Kerangka Pemikiran
Kerangka pemikiran penelitian dibangun berdasarkan pandangan bahwa partisipasi stakeholder, khususnya masyarakat dalam perencanaan tata ruang akan menghasilkan RTRW yang responsif terhadap kebutuhan masyarakat, yaitu perencanaan yang tanggap pada preferensi dan kebutuhan masyarakat yang potensial terkena dampak dari implementasi kebijakan publik (McConnel 1981 dalam Suciati 2006). Untuk mencapai perencanaan yang responsif maka masyarakat harus dilibatkan mulai dari tahap identifikasi permasalahan, penyampaian aspirasi sampai dengan tahap pelaksanaan RTRW. Perencanaan tata ruang yang disusun secara komprehensif dan partisipatif akan menumbuhkan kesadaran (awareness) masyarakat untuk mematuhi RTRW tersebut, sehingga pada akhirnya dapat mengurangi penyimpangan dalam pemanfaatan ruang serta resiko terjadinya konflik.
UNDP (1997) dalam Sumarto (2003) mengartikan partisipasi sebagai keterlibatan masyarakat dalam pembentukan keputusan, baik secara langsung maupun melalui lembaga perwakilan yang dapat menyalurkan aspirasinya, dimana partisipasi tersebut dibangun atas dasar kebebasan bersosialisasi dan berbicara serta secara konstruktif. Pendekatan partisipatif dalam perencanaan tata ruang melibatkan semua pihak yang berkepentingan. Brown et al (2001), mendefinisikan pemangku kepentingan (stakeholder) sebagai seseorang, organisasi atau kelompok yang memiliki kepentingan terhadap sumberdaya alam sehingga perlu terlibat dalam pengelolaan sumberdaya tersebut. Stakeholder ini mempunyai posisi yang kuat dalam proses politik sehingga berpengaruh terhadap kebijakan pemerintah.
Peranan stakeholder dalam penelitian ini diidentifikasi berdasarkan kepentingan dan pengaruhnya dalam pengambilan keputusan. Stakeholder tersebut dipetakan dalam matriks yang membagi stakeholder berdasarkan tingkat pengaruh dan kepentingannya, yaitu: (1) key players; (2) subject; (3) contex setter dan (4) crowds (Lindenberg dan Crosby 1981 dalam Reed et al. 2009).
Kerangka konseptual dalam penelitian ini mengacu pada teori tangga partisipasi masyarakat Arnstein (1969), yang menjabarkan partisipasi masyarakat berdasarkan pada kekuatannya (citizen participation is citizen power), dimana terjadi pembagian kekuatan (power) yang memungkinkan masyarakat untuk menentukan suatu produk akhir. Secara umum, dalam teori ini terdapat 3 (tiga) derajat partisipasi masyarakat, yaitu: (1) tidak partisipatif (nonparticipation); (2) derajad semu (degree of tokenisme); dan (3) kekuatan masyarakat (citizen control). Pertimbangan menggunakan konsep ini yaitu karena tipologi tangga partisipasi masyarakat Arnstein (1969) memiliki konsep yang sederhana, sehingga relatif mudah untuk dipahami dan merupakan konsep tipologi partisipasi pertama yang menggambarkan derajat partisipasi dalam proses perencanaan di lingkungan pemerintahan, yaitu berdasarkan pada distribusi kekuasaan antara masyarakat (komunitas) dengan badan pemerintah (agency). Arnstein (1969) telah merumuskan tingkat partisipasi masyarakat secara lebih operasional dan terperinci, hal ini ditunjukkan dengan adanya pembagian kategori berdasarkan
peranan dan fungsi masyarakat dalam perencanaan, pelaksanaan, serta kontrol pembangunan di wilayahnya.
