• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA

3.4 Prosedur Penelitian .1 Tahap Persiapan

Pada tahap ini, kegiatan penelitian terdiri dari: a) Pengumpulan data, b) Pengkajian studi lapang dan studi pustaka untuk memperoleh informasi awal penelitian, c) Pengurusan ijin penelitian dan persiapan peralatan survei. Studi lapang dilakukan di IUPHHK-HA PT Arfak Indra, Kabupaten Fak-fak, Papua Barat pada bulan Februari 2012. Melakukan uji coba sarung tangan karet Krisbow KW10-340, dan sarung tangan kulit Krisbow KW10-241 (digunakan di Perum Perhutani Cianjur) kepada responden di perusahaan tersebut. Kedua sarung tangan itu merupakan sarung tangan yang ada untuk operator chainsaw. Namun, terdapat beberapa kekurangan yang perlu diidentifikasi sehingga alasan pengujian dilakukan untuk mengetahui informasi dari persepsi responden. Informasi tersebut kemudian dijadikan dasar dalam pembuatan desain alternatif sarung tangan ergonomis untuk operator chainsaw.

Ergonomi berasal dari bahasa Yunani yang berasal dari kata ergon (kerja) dan nomos (peraturan). Secara definisi istilah ergonomi menurut Departemen Kesehatan (2009) adalah ilmu yang mempelajari perilaku manusia dalam kaitannya dengan pekerjaan mereka. Sasaran penelitian ergonomi adalah manusia pada saat bekerja dalam lingkungan. Secara singkat dapat dikatakan bahwa ergonomi adalah penyesuaian tugas pekerjaan dengan kondisi tubuh manusia untuk menurunkan stres yang akan dihadapi. Namun, dalam hal ini pengertian dari sarung tangan ergonomis adalah sarung tangan dibuat menyesuaikan kebutuhan operator chainsaw. kebutuhan operator chainsaw adalah mendapatkan sarung tangan yang baik dari sisi keamanan dan kenyamanan. Untuk mencapai sarung tangan yang aman dan nyaman maka digunakanlah kriteria sarung tangan yang baik menurut perusahaan sarung tangan Ansell. Terdapat empat kriteria sarung tangan yang baik yaitu: ketangkasan, keamanan, daya pegang yang baik, dan kenyamanan. Ide dalam pembuatan desain alternatif sarung tangan ergonomis ini berasal dari dosen pembimbing Dr. Efi Yuliati Yovi, S.Hut, M.Life.Env.Sc yang kemudian direalisasikan dalam penelitian ini.

Gambar 1 Krisbow KW10-340. Gambar 2 Krisbow KW10-240.

Gambar 3 Percobaan sarung tangan di lapangan.

Setelah dilakukan uji coba sarung tangan kepada empat responden di IUPHHK-HA PT Arfak Indra, secara umum hasilnya dapat dikatakan bahwa responden menyukai sarung tangan karet Krisbow KW10-340. Sarung tangan tersebut memiliki daya pegang yang baik, dan nyaman untuk digunakan. Namun, terdapat sedikit kekurangan seperti pengontrolan jari telunjuk untuk menekan tombol gas mesin chainsaw yang terasa kurang nyaman. Selain itu, bahan pada bagian punggung tangan yang dirasakan kurang aman dalam melindungi potensi luka seperti terkena duri dan lainnya. Responden seperti operator chainsaw menolak menggunakan uji coba sarung tangan Krisbow KW10-240 di lapangan karena bentuk jarinya yang besar serta bahan bagian depan yang kaku seperti pada bagian telapak tangan dan jari depan. Mereka menganggap sarung tangan tersebut tidak cocok digunakan oleh operator chainsaw karena selain tidak nyaman untuk digunakan, sarung tangan tersebut dapat mengganggu kinerja operator chainsaw. Untuk menguatkan pernyataan tersebut, maka pengujian sarung tangan dilakukan pada operator traktor di IUPHHK-HA PT Arfak Indra. Hasil pengujian tersebut adalah senada dengan

operator chainsaw, yaitu sarung tangan tersebut tidak nyaman karena bentuk yang tidak sesuai, bahan yang kaku, serta panas.

