• Tidak ada hasil yang ditemukan

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di Pasirgaok Fish Farm, Desa Pasirgaok Tengah, RT. 3 RW. 6, Kecamatan Rancabungur, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive). Pertimbangan pertama adalah potensi Pasirgaok Fish Farm mengembangkan usaha pembenihan ikan patin siam dengan sistem intensif, yakni padat penebaran larva maksimum 88 ekor per liter. Pertimbangan kedua adalah rencana intensifikasi sistem corong resirkulasi, ekstensifikasi, serta kombinasi ekstensifikasi dan intensifikasi. Pengambilan data di Pasirgaok Fish Farm selama bulan Februari sampai Maret 2014, sementara pengambilan data cara kerja unit penetasan telur ikan patin dengan sistem corong resirkulasi di Balai Pengembangan Budidaya Air Tawar (BPBAT) Cijengkol, Kabupaten Subang, Provinsi Jawa Barat, pada bulan Juli 2014. Pengolahan data dan penulisan dilakukan selama bulan Mei sampai Oktober 2014.

Jenis dan Sumber Data Tabel 8 Jenis dan sumber data

Jenis data Aspek kajian Sumber data

Primer

Pasar Pasirgaok Fish Farm, Pelanggan Pasirgaok Fish Farm Teknis Pasirgaok Fish Farm, BPBAT Cijengkol Subang,

Laboratorium Lingkungan Akuakultur (FPIK, IPB). Manajemen Pasirgaok Fish Farm

Hukum Pasirgaok Fish Farm

Sosial Pasirgaok Fish Farm, masyarakat di lokasi Lingkungan Pasirgaok Fish Farm, masyarakat di lokasi Finansial Pasirgaok Fish Farm

Sekunder

Pasar Kementerian Kelautan dan Perikanan, internet, buku studi kelayakan bisnis

Teknis Jurnal, prosiding, skripsi, publikasi Badan Standarisasi Nasional dan Balai Penelitian Pemuliaan Ikan, buku pembenihan ikan patin dan studi kelayakan bisnis Manajemen Buku studi kelayakan bisnis

Hukum Peraturan Daerah Kabupaten Bogor No. 8 Tahun 2003, Buku studi kelayakan bisnis

Sosial Buku studi kelayakan bisnis

Lingkungan Peraturan Menteri Negara dan Lingkungan Hidup Republik Indonesia No. 5 Tahun 2012

Finansial Buku studi kelayakan bisnis

Tabel 8 menunjukkan jenis dan sumber data yang diperlukan dalam penelitian ini. Data primer Pasirgaok Fish Farm antara lain: profil perusahaan, teknik pembenihan ikan patin siam, kebutuhan input produksi, hasil produksi,

25 harga input dan output, serta hal-hal yang berhubungan dengan seluruh aspek. Permintaan benih ikan patin siam oleh pelanggan dari Bogor, Palembang, Lampung, dan Banten diperoleh dari pelanggan. Data primer pengembangan usaha, yakni cara kerja unit penetasan telur ikan patin siam dengan corong penetasan diperoleh dari BPBAT Cijengkol Subang.

Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data primer aktivitas pembenihan ikan patin siam adalah wawancara secara mendalam dan terstruktur menggunakan kuisioner dengan pemilik dan pegawai Pasirgaok Fish Farm. Observasi lapang dilakukan selama 2 bulan. Data primer pengembangan usaha, yakni cara kerja unit penetasan telur dengan sistem corong resirkulasi dilakukan melalui wawancara testruktur dengan teknisi di BPBAT Cijengkol Subangdan observasi lapang. Metode wawancara terstruktur untuk memperoleh data permintaan benih ikan patin siam di Pasirgaok Fish Farm dengan pelanggan dari Bogor, Palembang, Lampung, dan Banten melalui komunikasi telepon. Data primer uji parameter kualitas air dari sampel air kolam induk, sumur gali, kolam treatment air, dan akuarium di Pasirgaok Fish Farm diperoleh dari Laboratorium Lingkungan Akuakultur, Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor pada bulan April 2014.

Data sekunder berupa literatur sebagai pelengkap informasi diperoleh melalui kunjungan langsung ke dinas terkait (Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya, Balai Penelitian Pemuliaan Ikan, Balai Perikanan Budidaya Air Tawar Cijengkol, Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor), pencarian melalui internet, dan kunjungan ke perpustakaan Balai Riset Perikanan Budidaya Air Tawar Bogor, perpustakaan LSI IPB, dan perpustakaan FEM IPB. Alat instrumen pengumpulan data adalah kuisioner, telepon, dan alat pencatat.

