• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

LANDASAN TEORI

C. Metode Peer Teaching

Pembelajaran model peer teaching adalah metode belajar yang melibatkan siswa secara aktif. Jadi disini satu siswa akan mengajari siswa lain yang mengalami kesulitan dalam memahami materi yang diberikan. Ada ujaran yang menyebutkan bahwa “orang tua dua puluh tahun yang akan datang adalah pemuda pada masa kini” Pendidikan sebagai upaya terorganisasi, terencana, sistimatis, untuk mentransmisikan pengetahuan dalam arti luas (sikap, moral dan nilai-nilai hidup dan kehidupan, ketrampilan, dll.) dari suatu generasi ke generasi lain, bertujuan ingin mencapai perubahan sikap dan perilaku tertentu. http://www.asikbelajar.com/2015/02/peer-teaching-bagian-dari-simulasi.html

Bagi kita sebagai bangsa dalam suatu negara bangsa (nation state) yang merdeka, pendidikan kita niscaya dilandasi oleh pengetahuan dari mulai dilahirkan dan sudah kita sepakati dan anut bersama. Aktifitas apapun yang dilakukan manusia memerlukan daya nalar yang tinggi. Dan untuk menguji dan mengasah daya nalar tersebut manusia harus melakukan latihan demi latihan. Sejak manusia berada dalam kandungan telah diberikan oleh Tuhan akal dan pikiran. akal dan pikiran tersebut harus digunakan dan dimanfaatkan oleh manusia terutama guru sebagai agen perubahan tersebut.

Dalam mentransfer pengetahuan kepada peserta didik, guru dituntut memberikan layanan terbaiknya agar materi yang diajarkan dapat

122

tersampaikan dan tersalurkan secara tuntas, dan indikator yang diharapkan dapat direspon positif oleh peserta didik. Strategi pembelajaran yang tepat akan menuntun siswa untuk mencapai tujuan tersebut.

Selain tukar pikiran, strategi lain yang masih dapat digunakan adalah siswa saling memberi pengetahuannya kepada sesama temannya atau mengajar teman sejawat (peer teaching). Peer Teaching adalah pola belajar antar sesama siswa. Dalam proses ini guru tak dapat dipisahkan dari proses perubahan afeksi siswa dalam belajar.

Untuk menerapkan strategi ini selain membutuhkan skil yang memadai, juga perlu penguasaan konsep materi yang akan diajarkan kepada siswa. PAI sebagai salah satu pembelajaran agama merupakan pembelajaran yang menuntut daya fikir siswa untuk lebih kreatif dan mandiri.

Pembelajaran BTQ (Baca Tulis Al-Qur‟an) dapat dikatakan berhasil dan berkualitas dari segi proses apabila seluruh dan sebagai besar peserta didik terlibat aktif dalam proses pembelajaran dan mampu menyerap materi yang diajarkan, sehingga pembelajaran Baca Tulis Al-Qur‟an tersebut dapat dikatakan berhasil apabila terjadi perubahan daya pikir terhadap suatu konsep yang telah ditetapkan.

1. Langkah – langkah Pelaksanaan Metode Peer Teaching

a. Cara pertama dalam menggunakan strategi ini yaitu, setelah melakukan apersepsi atau memberi salam dan melakukan pre test terhadap materi minggu lalu, guru juga menghubungkan materi minggu lalu dengan topik yang akan dibahas pada waktu itu.

123

Kemudian guru menerangkan secara umum tentang topik yang dibahas pada waktu itu. Kemudian guru membuat kelompok antar siswa secara merata, artinya dalam satu kelompok terdapat siswa yang pintar, sedang dan kurang pintar. Maksudnya agar terdapat keseragaman pemikiran nantinya.

b. Langkah berikutnya adalah menjelaskan secara detil materi yang akan dibahas pada waktu itu meliputi indicator yang harus dicapai oleh siswa pada waktu itu. Selanjutnya siswa diberikan lembaran berisi tugas berupa pertanyaan untuk didiskusikan menurut pengetahuan yang mereka kuasai.

c. Dalam lembaran tersebut setiap kelompok diminta untuk memberikan pendapat menurut persepsi mereka sendiri masing-masing, lalu satu pendapat didiskusikan sampai permasalahan yang di indikasikan terpecahkan. Dalam diskusi tersebut di tuntut setiap anggota kelompok memberikan tanggapan serta pendapat mereka sendiri yang nantinya akan disatukan dalam satu kesimpulan yang mengerucut pada tujuan yang hendak dicapai dalam materi tersebut. Peran guru di sini adalah mengawasi serta mengamati kegiatan diskusi yang dilakukan setiap kelompok siswa, serta memberikan bantuan bila mereka mendapatkan kesulitan dalam hal-hal tertentu, namun bukan berarti guru harus ikut memecahkan masalah tersebut. Mengenai pemecahan masalah tersebut, setiap kelompok siswa harus memikirkannya sendiri dan tidak keluar dari batasan materi yang