Berdasarkan informasi yang telah didapatkan dari responden, jika digambarkan dengan sebuah desain sarung tangan pada perangkat lunak Corel Draw X4 maka akan tergambar desain sarung tangan sebagai berikut:

1

3

2

Gambar 4a Desain sarung tangan alternatif (tampak depan).

4

5

Gambar 4b Desain sarung tangan alternatif (tampak belakang).

Keterangan:

1 = Bagian kanan sarung tangan dibuat setengah jari (half finger) agar saat menekan tombol gas mesin chainsaw terasa nyaman.

2 = Pergelangan tangan menggunakan tali sabuk agar dapat diatur kekuatan ikatannya dan dilapisi dengan busa sehingga terasa lebih nyaman.

3 = Bagian telapak tangan menggunakan bahan dari karet agar memiliki daya pegang yang baik terhadap mesin chainsaw selain itu bahan karet relatif lebih murah dibandingkan dengan kulit.

4 = Bagian belakang sarung tangan menggunakan bahan kulit, sarung tangan kiri

menggunakan jari penuh (full finger) karena untuk melindungi tangan dari panas knalpot mesin chainsaw.

5 = Bagian punggung tangan menggunakan fiber plastik yang berfungsi untuk melindungi tangan dari risiko luka seperti terkena duri atau ranting-ranting pohon.

Pada saat proses pembuatan sarung tangan, terjadi sedikit perubahan desain terkait pertimbangan seperti penggunaan fiber plastik meskipun efektif

melindungi namun dapat menyebabkan kaku dalam bergerak atau tidak fleksibel. Berdasarkan pertimbangan tersebut maka realisasi sarung tangan menjadi:

1

Gambar 5 Realisasi desain sarung tangan alternatif.

Keterangan:

1 = Punggung tangan menggunakan bahan kulit serta dilapisi busa untuk melindungi tangan dari risiko luka ringan, dibuat pola jahitan agar lebih fleksibel dalam bergerak.

3.4.2 Penelitian di Lapangan

Kegiatan pengamatan di lapangan dilakukan dengan cara uji coba sarung tangan kepada operator chainsaw dan pihak lainnya. Metode pengambilan data sama seperti observasi sebelumnya. Namun, sarung tangan yang digunakan saat penelitian di lapangan berjumlah tiga, yaitu sarung tangan pertama (ST1) Krisbow KW10-340, sarung tangan kedua (ST2) Krisbow KW10-240, dan sarung tangan ketiga (ST3) adalah sarung tangan desain alternatif. Sarung tangan Krisbow KW10-240 merupakan pengganti dari sarung tangan Krisbow KW10-241. Penggantian ini dilakukan karena sarung tangan tipe 241 kurang efektif digunakan untuk operator chainsaw, perbandingan dengan sarung tangan pabrik tipe 240 dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana desain sarung tangan alternatif bisa bersaing dari sisi keamanan maupun kenyamanannya. Selain itu, identifikasi persepsi dilakukan untuk mengetahui apakah desain sarung tangan alternatif tersebut sudah termasuk kategori sarung tangan ergonomis ataukah belum.

3.4.3 Pengolahan Data dan Analisis Data 1. Pengolahan Data

Data yang diperoleh dari kuesioner berupa skala Likert, kemudian data diinput kedalam Microsoft Office Excel 2007. Selanjutnya, setelah data dijumlahkan berdasarkan masing-masing responden, hasil data tersebut diinput kedalam SPSS dengan metode Kruskal-Wallis.