Metode Pengolahan Data dan Analisis Data

Data bersifat kualitatif diolah melalui pengelompokkan data hasil wawancara berdasarkan pada aspek non finansial dan dianalisis secara deskriptif. Data kuantitatif digunakan untuk menganalisis kelayakan finansial dan pengolahannya menggunakan komputer dengan software Microsoft Excel. Hasil olahan data disajikan dalam bentuk tabulasi dan dianalisis. Analisis aspek non finansial meliputi: aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, aspek hukum, aspek sosial, aspek hukum, dan aspek lingkungan. Analisis aspek finansial dianalisis berdasarkan pada empat skenario, yakni kondisi aktual Pasirgaok Fish Farm (skenario I), intensifikasi penerapan sistem corong resirkulasi (skenario II), ekstensifikasi menambah 4 unit hatchery (skenario III), dan kombinasi ekstensifikasi maupun intensifikasi menambah 2 unit hatchery dengan penerapan sistem corong resirkulasi (skenario IV). Analisis finansial menggunakan analisis kriteria investasi dan analisis sensitivitas.

Analisis Aspek Pasar

Penilaian aspek pasar mencakup permintaan dan penawaran benih ikan patin siam ukuran 3/4 inci, strategi pemasaran, dan bauran pemasaran. Aspek pasar

26

dianalisis secara deskriptif berdasarkan pada data primer dari hasil wawancara dengan Pasirgaok Fish Farm dan pelanggan dari Bogor, Palembang, Lampung, dan Banten. Pelanggan Pasirgaok Fish Farm merupakan pembudidaya pendederan benih ikan patin siam ukuran lebih dari 1 inci. Usaha pembenihan ikan patin siam dikatakan layak, apabila jumlah benih ikan patin siam yang diproduksi memiliki peluang untuk memenuhi kebutuhan pembudidaya pendederan karena jumlah permintaan lebih besar dibandingkan dengan jumlah penawaran. Kriteria lainnya adalah strategi pemasaran didukung dengan bauran pemasaran yang tepat akan menciptakan kepuasan bagi pembeli untuk membeli ulang.

Analisis Aspek Teknis

Analisis kriteria kelayakan aspek teknis ditentukan berdasarkan pada ruang lingkup sebagai berikut:

1. Penilaian lokasi usaha antara lain: letak pasar yang dituju, ketersediaan tenaga listrik dan air, ketersediaan bahan baku, ketersediaan tenaga kerja, iklim, dan fasilitas transportasi.

2. Skala usaha pembenihan ikan patin siam pada Pasirgaok Fish Farm.

3. Proses pembenihan ikan patin siam dimulai dari manajemen induk sampai distribusi benih ikan patin siam ukuran 3/4 inci. Proses pembenihan ikan patin siam dikatakan layak, apabila kriteria kelayakan teknik pembenihan ikan patin siam sesuai dengan teori teknik pembenihan ikan patin siam. 4. Layout usaha pembenihan ikan patin siam.

5. Pemilihan jenis teknologi pembenihan ikan patin siam Analisis Aspek Manajemen

Penilaian aspek manajemen adalah penilaian fungsi manajemen perusahaan mulai dari perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, hingga pengawasan terhadap sumberdaya manusia yang dimiliki oleh Pasirgaok Fish Farm. Aspek manajemen usaha pembenihan ikan patin siam pada Pasirgaok Fish Farm dikatakan layak, apabila pegawai, manajer, dan investor telah menjalankan fungsi manajemen secara tepat sesuai tugas dan keahlian yang dimiliki.

Analisis Aspek Hukum

Aspek hukum dianalisis secara deskriptif meliputi legalitas surat beharga aset usaha pembenihan ikan patin siam pada Pasirgaok Fish Farm. Surat berharga tersebut antara lain: Kartu Tanda Penduduk (KTP) pemilik usaha, sertifikat tanah Pajak Bumi dan Bangunan (PBB), Bukti Pemilikan Kendaraan Bermotor (BPKB), Izin Usaha Perikanan sesuai Peraturan Daerah No. 8 Tahun 2003, Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP), Izin Lokasi, Izin Mendirikan Bangunan (IMB), dan Surat Izin Tempat Usaha (SITU). Usaha pembenihan ikan patin siam pada Pasirgaok Fish Farm dikatakan layak, apabila pemilik usaha telah melengkapi surat tersebut. Analisis Aspek Sosial dan Aspek Lingkungan

