Paradigma Penelitian
Penelitian bertujuan untuk mengungkapkan realitas sosial yang dialami oleh petani untuk mendapatkan pembiayaan (kredit) melalui BMT. Peneliti menggunakan paradigma teoritis yang dikembangkan oleh metodologi kualitatif, yaitu penelitian yang dimaksudkan untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subyek penelitian misalnya : perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, bahasa, dan lain-lain pada suatu konteks khusus yang alamiah. Fenomena yang dimaksud dalam penelitian ini adalah bagaimana BMT membangun kepercayaan melalui komunikasi interpersonal, kelompok dan komunikasi massa kepada petani di Kabupaten Ciamis Jawa Barat dan Kabupaten Bantul Daerah Istimewa Yogyakarta.
Thomas Lindolf (Kuswarno, 2008) menyebutkan metode kualitatif untuk penelitian komunikasi dengan paradigma fenomenologi, etnometodologi, interaksi simbolik, etnografi dan studi kultural, sering disebut sebagai paradigma interpretif. Metode kualitatif dengan paradigma interpretif ini berasal dari tradisi sosiologi dan antropologi yang juga dapat digunakan dalam penelitian komunikasi.
Menurut paradigma interpretif, realitas sosial yang dilihat dari interaksi sosial adalah dasar dari komunikasi, bukan hanya memperlihatkan fenomena lambang atau bahasa yang digunakan, tetapi juga menampakkan komunikasi interpersonal di antara anggota-anggota masyarakat tersebut. Berkaitan dengan kehidupan petani, interaksi sosial di antara mereka bukan saja secara realitas menampakkan fenomena lambang atau bahasa yang mereka gunakan, tetapi juga menunjukkan komunikasi interpersonal di antara sesama petani maupun antara petani dengan BMT atau dengan orang-orang lain di luar komunitas mereka.
Jika Lindolf menyebutkan bahwa penelitian kualitatif dalam ilmu komunikasi sebagai “paradigma interpretif”, Mulyana (2008) menyebutkan “perspektif subyektif” yang memiliki ciri sebagai berikut:
(1) Sifat realitas: realitas (komunikasi), bersifat ganda, rumit, semu, dinamis (mudah berubah), dikonstruksikan dan holistik; kebenaran realitas bersifat relatif.
(2) Sifat manusia (komunikator atau peserta komunikasi): aktor (komunikator) bersifat aktif, kreatif, dan memiliki kemauan bebas; perilaku (komunikasi) secara internal dikendalikan oleh individu
(3) Sifat hubungan dalam dan mengenai realitas (komunikasi): semua entitas secara simultan saling mempengaruhi, sehingga peneliti tak mungkin membedakan sebab dari akibat.
(4) Hubungan antara peneliti dan subjek penelitian; setaraf, empati, akrab, interaktif, timbal balik, saling mempengaruhi berjangka waktu lama. (5) Tujuan penelitian: menangani hal-hal bersifat khusus, bukan hanya
perilaku terbuka, tetapi juga proses yang tak terucapkan, dengan sampel kecil/purposif, memahami peristiwa yang punya makna historis; menekankan perbedaan individu; mengembangkan hipotesis (teori) yang terikat oleh konteks dan waktu; membuat penilaian etis/estetis atas fenomena (komunikasi) spesifik.
(6) Metode penelitian: deskriptif (wawancara tak berstuktur/mendalam, pengamatan berperan serta), analisis dokumen, studi kasus, studi historis; penafsiran sangat ditekankan alih-alih pengamatan objektif. (7) Analisis: induktif; berkesinambungan sejak awal hingga akhir; mencari
model, pola atau tema.