2. Analisis Data

Jawaban pertanyaan responden tentang persepsi penggunaan sarung tangan berupa skala Likert. Skala Likert merupakan skala yang mengukur kesetujuan atau ketidaksetujuan seseorang terhadap serangkaian pernyataan berkaitan dengan keyakinan atau perilaku mengenai suatu obyek tertentu. Skala likert merupakan skala ordinal yang dikembangkan oleh Rensis Likert. Dalam penelitian ini menggunakan interval nilai 1 ~ 5 dengan keterangan; 1 = sangat tidak baik, 2 = tidak baik, 3 = sedikit baik, 4 = baik, dan 5 = sangat baik. Untuk mengetahui tingkat efektivitas penggunaan APD dilakukan uji Krusskal-Wallis. Savitri (2011) menyebutkan uji Kruskal-Wallis digunakan untuk membandingkan median lebih dari dua buah, data yang dikumpulkan berdasarkan sampel yang independen dan tingkat pengukuran sekurang-kurangnya ordinal. Rumus statistik uji Kruskal-Wallis:

... (1) Jika ada ties, maka rumus Kruskal-Wallis terkoreksi menjadi:

... (2) Keterangan (1) & (2):

Ri = jumlah peringkat untuk contoh ke-i n = jumlah pengamatan pada contoh ke-i N = total pengamatan

T = ties

Langkah-langkah dalam pengujian metode Kruskal-Wallis ini adalah sebagai berikut:

1. Menentukan formulasi hipotesis

H0 : semua sarung tangan tidak berbeda nyata (M1 = M2 = M3) H1 : minimal ada satu sarung tangan yang berbeda nyata 2. Alpha (α) = 0,05

3. Menentukan kriteria pengujian Kaidah keputusan:

Ho diterima apabila nilai Asymp. Sig α ˃ 0,05 Ho ditolak apabila nilai Asymp. Sig α ≤ 0,05

4. Jika Ho diterima berarti semua sarung tangan tidak signifikan

Jika Ho ditolak berarti ada sarung tangan yang signifikan dan harus dilakukan uji lanjut Dunn untuk mengetahui sarung tangan mana yang paling baik. Sehingga hipotesis pada kasus tersebut menjadi:

H0 = MSTi = MSTj(Sarung tangan ke-i dan ke-j berpengaruh sama) H1 = MSti ≠ MSTj (sarung tangan ke-i dan ke-j memberikan pengaruh

berbeda)

5. Dari uji lanjut Dunn didapatkan mean rank yang paling tinggi, maka nilai yang paling tinggi tersebut merupakan sarung tangan yang paling baik. Baik dalam hal ini terutama dari sisi kenyamanan dari sarung tangan tersebut saat digunakan.

BAB IV

KONDISI UMUM LOKASI

4.1 Letak dan Luas Areal

Secara astronomis (berdasarkan garis lintang dan garis bujur), wilayah KPH Bogor terletak pada 106º20'28”BT-107º17'09”BT dan 05º55'24”LS -06º48'00”LS. Luas kawasan hutan KPH Bogor berdasarkan sejarah berita acara tata batas (BATB) adalah 90.856,45 ha dan yang telah dikukuhkan seluas 84.360,40 ha tersebar di tiga kelas perusahaan yaitu: KP Acacia mangium, KP Meranti, dan KP Pinus. Dikarenakan adanya kawasan hutan yang masuk dalam perluasan Taman Nasional Gunung Halimun Salak dan Gunung Gede Pangrango, maka luasan kawasan KPH Bogor sampai tahun 2010 adalah 49.342,59 ha.

Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan (BKPH) Parung Panjang secara administratif pemerintahan berada pada 3 (tiga) wilayah kecamatan, yaitu Kecamatan Tenjo, Jasinga dan Parung Panjang. Sedangkan batas-batas pengelolaan BKPH Parung Panjang adalah sebagai berikut :

1. Sebelah barat berbatasan dengan KPH Banten. 2. Sebelah selatan berbatasan dengan BKPH Jasinga. 3. Sebelah timur berbatasan dengan BKPH Leuwiliang. 4. Sebelah utara berbatasan dengan BKPH Tangerang.