Penilaian aspek sosial dikaji secara deskriptif untuk mengetahui manfaat dan kerugian keberadaan Pasirgaok Fish Farm di Desa Pasirgaok. Penilaian terhadap aspek lingkungan akan ditinjau dari pengelolaan sisa-sisa limbah dari aktivitas budidaya pembenihan ikan patin siam maupun hubungan antara usaha pembenihan ikan patin siam dan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan

27 (AMDAL) sesuai Peraturan Menteri Negara dan Lingkungan Hidup Republik Indonesia No. 5 Tahun 2012. Usaha pembenihan ikan patin siam pada Pasirgaok Fish Farm dikatakan layak berdasarkan pada aspek sosial, apabila keberadaan Pasirgaok Fish Farm mengurangi pengangguran, meningkatkan keahlian pembenihan ikan patin siam, dan adanya aktivitas ekonomi di Desa Pasirgaok. Aspek lingkungan dikatakan layak, apabila usaha tidak menimbulkan pencemaran air dan udara yang berbahaya bagi kesehatan masyarakat.

Analisis Aspek Finansial

Analisis kuantitatif menggunakan metode analisis arus kas untuk menganalisis kelayakan usaha pembenihan ikan patin siam pada Pasirgaok Fish Farm berdasarkan pada aspek finansial. Penilaian kelayakan dengan metode analisis arus kas menggunakan kriteria investasi. Penilaian kriteria investasi adalah Net Present Value (NPV), Net B/C, Internal Rate of Return (IRR), dan

Payback Period (PP). Analisis finansial lainnya adalah analisis sensitivitas.

Net Present Value (NPV)

NPV adalah selisih antara total present value manfaat dengan total present value biaya dari manfaat bersih tambahan selama umur bisnis (Nurmalina et al.

2009). Pencarian NPV terlebih dahulu harus mencari present value kas bersih dari perhitungan metode analisis arus kas. Usaha dianggap layak, apabila nilai NPV>0 atau NPV=0. Artinya usaha pembenihan ikan patin siam pada Pasirgaok Fish Farm memberikan keuntungan kepada investor selama umur bisnis menurut nilai sekarang. Rumus NPV menurut Nurmalina et al. (2009) adalah sebagai berikut:

NPV= Bt-Ct (1+i)t n

t=1

Keterangan:

Bt = Manfaat usaha pembenihan ikan patin siam pada tahun ke-t Ct = Biaya usaha pembenihan ikan patin siam pada tahun ke-t n = Umur ekonomis bisnis

t = Tahun kegiatan bisnis (t=1,2,3,..., n), tahun awal adalah tahun ke-1 i = Tingkat discount rate (persen)

1

(1+�) = Discount Factor (DF) pada tahun ke-t

Net Benefit and Cost Ratio (Net B/C)

Net B/C menunjukkan tambahan manfaat yang diberikan ketika terjadi penambahan biaya sebesar satu satuan. Net B/C adalah rasio antara manfaat bersih bernilai positif dan manfaat bersih bernilai negatif (Nurmalina et al. 2009). Bisnis dianggap layak, apabila nilai Net B/C>1 atau Net B/C=1. Artinya usaha pembenihan ikan patin siam pada Pasirgaok Fish Farm mendapatkan tambahan manfaat untuk setiap tambahan biaya yang dikeluarkan sebesar Rp 1. Rumus Net

28 NetB C = (Bt-Ct) (1+i)t n t=1 (Bt-Ct) (1+i)t n t=1 Dimana Bt-Ct >0 Bt-Ct <0 Keterangan :

Bt = Manfaat usaha pembenihan ikan patin siam pada tahun ke-t Ct = Biaya usaha pembenihan ikan patin siam pada tahun ke-t n = Umur ekonomis bisnis

t = Tahun kegiatan bisnis (t=1,2,3,..., n), tahun awal adalah tahun ke-1 i = Tingkat discount rate (persen)

1

(1+�) = Discount Factor (DF) pada tahun ke-t

Internal Rate of Return (IRR)

