Desain, Tempat dan Waktu Penelitian
Desain penelitian ini menggunakan cross sectional study yaitu suatu penelitian yang dilakukan pada saat dan waktu tertentu. Penelitian dilakukan di dua Sekolah Menengah Atas (SMA) di Kota Bogor yaitu satu Sekolah Menengah Umum Negeri (SMUN), dan satu Sekolah Menengah Kejuruan Negeri Bogor (SMKN). Waktu pelaksanaan antara bulan Maret sampai Mei 2012. Penelitian ini
merupakan bagian dari Penelitian Hibah Kompetensi yang berjudul “Analisis
Gender terhadap Pengasuhan, Proses Pembelajaran terhadap Keadaan mental / Emosional pada Siswa di Kota Bogor- Indonesia” yang diketuai oleh Dr. Ir. Herien Puspitawati, M.Sc.,M.Sc pada tahun 2011.
Tehnik Pengambilan Contoh
Populasi pada penelitian ini adalah anak remaja yang duduk di kelas XI Sekolah Menengah Atas di Kota Bogor. Pengambilan contoh sekolah dilakukan secara purposive berdasar data dari Diknas Kota Bogor dengan kriteria SMU dan SMK sehingga terpilih satu SMUN sebagai contoh dari Sekolah Menengah Umum dan satu SMKN sebagai contoh dari Sekolah Kejuruan. Masing-masing sekolah tersebut diambil siswa kelas XI dengan pertimbangan siswa tersebut sudah dapat beradaptasi, baik dengan lingkungan sekolah maupun dengan sistem pembelajaran dibandingkan dengan kelas X serta tidak disibukkan dengan persiapan Ujian Nasional seperti kelas XII. Penarikan sampel dilakukan secara klaster acak sederhana (Cluster Random Sampling) yaitu penentuan sampel dengan memperhatikan cluster yang ada pada populasi yaitu cluster laki-laki dan perempuan.
Urutan yang digunakan adalah terlebih dahulu membuat daftar siswa jumlah keseluruhan dengan membedakan jenis kelamin laki-laki dan perempuan kelas XI di masing-masing sekolah, kemudian dengan menggunakan kertas kocok dengan syarat nama siswa yang keluar tidak dimasukkan dalam alternatif pilihan kembali sehingga populasi contoh memiliki peluang yang sama untuk menjadi contoh serta untuk menghindari bias penelitian, sehingga terpilih masing-masing
contoh sekolah dengan jumlah 35 laki-laki dan 35 perempuan sehingga jumlah keseluruhan 70 siswa untuk masing-masing sekolah sehingga keseluruhan contoh pada penelitian ini adalah 140 siswa. Secara lengkap kerangka penarikan contoh disajikan dalam Gambar 2.
Gambar 2: Skema penarikan contoh konseptual pola asuh sosial-emosi, kecerdasan emosional, keterikatan teman sebaya dan perilaku bullying.
Sekolah Menengah Atas (SMA) di Kota Bogor
SMUN Secara purposive SMKN Secara purposive Kelas XI Secara
Cluster Random Sampling
Kelas XI Secara Cluster RandomSampling L = 35 P = 35 L= 35 P= 35 n = 140
Rumus yang digunakan pada pengambilan sampel ini adalah dengan menggunakan rumus Slovin dalam Riduan (2005) yaitu :
N = n / N (d)2 + 1 Keterangan:
n = sampel; N = populasi;
d = nilai presisi 90% atau sig. = 0.1
Jadi sampel yang diambil untuk mewakili SMU dan SMK adalah sebesar: 765 = n / 765 (0.1)2 + 1
n = 765/765 (0.01) + 1 n = 88,44 atau dibulatkan 88
Ketentuan minimal sampel pada penelitian ini adalah 88 siswa kelas XI dan seperti dijelaskan di atas bahwa jumlah sampel pada penelitian ini adalah 140 siswa sehingga sudah sesuai dengan ketentuan dari rumus di atas.
Jenis Dan Tehnik Pengambilan data
Data yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer meliputi karakteristik keluarga (usia orangtua, pendidikan orangtua, pekerjaan orangtua dan pendapatan total keluarga), karakteristik contoh (usia, jenis kelamin dan urutan kelahiran), karakteristik teman (jumlah teman, usia teman, pendidikan teman dan alasan pertemanan), pola asuh sosial-emosi, kecerdasan emosional (mengenal emosi diri, mengelola emosi diri, memotivasi diri, empati dan kemampuan membina hubungan), keterikatan teman sebaya dan perilaku bullying (verbal, fisik, sosial dan elektronik). Keseluruhan data primer tersebut dikumpulkan dengan alat bantu kuesioner.