Secara geografis BKPH Parung Panjang yang juga termasuk dalam KP Akasia mangium terletak pada 106026‟03” BT s.d 106035‟16” BT dan 06020‟59” s.d 06027‟01” LS.

Kawasan Hutan BKPH Parung Panjang ditetapkan sebagai Kelas Perusahaan (KP) Akasia mangium (Berdasarkan Hasil Risalah Tahun 2006, jangka 2006-2010) terbagi dalam 3 (tiga) Resort Pemangkuan Hutan (RPH) seluas 5.397,24 ha yaitu RPH Tenjo seluas 1.536,15 ha, RPH Maribaya seluas 2.127,39 ha dan Jagabaya seluas 1.733,70 ha.

4.2 Topografi dan Iklim

Kawasan hutan KP Akasia mangium di BKPH Parung Panjang termasuk dalam tipe iklim A dengan curah hujan rata-rata 3.000 mm/tahun, dengan suhu

harian tertinggi 25,500 C dan suhu terkecil 180 C berdasarkan ratio bulan basah dan bulan kering setiap tahun serta memiliki konfigurasi lapangan yang sebagian besar relatif datar sampai dengan landai, dengan kemiringan lapangan bervariasi mulai dari datar (0-8 %) dan kemiringan agak curam (15-25 %). Berdasarkan ketinggian tempat dari permukaan laut, kawasan KP Acacia mangium berada pada ketinggian 38–113 m dari permukaan laut yang terdiri dari: kelompok hutan Cikadu I&II (38–75 m dari permukaan laut), kelompok hutan Yanlava (38–88 m dari permukaan laut), dan kelompok hutan Parung Panjang I-III (50–113 m dari permukaan laut).

4.3 Geologi

Berdasarkan peta tinjau tanah Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten, jenis tanah pada kawasan hutan KP Acacia mangium KPH Bogor adalah podsolik merah kekuningan dan podsolik kuning dengan jenis batuan sebagian besar adalah oliocene dan sedimentary facies (Tabel 8).

Tabel 8 Sebaran jenis tanah dan batuan pembentuk tanah kawasan hutan KP Acacia mangium

No RPH Petak Jenis Tanah Batuan Tanah

1 Tenjo 1-3 4-10, 12-14, 16-18 Podsolik Kuning, Podsolik merah kekuningan oliocene, sedimentary facies oliocene, sedimentary facies

2 Maribaya 11, 19-37 Podsolik merah

kekuningan oliocene, sedimentary facies 3 Jagabaya 38-54, 56-57, 55 Podsolik merah kekuningan, podsolik kuning oliocene, sedimentary facies oliocene, sedimentary facies Sumber: RPKH Kelas Perusahaan Acacia mangium KPH Bogor Jangka Perusahaan 2011-2015

4.4 Daerah Aliran Sungai (DAS)

Kawasan hutan KPH Bogor termasuk dalam DAS Ciliwung, Cisadane, Citarum, Cidurian, Cimanceuri, dan Kali Bekasi. Untuk kawasan hutan KP Acacia mangium termasuk dalam wilayah DAS Cidurian dengan Sub DAS Cimatuk dan DAS Cimanceuri dengan Sub DAS Cipangaur (Tabel 9).

Tabel 9 Pembagian wilayah KP Acacia mangium berdasarkan aliran DAS

DAS RPH Luas (Ha)

Cidurian Tenjo 1.536,15

Cidurian Maribaya 1.212,40

Cimanceuri Maribaya 914,99

Cimanceuri Jagabaya 1.733,70

Sumber: RPKH Kelas Perusahaan Acacia mangium KPH Bogor Jangka Perusahaan 2011-2015

4.5 Kondisi Sumberdaya Hutan

Dalam pembagian wilayah kerja, luas kawasan hutan KPH Bogor yang termasuk dalam wilayah administratif pemerintahan Kabupaten Bogor, Bekasi, dan Tangerang sebesar 49.342,59 ha (Tabel 10).