Adapun faktor-faktor yang diduga memberikan pengaruh terhadap partisipasi stakeholder adalah: (1) faktor internal yaitu karakteristik individu yang dapat mempengaruhi individu untuk berpartisipasi dalam suatu kegiatan, terdiri dari jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan, pekerjaan, dan penghasilan, dan (2) faktor eksternal, yaitu hubungan antara pengelola proyek dengan sasaran, terdiri dari peran pemerintah dan LSM. Sasaran dengan sukarela akan berpartisipasi dalam proyek jika sambutan pihak pengelola positif dan menguntungkan mereka dan didukung pelayanan yang positif dan tepat sasaran. (Pangestu 1995).
Berkenaan dengan teori dan konsep yang dikemukakan diatas, penelitian ini dikonstruksikan dengan kerangka penelitian sebagai berikut:
1. Mengidentifikasi mekanisme partisipasi stakeholder dalam penyusunan RTRW Kabupaten Bogor untuk sektor kehutanan
2. Mengidentifikasi peranan dan partisipasi stakeholder dalam penyusunan RTRW Kabupaten Bogor untuk sektor kehutanan
Merujuk pada kerangka penelitian yang pertama, dalam studi ini ditelaah secara lebih spesifik mengenai muatan partisipatif dalam kebijakan penataan ruang baik wilayah maupun sektoral serta mekanisme partisipasi stakeholder dalam penyusunan RTRW Kabupaten Bogor Tahun 2005-2025 untuk sektor kehutanan. Berkenaan dengan kerangka penelitian yang kedua, ditelaah mengenai: (1) peranan stakeholder dalam penyusunan RTRW Kabupaten Bogor untuk sektor kehutanan; (2) bentuk dan tingkat partisipasi stakeholder; (3) faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi stakeholder; (4) persepsi dan pengetahuan masyarakat mengenai RTRW dan sumberdaya hutan; dan (5) peran aktif masyarakat sekitar hutan dalam penataan ruang yang mendukung kelestarian hutan serta kesejahteraan masyarakat.
Berdasarkan kerangka pemikiran tersebut, selanjutnya disintesakan hal-hal yang mendorong dan menghambat perencanaan tata ruang sektor kehutanan yang berbasis partispatif, sehingga pada akhirnya dapat dirumuskan arahan strategis penyusunan RTRW sektor kehutanan yang berbasis partisipatif di Kabupaten Bogor melalui harmonisasi penataan ruang dalam sektor kehutanan dalam rangka tercapainya pembangunan yang berkelanjutan. Kerangka pendekatan studi dalam penelitian ini dapat dijelaskan pada Gambar 3.
Gambar 3 Bagan alir kerangka pemikiran penelitian
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli - Oktober 2013 di 7 kecamatan dan 23 desa yang mewakili peruntukan ruang kawasan hutan dalam RTRW Kabupaten Bogor Tahun 2005 – 2025, sebagaimana tercantum pada Tabel 1. Tabel 1 Lokasi penelitian
No. Kecamatan Desa Pola ruang
1. Cisarua Citeko, Tugu Utara, Tugu
Selatan, Cibeureum, Batu Layang, Jogjogan
Kawasan resapan air, TN. Gunung Gede Pangrango, Taman Wisata Alam Telaga Warna, Hutan Produksi Tetap
2. Megamendung Megamendung, Sukagalih Kawasan resapan air, TN. Gunung Gede
Pangrango, Hutan Produksi Tetap
3. Ciawi Cileungsi, Citapen,
Cibedug, Bojong Murni,
Kawasan resapan air, TN. Gunung Gede Pangrango
Analisis penyusunan RTRW tahun 2005-2025 untuk sektor kehutanan di Kab. Bogor
Analisis Permasalahan
Faktor yang mempengaruhi partisipasi stakeholder dalam
penyusunan RTRW
Kepatuhan dalam implementasi RTRW Peranan, pengaruh &
kepentingan stakeholder
dalam penyusunan RTRW Kebijakan perencanaan tata
ruang wilayah dan kehutanan Permasalahan :
1. Inkonsistensi antara RTRW dengan kondisi aktual 2. Terjadi penyimpangan dalam pemanfaatan ruang kehutanan