(8) Kriteria kualitas penelitian: otentitas, yakni sejauh mana temuan penelitian mencerminkan penghayatan subjek yang diteliti (komunikator)
(9) Peran nilai: Nilai, etika, dan pilihan moral peneliti melekat dalam proses penelitian (pemilihan masalah penelitian, tujuan penelitian, paradigma, teori dan metode/teknik analisis yang digunakan, dsb)
Penelitian ini berusaha menelaah dan menggambarkan fenomena dunia petani menurut pandangan mereka sendiri, maka penelitian menggunakan studi fenomenologi. Moleong (2008) mengatakan fenomenologi tidak berasumsi bahwa peneliti mengetahui arti sesuatu bagi orang-orang yang sedang diteliti oleh meraka. Inkuiri fenomenologis memulai dengan diam. Diam merupakan tindakan untuk menangkap pengertian sesuatu yang sedang diteliti. Mereka berusaha masuk ke dalam dunia konseptual para subyek yang ditelitinya sedemikian rupa sehingga mereka mengerti apa dan bagaimana suatu pengertian yang dikembangkan oleh mereka di sekitar peristiwa dalam kehidupan sehari-hari.
Menurut Litlejohn dan Foss (2008), interaksi simbolik mengandung inti dasar premis tentang komunikasi dan masyarakat. Interaksi simbolik mempelajari sifat interaksi yang merupakan kegiatan manusia yang dinamis, sebagai bandingan
pendekatan struktural yang menfokuskan diri pada individu dan ciri-ciri kepribadiannya, atau bagaimana struktur sosial membentuk perilaku tertentu individu. Perspektif interaksi simbolik memandang bahwa individu aktif, reflektif dan kreatif, menafsirkan, menampilkan perilaku yang rumit dan sulit diramalkan. Perspektif ini menolak gagasan bahwa individu adalah organisme pasif yang perilakunya ditentukan oleh kekuatan-kekuatan atau struktur yang ada di luar dirinya. Individu terus berubah, maka masyarakat pun berubah melalui interaksi. Interaksilah yang dianggap paling penting yang menentukan perilaku manusia bukan struktur masyarakat. Struktur itu sendiri tercipta dan berubah karena interaksi manusia, yaitu ketika individu-individu berfikir dan bertindak secara stabil terhadap seperangkat obyek yang sama.
Fenomenologi bertujuan untuk mengetahui dunia dari sudut pandang orang yang mengalaminya secara langsung atau berkaitan dengan sifat-sifat alami pengalaman manusia, dan makna yang ditempelkan padanya. Peneliti fenomenologi harus menunda proses penyimpulan mengenai sebuah fenomena, dengan menempatkan fenomena tersebut terlebih dahulu mempertanyakan dan meneliti terlebih dahulu fenomena yang tampak, dengan mempertimbangkan aspek kesadaran yang ada padanya.
Konsekuensi hal tersebut, fenomenologi sebagai metode penelitian tidak menggunakan hipotesis dalam prosesnya, walaupun fenomenologi bisa jadi menghasilkan sebuah hipotesis untuk diuji lebih lanjut. Fenomenologi tidak diawali dan tidak bertujuan untuk menguji teori. Prakteknya, fenomenologi cenderung untuk menggunakan metode observasi, wawancara mendalam (kualitatif), dan analisa dokumen dengan metode hermeneutik.
Lokasi dan waktu Penelitian
Lokasi penelitian adalah desa tempat tinggal para petani yang berada di kabupaten Ciamis Jawa Barat dan kabupaten Bantul Daerah Istimewa Yogyakarta. Dasar pemilihan lokasi tersebut adalah bahwa di kedua daerah tersebut telah menerima pembiayaan dari lembaga keuangan mikro agribisnis syariah yang dikelola
oleh Sub Direktorat Pembiayaan Syariah Kementerian Pertanian. Penelitian ini dilakukan dalam konteks dan setting petani yang di daerahnya terdapat lembaga keuangan mikro syariah.
Teknik Penarikan sumber datanya dengan teknik Purposive, yaitu mengambil sumber data dengan sengaja. Sumber data yang diambil adalah kelompok tani yang memiliki atau menggunakan lembaga keuangan mikro syariah. Pusat Pembiayaan Pertanian Sekretariat Jenderal Kementerian Pertanian memiliki program kerjasama dengan Pemerintah Jepang lewat program CF-SKR untuk memberikan pembiayaan agribisnis atau penguatan modal kepada para petani. Program ini bernama Lembaga Keuangan Mikro Agribisnis (LKM-A). Melalui Pusat Pembiayaan Pertanian ini program ini dijalankan dengan membantu kelompok tani untuk mendirikan BMT untuk membantu permasalahan permodalan. Kelompok tani yang telah mendirikan BMT tersebut keseluruhannya berjumlah : 158 Lembaga Keuangan Mikro Syariah, uraian lebih jelasnya dalam Tabel 3.1.