Tabel 10 Rekapitulasi luas kawasan hutan Perum Perhutani KPH Bogor berdasarkan wilayah administratif pemerintahan Tahun 2010

No Kabupaten BKPH RPH Luas

1 Bogor Bogor Babakan Madang

Cipayung Cipamingkis 3.022,80 2.568,60 3.665,82 Jumlah 9257,22

2 Bogor Leuwiliang Leuwiliang

Gobang Nanggung 973,00 2.164,22 83,65 Jumlah 3.220,87

3 Bogor Jonggol Cariu

Tinggarjaya Gunung Karang 3.504,60 6.224,92 4.603,84 Jumlah 14.333,36

4 Bogor Parung Panjang Tenjo

Jagabaya Maribaya 1.536,15 1.733,70 2.095,39 Jumlah 5.365,24

5 Bogor Jasinga Cirangsad

Cigudeg

3.338,31 1.994,89

Jumlah 5.333,20

6 Bekasi Ujung Karawang Muara Gembong

Singkil Pondok Tengah 2.443,75 3.318,50 4.718,90 Jumlah 10.481,90

7 Tangerang Parung Panjang Tangerang 1.351,55

Total (ha) 49.342,59

Sumber: RPKH Kelas Perusahaan Acacia mangium KPH Bogor Jangka Perusahaan 2011-2015 Pembagian wilayah berdasarkan tujuan pengelolaan hutan, berdasarkan SK Menteri Kehutanan No.195/Kpts-II/2003 tanggal 4 Juli 2003 tentang penunjukkan kawasan hutan (hutan lindung, hutan produksi tetap, dan hutan produksi terbatas), wilayah KPH Bogor terbagi menjadi seperti dalam Tabel 11.

Tabel 11 Luas fungsi kawasan hutan KPH Bogor berdasarkan wilayah administratif pemerintahan Tahun 2010

No Fungsi Hutan Kabupaten Total (ha)

Bogor Bekasi Tangerang

1 Hutan Lindung (ha) - 5.311,15 1.351,55 6.662,70

2 Hutan Produksi Tetap (ha) 20.057,38 5.170,00 - 25227,38

3 Hutan Produksi Terbatas (ha) 17.452,51 - - 17.452,51

Jumlah 37.509,89 10.481,15 1.351,55 49.342,59

Sumber: RPKH Kelas Perusahaan Acacia mangium KPH Bogor Jangka Perusahaan 2011-2015 4.6 Kondisi Sosial

4.6.1 Pengembangan Wilayah Kabupaten Bogor

Kabupaten Bogor dengan luas 230.195 ha (2.301,95 Km2) terdiri dari 40 kecamatan dan 428 desa atau kelurahan. KPH Bogor dengan luas wilayah 49.342,59 ha dikelilingi oleh 25 kecamatan dengan 89 desa yang terdiri dari: 68 desa di wilayah kabupaten Bogor, 14 desa di wilayah kabupaten Tangerang, dan 7 desa di kabupaten Bekasi. Secara administrasi pemerintahan, KP Acacia mangium berada di wilayah kabupaten Bogor dengan 2 kecamatan dan 14 desa.

