Lokasi, Waktu, dan Pengambilan Responden Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan bulan September 2012 sampai Maret 2013 berlokasi di Desa Pandesari, Kecamatan Pujon, Kabupaten Malang, Jawa Timur. Pemilihan desa ini didasarkan wawancara dengan pihak Koperasi SAE Pujon, bahwa desa yang paling bagus kualitas susunya adalah Pandesari.
Metode pengambilan sampel responden yang digunakan dalam penelitian
ini adalah convenience sampling pada kelompok peternak yang dirujuk pihak
Koperasi SAE Pujon. Responden diwawancarai langsung dengan menggunakan kuesioner. Kuesioner yang diberikan kepada responden berisikan pertanyaan tertutup dan terbuka. Jumlah responden adalah 105 orang peternak sapi perah.
Data dan Instrumentasi
Data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari hasil wawancara dengan responden. Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari dokumen dan laporan tahunan dari Direktorat Jenderal Peternakan, Badan Pusat Statistik, dan dinas peternakan terkait.
Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan teknik kuesioner. Teknik yang menggunakan kuesioner adalah suatu cara pengumpulan data dengan menyebarkan daftar pertanyaan kepada responden. Kuesioner dapat dilihat pada Lampiran 1.
Metode Pengolahan dan Analisis Data
Dalam penelitian ini, metode dan analisis yang digunakan adalah metode kuantitatif. Analisis kuantitatif merupakan analisis yang dapat dikuantitatifkan. Jenis analisis kuantitatif yang digunakan oleh penelitian ini adalah statistik deskriptif dan statistik inferensia. Statistik deskriptif bersifat memaparkan data dapat berupa penyajian data dalam bentuk tabel, gambar, ukuran tendensi, ataipn ukuran penyebaran. Statistik inferensia merupakan analisis yang berupaya untuk menarik kesimpulan berdasarkan analisis yang telah dilakukan. Teknik analisa yang digunakan untuk menganalisis data yaitu analisis SEM (Structural Equation Model). Hal tersebut dikarenakan analisis SEM dapat menganalisis variabel laten yang tidak dapat dikuantitatifkan secara langsung, dan menghubungkannya dengan variabel indikator.
Variabel Penelitian
Variabel penelitian merupakan konsep yang memiliki nilai dan dapat
diukur. Variabel – variabel yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada
Tabel 11.
Tabel 11 Variabel penelitian
No. Variabel Laten Variabel Indikator
1. Lingkungan usaha (Y1) Persaingan (X1)
Kedinamisan (X2)
2. Orientasi individu (Y2) Sikap terhadap kelompok peternak (X3)
Sikap terhadap resiko (X4)
3. Karakteristik (Y3) Usia memasuki wirausaha(X5)
Pendidikan(X6) Pengalaman Kerja (X7) Pelatihan (X8) 4. Kompetensi kewirausahaan (Y4) Strategik (X9) Manajemen Teknis (X10) Kepemimpinan (X11)
5. Keberhasilan usaha (Y5) Produktivitas (X12)
Kepemilikan jumlah sapi laktasi (X13) Variabel laten disebut juga variabel konstruk merupakan variabel yang sulit diukur secara langsung (Wijayanto 2008). Untuk dapat mengukur variabel laten dibutuhkan variabel indikator. Variabel indikator atau variabel manifes merupakan variabel yang menjelaskan atau mengukur variabel laten. Contohnya yaitu variabel lingkungan usaha tidak dapat diukur secara langsung, tetapi dibutuhkan variabel lainnya (variabel indikator) yang dapat menjelaskan kondisi lingkungan usaha. Pada penelitian ini, variabel lingkungan usaha dijelaskan oleh variabel persaingan, dan variabel kedinamisan. Gambaran mengenai hubungan variabel laten dan variabel indikator dapat dilihat pada Gambar 4.