Data sekunder meliputi karakteristik sekolah ( jenis sekolah, jumlah guru dan siswa, fasilitas sekolah, peraturan sekolah serta pembimbingan dan penilaian wali kelas/ guru). Secara lengkap jenis dan cara pengambilan data dapat dilihat pada Tabel 2
Tabel 2: Jenis, cara pengumpulan data dan pengukuran variabel Variabel Jenis Data Respon den Alat Bantu Konsep Skala Karakteristik Contoh -Usia -Jenis kelamin -Urutan kelahiran
Primer Siswa Kuesionr Dan Wawancar a Rasio Nominal Rasio Karakteristik Orang Tua: -Usia -Pendidikan -Pekerjaan -Pendapatan Total
Primer Siswa kuesioner
Rasio Rasio Nominal Interval Karakteristik Teman: -Jumlah -Usia -Pendidikan -Alasan pertemanan
Primer Siswa kuesioner
Interval Interval Interval Interval Karakteristik Sekolah: -Jenis Sekolah -Jumlah guru dan siswa
-Fasilitas sekolah -Peraturan sekolah -Penilaian wali kelas/ guru Sekunder Guru, Kepala Sekolah dan TU kuesioner Rasio Rasio Nominal Nominal Ordinal Pola Asuh Sosial Emosi
Primer Siswa kuesioner Merujuk pada Rohner 1986 dikem- bangkan oleh Lamria 2007 Ordinal Keterikatan Teman Sebaya
Primer Siswa kuesioner Merujuk pada Parker dan Gottman (1988) dikembang kan oleh Priatini 2006 Ordinal Kecerdasan Emosional -Mengenal emosi diri -Mengelola emosi diri -Motivasi diri -Empati
-Membina hubungan
Primer Siswa kuesioner Merujuk pada Golleman 2001 dikem- bangkan oleh Puspitawati 2011 Ordinal Perilaku Perundungan: -Verbal -Fisik -Sosial -Elektronik
Primer Siswa kuesioner Merujuk pada Olweus 1994 dikembangkan oleh Coloroso 2006
Ordinal
Menentukan kualitas data dalam penelitian perlu dilakukan uji reliabilitas. Kontrol kualitas data dilakukan dengan uji kuesioner dan uji reliabilitas untuk alat ukur pola asuh sosial-emosi, kecerdasan emosional, keterikatan teman sebaya dan
perilaku bullying dengan metode Cronbach’s Alpha. Hasil uji reliabilitas disajikan dalam Tabel 3.
Tabel 3: Hasil uji reliabilitas alat ukur variabel (nilai alpha cronbach) dengan n = 140
No Variabel Jumlah Pertanyaan ( item ) Nilai Alpha Cronbach Skala Likert
1. Pola Asuh Sosial-Emosi 10 item 0,710 1= tidak pernah
2= jarang 3= cukup sering 4= sering
2. Keterikatan Teman Sebaya 32 item 0,757 1= tidak setuju
2= kurang setuju 3= cukup setuju 4= setuju 3. Kecerdasan Emosional: -Mengenal emosi -Mengelola Emosi -Motivasi diri -Empati -Membina hubungan
-Total Kecerdasan Emosional
13 item 13 item 10 item 10 item 18 item 64 item 0,661 0,690 0,732 0,623 0,685 0,838 1= tidak pernah 2= jarang 3= cukup sering 4= sering 4 Perilaku Bullying -Verbal -Fisik -Sosial -Elektronik
-Total Perilaku Bullying
7 item 7 item 6 item 8 item 28 item 0,746 0,778 0,749 0,763 0,827 1= sering 2= cukup sering 3= kadang-kadang 4= tidak pernah
Pengukuran, Pengolahan dan Analisis data
Data yang diperoleh diolah melalui proses editing, coding, scooring, entry data dan cleaning data. Data selanjutnya disajikan dalam bentuk tabel dan dianalisis secara deskriptif dan statistik inferensial.
Data yang dianalisis secara statistik deskriptif meliputi:
1. Data karakteristik contoh meliputi usia, jenis kelamin dan urutan kelahiran pada contoh. Data tentang karakteristik contoh diukur dengan satuan tahun pada usia anak dan keterangan laki-laki atau perempuan pada jenis kelamin. Urutan kelahiran diukur dengan keterangan mengenai urutan kelahiran dalam keluarga.
