• Tidak ada hasil yang ditemukan

Desain penelitian yang digunakan adalah cross sectional study yaitu penelitian yang dilakukan dalam satu waktu. Pemilihan tempat dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan lokasi penelitian adalah salah satu lembaga pendidikan Islam modern yang sudah cukup lama dan terkenal serta memiliki santri yang berasal dari daerah dengan latar belakang keluarga dan budaya yang beraneka ragam. Dalam proses belajar mengajarnya, pondok pesantren mengkombinasikan sistem pendidikan umum Depdiknas (Departemen Pendidikan Nasional) dengan sistem pendidikan pesantren. Penelitian ini dilakukan di Pondok Pesantren Asshiddiqiyah Jakarta Barat. Pengambilan data dilaksanakan pada bulan Mei-Juni 2009.

Cara Pemilihan Contoh

Contoh dalam penelitian ini adalah santri yang telah belajar di pondok pesantren, minimal 1 tahun, sehingga dirasa cukup memiliki pengetahuan dan pengalaman tentang kehidupan di pondok pesantren. Pemilihan contoh diawali dengan memberikan kuesioner kepada seluruh santri kelas VII-VIII sejumlah 178 santri. Dari kuesioner yang dibagikan, kuesioner yang diisi dan dikembalikan sejumlah 116 buah. Kemudian dipilih lagi berdasarkan kelengkapan dan ketepatan pengisian, sehingga akhirnya diperoleh 63 kuesioner dengan 32 contoh laki-laki dan 31 perempuan (Gambar 2).

Purposive

Gambar 2 Kerangka Penarikan Contoh Pemilihan Pondok Pesantren Modern

Santri telah tinggal 1 tahun di pondok pesantren

Laki-laki Perempuan

Jenis dan Cara Pengumpulan Data

Jenis data yang dikumpulkan meliputi data primer dan data sekunder. Data primer (Tabel 2) yang dikumpulkan meliputi (1) kecerdasan emosional santri (2) kepatuhan santri , (3) kemandirian santri, (4) persepsi santri terhadap pola asuh emosi, (5) karakteristik santri, dan (6) karakteristik keluarga, adapun data sekunder meliputi karakteristik pondok pesantren seperti sistem pendidikan, jumlah santri, peraturan dan sanksi yang berlaku. Data dikumpulkan dari penyebaran kuesioner yang diisi oleh masing-masing santri kelas VII dan VIII dengan penjelasan yang diberikan langsung selama proses pengisian kuesioner tersebut.

Tabel 2 Jenis dan cara pengumpulan data Jenis

Data Variabel

Sumber

Instrumen Alat Ukur Primer Kecerdasan emosional santri

Kesadaran akan emosi diri Kemampuan mengelola emosi diri Motivasi dalam memperkuat emosi Kemampuan dalam berempati Keterampilan dalam membina hubungan

Ginting (2005) dan Arisandi (2007)

Kuesioner

Kepatuhan santri

Kepatuhan santri terhadap peraturan yang ada di pondok pesantren

Kuesioner Kemandirian santri Kemandirian emosi Kemandirian perilaku Kemandirian nilai Ruhidawati (2005) Kuesioner

Persepsi pola asuh emosi Pola mengabaikan

Pola tidak menyetujui Pola Laissez Faire Pola pelatih emosi

Hastuti (2008) Kuesioner Karakteristik santri Usia contoh Jenis kelamin Urutan lahir Karakteristik keluarga Usia orangtua Besar keluarga Kuesioner Kuesioner

Sekunder Karakteristik keluarga Pendidikan orangtua Pekerjaan orangtua Pendapatan keluarga

Karakteristik pondok pesantren Peraturan, sanksi, jumlah santri

Data pondok pesantren

Pengolahan dan Analisis Data

Data yang telah dikumpulkan diolah melalui proses editing, koding, scoring, entry data ke komputer, cleaning dan analisis data. Selanjutnya data diolah secara komputerisasi dengan menggunakan Program Microsoft Excel 2007 dan Program SPSS 13for Windows. Analisis statistik yang digunakan yaitu analisis deskriptif, dengan menggunakan Uji Korelasi Spearman dan Uji Sebaran Hubungan Chi-Square untuk melihat hubungan antar variabel yang diteliti, Uji Cronbach Alpha untuk melihat reliabilitas dari kuesioner yang digunakan (Lampiran 1), dan Uji beda t-test untuk melihat perbedaan beberapa variabel berdasarkan jenis kelamin.