3. Adanya konflik tata batas antara pemerintah dengan masyarakat disekitar/dalam kawasan hutan Penataan ruang sektor kehutanan di Kabupaten Bogor
Rendahnya partisipasi masyarakat dalam penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) tahun 2005-2025 untuk sektor kehutanan di Kabupaten Bogor
Hambatan dan dukungan dalam perencanaan tata ruang partisipatif
Harmonisasi penataan ruang di sektor kehutanan
Strategi perencanaan tata ruang wilayah untuk sektor kehutanan partisipatif
Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development)
Penyelenggaraan penataan ruang sektor kehutanan di Kabupaten Bogor masih lemah
Bahan dan Alat
Penelitian ini menggunakan data primer dan sekunder. Data primer diperoleh melalui wawancara dan kuesioner, sedangkan data sekunder diperoleh melalui studi pustaka dan data-data dari instansi terkait, meliputi keadaan umum lokasi penelitian, tutupan hutan di TNGHS dan TNGGP, peta penutupan lahan Tahun 2010, peta RTRW Kabupaten Bogor Tahun 2005-2025, Perda No. 19 Tahun 2008 tentang RTRW Kabupaten Bogor Tahun 2005-2025, regulasi terkait penataan ruang dan data mekanisme penyusunan RTRW Kabupaten Bogor. Alat yang digunakan yaitu laptop yang dilengkapi perangkat lunak ArcGIS 10, Microsoft Word, Microsoft Excell dan SPSS, serta alat perekam.
Teknik Pengambilan Sampel
Populasi pada penelitian ini adalah seluruh masyarakat dalam wilayah perencanaan tata ruang Kabupaten Bogor. Jumlah responden sebanyak 100 orang, mewakili Pemerintah Pusat (Kementerian Kehutanan), Pemda Kabupaten Bogor, LSM, Akademisi, sektor swasta, pemerintahan desa dan masyarakat sekitar hutan konservasi sebagaimana disajikan pada Tabel 2.
Tabel 2 Rincian unsur-unsur dan jumlah responden dalam penelitian
No. Asal Responden Jumlah
1. Pemerintah :
a. Ditjen Planologi Kehutanan
b. Balai Taman Nasional Gunung Gede Pangrango
c. Balai Taman Nasional Gunung Halimun Salak
d. Balai Konservasi Sumberdaya Hutan
e. Bappeda Kab. Bogor
f. Dinas Pertanian dan Kehutanan Kab. Bogor
g. Dinas Tata Ruang dan Pertanahan Kab. Bogor
h. Pemerintah Kecamatan 1 1 1 1 1 1 1 7
Total Pemerintah Pusat & Daerah 14
2. Unsur Masyarakat :
a. Pemerintah Desa
b. Masyarakat sekitar hutan
c. LSM d. Akademisi e. Swasta 23 54 3 2 4 Total Masyarakat 86
Total Jumlah Responden 100
Tabel 1 (Lanjutan)
No. Kecamatan Desa Pola ruang
5. Pamijahan Gunung Sari, Gunung
Bunder II, Gunung Picung
Kawasan hutan yang berfungsi lindung, kawasan resapan air, TN. Gunung Halimun Salak
6. Nanggung Malasari, Cisarua, Bantar
Karet
Kawasan hutan yang berfungsi lindung, kawasan resapan air, TN. Gunung Halimun Salak, Hutan Produksi Terbatas
7. Sukajaya Kiarasari, Cisarua,
Cileuksa
Kawasan hutan yang berfungsi lindung, TN. Gunung Halimun Salak, Hutan Produksi Terbatas, Hutan Produksi Tetap
Teknik pemilihan sampel menggunakan metode non acak (non probability sampling) berupa purposive sampling yaitu pengambilan sampel berdasarkan pertimbangan tertentu (Tabel 2), meliputi:
1. Stakeholder yang diundang dalam forum penjaringan aspirasi masyarakat dan seminar rancangan RTRW Kabupaten Bogor, yaitu sebanyak 60 orang yang terdiri dari Pemerintah Daerah, Kementerian Kehutanan, Pemerintah Kecamatan, Pemerintah Desa, Akademisi, LSM, dan perwakilan masyarakat. 2. Masyarakat sekitar kawasan hutan yang tidak mengikuti konsultasi publik
dalam rangka penyusunan RTRW, tetapi terkena dampak RTRW untuk sektor kehutanan karena aktifitas sehari-harinya bersinggungan dengan hutan. Sampel ini berjumlah 40 orang dan bertujuan untuk mengetahui persepsi mereka terhadap RTRW dan sumberdaya hutan.