Gambar 4 Hubungan Variabel Indikator dan Variabel Laten
Selanjutnya, variabel laten dapat berfungsi sebagai variabel laten eksogen maupun variabel laten endogen. Variabel laten eksogen adalah variable laten independen yang mempengaruhi variabel endogen. Sebaliknya, variabel endogen
Variabel indikator, contoh Persaingan
Variabel indikator, contoh kedinamisan
Variabel Laten, contoh Lingkungan Usaha
merupakan variabel yang dipengaruhi oleh variabel eksogen. Variabel laten eksogen dan variabel endogen dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 12. Tabel 12 Variabel laten eksogen dan variabel endogen
No. Variabel Laten Eksogen Variabel Endogen
1. Lingkungan Usaha (Y1) Kompetensi Kewirausahaan (Y4)
2. Orientasi Individu (Y2) Keberhasilan Usaha (Y5)
3. Karakteristik (Y3) -
Skala Likert
Skala likert yang digunakan dalam penelitian ini terbagi menjadi tiga skala. Skala likert digunakan untuk mengetahui tingkat kompetensi kewirausahaan peternak. Skala likert yang digunakan dalam penelitian ini mencerminkan
tingkatan kompetensi kewirausahaan peternak. Skala pertama yaitu “Tahu”. Skala
kedua yaitu “Melaksanakan”. Skala ketiga yaitu “Mahir”. Semakin tinggi skala likert berarti semakin tinggi tingkat kompetensi peternak.
Analisis Structural Equation Model (SEM)
Structural Equation Model merupakan keluarga dari model statistik yang dapat menjelaskan hubungan-hubungan diantara variabel-variabel. Secara umum,
sebuah model SEM dapat dibagi menjadi dua. Pertama yaitu measurement model
dan kedua yaitu structural model (Santoso, 2011). Measurement model yaitu
bagian dari model SEM yang menggambarkan hubungan antara variabel laten dan
indikatornya. Structural model yaitu model yang menggambarkan hubungan antar
variabel laten atau antar variabel laten eksogen dengan variabel laten endogen.
Oleh karena ada dua bagian dalam model SEM, maka error pada SEM juga
terdapat dua, yaitu error pada sebuah measurement model dan pada sebuah
structural model.
Tahapan Prosedur SEM
Data kuisioner direkapitulasi dengan menggunakan program MS Excel 2007. Hasil olahan tersebut selanjutnya menjadi input dan dianalisis dengan metode SEM menggunakan bantuan program LISREL 8.2. Prosedur SEM secara umum mengandung tahap-tahap sebagai berikut (Wijayanto 2008):
1) Spesifikasi model
Spesifikasi model secara garis besar dijalankan dengan menspesifikasi model pengukuran serta menspesifikasi model struktural. Spesifikasi model pengukuran meliputi aktivitas mendefinisikan variabel laten dan variabel indikator, dan mendefinisikan hubungan antar keduanya. Spesifikasi model struktural dilakukan dengan mendefinisikan hubungan di antara variabel laten.
2) Identifikasi
Tahapan identifikasi dimaksudkan untuk menjaga agar model yang
dispesifikasikan bukan merupakan model yang under-identified atau
identified model, yaitu model dimana jumlah parameter yang diestimasi lebih kecil dari jumlah data yang diketahui. .
3) Estimasi
Estimasi dilakukan untuk memperoleh nilai dari parameter yang ada dalam model sedemikian rupa sehingga matrik kovarian yang diturunkan dari model sedekat mungkin atau sama dengan matrik kovarian populasi dari variabel-variabel teramati. Estimasi terhadap model dapat dilakukan
menggunakan salah satu dari metode estimasi yang tersedia, seperti maximum
likelihood dan weighted least squares.
4) Uji validitas dan reliabilitas variabel
Suatu variabel dikatakan valid jika muatan faktor berada lebih besar
atau sama dengan 0.7, atau 0.5. Dalam penelitian ini, muatan faktor dikatakan valid jika lebih dari 0.6. Variabel dikatakan reliabel, jika construct reliability (CR), dan variance extracted bernilai minimal 0.7 dan variance extracted (VE) bernilai 0.5, dengan asumsi nilai muatan faktor lebih dari atau sama dengan 0.7, Sedangkan untuk asumsi nilai muatan faktor kurang dari 0.7, biasanya akan menghasilkan nilai CR mendekati 0.7 dan VE mendekati 0.5. Adapun formula untuk menemukan nilai CR dan VE sebagai berikut.
dan,
5) Uji Kecocokan
Tahapan ini ditujukan untuk mengevaluasi derajat kecocokan atau
Goodness Of Fit (GOF) antara data dan model. Penilaian derajat kecocokan suatu SEM secara menyeluruh tidak dapat dijalankan secara langsung sebagaimana pada teknik multivariat yang lain. Karena itu dikembangkan beberapa ukuran derajat kecocokan yang dapat digunakan secara saling
mendukung. Uji kecocokan model pada penelitian ini yaitu significance
probability (P-Value), root mean square residual (RMR), root mean square of approximation (RMSEA), goodness of fit (GOF), adjusted goodness of fit index (AGFI), comparative fit index (CFI), dan Normed Fit Index (NFI).