124

diberikan pada waktu itu. Bila ada yang menyimpang dari koridor, maka guru harus mengembalikan perdebatan mereka ke materi semula.

d. Bila masing-masing setiap kelompok telah selesai melaksanakan semua instruksi yang ada dalam lembaran kerja tersebut, maka setiap kelompok harus merumuskan hasil diskusinya dalam satu kesimpulan yang telah disepakati bersama. Kemudian hasil diskusinya diserahkan ke guru dalam bentuk lembaran yang ditulis rapi.

e. Selanjutnya guru memerintahkan setiap kelompok satu per satu membacakan hasil diskusinya. Hasil diskusi yang dibacakan di depan kelompok yang lainnya. Sementara kelompok yang lain memberikan tanggapan tentang hasil diskusi kelompok tersebut serta memberikan pendapat atau sanggahan kepada kelompok tersebut. Setiap masalah baru yang muncul, dicatat guru.

f. Terakhir, semua masalah yang muncul pada waktu diskusi kelompok tersebut diberikan solusinya oleh guru. Dan guru mengevaluasi serta menyimpulkan semua masalah dan pemecahannya kepada seluruh anggota kelas. Sehingga terdapat satu pemahaman yang seragam bagi setiap siswa. Terakhir guru memberikan tugas kepada siswa untuk merangkum semua penjelasan guru tadi untuk dikumpulkan sebagai post test bagi siswa.

125

Metode ini sangat cocok digunakan untuk kelas yang memiliki siswa dalam jumlah banyak. Aktivitas ini memberikan simulasi pada setiap kelompok untuk melatih setiap sub bab lebih baik.

Aktivitas yang akan dideskripsikan disini merupakan ”cooperative learning activity” yang merupakan suatu strategi dimana siswa bekerjasama dalam kelompok-kelompok kecil dengan tujuan untuk memaksimalkan pembelajaran anggota kelompok yang ada didalamnya (Cooper, KcKinney dan Robinson 1991). Metode tersebut dimaksudkan untuk meningkatkan proses belajar.

2. Metode Peer-Teaching

a. Pada akhir suatu bagian, misalnya akhir suatu bab, siswa diberikan latihan yang berhubungan dengan materi yang telah dibahas sebelumnya. Latihan ini harus dikerjakan oleh siswa diluar jadwal. Materi pada latihan tersebut merupakan pertanyaan yang terstruktur dari prosedur yang mudah sampai prosedur yang bersifat konseptual. Tujuan dari latihan ini adalah untuk memfasilitasi pembelajaran dan tidak berhubungan dengan nilai. Siswa bebas untuk mengerjakan atau tidak mengerjakan latihan tersebut. Siswa yang dapat menyelesaikan latihan tersebut dan merasa percaya diri untuk menerangkan kepada temannya dijadikan volunteers teacher.

b. Guru kemudian mengadakan prepatory meeting dengan tujuan untuk menyusun tim pengajar (teaching teams) yang terdiri dari siswa yang bersedia untuk menjadi volunteers teachers kemudian

126

mendiskusikan semua pertanyaan yang timbul dari latihan yang telah mereka kerjakan sebelumnya.

c. Setelah semua pertanyaan didiskusikan, siswa dari teaching teams masing-masing membentuk suatu kelompok dari diluar teaching teams untuk dijadikan ”peer”.

d. Siswa dari teaching teams bertindak sebagai instruktur kepada anggotanya untuk menerangkan latihan yang telah diberikan sebelumnya (peer-teaching).

e. Partisipasi student-students ataupun teacher-student merupakan kegiatan yang bersifat optional dan tidak berhubungan dengan nilai siswa. Penilaian disini berasal dari indiviual assignment ataupun dari hasil ujian.

Esensi dari aktivitas ini adalah untuk mencari tempat dan waktu yang tepat baik untuk prepry meeting ataupun peer teaching. Namun kuncinya adalah jika siswa yang dijadikan volunteers teachers telah menyelesaikan latihan yang diberikan, maka prepatory meeting tersebut dilakukan dengan efektif tanpa membuang waktu.

