• Tidak ada hasil yang ditemukan

Metode Pembelajaran

Dalam dokumen METODE PENYUSUNAN PROGRAM DESAIN ARSITEKTUR (Halaman 60-65)

KERANGKA GARIS BESAR POLA ANALISIS: KEGIATAN/PELAKU DAN KEBUTUHAN RUANG

5. Mengidentifikasi apakah lingkungan yang ada sekarang telah memenuhi persyaratan pemakai ?

8.1.2 Metode Pembelajaran

Metoda yang digunakan dalam proses pembelajaran adalah diskusi dan tanya jawab. Dosen pengampu berfungsi sebagai “Mitra Pembelajaran” sedangkan mahasiswa ditempatkan sebagai peserta didik yang aktif.

8.1.3 Learning Outcomes (LO).

 Mahasiswa mampu menerapkan langkah langkah proses pemograman dengan berbagai macam model

8.2 MATERI

8.2.1 Pokok Bahasan

Contoh terapan langkah-langkah proses pemrograman 8.2.2 Sub Pokok Bahasan

Model Farbstein dan Model Kurtz (sebuah komparasi) 8.2.3 Materi Bahasan

8.2.3.1 Dasar-dasar pemrograman Model Farbstein

Farbstein melakukan proses pemrograman melalui 5 (lima) tahap, yang setiap tahapnya merupakan kegiatan dengan selalu mempertimbangkan data-data utama maupun penunjang serta mengutamakan pertimbangan dan kepentngan klien (pemilik maupun pengguna). Walaupun proses pemrograman sangat linier (lihat gambar.1) akan tetapi dimungkinkan kegiatan berjalan secara simultan, berulang dan mundur kebelakang (evaluasi) (Preiser,1985) sebab pada setiap tahap selalu terlibat programmer dan users untuk mengevaluasi dan menetapkan keuptusan. Kelima tahapan pemroraman yang dimaksud adalah :

a. Literature Survey sebagai pendahuluan, sebagi sumber yang relevan untuk mengakomodasi danmengetahui perilaku pengguna. Langkah pertama yang dilakukan pada tahap ini adalah survey hasil penelitian dan standar-standard yang dtetapkan oleh para praktisi professional. Keterbatasan data dari survey pertama ini kemudian dilanjutkan dengan melihat saran guidline design. Manfaat dari tahap in adalah untul lebih memfokuskan isu-isu dan alternative-alternatif yang timbul.

b. User Description atau penjelasan/gambaran rinci mengenai pengguna dengan segala perilakunya yang akan ditampung oleh fasilitas.Langkah pertama tahap ini adalah mengidentifkas semua potensi yang dimiliki pengguna fasilitas dengan mempertimbagkan dan memilahnya kedalam bentuk-bentuk aktivitas, sikap dan perilaku yang mungkin akan memengaruhi disani. Langkah selanjutnya adalah mengdentifkasi tujuan, kebijakan karakter social budaya dan kebutuhan masa depan para pengguna fasilitas.

61 c. Performance krteria atau pengembangan kriteria tampilan untuk fasilitas. Karena fasilitas yang akan dibangun harus mampu merespon dan mendukung pengguna dengan segala aktiftasnya maka tahapan ini merupakan langkah untuk pengembangan berbagai kriteria

d. Program Otions and Costs atau pertimbangan pilihan-pilihan untuk tingkat dan jenis ruang serta penaksiran harga. Pemilihan pemrograman yang sesuai berguna untuk memaksimalkan tampilan faslitas sehingga setiap pilihan-pilihan program yang disajikan haruslah dievaluasi agar dapat (juga) membatasi program dan proses terus mencapai sesuatu yang lebih spesifik. Dalam penilaian (evaluasi) pilihan-pilihan mengukur atau menila biaya dan manfaat tiap alternative sangat ideal mempengaruhi nilai efektif fasilitas;factor ini sangat terkait dengan masalah ekonomi.

e. Space Specifications atau persiapan spesifikasi ruang hasil stesis rekomendasi. Tahap yang merupakan tahap akhir ni menghasilkan rekomendasi spesifkasi ruang-ruang dankarakteristik-karakteristik lingkungan. Spesifikasi yang dimaksud teridiri atas tiga bagian utama yatu :

 Lembaran ikhtsar program untuk setiap lingkup aktiftas.

 Daftar sejumlah lingkup tiap jens yang masuk/ditampung fasilitas

 Sejumlah (set) diagram yangmenunjukan kedekatan hubungan antar ruang/area yang satu dengan lainnya.

Rekomendasi tersebut termasuk penjelasan area pengguna dengan kegiatannya, tujuan ataukeinginannya dan fisik yang diinginkan, juga rekomendasi untuk konfigurasi peralatan,mebel danpelaku kegiatan. Namun demikian keseluruhan rekomendasi hanya sebatas saran dan bukan merupakan hasil yang sifatnya hanya akan menutup kemungkinan adanya alternative pemecahan lain .