IRR sebagai alat mengukur tingkat pengembalian hasil investasi (Kasmir dan Jakfar 2003). Metode ini digunakan untuk mencari tingkat bunga yang menyamakan dengan nilai sekarang dari arus kas yang diharapkan di masa datang. Investasi dikatakan layak, jika IRR lebih besar dari tingkat diskonto. Apabila IRR lebih kecil dari tingkat diskonto, maka bisnis tidak layak dilaksanakan. Pencarian nilai IRR melalui perhitungan nilai NPV dengan suku bunga yang wajar. Suku bunga ditentukan berdasarkan sumber modal yang digunakan, yakni modal pribadi. Jika hasil NPV positif, maka tingkat suku bunga perlu ditingkatkan tinggi hingga NPV bernilai negatif. Hasil percobaan ini akan menemukan nilai IRR berada di antara nilai NPV positif dan nilai NPV negatif, yaitu NPV bernilai nol (Ibrahim Y 1997). Perhitungan dilakukan dengan cara coba-coba. IRR menghasilkan nilai NPV=0. Rumus IRR menurut Nurmalina et al. (2009) adalah sebagai berikut:

IRR= i + NPV

NPV -NPV x(i -i ) Keterangan

i1 = Discount rate yang menghasilkan NPV positif i2 = Discount rate yang menghasilkan NPV negatif NPV1 = NPV positif

NPV2 = NPV negatif

Discounted Payback Period (PP)

Analisis PP digunakan untuk mengetahui berapa lama usaha pembenihan ikan patin siam pada Pasirgaok Fish Farm dapat mengembalikan investasi yang telah ditanamkan pada tahun awal. Usaha dikatakan layak, jika hasil analisis PP usaha pembenihan ikan patin siam pada Pasirgaok Fish Farm lebih pendek dari umur bisnis. Discounted payback period menggunakan manfaat bersih yang telah dikalikan dengan Discount Rate (DR). Rumusnya adalah sebagai berikut:

DPP= I

Ab Keterangan

29 I = Besarnya investasi yang diperlukan

Ab discounted = Manfaat bersih yang diperoleh setiap tahun dan telah dikalikan

dengan DR  Analisis Sensitivitas

Analisis sensitivitas dilakukan berdasarkan pada data historis Pasirgaok Fish Farm pada tahun 2013. Variabel yang telah diketahui adalah penurunan produksi benih ikan patin siam sebesar 61 persen akibat risiko produksi pada kondisi aktual Pasirgaok Fish Farm selama tahun 2013 dan kenaikan harga pakan benih berupa cacing sutera sebesar 58 persen pada bulan Desember 2012 hingga Januari 2013. Analisis sensitivitas menggunakan perubahan penurunan produksi sebesar 61 persen dilakukan terhadap hasil kelayakan kondisi aktual Pasirgaok Fish Farm (skenario I). Analisis sensitivitas menggunakan perubahan kenaikan harga pakan benih sebesar 58 persen dilakukan terhadap hasil kelayakan seluruh skenario (skenario I, skenario II, skenario III, skenario IV).

Analisis switching value digunakan mencari besarnya perubahan maksimum penurunan produksi benih ikan patin siam yang dapat ditoleransi agar bisnis tetap layak terhadap hasil kelayakan keempat skenario (skenario I, skenario II, skenario III, skenario IV). Analisis switching value akan menghasilkan nilai NPV sama dengan nol, Net B/C sama dengan 1, dan IRR sama dengan tingkat diskonto.

Asumsi Dasar yang Digunakan Skenario I

1. Lahan usaha pembenihan ikan patin siam seluas 1 360 m2. 2. Lama siklus produksi adalah 330 hari per tahun.

3. Umur bisnis adalah 8 tahun berdasarkan umur ekonomis dari bangunan

hatchery ke-1.

4. Siklus produksi sebanyak 22 siklus per tahun yang terdiri atas: musim hujan sebanyak 6 siklus dan musim kemarau sebanyak 5 siklus di setiap hatchery. Musim kemarau terjadi pada bulan April hingga September, sedangkan musim hujan terjadi pada pada bulan Oktober hingga Maret (BMKG 2012). 5. Perbandingan jumlah induk ikan patin siam jantan dan induk ikan patin siam

betina yang dipijahkan adalah 2:1.

6. Jumlah induk ikan patin siam betina yang dipijahkan sebanyak 11 ekor di

hatchery ke-1 dan 12 ekor di hatchery ke-2.

7. Rata-rata bobot induk ikan patin siam betina yang dipijahkan adalah 3 kg per ekor dan bobot induk jantan adalah 2.5 kg per ekor.