Tabel 3 Variabel dan cara pengkategorian Data Primer

Variabel Dasar Pengukuran Kategori Jenis

Data karakteristik santri

Usia santri Sebaran contoh 12-15 tahun (remaja awal) Rasio Jenis kelamin Sebaran contoh 1. Laki-laki Nominal

2. Perempuan

Urutan kelahiran Sebaran contoh Ordinal

karakteristik keluarga

Usia orang tua Sebaran contoh 1. 18-40 tahun (dewasa muda) Rasio 2. 40-60 tahun (dewasa madya) Besar keluarga Sebaran contoh 1. Keluarga kecil (≤4 orang)

2. Keluarga sedang (5-6 orang) 3. Keluarga besar (≥ 7 orang)

Rasio

Pendidikan orangtua Sebaran contoh 1. SD/sederajat 2. SMP/sederajat 3. SMA/sederajat 4. Akademi/Diploma 5. Sarjana

Ordinal

Pekerjaan orangtua Sebaran contoh 1. PNS

2. Karyawan swasta 3. Wiraswasta 4. ABRI/Polisi 5. Ibu rumah tangga

Nominal

Kepatuhan Standar deviasi Rendah (0-4) Sedang (5-8) Tinggi (9-12) Ordinal Kemandirian Kemandirian emosi Kemandirian perilaku Kemandirian nilai

Standar deviasi Kurang (0-5) Sedang (6-10) Baik (11-15)

Tabel 3 (lanjutan)

Variabel Dasar Pengukuran Kategori Jenis

Data Kecerdasan

emosional

Kesadaran akan emosi diri

Standar deviasi Kurang (0-9) Sedang (10-18) Baik (19-27)

Ordinal

Mengelola emosi diri Standar deviasi Kurang (0-10) Sedang (11-20) Baik (21-30)

Ordinal

Motivasi Standar deviasi Kurang (0-10) Sedang (11-20) Baik (21-30)

Ordinal

Empati Standar deviasi Kurang (0-7) Sedang (8-14) Baik (15-21)

Ordinal

Membina hubungan Standar deviasi Kurang (0-7) Sedang (8-14) Baik (15-21)

Ordinal

Persepsi terhadap pola asuh emosi

Pelatih emosi Standar Deviasi Kurang (1-26) Ordinal

Pengabai emosi Sedang (27-53)

Tidak menyetujui Tinggi (54-80)

Laissez Faire

Data Sekunder

Pendapatan keluarga Sebaran contoh 1. < 500 ribu Ordinal 2. 500.001 – 1.000.000

3. 1.000.001 – 3.000.000 4. 3.000.001 – 5.000.000 5. > 5.000.001

Ket : dilakukan invers nilai

Kecerdasan emosi

Kecerdasan emosi contoh terdiri dari 43 pernyataan yang dikombinasi dari Ginting (2005) dan Arisandi (2007), yaitu 9 pernyataan mengenai kesadaran akan emosi diri, 10 pernyataan mengenai kemampuan dalam mengelola emosi diri, 10 pernyataan mengenai motivasi dalam memperkuat emosi, 7 pernyataan mengenai kemampuan dalam berempati dan 7 pernyataan mengenai keterampilan dalam membina hubungan sosial. Skor jawaban tiap-tiap pernyataan yaitu 3 (selalu), 2 (kadang-kadang), dan 1 (tidak pernah) untuk pernyataan positif maupun negatif.

Kepatuhan

Kepatuhan dalam penelitian ini terbagi menjadi 12 pernyataan dengan pilihan jawaban pertama yaitu pernah (nilai 0) atau tidak (nilai 1), pilihan jawaban kedua yaitu alasan yang disesuaikan dengan pernyataan berkaitan dengan apakah contoh pernah mengalami peristiwa tersebut atau tidak, dan yang terakhir adalah pilihan jawaban terkait apakah contoh merasa bersalah atau tidak setelah melakukan hal tersebut (alasan yang dipilih). Jawaban atas perasaan bersalah karena telah melakukan hal-hal tersebut terdiri dari pilihan jawaban tidak (nilai 0) dan ya (nilai 1).

Kemandirian

Pernyataan untuk melihat kemandirian contoh dalam penelitian ini dibagi menjadi tiga aspek yang dimodifikasi dari Ruhidawati (2005) yaitu 5 pernyataan tentang emosi, 5 pernyataan perilaku, dan 5 pernyataan nilai. Pilihan jawaban untuk setiap pernyataan dibagi menjadi dua bagian yaitu pertama, jawaban pernah (nilai 1) atau tidak (nilai 0) dan kedua, pilihan atas hal yang dilakukan contoh ketika mengalami peristiwa tertentu yang telah disesuaikan dengan pernyataan.