2. Data karakteristik orang tua meliputi usia, pendidikan dan pekerjaan orangtua serta total pendapatan keluarga. Data karakteristik orangtua dikategorikan berdasarkan usia orangtua yang diukur dengan satuan tahun, kemudian
dikelompokkan menjadi; (1) 33 - 45 tahun; (2) 46 - 57 tahun dan (3) 58 - 70 tahun. Pendidikan dikatagorikan menjadi (1) Lulus SD/Sederajat (6 tahun); (2) Lulus SMP/sederajat (9 tahun); (3) Lulus SMA/sederajat (12 tahun); (4) Lulus Diploma III (15 tahun); (5) Lulus Sarjana Strata 1(16 tahun); (6) Lulus Sarjana Strata 2(18 tahun) dan (7) Lulus Sarjana Strata 3 (21 tahun). Pekerjaan dikatagorikan menjadi: (1) PNS, (2) Swasta; (3) wiraswasta/dagang, (4) buruh/supir, (5) BUMN, (6) pensiunan, (7) TNI/Polri dan (8) IRT/Tidak Bekerja. Sementara pendapatan dikategorikan menjadi (1) < Rp.1.000.000 ; (2) Rp.1.000.001- Rp.2.000.000 ; (3) Rp.2.000.001-Rp.3.000.000 ; (4) Rp.3.000.001- Rp.4.000.000 ; (5) Rp.4.000.001- Rp.5.000.000 ; (6) Rp.5.000.001- Rp.6.000.000 ; (7) Rp.6.000.001- Rp.7.000.000 dan (8) > Rp. 7.000.001.
3. Data karakteristik teman meliputi jumlah teman, usia teman, pendidikan teman dan alasan pertemanan. Data karakteristik teman meliputi jumlah teman yang dikatagorikan menjadi (1) < 3 orang, (2) 4-7 orang, (3) 8-15 orang dan (4) > 16 orang. Usia teman dibedakan menjadi (1) < 14 tahun, (2) 15-18 tahun, (3) 19- 22 tahun dan (4) > 23 tahun. Pendidikan teman yang dibedakan atas (1) SD- SMA, (2) SMP-SMA, (3) SMA-Perguruan Tinggi. Alasan pertemanan diukur dengan dikategorikan jawabannya kedalam (1) kesamaan hobi, (2) kesamaan cita-cita, (3) kesamaan kegiatan/aktifitas dan (4) dan lain-lain (tuliskan alasannya).
4. Data karakteristik sekolah meliputi jenis sekolah, jumlah guru dan siswa, fasilitas sekolah, peraturan sekolah dan pembimbingan atau penilaian guru/ wali kelas diukur. Data tentang karakteristik sekolah diukur dalam satuan angka yang meliputi jenis sekolah (0= SMUN X dan 1= SMKN Y), jumlah guru dan siswa. Fasilitas sekolah diukur dengan pengamatan secara langsung dan pemberian skor (1) tidak ada/tidak baik/tidak pernah, (2) sebagian ada/kurang baik/sedang dan (3) ada lengkap/baik sekali/tinggi. Peraturan sekolah diukur dengan pengamatan dan pemberian skor (1) tidak ada, (2) ada, tapi sedikit dan (3) ada dan banyak. Pembimbingan dan Penilaian guru/ wali kelas diukur dengan mengukur perilaku sosial siswa dalam bentuk kuesioner.
Skor yang diberikan adalah (1) sangat setuju, (2) cukup setuju, (3) kurang setuju dan (4) tidak setuju.
Data yang dianalisis berdasarkan pengolahan variabel adalah sebagai berikut: 1. Data tentang pola asuh sosial-emosi berdasarkan perceived. Pernyataan
dirangkum dalam item-item yang berjumlah 10 butir. Data tersebut diskoring.
Untuk jawaban “sering” diberi skor 4, jawaban “cukup sering”diberi skor 3, jawaban “jarang” diberi skor 2 dan jawaban “ tidak pernah” diberi skor 1. Data dikategorikan menjadi tinggi (3), sedang (2) dan rendah (1). Asumsi dari skor tersebut adalah bahwa semakin tinggi skor yang diperoleh menunjukkan semakin tinggi pola asuh sosial-emosi yang diterima oleh anak. Konsep kuesioner yang digunakan merujuk pada Rohner (1986) yang dikembangkan oleh Lamria (2007).
2. Data keterikatan teman sebaya diukur berdasarkan perceived anak yang dirangkum dalam pernyataan berjumlah 32 butir. Data tersebut diskoring.