8. Umur afkir induk betina adalah 4 tahun dan umur afkir induk jantan adalah 3 tahun.

9. Kematian induk betina sebanyak 1 ekor per siklus saat musim kemarau. 10.Bobot telur yang dihasilkan setiap induk betina minimum 10 persen dari

bobot induk betina saat musim hujan, sedangkan musim kemarau bobot telur yang dihasilkan setiap induk betina minimum 5 persen dari bobot induk betina (BPBAT Cijengkol Subang).

11.Jumlah telur ikan patin siam per gram adalah 1 200 butir (Darmawan dan Tahapari 2013).

30

12.Derajat fertilisasi telur ikan patin siam sebesar 91.44 persen ≈ 91 persen (Iswanto dan Tahapari 2010).

13.Derajat penetasan telur ikan patin siam sebesar 48 persen berdasarkan pada rata-rata pemijahan Pasirgaok Fish Farm pada tahun 2013.

14.Padat penebaran larva ikan patin siam sebanyak 63 ekor per liter.

15.Takaran satu sendok makan untuk penebaran larva berisi 10 000 ekor menurut Pasirgaok Fish Farm dan pelaku pembenihan ikan patin di Kecamatan Ciampea.

16.Survival rate larva hingga menjadi benih ikan patin siam ukuran 3/4 inci selama 21 hari sebesar 45 persen saat musim hujan dan 50 persen saat musim kemarau. Nilai tersebut diperoleh berdasarkan pada rata-rata survival rate pemijahan musim hujan (Oktober-Maret 2013) dan pemijahan musim kemarau (April-September 2013) pada Pasirgaok Fish Farm.

17.Produk yang dijual adalah benih ikan patin siam ukuran 3/4 inci yang terdiri atas: 40 persen grade a, 20 persen grade b, dan 40 persen grade c.

18.Grade a merupakan benih ikan patin siam ukuran 3/4 inci yang dipelihara selama 15 hari.

19.Grade b merupakan benih ikan patin siam ukuran 3/4 inci yang dipelihara selama 18 hari .

20.Grade c merupakan benih ikan patin siam ukuran 3/4 inci yang dipelihara selama 21 hari.

21.Harga input produksi merupakan harga rata-rata pada bulan Januari sampai Maret 2014.

22.Biaya investasi fasilitas bangunan unit pembenihan kondisi aktual Pasirgaok Fish Farm dan kendaraan bermotor sesuai dengan biaya yang dikeluarkan oleh investor, sedangkan biaya investasi mesin, perlengkapan penunjang, dan induk menggunakan harga pada tahun 2014.

23.Biaya pemeliharaan mesin sebesar 5 persen per tahun dari nilai beli.

24.Pajak penghasilan disesuaikan berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2008 sesuai pasal 17 ayat 1 b sebesar 25 persen. 25.Modal usaha berasal dari modal pribadi dengan discount rate sebesar 6.25

persen. Nilai discount rate berdasarkan pada tingkat suku bunga deposito Bank BNI sebagai tempat pemilik usaha menyimpan uang.

Skenario II

Asumsi dasar selain yang telah diuraikan sebagai berikut tidak mengalami perubahan dibandingkan dengan asumsi kondisi aktual (skenario I). Berikut ini adalah asumsi dasar skenario II:

1. Lahan usaha pembenihan ikan patin siam adalah 1 435 m2.

2. Proses pembangunan unit penetasan telur selama 2 bulan dan unit penetasan telur digunakan pada siklus ke-5 tahun ke-1.

3. Jumlah induk ikan patin siam betina yang dipijahkan sebanyak 11 ekor di

hatchery ke-1 dan 12 ekor di hatchery ke-2.

4. Kapasitas maksimal telur dalam corong penetasan sebanyak 300 g (BPBAT Cijengkol Subang).

5. Derajat penetasan telur ikan patin siam sebesar 80.67 persen ≈ 81 persen (Iswanto dan Tahapari 2010).

31 7. Harga komponen biaya investasi (unit penetasan telur, mesin, perlengkapan penunjang), biaya tetap, dan biaya variabel skenario II merupakan harga pada tahun 2014, sedangkan biaya investasi fasilitas bangunan unit pembenihan kondisi aktual Pasirgaok Fish Farm dan kendaraan bermotor sesuai dengan biaya yang dikeluarkan oleh investor.

Skenario III

Asumsi dasar selain yang telah diuraikan sebagai berikut tidak mengalami perubahan dibandingkan dengan asumsi kondisi aktual (skenario I). Berikut ini adalah asumsi dasar skenario III:

1. Lahan usaha pembenihan ikan patin siam adalah 6 484 m2.

2. Proses pembangunan 4 unit hatchery dan fasilitas pembenihan ikan patin siam lainnya membutuhkan waktu 1 tahun, sehingga pengoperasian dimulai pada tahun ke-2.