4.6.2 Pembinaan Masyarakat Desa Hutan

Bagian Hutan Parung Panjang yang sebagian besar wilayahnya berupa dataran dengan sebaran kawasan hutan yang dikelilingi enclave mengakibatkan terciptanya interaksi sosial yang sangat kompleks, terutama dalam hal penggarapan lahan di kawasan hutan. Hampir seluruh lokasi enclave berupa sawah yang berbentuk menjari mengelilingi hutan sehingga tuntutan masyarakat untuk ikut menggarap kawasan hutan sulit untuk dikendalikan. Kegiatan PHBM yang sifatnya berada dalam kawasan di wilayah KP Acacia mangium meliputi kegiatan penanaman, penjarangan, dan pemanfaatan hasil hutan bukan kayu (komoditi padi). Berdasarkan laporan statistik pemanfaatan HHBK di KP Acacia mangium pada tahun 2008 dan 2009, realisasi pemanfaatan HHBK dengan jenis padi menghasilkan 3.913 ton dengan luas areal 2.115 ha pada tahun 2008 dan 3.815 ton dengan luas areal 2.062 ha pada tahun 2009.

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Deskripsi Penilaian Responden Terhadap Ketiga Sarung Tangan Tabel 12 Penilaian operator chainsaw

Kategori Kode sarung tangan Interval sangat

tidak tidak sedikit baik

sangat baik Ketangkasan ST1 0 0 3 5 0 ST2 0 0 0 0 8 ST3 0 1 2 4 1 Keamanan ST1 0 0 5 3 0 ST2 0 0 1 6 1 ST3 0 0 0 5 3 Daya Pegang ST1 0 1 4 3 0 ST2 0 0 0 0 8 ST3 0 0 7 1 0 Kenyamanan ST1 0 0 0 5 3 ST2 0 0 0 0 8 ST3 0 0 0 4 4 Keterangan:

ST1 = Sarung Tangan Krisbow KW10-340 ST2 = Sarung Tangan Krisbow KW10-240 ST3 = Sarung Tangan Desain Alternatif

Tabel 12 menunjukkan setiap masing-masing sarung tangan memiliki nilai yang berbeda-beda berdasarkan empat kategori yang digunakan. Ketangkasan yang terdiri dari pengontrolan jari dan reaksi telapak tangan terhadap getaran, keamanan seperti perasaan aman menggunakan sarung tangan tersebut, daya pegang yang baik seperti perasaan tidak licin saat memegang chainsaw, serta kenyamanan yang terdiri dari perasaan nyaman pada bagian pergelangan tangan, punggung tangan, dan suhu di dalam sarung tangan tersebut. Angka-angka pada tabel di atas adalah persepsi atau penilaian dari jumlah responden terhadap ketiga sarung tangan berdasarkan masing-masing kategori. Menurut operator chainsaw ketiga sarung tangan didominasi dalam interval dari mulai sedikit baik sampai dengan sangat baik. perbedaan nilai yang besar antara sarung tangan dua dengan sarung tangan lainnya, ini menandakan bahwa menurut operator chainsaw sarung tangan dua sangat baik dan tujuh responden yang menyatakan dengan desain sarung tangan alternatif kurang baik dari sisi daya pegang karena jenis bahan karet yang digunakan terlalu kaku. Selain itu, akibat dari kekakuan bahan tersebut satu

responden menyatakan tidak baik dalam hal ketangkasan seperti pengontrolan jari yang terganggu dalam menekan pemicu gas pada mesin chainsaw.

Tabel 13 Penilaian non-operator chainsaw Kategori Kode sarung tangan Interval sangat

tidak tidak sedikit baik

sangat baik Ketangkasan ST1 0 2 1 5 0 ST2 0 4 1 3 0 ST3 0 0 3 5 0 Keamanan ST1 0 2 4 2 0 ST2 0 1 3 4 0 ST3 0 1 5 2 0 Daya pegang ST1 0 0 5 3 0 ST2 0 2 2 4 0 ST3 0 1 3 4 0 Kenyamanan ST1 0 1 3 3 1 ST2 0 3 3 2 0 ST3 0 2 5 1 0 Keterangan:

ST1 = Sarung Tangan Krisbow KW10-340 ST2 = Sarung Tangan Krisbow KW10-240 ST3 = Sarung Tangan Desain Alternatif