Analisis Data
Analisis Mekanisme Partisipasi Stakeholder dalam Penyusunan RTRW Kabupaten Bogor Tahun 2005-2025 untuk Sektor Kehutanan
Metode analisis yang digunakan adalah deskriptif kualitatif dengan tujuan memberikan gambaran tentang proses penyusunan RTRW Kabupaten Bogor. Pengumpulan data melalui metode wawancara dan analisa dokumen. Wawancara dan diskusi dilakukan untuk mengetahui berbagai aspek kebijakan dan strategi penyusunan RTRW serta kemungkinan penyimpangan terhadap regulasi. Analisis dokumen dilakukan untuk mendapatkan keterangan yang lebih lengkap dan untuk membandingkan antara regulasi yang mengatur partisipasi masyarakat dalam tahap perencanaan tata ruang dengan pelaksanaan di lapangan, sehingga dapat diketahui kesesuaian pelaksanaan penyusunan RTRW di Kabupaten Bogor dengan regulasi yang berlaku.
Analisis Peranan Stakeholder dalam Penyusunan RTRW Kabupaten Bogor Tahun 2005-2025 untuk Sektor Kehutanan
Analisis stakeholder dilakukan untuk mengidentifikasi dan memetakan aktor berdasarkan tingkat kepentingan dan pengaruhnya dalam perencanaan tata ruang sektor kehutanan. Langkah-langkah yang dilakukan dalam analisis stakeholder yaitu: 1) melakukan identifikasi stakeholder dan perannya; 2) mengelompokkan stakeholder berdasarkan kepentingan dan pengaruhnya dalam penyusunan RTRW. Menurut Groenendijk (2003) pengaruh (influence) merupakan kekuatan (power) yang dimiliki stakeholder untuk mengontrol pengambilan keputusan, memfasilitasi pelaksanaannya dan memaksa stakeholder lain dalam membuat keputusan atau mengikuti tindakan tertentu serta melaksanakan keputusan yang diambil, sementara nilai penting (importance) menunjukkan prioritas stakeholder dalam pengelolaan fungsi ekosistem.
Data primer terhadap penilaian tingkat kepentingan stakeholder terhadap SDH dan RTRW sektor kehutanan (Tabel 3) dan tingkat pengaruh stakeholder dalam penyusunan RTRW sektor kehutanan (Tabel 4) yang tergolong data kualitatif kemudian dikuantitatifkan dengan mengacu pada pengukuran data berjenjang lima melalui scooring menggunakan skala Likert yang terdiri atas lima pilihan sikap alternatif (Tabel 5).