Tabel 3.1. Lembaga Keuangan Mikro Syariah didirikan oleh Kelompok Tani
No. Daerah Jumlah LKM
1 Jawa Barat 31
2 Jawa Tengah 20
3 Daerah Istimewa Yogyakarta 21
4 Jawa Timur 21
5 Nusa Tenggara Barat (NTB) 36
6 Kalimantan Selatan 9
7 Gorontalo 20
Berdasarkan hasil evaluasi tahun 2008 diketahui bahwa ada beberapa lembaga keuangan mikro syariah yang masih tetap berjalan, ada juga yang tersendat-sendat bahkan mati. Kriteria indikator keberhasilan pembiayaan ini antara lain : (1) kepatuhan menjalankan skema syariah, (2) menggunakan produk-produk syariah, (3) Memberikan pembiayaan murni kepada pertanian, (4) keberlangsungan menjalankan operasional secara syariah. Berdasarkan rekomendasi dari hasil evaluasi tersebut ada beberapa yang berhasil membiayai khusus sektor pertanian, terutama adalah : BMT Miftahussalam, Kecamatan Cijeunjing, Kabupaten Ciamis yang berdiri sejak 14 Juli
1997. BMT ini merupakan pesantren yang sudah memiliki internet dalam pemasaran dan penyebaran informasinya, karena itu terpaan media sangatlah tinggi. Kategori desa ini termasuk desa Suburban area dengan setting budaya Sunda.
Kedua, BMT Al Barokah Kecamatan Imogiri kabupaten Bantul Daerah Istimewa Yogyakarta yang telah berdiri 1 Oktober 2001. Daerah ini merupakan salah satu daerah yang terpaan media sangat sedikit, belum menggunakan internet seperti di BMT Miftahussalam. Wilayah Bantul ini termasuk kategori desa rural area dengan setting budaya Jawa. Kedua daerah inilah yang telah dijadikan sebagai sampel dalam penelitian ini atas LKM syariah yang dibiayai oleh kementerian Pertanian. Waktu Penelitian dilakukan pada bulan Januari-Juli 2010.
Informan Penelitian
Pada penelitian ini dikaji petani berkomunikasi untuk mendapatkan pembiayaan kredit dari BMT. Keunikan penelitian ini adalah bahwa pengalaman masing-masing individu petani berbeda-beda, sehingga hasil yang didapat pun terdapat keunikan tersendiri dari pengalaman masing-masing petani. Nara suumber informasi penelitian ini adalah para petani dan BMT. Pada penelitian ini yang dikaji adalah tindakan komunikatif petani yang dilakukan dan dikonstruksikan oleh petani itu sendiri, baik dalam bentuk verbal maupun non verbal. Proses komunikasi ini dapat diketahui dalam bentuk narasi, percakapan sehari-hari, ritual maupun teks yang ada.
Sumber informasi penelitian dipilih secara purposif berdasarkan aktivitas dan kesediaan mereka untuk mengeksplorasi dan mengartikulasikan pengalaman mereka secara sadar. Kriteria yang dapat dijadikan acuan dalam memilih informan dalam penelitian ini adalah :
(1) Informan petani adalah pihak yang mengalami langsung situasi atau kejadian yang berkaitan dengan topik penelitian, yaitu para nasabah BMT yang mendapatkan pembiayaan syariah. Tujuannya untuk mendapatkan deskripsi dari sudut pandang orang pertama. Ini merupakan kriteria utama dalam penelitian fenomenologi. Walaupun secara demografis informan cocok, namun bila ia tidak
mengalami secara langsung, ia tidak bisa dijadikan informan. Syarat inilah yang dituntut untuk mendukung sifat otentitas penelitian fenomenologi.
