• Tidak ada hasil yang ditemukan

METODE PENELITIAN Alat dan Bahan

Dalam dokumen Mineralogi dan Sift sifat Kimia Tanah pa (Halaman 33-35)

IDENTIFIKASI KANDUNGAN UNSUR DARI TONASI BUAH KAKAO DAN PEMANFAATANNYA SEBAGAI UNSUR HARA TERSEDIA

2. METODE PENELITIAN Alat dan Bahan

Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah oven, neraca analitis, tanur yang berkapasitas 1200oC, AAS. Sedang bahan yang

digunakan adalah ZnCl2.

Lingkup Kerja

Tonasi buah kakao diabukan, selanjutnya dimasukkan dalam oven yang berkapasitas lebih besar sama 120oC selama 1 x 24 jam. Selanjutnya

abu tonasi yang diperoleh diaktifkan dengan ZnCl2 secara merata. Pengaktifan lebih lanjut

yaitu abu tonasi dimasukkan dalam tanur yang berkapasitas 1200oC. Abu tonasi yang aktif

diidentifikasi kandungan unsure kimianya untuk menentukan komposisi unsure hara tersedia pada tonasi buah kakao.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

Kandungan unsure kimia sebagai unsure hara dari tonasi buah kakao berasal dari tiga wilayah yaitu di Banawa Selatan Kabupaten Donggala, di rantekala kabupaten Sigi Biromaru, dan di Dolago Kabupaten Farigi Moutong. Identifikan kandungan unsure Tonasi buah kakao dari tigah wilayan tersebut adalah sebagai berikut:

Tabel: Kandungan kimia dari tonasi buah kakao sebagai sumber unsur hara

No Parameter Satuan Lokasi Banawa (Donggala) Rantekala (Sigi Biromaru) Dolago (Parigi) 1 Phospor mg/L 2,15 6,8 8,35 2 Kalium mg/L 3,8 4,9 6,2 3 Nitrogen mg/L 86 182 221 4 Besi mg/L 0,1 0,47 0,17 5 Mangan mg/L T. Terdeteksi 0,25 T. Terdeteksi 6 Zink mg/L T. Terdeteksi T. Terdeteksi T. Terdeteksi 7 Tembaga mg/L 1,32 1,46 1,59 Sumber: Hasil Analisis peneliti, Juli – Agustus 2014

Informasi yang dapat diperoleh dari table kandungan kimia tonasi buah kakao adalah, Tonasi buah kakao mengandung unsure hara makro dan mikro, namun unsure hara tersebut perlu diberikan unsure hara tambahan untuk dimanfaatkan sebagai pupuk pada buah kakao itu sendiri. Phospor, kalium, nitrogen sebagai unsure hara makro, sedang besi, mangan, Zink, dan Tembaga sebagai unsure hara mikro. Berdasarkan hal tersebut, maka secara teori kemungkinan, tonasi buah kakao dapat dijadikan pupuk untuk mensuplay unsure hara tersedia yang dibutuhkan oleh tanaman kakao.

Phospor, diserapoleh tanaman dalam bentuk H2PO4-, HPO42-, dan PO42- atau tergantung

dari nilai pH tanah. Phospor sebagai pupuk majemuk dalam bentuk NP dan KP terdapat dalam unsure hara makro dan mikro. Keunggulan dari pupuk KP adalah meminimalkan gugur bungah dan buah, meningkatkan kemanpuan pengisian buah, meningkatkan ketahanan tanaman terhadap serangan penyakit jamur dan bakteri. Pupuk KP sebagai P2O5 terdapat sebesar

50,67%, atau untuk mendapatkan produksi cokelat yang maksimal yaitu 1.010 kg biji

26

dibutuhkan 121 kg/ha P2O5 (Menas, 2002, dan

Novizan 2002).

Kandungan phosphor dari tonasi buah cokelat dari tiga wilayah yaitu Banawa (Donggala) sebesar 2,5 mg/L, Rantekala (Sigi Biromaru) sebesar 6,8 mg/L, dan Dolago (Parigi) sebesar 8,35 mg/L. Ini berarti tonasi buah kakao memiliki potensi sebagai sumber unsure hara makro dan mikro dari phosphor. Karena itu, dapat dijadikan sebagai pupuk, namun masih diperlukan unsure hara tambahan yang mengandung phosphor. Perlu diperhatikan adalah hindari terjadinya fiksasi unsure dalam tanah, yaitu untuk tanaman kakao pada tanah asam yang mengandung Fe (besi) dan Al (Aluminium) akan membentuk senyawa kompleks FeAl Phospot yang mengendap sehingga P tidak dapat diserapoleh akar tanaman.

Kalium, Bersama dengan phosphor, dapat membentuk unsure hara majemuk (KP) yaitu unsure hara makro dan mikro. Kalium diserap oleh akar dalam bentuk ion K+ tidak

ditemukan dalam bentuk senyawa organik , di dalam tanah ion tersebut bersifat sangat dinamis sehingga mudah dipindahkan dari suatu organ ke organ lain yang membutuhkan. Kalium pada tumbuhan mempermudah proses metabolism seperti fotosintesis dan respirasi. Salah satu peran kalium pada tumbuhan adalah perpindahan gula pada pembentukan pati dan protein, membantu proses membuka dan menutup stomata. Banyaknya K2O yang diperlukan untuk

mendapatkan 1.010 kg biji/ha adalag 821 kg. (Novizan, 2002)

Besarnya unsure Kalium (K) yang terdapat dalam tonasi buah kakao adalah Banawa (Donggala) sebesar Banawa (Donggala) 3,8 mg/L, Rantekala (Sigi Biromaru) sebesar 4,9 mg/L, dan Dolago (Parigi) sebesar 6,2 kg/L. Kandungan unsure kalium tersebut dari tonasi buak kakao, memiliki potensi untuk di jadikan sebagai pupuk untuk mengsuplai unsure hara pada tanaman kakao. Namun kandungan tersebut masih rendah sehingga perlu ditambahkan unsure hara K yang cukup.