Untuk jawaban “setuju” diberi skor 4, jawaban “cukup setuju”diberi skor 3, jawaban “kurang setuju” diberi skor 2 dan jawaban “ tidak setuju” diberi skor
1. Data dikategorikan menjadi tinggi (3), sedang (2) dan rendah (1). Asumsi dari skor tersebut adalah bahwa semakin tinggi skor yang diperoleh menunjukkan semakin tinggi keterikatan dengan teman sebaya. Konsep kuesioner yang digunakan merujuk pada Parker & Gottman (1988) yang dikembangkan oleh Priatini (2006).
3. Data kecerdasan emosional diukur berdasarkan perceived anak dan terdiri dari 5 aspek yaitu: mengenal emosi, mengelola emosi, memotivasi diri, empati dan membina hubungan. Data tersebut diskoring. Jumlah total pernyataan adalah penjumlahan nilai skor dari pernyataan mengenal emosi (13 pernyataan), mengelola emosi (13 pernyataan), memotivasi diri ( 10 pernyataan), empati diri (10 pernyataan) dan kemampuan membina hubungan (18 pernyataan). Untuk
jawaban “sering” diberi skor 4, jawaban “cukup sering”diberi skor 3, jawaban “jarang” diberi skor 2 dan jawaban “ tidak pernah” diberi skor 1. Data dikategorikan menjadi tinggi (3), sedang (2) dan rendah (1). Asumsi dari skor tersebut adalah bahwa semakin tinggi skor yang diperoleh menunjukkan tingkat kecerdasan emosional yang semakin baik yang dimiliki oleh anak.
Konsep kuesioner yang digunakan merujuk pada Golleman (2001) yang dikembangkan oleh Puspitawati (2011).
4. Data Perilaku bullying diukur berdasarkan perceived anak dan terdiri dari empat aspek yaitu: verbal (7 pernyataan), fisik (7 pernyataan), sosial (6 pernyataan dan elektronik (8 pernyataan). Data tersebut diskoring. Untuk
jawaban “sering” diberi skor 4, jawaban “cukup sering”diberi skor 3, jawaban “jarang” diberi skor 2 dan jawaban “ tidak pernah” diberi skor 1. Kemudian
data dikategorikan menjadi tinggi (3), sedang (2) dan rendah (1). Asumsi dari skor tersebut adalah bahwa semakin tinggi skor yang diperoleh menunjukkan semakin tinggi perilaku bullying anak. Konsep kuesioner yang digunakan merujuk pada Olweus (1994) yang dikembangkan oleh Coloroso (2006). Tabel 4: Kategori pola asuh sosial-emosi, kecerdasan emosional, keterikatan
teman sebaya dan perilaku bullying.
No Variabel Kategori
Rendah* Sedang* Tinggi*
1. Pola asuh sosial-emosi (10 – 20) (21 – 30) (31 – 40) 2. Keterikatan teman sebaya (32 – 64) (65 – 96) (97 – 128) 3. Kecerdasan emosional (64 – 128) (129 – 192) (193 – 256) Mengenal emosi (13 – 26) (27 – 39) (40 – 52) Mengelola emosi (13 – 26) (27 – 39) (40 – 52) Memotivasi diri (10 – 20) (21 – 30) (31 – 40) empati (10 – 20) (21 – 30) (31 – 40) Membina hubungan (18 – 36) (37 – 54) (55 – 72) 4. Perilaku bullying (total) (28 – 56) (57 – 84) (85 – 112)
Verbal (7 – 14) (15 – 21) (22 – 28)
Fisik (7 – 14) (15 – 21) (22 – 28)
Sosial (6 – 12) (13 – 18) (19 – 24)
elektronik (8 – 16) (17 – 24) (25 – 32)
5. Usia orang tua (33 – 45) (46 – 57) (58 – 70)
Keterangan: * didasarkan pada nilai skor komposit
Pada saat melakukan pengolahan data variabel pola asuh sosial-emosi, keterikatan teman sebaya, kecerdasan emosional dan perilaku bullying diubah ke dalam bentuk rasio dengan cara menjumlahkan setiap jawaban hingga
mendapatkan skor hasil komposit. Setelah mendapatkan skor setiap variabel, selanjutnya skor dikelompokkan menjadi tiga kategori, yaitu rendah, sedang, dan tinggi (Tabel 4). Selanjutnya perlu dicari interval kelas (Slamet 1993), dengan menggunakan rumus :
Interval Kelas = (Skor Maksimum – Skor minimum) Jumlah Kategori
Statistik inferensial digunakan untuk menggeneralisasikan hasil penelitian dari data sampel, yaitu:
1. Uji Beda Independent sample T-Test digunakan untuk menganalisis perbedaan jenis kelamin pada contoh mengenai karakteristik contoh, karakteristik keluarga, karakteristik teman, karakteristik sekolah, variabel pola asuh sosial-emosi, keterikatan teman sebaya, kecerdasan emosional dan perilaku bullying.
