• Tidak ada hasil yang ditemukan

Metode non parametrik dalam Statistika .1Skala Pengukuran

TINJAUAN PUSTAKA

2.9 Metode non parametrik dalam Statistika .1Skala Pengukuran

Berdasarkan skala pengukuran, data digolongkan dalam empat tipe, yaitu data nominal, ordinal, interval dan rasio. Data nominal dan ordinal adalah data kategorik, sedangkan interval dan rasio merupakan data numerik. a. Skala nominal

Skala ini merupakan skala pengukuran paling rendah. Angka-angka yang tersaji dalam skala nominal ini hanya sebagai penggolongan agar dapat dibedakan saja dan tidak mengukur besaran. Sebagai contoh, dalam pengkodean jenis kelamin; kode 1 laki-laki dan 0 untuk perempuan hanya untuk membedakan antara jenis laki-laki dan perempuan tidak berarti nilai laki-laki lebih daripada perempuan.

b. Skala ordinal

Skala ordinal hampir sama dengan skala nominal. Hanya saja, selain untuk membedakan, skala ordinal sudah mempunyai urutan tingkatan. Dalam skala ordinal, angka 1 memiliki nilai lebih tinggi daripada 0. Meskipun demikian, jarak antara 0 dan 1 tidak bisa dijelaskan. Contoh skala ordinal adalah tingkat kepuasan (misalnya dalam important and performance analysis); sangat puas (5), puas (4), cukup puas (3), tidak puas (2), dan sangat tidak puas (1). Angka-angka ini memiliki makna bahwa 2 lebih besar dari 1, 3

lebih besar dari 2 dan 1, dan seterusnya. Tetapi, jarak atau selisih antara 1 dan 2, 2 dan 3, dan lainnya tidak mempunyai makna apapun.

c. Skala interval

Pada skala interval (atau skala selang), angka-angka yang disajikan menunjukkan tingkatan dan angka yang berurutan memiliki interval (jarak) yang sama. Ciri utama skala interval adalah tidak mempunyai titik dasar (nol) mutlak sehingga operasi perbandingan tidak dapat dilakukan. Contoh skala interval adalah pada pengukuran suhu dengan standar derajat Celcius (0C). Suhu 400 dan 200 memiliki selisih yang sama dengan suhu 800 dan 600 yaitu 200, akan tetapi suhu 400 tidak berarti 2 kali lebih panas dari 200. Demikian juga bahwa suhu 00 tidak berarti bahwa tidak mempunyai panas.

d. Skala Rasio

Skala rasio merupakan skala pengukuran tertinggi. Selain dapat membedakan, menunjukkan tingkatan, dan memiliki interval yang sama antar dua nilai yang berurutan, skala rasio dapat dibandingkan karena mempunyai nilai dasar (nol) multak. Contohnya adalah tinggi badan, harga barang, jumlah produksi dan lain-lain.

Tabel 2 Skema keempat tipe skala pengukuran

Data Skala Dapat

dibedakan Ada urutan tingkatan Memiliki interval sama Dapat dibandingkan Kategorik Nominal Ordinal Numerik Interval Rasio Sumber: Daniel (1990)

Mengenal jenis data penting dalam statistika karena sangat berhubungan dengan analisis statistika yang akan digunakan. Beberapa analisis statistika mensyaratkan skala data tertentu. Jika skala data tidak relevan dengan analisis yang digunakan, hasil yang akan diperoleh akan tidak sah.

2.9.2 Metode non parametrik

Dalam inferensia statistika, dikenal dengan dua metode yaitu metode parametrik dan metode non parametrik. Perbedaan mendasar antara keduanya

terletak pada penggunaan asumsi mengenai populasi. Dalam melakukan pendugaan parameter, inferensia atau penarikan kesimpulan mengenai populasi, metode parametrik memberikan asumsi bahwa populasi menyebar menurut sebaran tertentu. Sebagai contoh, analisis ragam (ANOVA) memberikan asumsi bahwa contoh berasal dari populasi yang menyebar normal dengan ragam yang homogen. Jika asumsi ini tidak terpenuhi, kesimpulan yang diperoleh menjadi tidak valid.