(2) Informan mampu menggambarkan kembali fenomena yang telah dialaminya, terutama dalam sifat alamiah dan maknanya. Hasilnya berupa data yang objektif dan reflektif yang menggambarkan fakta atau keadaan yang sesungguhnya.
(3) Bersedia untuk terlibat dalam kegiatan penelitian meskipun mungkin harus membutuhkan waktu yang lama.
(4) Bersedia untuk diwawancara dan direkam aktivitasnya selama wawancara atau selama penelitian berlangsung.
(5) Memberikan persetujuan untuk dipublikasikan dalam bentuk hasil penelitian sesuai dengan etika akademis/ilmiah.
Pada penelitian fenomenologi jumlah informan tidak ditentukan. Faktor terpenting memilih informan adalah karena diharapkan dapat mengungkapkan fakta atas fenomena atau peristiwa secara detail. Penelitian tentang petani ini memilih tempat-tempat partisipan yang hidup di lingkungan pertanian atau dengan kata lain dalam setting pedesaan. Jumlah informan atau partisipan sebanyak 13 orang petani serta pengelolanya di BMT Miftahussalam, kecamatan Cijeungjing, Ciamis Jawa Barat dan BMT Al Barokah, kecamatan Imogiri kabupaten Bantul Daerah Istimewa Yogyakarta.
Gambaran Umum Informan
Penelitian ini melibatkan beberapa orang petani yang dianggap telah memenuhi kriteria-kriteria sebagai subyek penelitian, seperti yang telah ditetapkan sebelumnya, sebagai berikut :
(1) Memiliki usaha di bidang pertanian.
(2) Mendapatkan pembiayaan usaha pertanian dari BMT.
(3) Usaha dan pembiayaan tersebut minimal sudah berjalan selama 3 tahun. (4) Menjadi anggota kelompok tani
Jumlah informan yang terlibat sebanyak 13 orang, enam orang di Ciamis dan tujuh orang di Bantul. Hal ini seperti yang diungkapkan Creswell (2002) bahwa pada
penelitian fenomenologi, laporan penelitian harus diawali dengan menjelaskan mengenai gambaran umum, termasuk di dalamnya gambaran tentang informan yang terlibat. Informan penelitian dapat dijelaskan dalam Tabel 3.2.
Tabel 3.2. Profil singkat Petani Informan
No. NAMA INISIAL JENIS
KELAMIN
USIA ASAL USAHA TANI
1. US (Ketua Kelompok Tani)
Laki-laki 58 thn Ciamis Petani Jagung 2. D (Petani) Laki-laki 32 thn Ciamis Petani Jamur,
Peternak Kambing dan Sapi
3. HF (Petani) Laki-laki 60 thn Ciamis Petani Padi dan Jagung, Peternak Kambing dan Sapi. 4. H (Petani) Laki-laki 37 thn Ciamis Petani Jagung dan
Peternak Ikan Gurame 5. OS (Petani/Tokoh
Masyarakat)
Laki-laki 62 thn Ciamis Petani Jagung 6. DJ (Ketua Kelompok
Tani)
Laki-laki 74 thn Bantul Petani Padi 7. DN (Petani/Tokoh
Masyarakat)
Laki-laki 72 thn Bantul Petani Padi 8. W (Petani) Laki-laki 71 thn Bantul Petani Padi 9. Hj (Petani) Perempuan 56 thn Bantul Peternak Ikan lele
dan Gurame 10. S (Petani) Laki-laki 58 thn Bantul Petani Padi,
peternak ayam 11. Wj (Petani) Perempuan 35 thn Bantul Petani Padi 12. DDN (Ketua BMT) Laki-laki 35 thn Ciamis Ketua BMT 13 SK (Ketua BMT) Perempuan 35 thn Bantul Ketua BMT
Berdasarkan wawancara dan pengamatan seperti digambarkan singkat pada Tabel 3.2, petani informan yang terdiri dari 10 laki-laki dan 3 perempuan.
Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dapat menggunakan sumber data primer dan sekunder. Sumber primer adalah sumber data yang langsung memberikan informasi kepada
pengumpul data, dan sumber sekunder merupakan sumber yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data, misalnya lewat orang lain atau dokumen.