6) Respesifikasi
Tahapan ini ditujukan untuk melakukan spesifikasi ulang terhadap model untuk memperoleh derajat kecocokan yang lebih baik Tahapan yang dilakukan dimulai dari spesifikasi suatu model awal, dilanjutkan dengan pengumpulan data empiris. Selanjutnya dilakukan analisis dan pengujian apakah data cocok dengan model. Jika tingkat kecocokan kurang baik, maka model dimodifikasi dan diuji kembali dengan data yang sama. Respesifikasi model diperlukan jika modelnya tidak memiliki kemampuan yang diharapkan. Proses ini dapat dilakukan berulang-ulang sampai diperoleh tingkat kecocokan terbaik.
Kriteria Kesesuaian Model SEM
Kriteria kesesuaian model digunakan untuk menilai apakah model secara keseluruhan sudah dapat mempresentasikan fakta di lapangan, atau belum. Adapun kriteria kesesuai model SEM dapat dilihat pada Tabel 13.
Tabel 13 Kesesuaian model SEM
Uraian Nilai Kritis
Significance Probability(P-value) 0.05
RMR(Root Mean Square Residual) 0.05 atau 0.1
RMSEA(Root Mean square Error of Approximation) 0.08
GFI(Goodness of Fit) 0.90
AGFI(Adjusted Goodness of Fit Index) 0.90
CFI (Comparative Fit Index) 0.90
NFI (Normed Fit Index ) 0.95
Implementasi Model SEM
Model SEM pada penelitian ini terdiri dari tiga variabel laten endogen, dua variabel laten eksogen, dan 13 variabel indikator. Variabel laten endogen yaitu (1) kompetensi kewirausahaan, dan (2) keberhasilan usaha. Variabel laten eksogen yaitu (1) lingkungan usaha, (2) orientasi individu, dan (3) karakteristik. Variabel indikator yaitu (1) persaingan, (2) kedinamisan, (3) sikap terhadap kelompok peternak, (4) sikap terhadap resiko, (5) usia ketika memasuki wirausaha, (6) pendidikan, (7) pengalaman kerja, (8) pelatihan, (9) Strategik, (10) Manajemen teknis, (11) kepemimpinan, (12) produktivitas, (13) jumlah kepemilikan sapi laktasi.
Hubungan antara variabel-variabel tersebut adalah sebagai berikut. Persaingan dan kedinamisan merefleksikan lingkungan usaha. Sikap terhadap kelompok peternak dan sikap terhadap resiko merefleksikan orientasi individu. Usia ketika memasuki wirausaha, pendidikan, pengalaman kerja, dan pelatihan merefleksikan karakteristik. Strategik, manajemen teknis, dan kepemimpinan merefleksikan kompetensi kewirausahaan. Produktivitas, dan jumlah kepemilikan sapi laktasi merefleksikan keberhasilan usaha.
Variabel lingkungan usaha, orientasi individu, dan karakteristik membangun kompetensi kewirausahaan, dan kompetensi kewirausahaan membangun keberhasilan usaha. Hubungan antar variabel, serta model struktural dan model
pengukurannya digambarkan dalam bentuk diagram lintas (path diagram) Gambar
Ket : X1 = Persaingan X2 = Kedinamisan
X3 = Sikap terhadap kelompok peternak
X4 = Sikap terhadap resiko
X5 = Usia ketika memasuki wirausaha
X6 = Pendidikan X7 = Pengalaman kerja X8 = Pelatihan X9 = Strategik X10 = Manajemen teknis X11 = Kepemimpinan X12 = Produktivitas
X13 = Jumlah kepemilikan sapi laktasi
Gambar 5 Diagram lintas SEM Pengukuran Produktivitas
Produktivitas dalam penelitian ini dihitung dalam jumlah total produksi susu (liter) per hari, dibagi dengan jumlah sapi laktasi.
X2 X3 X4 Y3 Y4 Y2 X5 X6 X7 Y5 X1 Y1 X8 X9 X10 X11 X12 X13
Skala Pengukuran Kompetensi
Adapun skala pengukuran kompetensi dapat dihitung berdasarkan rentang nilai tertinggi dan terendah dibagi tiga. Skala pengukuran kompetensi dapat dilihat pada Tabel 14.
Tabel 14 Skala pengukuran kompetensi
Uraian Nilai
Kompetensi Rendah (Tahu) 1.00-1.69
Kompetensi Sedang (Laksanakan) 1.70-2.39
Kompetensi Tinggi (Mahir) 2.40-3.00