Jika asumsi yang mendasari metode parametrik tidak terpenuhi, kita dapat menggunakan metode inferensia lain yang tidak terlalu bergantung pada asumsi baku. Metode non parametrik pada banyak kasus dapat digunakan untuk keperluan ini. Metode non parametrik tidak membutuhkan asumsi mengenai sebaran data populasi. Karena itu, metode ini sering disebut distribution-free method. Statistika non parametrik mencakup pemodelan statistika, pengujian hipotesis dan inferensia atau penarikan kesimpulan tentang populasi. Meskipun demikian, jika asumsi yang mendasari metode statistika parametrik dapat dipenuhi, penggunaan statistika non parametrik tidak begitu disarankan.

Kelebihan metode non parametrik antara lain: (1) asumsi yang diperlukan sangat minimum (2) pada beberapa prosedur, perhitungan dapat dilakukan dengan mudah dan cepat, (3) konsep dan metode lebih mudah dipahami dan (4) dapat diterapkan pada data dengan skala yang lebih rendah. Sedangkan kekurangan dari metode non parametrik antara lain: (1) karena sangat sederhana dan cepat, perhitungan dalam prosedur non parametrik terkadang dapat ‘membuang’ informasi dari data, (2) meskipun perhitungan sangat sederhana, prosedur non parametrik akan sangat membosankan terutama ketika data yang digunakan berukuran besar.

Tabel 3 Contoh metode statistika parametrik dan non parametrik dalam pengujian hipotesis statistika

Pengujian Metode

Parametrik Nonparametrik

Uji nilai tengah satu populasi Uji-T Uji tanda

Uji perbedaan nilai tengah dua populasi yang

saling bebas Uji-T Uji Mann-Whitney

Uji perbedaan nilai tengah lebih dari dua populasi Uji-F (ANOVA Uji Kruskal-Wallis Uji korelasi antar dua variable Korelasi Pearson Korelasi Spearman

2.10 Profil Badan Standardisasi Nasional (BSN)

Badan Standardisasi Nasional (BSN) merupakan Lembaga Pemerintah Non Kementrian yang memiliki tugas pokok membina dan mengembangkan standardisasi di Indonesia. Pembentukan badan pemerintah ini dilakukan pada tahun 1997 melalui Keputusan Presiden No. 13 Tahun 1997 yang disempurnakan dengan Keputusan Presiden No. 166 Tahun 2000 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan, Sususnan Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Pemerintah Non Departemen sebagaimana telah beberapa kali diubah dan yang terakhir dengan Keputusan Presiden No. 103 Tahun 2001. Badan ini menggantikan fungsi dari Dewan Standardisasi Nasional (DSN).

Sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 102 Tahun 2000 tentang Standardisasi Nasional, maka BSN menetapkan Standar Nasional Indonesia (SNI) yang perumusannya dilakukan secara konsensus oleh stakeholder (produsen, konsumen, ahli atau akademisi, serta pemerintah). SNI merupakan dokumen yang berisi ketentuan teknis (aturan, pedoman atau karakteristik) dari suatu kegiatan atau hasilnya. SNI berlaku secara nasional di wilayah Indonesia.

Dalam forum organisasi standardisasi internasional dan regional, BSN aktif menghadiri atau menjadi tuan rumah berbagai sidang internasional Internasional Organisazation for Standardization (ISO), Internasional Electrotechnical Commision (IEC) dan Codec Alimentarius Commission (CAC), ASEAN Consultative Committee for Standards and Quality (ACCSQ), APEC Sub-Committee on Standards and Comformance (APEC SCSC), serta Pacific Area Standard Congress (PASC). Selain itu sebagai notification body, BSN menotifikasi atau menyampaikan draft regulasi teknis pemberlakuan SNI ke sekretariat Organisasi Perdagangan Dunia (WTO). Begitu pula sebaliknya, BSN sebagai inquiry point juga menerima draft regulasi teknis dari negara lain untuk selanjutnya dikoordinasikan ke instansi teknis terkait guna meminta tanggapan.