2. Uji Korelasi Pearson digunakan untuk menganalisis hubungan antar variabel jenis kelamin, jenis sekolah, pendidikan ayah, pendidikan ibu, pendapatan total keluarga, pola asuh sosial-emosi, keterikatan teman sebaya, kecerdasan emosional dan perilaku bullying.
3. Uji Regresi Linier Berganda digunakan untuk menguji faktor-faktor yang mempengaruhi kecerdasan emosional dan perilaku bullying.
Model regresi adalah sebagai berikut:
Y = α + β1X1 + β2X2 + β3X3 + ε
Keterangan :
Y = Perilaku bullying α = Konstanta
β1-3 = Koefisien regresi
X1 = Pola asuh sosial-emosi X2 = Keterikatan teman sebaya X3 = Kecerdasan emosional ε = Galat
Definisi Operasional
Keluarga adalah rumah tangga yang terdiri dari ayah, ibu dan anak serta anggota keluarga yang lain yang tinggal bersama dan hidupnya tergantung dari pengelolaan sumber daya keluarga yang sama.
Pendekatan Teori Struktural Fungsional adalah suatu pendekatan teori sosiologi yang diterapkan dalam institusi keluarga dan mempunyai prinsip-prinsip serupa yang terdapat dalam kehidupan sosial masyarakat. Remaja adalah anak berusia 15-19 tahun yang duduk dibangku kelas XI. Pada
masa ini remaja berada pada masa transisi, pencarian jati diri dan mengalami perubahan fisik, kognitif serta sosial.
Pola Asuh Sosial merupakan suatu pola asuh yang mengacu pada pengasuhan dari orangtua agar anak memiliki kemampuan berhubungan sosial dan menjalin hubungan dengan orang lain serta memahami perasaan orang lain di sekitarnya.
Pola Asuh Emosi adalah suatu pola asuh yang menggambarkan interaksi dan stimulasi yang diberikan orangtua untuk mencapai perkembangan sosial emosi yang sehat sehingga dapat menjadi individu yang peduli pada orang lain di sekitarnya.
Teman Sebaya adalah teman yang tingkat umur dan kedewasaan yang kurang lebih sama dan memegang peranan unik dalam perkembangannya.
Keterikatan Teman Sebaya adalah keadaan remaja yang saling pengaruh mempengaruhi terhadap teman sebaya.
Kecerdasan Emosional adalah kemampuan individu dalam mengenal emosi, mengelola emosi, memotivasi diri, berempati serta kemapuan dalam membina hubungan dengan orang lain.
Kemampuan Mengenal Emosi adalah kemampuan seseorang untuk mengenali emosi dirinya.
Kemampuan Mengelola Emosi adalah kemampuan seseorang untuk mengelola emosinya agar dapat diungkapkan dengan tepat.
Kemampuan Motivasi Diri adalah kemampuan seseorang dalam menata emosi untuk mencapai tujuan dengan memotivasi diri dan menguasai diri sendiri.
Kemampuan Empati adalah kemampuan seseorang untuk menempatkan dirinya pada posisi orang lain, sehingga dapat merasakan apa yang dirasakan orang lain.
Kemampuan Membina Hubungan adalah kemampuan seseorang untuk membina hubungan dengan orang lain yang mendukung dalam pergaulan dengan orang lain.
Bullying adalah suatu bentuk kekerasan pada teman sebaya yang biasa dialami oleh anak-anak dan remaja di sekolah maupun di lingkungannya.
Bullying Verbal adalah menyakiti orang lain dengan kata-kata, seperti memanggil dengan nama yang bukan namanya yang bersifat menghina, mengolok, menghina, mempermalukan atau mengancam.
Bullying Fisik adalah menyakiti orang lain secara fisik, seperti memukul, menampar, menendang, mencubit, menonjok dan lain-lain.
Bullying Sosial adalah mengucilkan seseorang dari kelompok, menyebarkan isu, rumor atau gosip tentang seseorang atau membuat seseorang kelihatan bodoh di depan orang lain.
Bullying Elektronik adalah menggunakan internet atau telepon genggam untuk mengancam atau menyakiti perasaan orang lain, menyebarkan isu tak sedap atau menyebarkan rahasia pribadi orang lain.