Nitrogen, pada tanaman berfungsi untuk pembentukan daun dan akar. Perbandingan daun dan akar ditentukan oleh konsentrasi nitrogen dalam tanah. Bila konsentrasi nitrogen yang diserap oleh tanaman, maka perbandingan daun

dan akar menjadi turung. Nitrogen yang diserap oleh akar akan segera dipergunakan untuk pembentukan asam amino bersama-sama dengan karbohidrat yang turun dari daun membentuk protein melalui proses pembelahan dan pembesaran sel yang pada ahirnya akan dipergunakan untuk pembentukan akar (Menas, 2002)

Kadar nitrogen yang optimal dibutuhkan oleh tanaman kakalo adalah 466 kg/ha untuk menghasilkan coklat 1.010 kg biji. Tonasi buah kakao mengandung kadar nitrogen sebesar (banawa-Donggala) 86 mg/L, Rantekala (Sigi Biromaru) sebesar 182 mg/L, dan Dolago (Parigi) sebesar 221 mg/L. Kandungan unsure hara N dalam tonasi buah kakao tersebut, memiliki potensi untuk dimanfaatkan sebagai pupuk. Namun yang perlu diperhatikan adalah kandungan N nya yang rendah sehingga perlu ditambahkan material lain yang kaya nitrogen.

Nitrogen diserap oleh tanaman dalam bentuk ion nitrat (NO3-) dan ion ammonium

(NH4+). Sebagian besar nitrogen diserap dalam

bentuk ion nitrat karena ion tersebut bermuatan negative sehingga selalu berada dalam larutan tanah dan mudah terserap oleh akar. Sebaliknya ion ammonium bermuatan positif sehingga terikat oleh koloid tanah, ion tersebut tidak mudah hilang oleh proses pencucian. Nitrogen dalam bentuk pupuk cepat larut di dalam air dan lebih mudah tercuci. Karena itu, nitrogen dalam tanah akan berubah menjadi ammonium akan terikat langsung oleh koloid tanah. Koloid ini merupakan unsure hara tersedia di dalam tanah untuk diserap oleh akar.

Besi, diserap oleh tanaman dari dalam tanaman dalam bentuk ion Fe2+, ion tersebut

dibutuhkan untuk pembentukan klorofil, ia berfungsi sebagai aktifator untuk fotosintesis dan respirasi. Selain itu, ion Fe sebagi ion pembentuk beberapa enzim tanaman. Fe di dalam tanah akan berkurang akibat meningkatnya kadar Ca, P, atau Mn. Tanaman kakao kurang membutuhkan Fe. Berdasarkan hasil analisis kadar unsure hara dari tonasi buah kakao adalah Banawa (Donggala) sebesar 0,1 mg/L, Rantekala (Sigi Biromaru) sebesar 47 mg/L, dan Dolago (Parigi) sebesar 0,17 mg/L. Kadar Fe di dalam tanah dibutuhkan dalam jumlah yang sangat kecil. Karena itu, kandungan kadar besi (Fe) dari tonasi buah kakao

27

sangat potensial sebagai unsure hara pada tanaman.

Tembaga, Merupakan unsure hara mikro dan berfungsi sebagai aktifator enzim dalam proses penyimpanan cadangan makanan. Tembaga diserap dalam bentuk Cu2+ atau Cu3+.

Kebutuhan normal ion tembaga pada tanaman sekitar 5 – 20 ppm. Ion tembaga dalam tanaman berperan sebagai katalisator dalam proses pernapasan dan perombakan karbohidrat, sebagai salah satu elemen dalam proses pembentukan vitamin A, dan pembentukan klorofil. Cu dalam tanaman berfungsi untuk meningkatkan produksi panen. Sebaliknya Cu dalam tanah terdapat dalam jumlah yang besar, maka akan berdampak meracuni tanaman. Dengan demikian, walaupun ketersediaan Cu dalam tanah terdapat dalam jumlah yang rendah, namun tidak dianjurkan untuk melakukan pemupukan dengan menggunakan pupuk yang mengandung ion Cu (Novisan, 2002).

Kadar Cu yang terdapat dalam tonasi buah kakao adalah 1,32 ppm (untuk Banawa), 1,46 ppm (untuk Rantekala), dan 1,59 ppm (untuk Dolago). Kadar tersebut cukup untuk mengsuplai tanaman kakao sehingga tidak direkomendasikan untuk memberikan/ menambahkan ion Cu pada abu tonasi. Kadar ion Cu dalam abu tonasi sudah mencukupi untuk diserap oleh akar tanaman kakao, terutama untuk meningkatkan produksi buah dengan meningkatkan daya tahannya terhadap serangan hama (Novisan, 2002).

4. KESIMPULAN

Tonasi buah kakao mengandung unsure hara makro dan mikro yang dibutuhkan untuk pertumbuhan dan produktifitas buah tanaman kakao itu sendiri. Karena itu, ia berpotensi sebagai bahan baku untuk pupuk daun dan buah. Namun untuk memaksimalkan kadar unsure haranya perlu diberikan unsure hara tambahan.

Dalam dokumen Mineralogi dan Sift sifat Kimia Tanah pa (Halaman 33-35)