Pola asuh emosi

Kuesioner pola asuh dalam penelitian ini terdiri dari 20 pernyataan dengan 4 pilihan jawaban yaitu sangat setuju, setuju, kurang setuju dan tidak setuju. Instrumen tersebut terdiri dari 5 pernyataan yang diacu dari Hastuti (2008) untuk setiap jenis pola asuh (mengabaikan, tidak menyetujui, Laissez Faire dan pelatih emosi). Untuk mengetahui kecenderungan setiap jenis pola asuh tertentu dilakukan skoring yaitu skor 4 untuk pernyataan sangat setuju, skor 3 untuk setuju, skor 2 untuk kurang setuju dan skor 1 untuk tidak setuju. Selanjutnya skor dijumlahkan sehingga diperoleh skor minimum 0 dan skor maksimum 20. Semakin tinggi skor pola asuh tertentu maka semakin kuat kecenderungan pengasuh terhadap pola asuh tersebut.

Melihat baik tidaknya pola asuh yang dilakukan pengasuh terhadap contoh dilakukan skoring sebagai berikut : untuk yang terkait dengan tiga jenis pola asuh (mengabaikan, tidak menyetujui dan Laissez-Faire) diberi skor 4 untuk pernyataan tidak setuju, skor 3 untuk kurang setuju, skor 2 untuk setuju dan skor 1 untuk sangat setuju, sedangkan untuk pola asuh pelatih emosi yaitu skor 4 untuk pernyataan sangat setuju, skor 3 untuk setuju, skor 2 untuk kurang setuju dan skor 1 untuk tidak setuju. Hasil skoring selanjutnya dijumlahkan sehingga

diperoleh skor minimum 0 dan maksimum 80. Semakin tinggi skor pola asuh maka semakin baik pula pola asuh yang diterapkan pengasuh terhadap santri.

Definisi Operasional

Santri adalah seluruh contoh berusia 13-16 tahun yang sedang menuntut ilmu dan minimal sudah tinggal 1 tahun di pondok pesantren.

Pondok Pesantrenadalah lembaga pendidikan agama Islam yang diasuh oleh seorang kiai atau yayasan atau organisasi dengan sistem asrama, pengajarannya berlangsung dalam bentuk sekolah atau madrasah dengan masa belajar disesuaikan dengan jenis dan tingkatan sekolah atau program kitab yang ingin dicapai.

Karakteristik contoh adalah identitas contoh yang terdiri dari jenis kelamin, usia, dan urutan kelahiran dalam keluarga.

Karakteristik keluarga adalah identitas seluruh anggota keluarga yang terdiri dari usia orangtua, pendidikan orangtua, pekerjaan orangtua, pendapatan keluarga dan jumlah anggota keluarga.

Pendidikan adalah lama pendidikan formal yang pernah ditempuh, mulai dari SD, SLTP, SLTA sampai Perguruan Tinggi.

Pekerjaan adalah jenis kegiatan rutin yang dilakukan sehari-hari untuk memenuhi kebutuhan hidup sekeluarga yang meliputi pekerjaan utama dan sampingan.

Pendapatan adalah jumlah pendapatan yang dihasilkan oleh keluarga dan dinyatakan dalam rupiah per bulan.

Jumlah anggota keluarga adalah banyaknya orang yang tinggal dalam satu keluarga yang terdiri dari ayah, ibu, anak atau yang lainnya yang penghidupannya berdasarkan pengelolaan dari sumberdaya yang sama. Kecerdasan emosi adalah kemampuan seseorang dalam hal kesadaran diri,

pengaturan diri, mengelola motivasi, berempati dan keterampilan sosial. Persepsi terhadap pola asuh emosi adalah cara pandang santri terhadap

interaksi yang terjadi antara kiai/ustad/ustadzah dengan santri dalam hal pola asuh secara emosi.

Kepatuhan adalah sikap mengikuti aturan yang ada di pondok pesantren berdasarkan disiplin dan kesadaran diri sendiri.

Kemandirian adalah kemampuan untuk tidak terlalu tergantung dengan orang lain, membuat keputusan sendiri dan melaksanakannya, dan memiliki prinsip tentang benar dan salah serta penting dan tidak penting dalam memandang suatu tugas.

HASIL DAN PEMBAHASAN