Berdasarkan informasi Tabel 13, menurut non-operator chainsaw adalah ketiga sarung tangan memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing berdasarkan empat kategori yang digunakan. Hal ini bisa dilihat pada angka-angka yang tersebar dalam interval tersebut. Mengingat pengujian sarung tangan ini dimaksudkan untuk mengevaluasi kelayakan dari desain alternatif sarung tangan, maka penjelasan dari ST3 berdasarkan informasi dalam Tabel 13: dari sisi ketangkasan terdapat satu responden menyatakan tidak baik dalam hal perasaan aman menggunakan sarung tangan tersebut. Hal ini disebabkan jari pada tangan kanan dibuat half finger sehingga responden merasa efektifitas perlindungan pada jari tangan kanan adalah rendah. Selain itu, daya pegang dari sarung tangan banyak yang menyatakan kurang baik. Kenyamanan dari ST3 seperti keadaan suhu saat sarung tangan digunakan, dan bagian pelindung punggung tangan yang tebal dan bentuk kotak yang besar mengakibatkan sedikit responden menyatakan sarung tangan tersebut tidak baik. Banyaknya kekurangan dalam desain alternatif sarung tangan ini menandakan bahwa sarung tangan tersebut belum ergonomis atau layak direkomendasikan kepada operator chainsaw untuk menerapkan atau menggunakannya pada saat bekerja. Namun, perlu adanya perbaikan atau

penyempurnaan dari desain alternatif sarung tangan sehingga nilai dari sarung tangan tersebut meningkat dan layak untuk direkomendasikan kepada para pekerja hutan seperti operator chainsaw.

5.2 Hasil Uji Kruskal-Wallis dan Persepsi Terhadap Sarung Tangan

Untuk mengetahui apakah sarung tangan tersebut sudah baik atau layak secara statistik, maka digunakan metode Kruskal-Wallis. Berdasarkan pengolahan dan analisis data lapangan, maka hasil uji Kruskal-Wallis adalah sebagai berikut: Tabel 14 Ranking sarung tangan pada operator chainsaw

Grup Kode sarung tangan N Mean rank Operator chainsaw sarung tangan 1 8 7.44a

sarung tangan 2 8 20.25b sarung tangan 3 8 9.81a

Total 24

Keterangan:

a = tidak berbeda nyata pada P-Value 0,001 b = berbeda nyata pada P-Value 0,001 N = jumlah pengamatan

Berdasarkan informasi pada Tabel 14, hasil uji Kruskal-Wallis menunjukkan pada kasus tersebut memiliki P-Value < 0,05 yang berarti perlu dilakukan uji lanjut Dunn untuk mengetahui sarung tangan mana yang paling baik. Pada kelompok operator chainsaw, hasil uji lanjut Dunn menyatakan sarung tangan pertama (ST1) dan sarung tangan ketiga (ST3) tidak memberikan pengaruh berbeda atau sama baiknya, sedangkan pasangan perlakuan lainnya tidak. Beberapa catatan penting dari kelompok operator chainsaw bahwa nilai diatas dirasakan kurang objektif. Hal tersebut disebabkan para responden tidak bisa menjawab wawancara dengan metode skala Likert secara benar. Sebagai contoh, operator chainsaw merasa kesulitan dalam menyebutkan nilai dari setiap sarung tangan. Untuk itu, dilakukan uji coba sarung tangan kepada selain operator chainsaw agar lebih objektif.

Pihak selain operator chainsaw yang dimaksudkan pada penelitian ini adalah mahasiswa dari Fakultas Kehutanan IPB. Pada kasus non-operator chainsaw nilai yang diperoleh disajikan dalam bentuk Tabel 15