Menghadapi berbagai perjanjian perdagangan bebas dengan negara lain khususnya dengan China yang telah efektif berlaku 1 Januari 2010. BSN telah ditunjuk oleh Kementrian Koordinator Bidang Perekonomian sebagai koordinator Gerakan Nasional Penerapan SNI atau GENAP SNI. Untuk mendukung GENAP SNI, BSN telah meluncurkan program free download SNI yang dapat diperoleh

melalui www.bsn.go.id sejak tanggal 26 Maret 2010. Dengan fasilitas online terbaru ini, maka stakeholder dapat memperoleh dokumen SNI secara gratis. Selain informasi standardisasi melalui website, BSN juga memiliki fasilitas Perpustakaan Standardisasi terlengkap dimana masyarakat bisa mendapatkan berbagai dokumen standar baik standar nasional maupun standar mancanegara, terbitan BSN, buku-buku standardisasi dengan harga yang sudah diatur dalam PP No. 62 Tahun 2007.

Sumber : BSN

2.11 Standar Nasional Indonesia (SNI)

SNI merupakan sertifikasi pada produk (tanda SNI) yang berfungsi untuk jaminan tertulis yang menyatakan bahwa suatu produk telah memenuhi persyaratan Standar Nasional Indonesia. APD dikatakan baik jika memiliki perlindungan dan kenyamanan, selain itu juga disarankan telah memenuhi kriteria standar seperti SNI. Sarung tangan yang di desain ulang menggunakan dua bahan utama yaitu karet (SAS) dan kulit (Suede). Oleh karena itu, referensi yang digunakan untuk sarung tangan tersebut adalah dokumen SNI 06-1301-1989 (sarung tangan karet), dan SNI 06-0652-2005 (sarung tangan dari kulit sapi untuk kerja berat). Beberapa persyaratan yang harus diperhatikan dari sarung tangan dengan bahan tersebut adalah sebagai berikut:

1. Sarung tangan karet

Sarung tangan karet adalah alat pelindung tangan yang dibuat dari lateks dengan bentuk dan ukuran tertentu, diproses dengan cara acuan celup, yang dipergunakan untuk keperluan umum, kecuali keperluan medis dan industri kimia. Tabel 4 Persyaratan mutu sarung tangan karet

No Jenis Uji Satuan Persyaratan

I Fisika

1 Tebal Mm 0,5 - 1,0

2 Tegangan Putus N/mm2 min. 17

3 Perpanjangan putus % min. 650

4 Pengusangan yang dipercepat

4.1 - tegangan putus sesudah pengusangan N/mm2 min. 11

4.2 - perpanjangan putus sesudah pengusangan % min. 500

5 Ketahanan Sobek N/mm2 min. 4

Tabel 4 Persyaratan mutu sarung tangan karet (lanjutan)

No Jenis Uji Satuan Persyaratan

II Kimiawi

7 Ketahanan terhadap basa

7.1 - tegangan putus sesudah perendaman N/mm2 min. 16

7.2 - perpanjangan putus sesudah perendaman % min. 600

8 ketahanan terhadap asam

8.1 - tegangan putus sesudah perendaman N/mm2 min. 16

8.2 - perpanjangan putus sesudah perendaman % min. 600

9 pengembangan (swelling)

9.1 - perubahan panjang % maks. 60

9.2 - perubahan lebar % maks. 60

III Organoleptis

keadaan dan atau kenampakan sarung tangan karet

kenampakan sarung tangan harus baik, tidak boleh ada tambalan bebas dari lubang, lepuh dan adanya benda-benda asing serta cacat fisik lainnya

Sumber: Dokumen SNI 06-1301-1989 2. Sarung tangan dari kulit sapi

Merupakan sarung tangan yang terbuat dari kulit sapi samak krom yang dipakai pada kedua tangan dengan bentuk dan ukuran tertentu, serta digunakan untuk kerja berat. Kerja berat adalah kegiatan melakukan suatu pekerjaan dengan risiko terkena gangguan serius atau tidak serius, yang dapat menimbulkan kikisan ringan atau kasar pada organ tubuh.