Tabel 5 Ukuran kuantitatif terhadap identifikasi dan pemetaan stakeholder dalam penyusunan RTRW
Skor Nilai Kriteria Keterangan
Kepentingan Stakeholder
5 17-20 Sangat Tinggi Memiliki kepentingan yang sangat tinggi dengan RTRW
4 13-16 Tinggi Memiliki kepentingan yang tinggi dengan RTRW
3 9-12 Cukup Memiliki kepentingan yang cukup tinggi dengan RTRW
2 5-8 Rendah Memiliki kepentingan yang rendah dengan RTRW
1 1-4 Sangat Rendah Tidak memiliki kepentingan dengan RTRW
Tabel 3 Variabel tingkat kepentingan stakeholder dalam penyusunan RTRW sektor kehutanan
No. Variabel Indikator Skor
1. Keterlibatan dalam pengelolaan hutan
Terlibat dalam perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan tata ruang sektor kehutanan
Terlibat 3 proses Terlibat 2 proses Terlibat 1 proses Tidak terlibat 5 4 3 2 1
2. Manfaat RTRW Sangat bermanfaat
Bermanfaat Biasa Kurang bermanfaat Tidak bermanfaat 5 4 3 2 1 3. Kepentingan terhadap hutan Sangat penting Penting Biasa Kurang penting Tidak penting 5 4 3 2 1 4. Ketergantungan terhadap sumberdaya hutan 81-100% bergantung 61-80% bergantung 41-60% bergantung 21-40% bergantung < 20% bergantung 5 4 3 2 1
Tabel 4 Variabel tingkat pengaruh stakeholder dalam penyusunan RTRW sektor kehutanan
No. Variabel Indikator Skor
1. Aturan/kebijakan penataan ruang
Terlibat seluruh proses Terlibat 3 proses Terlibat 2 proses Terlibat 1 proses Tidak terlibat 5 4 3 2 1 2. Peran dan partisipasi dalam penataan ruang
Berkontribusi dalam semua point Berkontribusi dalam 3 point Berkontribusi dalam 2 point Berkontribusi dalam 1 point Tidak berkontribusi 5 4 3 2 1 3. Kemampuan dalam berinteraksi
Berinteraksi dalam semua point Berinteraksi dalam 3 point Berinteraksi dalam 2 point Berinteraksi dalam 1 point Tidak berinteraksi 5 4 3 2 1 4. Kewenangan dalam pengelolaan sumberdaya hutan
Kewenangan dalam semua point Kewenangan dalam 3 point Kewenangan dalam 2 point Kewenangan dalam 1 point Tidak memiliki kewenangan
5 4 3 2 1
PENGARUH Rendah K E P E N T IN G A N Subjects (Kuadran I) Key Players (Kuadran II) Crowd (Kuadran III) Context Setters (Kuadran IV) Tinggi Tinggi
Nilai kepentingan dan pengaruh stakeholder tersebut selanjutanya dipetakan dalam matriks “stakeholder grid” (Gambar 4) yang mengklasifikasikan stakeholders berdasarkan posisi dan peranannya dalam perencanaan (Eden and Ackermann 1998 dalam Reed et al. 2009), yaitu :
1. Kuadran I (Subject), yaitu kelompok yang memiliki kepentingan yang tinggi terhadap sumberdaya hutan tetapi memiliki pengaruh yang rendah dalam penyusunan RTRW sektor kehutanan.
2. Kuadran II (Key Players), yaitu kelompok yang memiliki pengaruh dan kepentingan yang tinggi terhadap sumberdaya hutan dan RTRW sektor kehutanan.
3. Kuadran III (Crowd), yaitu kelompok yang memiliki pengaruh dan kepentingan rendah terhadap sumberdaya hutan dan RTRW sektor kehutanan. 4. Kuadran IV (Context Setters), yaitu kelompok yang memiliki pengaruh yang
tinggi dalam penyusunan RTRW sektor kehutanan tetapi memiliki kepentingan yang rendah terhadap sumberdaya hutan.