Alur Pemrograman Model Farbstein

8.2.3.2 Dasar-dasar pemrograman Model Kurtz

Model pemrograman ini didasarkan pada pendapat Kurtz (Palmer ,1981) bahwa pemrograman tidak pernah lengkap sebab rengguna dan kebutuhan-kebutuhan akan selalu berubah terus menerus sehingga diperlukan pemrograman ulang yang berlanjut. Proses yang dilakukan dalam pemrogram!)ya menjadi sangat programmer LITERATURE SURVEY programmer USER DESCRIPTION client programmer PERFORMANCE CRITERIA client programmer PROGRAM OPTIONS/ COST client programmer SPACE SPECIFICA- TIONS client

62 berjenjang dan bertahap dari kebutuhan yang sangat umum sampai yang paling rinci.

Secara garis besar pemrograman terdiri atas 4 (empat) tahap utama yaitu: a. Tahap Orientasi (Orientation), merupakah tahap pengkajian filosofi,

kegiatan-kegiatan dan tujuan yang ingin dicapai oleh klien.

b. Tahap Pembuatan Program Dasar (Base Program), adalah tahap pengkaiian kebutuhan klien, kajian literatur pendukung dan rencana awal program yang terdiri dari organisasi bangunan, area aktifitas, r.ubungan dan ukufan ruang. c. Pengulangan Pemrograman ( Iterative Programming), proses ini terdiri dari

penyajian program dasar kepada klien, mendapat masukan dari klien sebagai

feedback, membuat rencana program baru, mengulangj penyajian serta

merevisinya sampai tercapai kesepakatan.

d. Disain ( Desigfl as Feedback), proses yang di laku kan adalah mengembangkan skematik disain yang dilakukan selama proses pengulangan terakhir dari pemrograman, penyajian disain awal ,kepada klien, mengolah masukan dari klien, mengembangkan revisi skematik disain, mengulang proses sampai disetuju;.

Keempat tahapan utama tersebut di atas dalam pelaksanaannya rnenjac.i panjang, karena tahap ketiga yaitu tahap iterativ yang diajukan menyiratkan kegiatan yang harus berulang pada setiap tahap beri kutnya (tahap ke-empat). Dengan demi kian proses tidak linier. .Diagram proses pemrogram yang dimaksud adalah sebagai berikut seperti pada gambar 2 di bawah ini.

63 8.2.3.3 Analisis Model-Model Pemrograman

Analisis pemrograman model Farbstein dan Kurtz didasarkan atas prosedur dan proses pengembangannya untuk kemudian dapat dilihat kesamaan maupun perbedaan serta kekuatan dan kelemahan dari masing-masing model.

8.2.3.3.1 Prosedur dan Proses Pemrograman Model Farbstein

Secara prosedural model Farbstein sangat linier (lihat gambar 1) namun dengan dengan melibatkan klien dan programer pada setiap tahapnya memungkin adanya kegiatan evaluasi dan iterasi untuk mer,gulang dan memperbaiki setiap tah sebelum melangkah ke tahap berikutnya.

Menekan pada pemilihan berbagai kriteria dealam hasil pemrogramannya menunjukan bahwa model ini sangat tidak terkait dengan proses perancangan artlnya tidak ada upaya merancang fasilitas selama tahapan-tahapan pemrograman berlangsung, setiap permasalah yang timbul akan dijabarkan dalam berbagai alternatif pilihan penyelesaian.

Awal proses pemrograman dengan cara survey literatur, menunjukan bahwa Farbstein bekerja tidak dari permasalahan dalam pengertian permasalahanakan dicari setelah hasil survey literatur ( tahap 1) dipadukan dengan tahap 2 (user

description, yaitu hasil dari .menerjemahkan tujuan yang ingin dicapai oleh fasilitas.

Mulai tahap kedua ini evaluasi oleh klien mulai diterapkan sehingga mulai pada talhap ini pula kemungkinan terjadi perubahan-perubahan secara siklis untuk kemudian jika disetujui akan dilanjutkan pada tahap berikutnya.

Proses pengembangan model ini dapat menjadi sangat sederhana atau sangat kompleks tergantung dari kompleksitas fasifitas yang

diprogramnya/dihadapinya. Namun demikian secara umum tetap berada pada jalur seperti digambarkan pada gambar 1 dan tetap mengutamakan klien hal ini seperti ditegaskan oleh Farbstein sendiri dalam Preiser (1985,14).

8.2.3.3.2 Prosedur dan Proses Pemrograman Model Kurtz

Pemrograman model Kurtz tampak lebih panjang dan tidak linier separti halnya model Farbstein, karena secara ekspfisit ada tahapan yang memproses iterasi atau pengulangan secara tegas setelah tahap evaluasi yang juga secara tegas diperlihatkan oleh model ini, walaupun secara garis besar hanya terdapat empat tahap utama. Pe-mrograman model Kurtz ini- juga memperlihatkan bagaimana proses pemrograman sangat terkait dengan desain sehingga lebih rumit dan panjang dibandingkan model Farbstein.