Tabel 15 Ranking sarung tangan pada non-operator chainsaw

Grup Kode sarung tangan N Mean rank Non-operator chainsaw sarung tangan 1 8 13.62a

sarung tangan 2 8 10.56a sarung tangan 3 8 13.31a

Total 24

Keterangan:

a = tidak berbeda nyata pada P-Value 0,632 N = jumlah pengamatan

Pada Tabel 15, dalam kasus non-operator chainsaw diperoleh nilai yang tidak berbeda jauh diantara ketiga sarung tangan tersebut. Hal ini diperkuat oleh nilai P-value > 0,05. Sehingga dapat dikatakan bahwa H0 diterima pada hipotesis awal, maka cukup bukti untuk mengatakan bahwa tidak ada perbedaan atau sama-sama baik antar ketiga sarung tangan tersebut pada taraf nyata 5%. Hasil uji Kruskal-Wallis tersebut menunjukkan bahwa persepsi non-operator chainsaw terhadap ketiga sarung tangan tersebut adalah setiap masing-masing sarung tangan memiliki kelebihan dan kekurangan dari setiap bagian-bagian sarung tangan. 5.3 Fungsi Sarung Tangan Sebagai Pereduksi Getaran

Mengingat getaran (mekanis) merupakan salah satu penyebab beratnya beban yang diterima oleh operator chainsaw, maka menjadi sangat penting untuk mengurangi atau meminimalisir getaran tersebut. Sarung tangan terkadang direkomendasikan untuk menjawab dari permasalahan yang ada. seperti yang dikatakan oleh Suma’mur (1977) Sarung tangan dapat mengurangi pengaruh getaran mekanis mesin-mesin. Oleh karena itu, untuk membuktikan apakah sarung tangan benar-benar terbukti dalam mereduksi getaran terutama getaran mekanis, maka pengujian sarung tangan pun dilakukan dengan menggunakan vibration meter. Selain itu, pengukuran getaran pada ketiga sarung tangan dimaksudkan untuk mengetahui pengaruh perbedaan bahan efektifitas reduksi getaran. Pengujian dengan perlakuan berbeda-beda terhadap ketiga sarung tangan dan tanpa menggunakan sarung tangan sebagai kontrol. waktu pengukuran selama 30 detik untuk masing-masing perlakuan. Chainsaw dalam keadaan full speed dan pengulangan selama tiga kali. Hasil pengukuran terhadap ketiga sarung tangan dapat dilihat pada Tabel 16.

Tabel 16 Hasil pengukuran getaran pada berbagai macam perlakuan No Perlakuan Pengulangan (full speed) ; (m/s

2 ) Rata-rata (m/s2) 1 2 3 1 Tanpa ST 3.7 3.78 4.03 3.84 2 ST1 2.06 2.18 1,29 2.12 3 ST2 1.97 1.95 1.33 1.75 4 ST3 2.72 2.27 2.31 2.43 Keterangan:

ST1 = Sarung Tangan Krisbow KW10-340 ST2 = Sarung Tangan Krisbow KW10-240 ST3 = Sarung Tangan Desain Alternatif

Berdasarkan informasi pada Tabel 16, sarung tangan terbukti dapat mereduksi getaran mekanis dan hal ini ditunjukkan dengan perbedaan angka antara penggunaan sarung tangan saat percobaan dan tanpa menggunakan sarung tangan. Tabel 16 menjelaskan bahwa dengan menggunakan sarung tangan nilai percepatan yang diterima lebih kecil daripada tanpa menggunakan sarung tangan. Artinya, penggunaan sarung tangan menjadi sangat penting terutama untuk melindungi pekerja hutan seperti operator chainsaw karena sarung tangan terbukti dapat mereduksi getaran mekanis yang diterima tubuh. Namun perbedaan nilai getaran antara ketiga sarung tangan disebabkan bahan yang digunakan adalah berbeda. Hal ini selaras dengan apa yang disampaikan oleh Ada (2008) yang menyatakan bahwa peredam getaran umumnya digunakan bahan-bahan kenyal antara lain: karet, karet busa, plastik busa, wool. Efektifitas peredam tergantung dari kekenyalan bahan.

5.4 Modifikasi Desain Sarung Tangan Alternatif

Dokumen terkait