Menurut Creswell (2002), teknik pengumpulan informasi dalam penelitian fenomenologi seperti dirinci pada Tabel 3.3.
Tabel 3.3. Teknik Pengumpulan Data Fenomenologi
Pengumpulan Data
Pilihan Tipe Kelebihan Keterbatasan
Pengamatan Partisipasi penuh : peneliti menyem-bunyikan peran Peneliti mendapat informasi langsung dari informan Apabila Peneliti (mungkin) tampak sebagai pengganggu. Pengamat sebagai partisipan – peran peneliti diketahui Peneliti dapat mencatat informasi ketika muncul Informasi pribadi yang tidak dapat dilaporkan peneliti dapat diamati Pengamat penuh : peneliti mengamati tanpa berpartisipasi Dapat ditemukan aspek-aspek baru selama pengamatan Berguna dalam menggali topik yang bagi informan sulit untuk dibahas
Peneliti kurang memiliki keahlian memahami budaya masyarakat yang diamati dan pendekatan yang baik
Wawancara Tatap muka : wawancara empat mata, wawancara pribadi
Berguna jika objek kajian tidak dapat diamati secara langsung Memberi informasi subjektif ketika disaring melalui pandangan pihak yang mewawancarai Telepon : peneliti mewawancarai lewat telepon Informan dapat memberi informasi kronologis historis secara tepat Memberi informasi di tempat yang mengganggu informan sehingga tidak objektif, bukan di lapangan Kelompok : peneliti mewawancarai informan dalam kelompok Memungkinkan peneliti mengendalikan di luar pertanyaan Kehadiran peneliti dapat membuat tanggapan bias tidak semua orang sama pintar/ trampil mengeluarkan pendapat
Lanjutan Teknik Pengumpulan Data Fenomenologi
Pengumpulan Data
Pilihan Tipe Kelebihan Keterbatasan
Dokumen Dokumentasi umum
seperti notulen rapat, koran
Memungkinkan pengamat memakai bahasa dan kata-kata sumber informasi
Apabila informasi rahasia tidak dapat terbuka untuk umum Mengharuskan pengamat untuk mencari informasi di tempat yang sulit ditemukan Dokumentasi
pribadi seperti jurnal atau buku harian, surat
Dapat diakses di waktu yang dipilih pengamat/sumber informasi yang tidak menonjol Menyajikan data yang dikumpulkan informan Sebagai bukti tertulis, menghemat waktu dan biaya peneliti untuk menulis Apabila Materi mungkin tidak lengkap dokumen mungkin tidak otentik/akurat Materi Audio Visual
Foto, kaset video, obyek seni Mungkin metode pengumpulan data yang tidak menonjol Apabila sulit ditafsirkan
Apabila ada animasi yang sulit dipahami maknanya Perangkat lunak komputer, film Memberi kesempatan kepada informan untuk berbagi realitanya secara langsung Kreatif dalam arti menangkap
perhatian secara visual
Apabila tidak dapat diakses oleh umum atau pribadi Kehadiran pengamat (missal: fotografer) mungkin mengganggu dan mempengaruhi respon FGD Memahami berbagai pandangan dari berbagai sumber informasi Apabila ada dominasi dalam proses diskusi oleh pihak tertentu
Teknik pengumpulan data pada penelitian ini dengan menggunakan teknik triangulasi, yaitu dilakukan partisipan observer/pengamatan berperan serta, observasi dan wawancara serta dibantu dengan dokumen tertulis dari pihak BMT. Observasi atau pengamatan ada tiga jenis, yaitu : (1) Observasi partisipatif (participant observation) dalam observasi ini peneliti terlibat dengan kegiatan sehari-hari orang yang sedang diamati atau yang digunakan sebagai sumber data penelitian. (2) Observasi terus terang atau tersamar (overt observation/covert observation), peneliti dalam melakukan pengumpulan data menyatakan terus terang kepada sumber data bahwa ia sedang melakukan penelitian. Peneliti dapat saja pada kondisi tertentu juga tidak terus terang atau tersamar dalam observasi. Hal ini untuk menghindari kalau suatu data yang dicari merupakan data yang masih dirahasiakan. (3) Observasi tidak terstruktur (unstructured Observation), observasi dalam penelitian kualitatif dilakukan dengan tidak berstruktur, melainkan mengikuti alur proses yang terjadi atau dipengaruhi situasi saat penggalian informasi tanpa terlepas dari fokus pengamatan penelitian. Fokus observasi berkembang secara dinamis selama kegiatan observasi berlangsung.
