajak bentuk usaha tetap setelah dikenakan pajak yang ditransfer ke kantor pusatnya;

(s) Pasal 28 tentang penghitungan pajak pada akhir tahun;

(t) Pasal 29 tentang pelunasan kekurangan pembayaran pajak pada akhir tahun.

3. Peraturan–peraturan pelaksanaan yang terdiri dari :

a. Keputusan Menteri Keuangan Nomor: 602/KMK.04/1994 tanggal 21 Desember 1994 tentang Perlakuan Perpajakan Atas Penghasilan Kena Pajak Sesudah Dikurangi Pajak Dari Bentuk Usaha Tetap Yang Ditanamkan Kembali di Indonesia juncto Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-04/Pj.4/1995 tanggal 8 Februari 1995 tentang Perlakuan Perpajakan Atas Penghasilan Kena Pajak Sesudah Dikurangi Pajak Dari Suatu Bentuk Usaha Tetap yang Ditanamkan kembali di Indonesia;

b. Keputusan Menteri Keuangan Nomor: 113/KMK.03/2002 tanggal 28 Maret 2002 tentang Perlakuan Perpajakan Atas Penghasilan Kena Pajak Sesudah Dikurangi Pajak Dari Suatu Bentuk Usaha Tetap. (Keputusan Menteri Keuangan Nomor : 113/KMK.03/2002 tanggal 28 Maret 2002 menggantikan Keputusan Menteri Keuangan Nomor: 602/KMK.04/1994 tanggal 21 Desember 1994);

c. Keputusan Menteri Keuangan Nomor: 624/KMK.04/1994 tanggal 17 Desember 1994 tentang Pemotongan Pajak Penghasilan Pasal 26 Atas Penghasilan berupa Premi Asuransi yang Dibayar Kepada Perusahaan di Luar Negeri;

d. Keputusan Menteri Keuangan Nomor: 634/KMK.04/1994 tanggal 29 Desember 1994 tentang Norma Penghitungan Khusus Penghasilan Neto bagi Wajib Pajak Luar Negeri yang mempunyai Kantor Perwakilan Dagang di Indonesia;

e. Keputusan Menteri Keuangan Nomor : 417/KMK.04/1996 tanggal 14 Juni 1996 tentang Norma Penghitungan Khusus Penghasilan Neto bagi Wajib Pajak Perusahaan Pelayaran dan/atau Penerbangan Luar Negeri;

f. Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor: KEP-62/Pj./1995 tanggal 24 Juli 1995 tentang Jenis dan Besarnya Biaya Administrasi Kantor Pusat yang Diperbolehkan untuk Dibebankan sebagai Biaya Suatu Bentuk Usaha Tetap;

g. Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor: SE-04/Pj.4/1995 tanggal 8 Februari 1995 tentang Perlakuan Perpajakan Atas

Penghasilan Kena Pajak Sesudah Dikurangi Pajak Dari Suatu Bentuk Usaha Tetap yang Ditanamkan kembali di Indonesia;

h. Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor: SE-03/Pj.101/1996 tanggal 29 Maret 1996 tentang Pelaksanaan Persetujuan Penghindaran Pajak Berganda;

b. Bahan Hukum Sekunder

Yaitu : buku, majalah, skripsi, jurnal, artikel, dan beberapa sumber dari internet yang berkaitan dengan persoalan di atas

3. Teknik Pengumpulan Data

Dalam pengumpulan data, Penulis menggunakan studi pustaka (library research). Dengan penelitian kepustakaan, Penulis mengumpulkan data, membaca dan mempelajari bahan-bahan kepustakaan yang terkait dengan judul.

4. Analisis Data

Penelitian yang dilakukan dalam skripsi ini termasuk ke dalam tipe penelitian hukum normatif. Pengolahan data pada hakekatnya merupakan kegiatan untuk melakukan analisa terhadap permasalahan yang akan dibahas. Analisis data dilakukan dengan :29

(a) mengumpulkan bahan-bahan hukum yang relevan dengan permasalahan yang diteliti;

(b) memilih kaidah-kaidah hukum atau doktrin yang sesuai dengan penelitian; (c) mensistematisasikan kaidah-kaidah hukum, azas atau doktrin;

(d) menjelaskan hubungan-hubungan antara berbagai konsep, pasal atau doktrin yang ada;

29

Amiruddin dan Zainal Asikin. Pengantar Metode Penelitian Hukum, (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2004), hal. 45

(e) menarik kesimpulan dengan pendekatan deduktif.

Dokumen terkait