3. Produksi benih ikan patin siam ditingkatkan 3 kali lipat dari kondisi aktual Pasirgaok Fish Farm (skenario I).

4. Siklus produksi sebanyak 66 siklus per tahun.

5. Hatchery ke-1, hatchery ke-3, dan hatchery ke-5 menggunakan jumlah induk ikan patin siam betina sebanyak 11 ekor.

6. Hatchery ke-2, hatchery ke-4, dan hatchery ke-6 menggunakan jumlah induk ikan patin siam betina sebanyak 12 ekor.

7. Harga komponen biaya investasi (unit pembenihan baru, mesin, perlengkapan penunjang), biaya tetap, dan biaya variabel skenario III merupakan harga pada tahun 2014, sedangkan biaya investasi fasilitas bangunan unit pembenihan kondisi aktual Pasirgaok Fish Farm dan kendaraan bermotor sesuai dengan biaya yang dikeluarkan oleh investor. Skenario IV

Asumsi dasar selain yang telah diuraikan sebagai berikut tidak mengalami perubahan dibandingkan dengan asumsi kondisi skenario II. Berikut ini adalah asumsi dasar skenario IV:

1. Lahan usaha pembenihan ikan patin siam adalah 5 830 m2.

2. Proses pembangunan 2 unit hatchery, fasilitas pembenihan ikan patin siam lainnya, dan 2 unit penetasan telur membutuhkan waktu 1 tahun, sehingga pengoperasian dimulai pada tahun ke-2.

3. Produksi benih ikan patin siam ditingkatkan 2 kali lipat dari kondisi aktual Pasirgaok Fish Farm (skenario II).

4. Siklus produksi sebanyak 44 siklus per tahun.

5. Hatchery ke-1 dan hatchery ke-3 menggunakan jumlah induk ikan patin siam betina sebanyak 11 ekor.

6. Hatchery ke-2 dan hatchery ke-4 menggunakan jumlah induk ikan patin siam betina sebanyak 12 ekor.

7. Harga komponen biaya investasi (unit pembenihan baru, unit penetasan telur, mesin, perlengkapan penunjang), biaya tetap, dan biaya variabel skenario IV merupakan harga pada tahun 2014, sedangkan biaya investasi fasilitas bangunan unit pembenihan kondisi aktual Pasirgaok Fish Farm dan kendaraan bermotor sesuai dengan biaya yang dikeluarkan oleh investor.

32

Definisi Operasional

1. Usaha pembenihan adalah kegiatan pembiakan ikan yang dilakukan dalam lingkungan yang terkontrol dimulai dari pemeliharaan induk, pemijahan, dan atau penetesan telur, pemeliharaan larva sampai dengan ukuran benih untuk tujuan komersial.

2. Pemijahan adalah rangkaian kegiatan pengeluaran telur dari dari induk betina dan sperma dari induk jantan.

3. Survival Rate (SR) atau sintasan adalah tingkat atau angka kelangsungan hidup ikan selama periode waktu tertentu.

4. Ovulasi adalah keluarnya telur (ovum) dari kantong telur (ovarium).

5. Padat penebaran (stocking density) adalah jumlah ikan yang dapat ditanamkan per satuan luas (atau volume air) tempat pemeliharaan ikan. 6. Matang gonad pada ikan betina adalah kondisi ikan yang sudah siap untuk

dipijahkan yang ditandai oleh diameter telur yang sudah mencapai ukuran antara 1 dan 1.2 mm, seragam, dan tidak menggumpal bila diberikan larutan sera, inti terlihat berada di pinggir serta warna telur kekuningan. Pada induk jantan ditandai oleh urogenital yang memerah, bila dilakukan pengurutan pada bagian perut akan mengeluarkan sperma berwarna putih susu dan kental.

7. Fekunditas adalah jumlah telur ikan yang dikeluarkan per satuan bobot tubuh.

8. Gonad adalah bagian organ reproduksi pada ikan yang menghasilkan telur pada ikan betina dan sperma pada ikan jantan.

9. Induk afkir adalah induk yang sudah melewati masa produktif dalam menghasilkan telur atau sperma atau kualitas dan kuantitas produksi telur menurun.

10.Inkubasi telur adalah tenggang waktu yang diperlukan untuk mengerami telur sejak telur dibuahi sampai waktu menetas.

Dokumen terkait