Peneliti juga melakukan wawancara kepada para petani. Tujuan dilakukannya wawancara adalah untuk mengkonstruksi mengenai aktor, kejadian, organisasi, perasaan, motivasi, dan tuntutan, kepedulian dan lain-lain. Selanjutnya, peneliti menverifikasi, mengubah, dan memperluas informasi yang diperoleh dari orang lain, baik manusia maupun bukan manusia (triangulasi); dan memperluas konstruksi yang dikembangkan oleh peneliti sebagai pengecekan sumber informasi yang didapat. Data sekunder juga diperoleh dari dokumen-dokumen, bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang, atau suatu pihak tertentu.
Fokus Penelitian
Penelitian ini memfokuskan proses komunikasi yang terjadi ketika petani berinteraksi dengan BMT dalam rangka mendapatkan pembiayaan syariah, yaitu saat: (1) Petani mengajukan pembiayaan Syariah kepada BMT
(2) BMT Menyetujui memberikan pembiayaan syariah kepada Petani dengan menggunakan akad mudharabah atau akad murabahah.
(3) BMT memberikan pelatihan kepada Petani yang telah mendapatkan pembiayaan syariah
(4) BMT melakukan pendampingan kepada petani
(5) PINBUK melakukan pengawasan dan menjalankan fungsi konsultasi kepada BMT
(6) PINBUK memberikan pelatihan kepada Petani lewat BMT
(7) Tokoh Masyarakat memberikan dukungan dan fungsi konsultasi kepada BMT (8) Tokoh Masyarakat memberikan dukungan dan fungsi konsultasi kepada petani
Proses Pendekatan
Pada penelitian ini akses pengumpulan data diperoleh pertama kali dari “gatekeeper” atau seseorang yang menjadi anggota kelompok masyarakat yang diteliti. Pada penelitian ini yang dimaksud gatekeeper adalah ketua kelompok tani-nya yang kemudian dapat menghubungkan peneliti dengan informan anggotatani-nya dalam penelitian ini. Selanjutnya, informan akan menjadi sumber data utama selain hasil pengamatan peneliti, karena dari informan inilah diperoleh model asli bagaimana pola perilaku dari kelompok masyarakat yang akan diteliti.
Penelitian ini mengambil informan sebanyak 13 orang petani, terdiri dari para petani dan Ketua BMT. Penentuan informan dipilih secara purposif, dengan pertimbangan utama, informan tersebut dapat berkomunikasi dengan baik sehingga wawancara yang dilakukan berjalan lancar. Diharapkan pada kegiatan ini dapat diperoleh gambaran mengenai perilaku komunikasi suatu kelompok masyarakat langsung dari orang yang memang merupakan anggota masyarakat yang diteliti.
Pada pelaksanaan Observasi di lapangan, peneliti dengan nara sumber atau yang biasa disebut informan terjalin rapport dan menghasilkan hubungan yang akrab sehingga peneliti dapat melebur dengan informan, dan menghasilkan kepercayaan (trust) karena terjadi keakraban. Hal ini dilakukan dengan tujuan akan mempermudah penelitian pada tahap-tahap selanjutnya. Keakraban hubungan dibina, melalui
rapport. Rapport adalah hubungan antara peneliti dengan subyek informasi sedemikian rupa sehingga subyek dengan sukarela dapat menjawab pertanyaan atau memberikan informasi yang diperlukan oleh peneliti. Ketika rapport itu telah tercapai, usaha penggalian informasi dan data selanjutnya jadi lebih mudah.