Keuntungan untuk siswa yang berperan sebagai siswa adalah remoteness yang menyebabkan mahasiswa enggan untuk bertanya pada kelas reguler dapat diminimalisir. Bukan hanya karena adanya jumlah anggota kelompok yang sedikit, adanya kesamaan usia dan gaya diantara peers membuat para anggota kelompok nyaman untuk bertanya mengenai materi yang ada sehingga memudhkan pembelajaran.

127

Sedangkan untuk siswa yang berperan sebagai teacher adanya metode ini akan semakin meningkatkan pemahaman tersebut akan materi yang ada. Selain itu dengan adanya kompetisi antara kelompok mendorong siswa yang berperan sebagai pengajar akan menngkatkan kualitas kelompoknya.

3. Pelaksanaan Peer Teaching

Metode peer teaching dilaksanakan di luar jadwal pelajaran. siswa dibagi menjadi 2 kelompok, masing-masing beranggotakan 7-8 siswa yang dipandu oleh seorang volunteers teacher. Materi dalam peer teaching ini terdiri atas materi kebidangan dan materi problem based learning. Materi kebidangan bertujuan menjabarkan silabi materi pelajaran baca tulis Al Qur‟an dengan memberikan contoh-contoh kasus membaca dan menulis. Dengan demikian siswa menjadi paham ruang lingkup membaca dan menulis. Materi problem based learning, bertujuan untuk menghidupkan berbasis pada ”student centerred learning” untuk mem ”back up” materi perkuliahan. Dengan demikian wawasan statistika tidak hanya dipahami secara teoritis saja melainkan secara nyata melalui studi kasus di lapangan. Materi khusus terdiri.

Ada pola ajar yang mungkin tepat bagi guru untuk menyampaikan materi ajarnya. Yaitu tukar pendapat atau brain storming dimana materi yang disampaikan hanya sebatas materi pokok, selanjutnya diberikan waktu bagi siswa untuk memberikan tanggapan atau respon materi tadi,

128

lalu guru memberikan jawaban atas respon tadi dengan menyelipkan indicator yang ingin disampaikan.

4. Langkah-langkah penerapan metode peer teacing

Jika bantuan diberikan kepada teman sekelasnya di sekolah, maka:

a. Beberapa siswa yang pandai disuruh mempelajari suatu topik

b. Guru memberi penjelasan umum tentang topik yang akan dibahasnya

c. Kelas dibagi dalam kelompok dan siswa yang pandai disebar ke setiap kelompok untuk memberikan bantuannya.

d. Guru membimbing siswa yang perlu mendapat bimbingan khusus e. Jika ada masalah yang tidak terpecahkan, siswa yang pandai

meminta bantuan kepada guru f. Guru mengadakan evaluasi

Jika bantuan diberikan kepada teman sekelasnya di luar kelas, maka: a. Guru menunjukkan siswa yang pandai untuk memimpin kelompok

belajar di luar kelas

b. Tiap siswa disuruh bergabung dengan siswa yang pandai itu, seusai dengan minat, jenis kelamin, jarak tempat tinggal, dan pemerataan jumlah anggota kelompok

c. Guru memberi tugas yang harus dikerjakan para siswa di rumah d. Pada waktu yang telah ditentukan hasil kerja kelompok dibahas di

129

e. Sewaktu-waktu guru berkunjung ke tempat seusai berdiskusi

f. Tempat diskusi dapat berpindah-pindah/ bergilir (Semiawan, 2000:69-70).

5. Keunggulan dan Kelemahan Metode Peer Teaching

a. Keunggulan metode peer teaching

1) Meningkatkan motivasi belajar siswa

2) Meningkatkan kualitas dan proses pembelajaran

3) Meningkatkan interaktif sosial siswa dalam pembelajaran 4) Mendorong siswa ke arah berpikir tingkat tinggi

5) Mengembangkan keterampilan bekerja dalam kelompok 6) Meningkatan rasa tanggung jawab untuk belajar sendiri 7) Membangun semangat bekerja sama

8) Melatih keterampilan berkomunikasi 9) Meningkatkan hasil belajar

b. Kelemahan metode peer teaching

1) Memerlukan waktu yang relatif lama

2) Jika siswa tidak memiliki dasar pengetahuan yang relevan maka metode ini menjadi tidak efektif

3) Kemungkinan didominasi oleh siswa yang suka berbicara, pintar, atau yang ingin menonjolkan diri

4) Tidak semua guru benar-benar memahami cara masing-masing siswa bekerja di kelompok

130

5) Perlu dimodifikasi agar sesuai diterapkan pada siswa SD (teknik ini biasanya diterapkan di PT)

6) Memerlukan perhatian guru yang ekstra ketat

http://www.gurukelas.com/2012/10/metode-mengajar-sesama-teman-peer-teaching-methods.html

131 BAB III