Tabel 5 Persyaratan mutu bahan kulit sapi untuk sarung tangan

No Jenis Uji Satuan Persyaratan Keterangan

1 Bagian telapak, punggung tangan, jari dan bagian pergelangan tangan

1.1 Tebal mm 1,0-2,0 Uji berdasarkan SNI

0485

1.2 Penyamakan - Masak Uji berdasarkan SNI

0485

1.3 Susut % maks. 10 Uji berdasarkan SNI

0485

1.4 Kekuatan tarik kg/cm2 min. 175 Uji berdasarkan SNI

0485

1.5 Kekuatan gosok cat

a. Kering min. ¾ Uji berdasarkan SNI

0996

b. Basah min. 3

2 Bagian plisir

2.1 Lebar mm 3 Uji berdasarkan SNI

0652

3 Benang jahit Nilon,

Poliester, Katun min.

3

Uji berdasarkan SNI 1508

3.1 Bahan

3.2 Jumlah lilitan

4 Pelapis tekstil Uji berdasarkan SNI

0652

Tabel 6 Persyaratan ukuran sarung tangan

No Bagian yang diukur Kecil (cm) Sedang (cm) Besar (cm)

1 Panjang ibu jari 11 12 13

2 Panjang jari telunjuk 16 17 18

3 Panjang jari tengah 19 20 21

4 Panjang jari manis 18 19 20

5 Panjang jari kelingking 16 17 18

6 Lebar punggung 13 14 15

7 Lingkar pergelangan 28 29 30

8 Lebar ibu jari 5 5,5 6

9 Lebar jari telunjuk 4 4,25 4,5

10 Lebar jari tengah 4 4,5 5

11 Lebar jari manis 3,75 4 4,25

12 Lebar jari kelingking 3,5 3,75 4,0

13 Panjang manset 13 14 15

Tabel 7 Persyaratan mutu pengerjaan

No Jenis uji Persyaratan

1 Jahitan Rapi, tidak meloncat, tidak menumpuk, dijahit

(4-5) stik/cm

2 Mutu Bahan

2.1 Pemotongan bagian punggung tangan, punggung ibu jari, telapak, telapak jari tengah, jari manis dan bagian manset

Dipotong sesuai pola arah pemotongan bebas

2.2 Jahitan Rapi, tidak meloncat, tidak menumpuk, dijahit

(4-5) stik/cm

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni ~ Juli 2012. Berlokasi di RPH Maribaya dan RPH Tenjo, BKPH Parung Panjang, KPH Bogor, Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten untuk 8 operator chainsaw. Penelitian yang ditujukan kepada pihak lain dilakukan di Laboratorium Pemanenan Hutan Fakultas Kehutanan IPB.

3.2Alat dan Bahan Penelitian

Alat dan bahan pada penelitian ini adalah sarung tangan, alat tulis, kuesioner, kamera Nikon coolpix s3100, vibration meter, dan chainsaw tipe Stihl ms 380 & 440. Untuk pengolahan dan analisis data, digunakan satu unit peralatan komputer dengan software Corel Draw X4, Microsoft Office Word 2007, Microsoft Office Excel 2007, dan SPSS (Statistical Package for the Sosial Sciences) versi 17.0.

3.3Kerangka Penelitian

Operator Chainsaw

Gap kondisi di lapangan dengan regulasi Identifikasi masalah Pembuatan desain alternatif sarung tangan Persepsi responden Terima Tolak R ekomenda si

Salah satu faktor enggan menggunakan

APD adalah desain

Modifikasi desain sarung tangan

Uji coba sarung tangan

3.4Prosedur Penelitian

Dokumen terkait