Kadang-kadang peneliti menghadapi situasi yang walaupun peneliti secara berulang-ulang telah menjelaskan maksud dan tujuan penelitian namun subyek penelitian tetap tidak mau mengerti. Di pihak lain subjek tidak mau bekerjasama, tidak mau memberikan informasi, atau tidak mau melakukan sesuatu yang diharapkan peneliti. Ketika peneliti menghadapi situasi demikian maka peneliti berusaha mendekati subyek dengan jalan memakai salah satu anggota atau ketua dari kelompok tani-nya sebagai perantara. Perangai peneliti, penyesuaian diri dengan penampilan psikis maupun fisik akan mempermudah peneliti menghadapi situasi yang rumit sekalipun. Demi tercapainya penelitian ini, maka peneliti menyadari bahwa penelitian ini memerlukan kesabaran dan kecermatan.
Teknik Keabsahan Data
Pada penelitian ini menetapkan keabsahan (truthworthiness) data yaitu diperlukannya teknik pemeriksaan. Peneliti melaksanakan teknik pemeriksaan yang didasarkan atas sejumlah kriteria tertentu. Ada empat kriteria yang digunakan, yaitu derajat kepercayaan (Kredibilitas, yang terdiri : perpanjangan ikut serta, ketekunan pengamatan, triangulasi, pengecekan sejawat, kecukupan referensial, kajian kasus negatif, pengecekan anggota); Keteralihan (Uraian Rinci) (tranferability); Kebergantungan (Audit kebergantungan)/(dependenbility); Kepastian (audit kepastian)/(Confirmability).
Kepercayaan (credibility), memiliki dua fungsi : pertama melaksanakan inkuiri sedemikian rupa sehingga tingkat kepercayaan penemuannya dapat dicapai; kedua, mempertunjukan derajat kepercayaan hasil-hasil penemuan dengan jalan pembuktian oleh peneliti pada kenyataan ganda yang diteliti. Peneliti melakukan pemilihan nara sumber (informan petani) yang memiliki kredibilitas tinggi sehingga memenuhi unsur kredibilitas ini. Caranya adalah dengan perantara Ketua PINBUK masing-masing
daerah (Ciamis dan Bantul). Tahap kedua adalah dengan pertimbangan ketua BMT masing-masing untuk memilih anggota BMT yang juga sebagai anggota kelompok tani sebagai nara sumber peneliti.
Keteralihan (transferability) sebagai persoalan empiris bergantung pada kesamaan antara konteks pengirim dan penerima. Peneliti bertanggung jawab menyediakan data deskriptif secukupnya ketika akan membuat keputusan tentang pengalihan tersebut. Untuk keperluan itu peneliti melakukan penelitian kecil untuk memastikan usaha menverifikasi tersebut. Peneliti melakukan koding dengan mengkategorikan hasil temuan sehingga terbentuk pola-pola. Pola-pola ini didapat dari kesamaan dan kemiripan informasi yang diungkapkan oleh nara sumber. Tahap kedua, peneliti melakukan verifikasi data tersebut kepada nara sumber untuk memastikan apakah informasi yang telah disampaikan nara sumber tersebut benar.
Kebergantungan (Dependenbility), konsep kebergantungan lebih luas daripada reliabilitas. Konsep itu memperhitungkan segala-galanya yaitu yang ada reliabilitas itu sendiri ditambah faktor-faktor lainnya. Peneliti melakukan pola-pola terhadap hasil temuan dari dua setting daerah yang berbeda. Sehingga hasil penelitian ini dapat digunakan bagi daerah yang memiliki setting yang sama dengan daerah yang diteliti, yaitu Ciamis dengan setting budaya Sunda dan Sub urban area serta Bantul dengan setting budaya Jawa dengan Rural Area.
Kepastian (confirmability), konsep obyektivitas pemastian bahwa sesuatu itu obyektif atau tidak bergantung pada persetujuan beberapa orang terhadap pandangan, pendapat dan penemuan seseorang. Sesuatu yang obyektif, berarti dapat dipercaya, faktual, dan dapat dipastikan. Pengertian terakhir inilah yang dijadikan tumpuan pengalihan pengertian obyektivitas-subyektivitas menjadi kepastian. Pada tahap ini