Akibat adanya keterkaitan dengan desain maka hasil dari tahap-tahap pemrograman juga sekaligus menghasilkan final schematic disain, sesuatu yang tidalk lazim dalam proses pemrograman. Namun demikian melihat batasan pengertian program yang di ajukan Kurtz pada bagian awal serta keterkaitan

pemrograman denge:n disain seperti dinyatakan lebih lanjut dalam (Palmer,1981 :35)

Programming is thus carried (on in an increa-sing degree of detail simultaneously and in-teractively (emphasis added) with the phases of design, construction and occupancy

Maka proses yang demikian panjang dan tjdak linier menjadi sangat cocok: pada model ini, walaupun ml.Jngkin seperti halnya model di atas ter£antung dari tingkat kesulitan program yang diatasi

64 8.2.3.3.3 Kesamaan dan Perbedaan Model Pemrograman Farhstein dan Kurtz

Letak kesamaan model Farbstein dan Kurtz adalah keterlibatan klien dalam setiap tahap pemrogramannya baik itu pengguna, maupun pemilik fasilitas, hal ini tentunya akan memak- simalkan hasil pemrograman sesuai dengan harapan. Keterlibatan ini lebih lanjut memperlihatkan bahwa kedua model selalu melakukan eveluasi secara langsung dalam tiap tahapan.

Perbedaan kedua model terletak pada dilibatkannya tahap pendisainan dalam pemrograman, Farbstein tidak terkait sama sekali dengan proses disain sedangkan Kurtz sangut menekankan adanya proses pendisainan selama pemrograman dengan maksud memberikan masukan langsung ke dalam program-program yang diajukan (desain-as-fee back). Hal ini dapat dilihat pada gambar 3.

8.2.3.3.4 Kekuatan dan Kelemahan Model Pemrograman Farbstein dan Kurtz Kekuatan dan kelemahan yang ada pada kedua model dapat menjadi ambigu dalam pengertian kekuatan pada satu sisi dapat . juga menjadi kelemahannya; terutama dalam kaitannya dengan tingkat kompleksitas proyek (fasiilitas) yang dikerjakan.

Namun demikian secara umum kekuatan dan kelemahan model ini dapat dijelaskan sebagai beri kut,

65 8.2.3.3.3.1 Kekuatan Model Farbstein:

a. Terletak pada urutan tahap pemrograman yang logis, bergerak secara bertahap dan teratur dari hal yang paling sederhana yaitu studi literatur untuk menentukan masalah kemudian menentukan .'kondisi'. pengguna lalu menetapkan kriteria tampilan yang sesuai dengarl tahap sebelumnya, menentukan program-program terpilih serta diakhiri oleh spesifakasi alternatif ruang dalam bentuk set alternatif usulan penyelesaian masalah.

b. Keterlibatan klien dengan urutan tersebut dimungkinkan pemrograman dilakukan secara bersama-sama I dan evaluasimya dilakukan langsung pada tiap tahap.

c. Tidak ada proses perancangan atau disain selama pemrograman dilakukan sehingga produknya akan berupa set alternatif usulan pemecahan masalah yang pada akhirnya memungkin disain tidak tunggal

8.2.3.3.3.2 Kelemahan Model Farbstein:

Model yang berjenjang dan secara tegas memisahkan setiap tahap “tanpa ada" alur feed back (yang) akan memungkinkan setiap tahap berikutnya hanya tergantung dari tahap sebelumnya. Selain itu penetapan masalah tidak merupakan bagian spesifik dan tampaknya hanya terjadi pada tahap ke-dua saja.

8.2.3.3.3.3 Kekuatan Model Kurtz:

a. Adanya proses iterasi yang menunjukan upaya pengkajian tahap-tahap sebelumnya yang tidak sesuai untuk kemudian dilakukan pemrograman ulang b. Proses iterasi tidak dilakukan sekali tetapi dapat dilakukan berulang dengan

demikian menunjukan adanya upaya molakukan feedback. 8.2.3.3.3.4 Kelemahan Model Kurtz:

a. Keterlibatan klien sangat terpisah dengan pemrogram artinya klien hanya bersifat mengevaluasi hasil yang telah dibuat tanpa secara tegas ikut terlibat dalam pemrograman.

b. Landasan penetapan base program tidak tegas dan jelas diperlihatkan sehingga dimungkinkan terjadi penetapan masalah yang tidak tepat.

c. Adanya proses perancangan dalam pemrogramannya dan hasll rancangan menentukan perbaikan program dan final program sehingga hasilnya menjadi rancu dan memungkinkan terjadi disain tunggal dengan kata lain hasil pemrograman hanya berupa penyelesaian bukan set alternatif usulan .

8.3 PENUTUP

8.3.3 Materi Soal dan Diskusi -

8.3.4 Petunjuk Penilaian No Komponen

Penilaian

Learning

Outcomes (LO) Bobot

Metode dan Kriteria Penilaian

Rentang Nilai

- - - - - -

Dalam dokumen METODE PENYUSUNAN PROGRAM DESAIN ARSITEKTUR (Halaman 60-65)

Dokumen terkait