Gambar 4 Matriks tingkat keterlibatan dan pengaruh stakeholder
Analisis Partisipasi Stakeholder dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi dalam penyusunan RTRW Kabupaten Bogor untuk sektor kehutanan
a. Bentuk dan Tingkat Partisipasi Stakeholder dalam Penyusunan RTRW
Bentuk partisipasi stakeholder dianalisis menggunakan metode deskriptif kuantitatif, data hasil kuesioner diubah menjadi data kuantitatif melalui metode scooring yang selanjutnya disajikan dan dianalisa dalam bentuk distribusi frekuensi. Variable bentuk partisipasi merujuk pada PP No. 68/2010 tentang Bentuk dan Tata Cara Peran Masyarakat dalam Penataan Ruang, yaitu: (1) sebagai pendengar, (2) sumbangan masukan/saran/usul, (3) sumbangan informasi/data, (4) bantuan memperjelas hak atas ruang, dan (5) pengajuan keberatan terhadap rancangan RTRW. Untuk mengetahui persentase bentuk partisipasi stakeholder, maka hasil kuesioner disusun dalam distribusi frekuensi, yaitu penyajian dalam
Tabel 5 (Lanjutan)
Skor Nilai Kriteria Keterangan
Pengaruh Stakeholder
5 17-20 Sangat Tinggi Sangat mempengaruhi penyusunan RTRW
4 13-16 Tinggi Mempengaruhi penyusunan RTRW
3 9-12 Cukup Cukup mempengaruhi penyusunan RTRW
2 5-8 Rendah Kurang mempengaruhi penyusunan RTRW
bentuk tabel berisi data yang telah digolongkan ke dalam kelas-kelas menurut urutannya beserta jumlah individu yang termasuk dalam masing-masing kelas.
Tingkat partisipasi stakeholder dianalisis menggunakan metode deskriptif kuantitatif, melalui tabulasi dan perhitungan distribusi frekuensi terhadap indikator tingkat partisipasi stakeholder yang mengacu pada Delapan Tangga Partisipasi Masyarakat Arnstein (1969). Arnstein menformulasikan partisipasi masyarakat sebagai bentuk dari kekuatan rakyat (citizen participation is citizen power), dimana telah terjadi pembagian kekuatan/kekuasaan masyarakat (redistribution of citizen power) untuk terlibat dalam pembangunan. Pembagian tingkat partisipasi berdasarkan tipologi Arnstein dapat dilihat pada Tabel 6.
b. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Partisipasi Stakeholder dalam Penyusunan RTRW
Metode analisis yang digunakan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi bentuk dan tingkat partisipasi stakeholder yaitu deskriptif kuantitatif melalui distribusi frekuensi. Menurut Slamet (1993), variabel faktor- faktor yang mempengaruhi partisipasi dalam penelitian meliputi: (1) faktor Internal, yaitu jenis kelamin, usia, pendidikan, pekerjaan, dan penghasilan, serta (2) faktor eksternal, yaitu peran pemerintah dan LSM.
Hubungan antara faktor internal dan eksternal dengan partisipasi stakeholder dianalisis melalui uji statistik non parametrik. Uji chi square (X2) digunakan untuk memeriksa apakah dua variable berkolerasi signifikan di populasinya (Firdaus et al. 2011), rumusan hipotesis yang diuji yaitu:
H0 : Tidak ada hubungan (korelasi) antara faktor eksternal dan internal dengan
partisipasi stakeholder
H1 : Ada hubungan (korelasi) antara faktor eksternal dan internal dengan
partisipasi stakeholder
Untuk menguji hipotesis maka nilai hitung X2 dibandingkan dengan nilai tabelnya pada taraf nyata 0,05. Perbandingan nilai ini menunjukkan ada tidaknya hubungan antara dua variabel. Jika nilai X2 hitung > nilai X2 tabel maka H0
ditolak, artinya pernyataan bahwa kedua variabel yang diuji tidak saling berhubungan harus ditolak. Sebaliknya jika nilai X2 hitung < nilai X2 tabel maka H0 diterima, artinya pernyataan bahwa kedua variabel yang diuji tidak saling
berhubungan harus diterima.
Tabel 6 Kategori tingkat partisipasi stakeholder dalam penyusunan RTRW
Indikator Tingkat Partisipasi Tingkat Partisipasi
1. Hanya hadir dan tidak memberikan masukan/saran/usulan Manipulation
2. Memberikan masukan/saran/usulan berdasarkan arahan salah satu pihak Therapy
3. Menerima informasi tanpa berdialog secara aktif dengan pemerintah Informing
4. Memberikan masukan/saran/usulan melalui dialog dengan stakeholder lain Consultation
5. aktif berdiskusi dan usulannya diakomodir dalam konsep sesuai kebutuhan Placation
6. Aktif dalam diskusi dan mendapat pembagian tanggungjawab yang setara Partnership
7. Aktif dalam diskusi, menyusun konsep dan memberikan persetujuan Delegated Power
8. Aktif dalam diskusi, menetapkan konsep dan berwenang membuat
keputusan
Citizen Kontrol Sumber : Arnstein (1969)
Untuk mengetahui kuat atau lemahnya hubungan diantara dua variabel dilihat berdasarkan nilai koefisien kontigensi (contingency coefficient), bila nilai koefisien kontingensi mendekati 1, maka hubungan antara kedua variabel sangat kuat dan sebaliknya jika nilai koefisien kontingensi mendekati 0, maka hubungan antara kedua variabel tersebut semakin lemah.
Analisis Strategi Perencanaan Tata Ruang Wilayah Sektor Kehutanan Berbasis Partisipatif di Kabupaten Bogor
Dalam merumuskan strategi penyusunan/revisi RTRW Kabupaten Bogor untuk sektor kehutanan yang berbasis partisipatif, digunakan metode analisis deskriptif berdasarkan hasil analisa elemen pendukung dan penghambat partisipasi stakeholder yang kemudian dirumuskan menjadi rekomendasi strategi penyusunan RTRW Kabupaten Bogor untuk sektor kehutanan yang partisipatif.
Berdasarkan uraian di atas, maka tujuan, jenis data, sumber data, metode analisis data penelitian dan hasil yang dicapai untuk menjawab tujuan penelitian secara lengkap disajikan pada Tabel 7.
Tabel 7 Tujuan, jenis data, sumber data serta analisis data penelitian
No Tujuan Metode Jenis Data Sumber Data Hasil
1. Menjelaskan mekanisme
partisipasi stakeholder
dalam penyusunan RTRW Kabupaten Bogor Tahun 2005-2025 untuk sektor kehutanan Analisis kebijakan Analisis Deskriptif kuantitatif Primer dan sekunder Stakeholder yang terlibat dalam penyusunan RTRW sektor Kehutanan Mengetahui kesesuaian antara regulasi yang mengatur tentang partispasi masyarakat dengan implementasi saat penyusunan penyusunan RTRW sektor kehutanan 2. Memetakan stakeholder
yang terlibat dan peranannya dalam penyusunan RTRW Kabupaten Bogor Tahun 2005-2025 untuk sektor kehutanan Analisis Deskriptif kuantitatif Analisis Stakeholder Primer Stakeholder yang terlibat dalam penyusunan RTRW sektor Kehutanan Mengetahui peranan stakeholder dalam penyusunan RTRW sektor kehutanan 3. Menjelaskan tingkat partisipasi stakeholder
serta faktor-faktor yang mempengaruhinya dalam penyusunan RTRW Kabupaten Bogor Tahun 2005-2025 untuk sektor kehutanan Analisis Deskriptif kuantitatif (distribusi frekuensi, uji chi square) Primer Stakeholder yang terlibat dalam penyusunan RTRW sektor Kehutanan a.Informasi bentuk partisipasi Stakeholder. b.Besarnya tingkat partisipasi stakeholder c.Faktor yang mempengaruhi partisipasi d.Persepsi masyarakat mengenai RTRW sektor kehutanan 4. Merumuskan rancangan
strategi perencanaan tata ruang wilayah sektor kehutanan berbasis partisipatif di Kabupaten Bogor. Analisis Deskriptif Kualitatif Hasil pengolahan data tujuan 1–3 Bappeda Kab. Bogor, masyarakat, Kementerian Kehutanan Arahan partisipasi Stakeholder dalam penyusunan RTRW sektor kehutanan di Kabupaten Bogor