• Tidak ada hasil yang ditemukan

Lokasi dan Waktu penelitian

Kegiatan penelitian ini dilakukan pada usaha pembibitan ayam kampung Warso Unggul Gemilang yang berada di Jalan Cinagara, Desa Tangkil, Kecamatan Caringin, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara purposive dengan pertimbangan bahwa Warso Unggul Gemilang berada pada salah satu kawasan sentra peternakan unggas sesuai dengan peraturan pemerintah yang ada di Kabupaten Bogor. Selain itu Warso Unggul Gemilang memiliki keinginan untuk melakukan rencana pengembangan pada usahanya. Usaha pembibitan ayam kampung sangat potensial untuk dikembangkan, hal tersebut dapat didukung oleh penggunaan teknologi yang tepat. Waktu pengambilan data dilakukan pada bulan April – Agustus 2014.

Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini bersumber dari data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dan dikumpulkan berupa informasi mengenai pembibitan ayam kampung dari hasil pengamatan di lapang secara langsung dan hasil kuesioner yang diperoleh dari wawancara langsung kepada pihak-pihak terkait. Data dan informasi yang berasal dari perusahaan digunakan untuk mengetahui keadaan umum dari usaha tersebut. Informasi usaha pada skenario I diperoleh dari usaha pembibitan Warso Unggul Gemilang, sedangkan informasi skenario II mengenai usaha peternakan ayam yang menerapkan teknologi modern dalam produksinya diperoleh langsung dari usaha ayam petelur Asia Farm yang berada di wilayah Citeureup, Bogor. Data sekunder adalah data pelengkap dan penunjang yang diperoleh dan dikumpulkan dari sumber penelitian yang telah ada. Data sekunder yang digunakan tidak ditujukan secara khusus untuk penelitian ini, namun data tersebut relevan untuk menjadi beberapa acuan sebagai penunjang penelitian, data tersebut dapat diperoleh dari buku, dokumen tertulis perusahaan, Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, data internet, serta literatur yang relevan dengan kajian penelitian ini.

Metode Pengumpulan Data

Penentuan sample dalam penelitian ini dilakukan dengan metode non probability sampling dengan model sampling yaitu purposive. Pengumpulan data dilakukan secara purposive karena pada saat ini kegiatan produksi di Warso Unggul Gemilang sedang berlangsung, kemudahan akses secara langsung, serta dukungan data dari pihak Warso Unggul Gemilang sehingga mengurangi kemungkinan kesalahan dari data yang diperoleh. Data dikumpulkan melalui wawancara langsung, wawancara mendalam dan observasi (data primer), studi literatur dan internet (data sekunder). Metode penelitian tersebut digunakan pada usaha Warso Unggul Gemilang. Perusahaan tersebut merupakan salah satu usaha

yang berada pada wilayah yang menjadi sentra peternakan di Kabupaten Bogor, usaha tersebut bergerak di bidang pembibitan ayam kampung. Produk DOC hasil Warso Unggul Gemilang terkenal memiliki kualitas terbaik. Usahaternak ayam kampung sangat potensial untuk dikembangkan, hal tersebut dapat didukung oleh penyediaan input utama berupa DOC ayam kampung. DOC ayam kampung yang diproduksi oleh Warso Unggul Gemilang telah melewati serangkaian proses kegiatan yang ketat berdasarkan pada standar yang telah ditentukan, sehingga produk terjamin kualitasnya. Penelitian mengenai analisis kelayakan usaha pada Warso Unggul Gemilang tersebut diasumsikan dapat mewakili analisis kelayakan pada usaha pembibitan ayam kampung pada skala 20 000 ekor indukan.

Metode Analisis Data

Metode penelitian yang digunakan adalah studi kasus dari usaha Warso Unggul Gemilang, dengan jenis data yang digunakan yaitu data kualitatif dan kuantitatif. Data kualitatif dianalisis untuk mengkaji beberapa aspek non finansial yaitu aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, aspek hukum, aspek sosial, budaya dan lingkungan. Sedangkan data kuantitatif digunakan untuk menganalisis kelayakan secara finansial dari kegiatan usaha yang dilaksanakan, data yang diperoleh kemudian diolah menggunakan komputer dengan bantuan software

Microsoft Excel, hasilnya disajikan dalam bentuk tabel/tabulasi untuk

mempermudah proses analisis data. Data kuantitatif yang dianalisis adalah aspek finansial yang terdiri dari nilai NPV, IRR, Net B/C dan PP serta analisis switching

value. Secara umum metode penelitian yang dilakukan dapat dilihat pada Tabel 6

berikut.

Tabel 6 Metode penelitian di Warso Unggul Gemilang tahun 2014

Jenis data Spesifikasi data Sumber data Metode

pengumpulan data Instrumen Data

kualitatif dan data kuantitatif

Non finansial (aspek teknis, aspek pasar, aspek

manajemen dan hukum, aspek sosial dan lingkungan) dan aspek finansial (kriteria investasi: NPV, IRR, Net B/C,

switching value, dan PP)

Data primer dan data sekunder Wawancara langsung, wawancara mendalam, obesrvasi, studi literatur dan browsing internet. Microsoft excel

Aspek Non Finansial

Analisis kelayakan non finansial penting dilaksanakan untuk mendukung kelayakan aspek finansial. Kelayakan non finansial usaha Warso Unggul Gemilang penting diperhatikan dan dinilai berdasarkan beberapa aspek. Aspek- aspek tersebut dianalisis untuk mengetahui gambaran usaha yang dijalankan. Menurut Nurmalina et al. (2010) aspek yang dianalisis dalam kelayakan non finansial antara lain aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, aspek hukum, aspek sosial, ekonomi, dan lingkungan. Seluruh aspek non finansial saling

berkaitan dan tidak bisa berdiri sendiri. Apabila satu aspek tidak layak maka dapat disimpulkan bahwa usaha tersebut secara keseluruhan tidak layak. Namun pada aspek yang tidak layak tersebut dapat dilakukan perbaikan atau tambahan yang diperlukan agar usaha tersebut dapat layak untuk dijalankan.

Analisis Aspek Pasar

Aspek pasar merupakan salah satu aspek yang penting dalam studi kelayakan bisnis. Pasar juga merupakan tujuan dari hasil produksi yang dalam hal ini ialah DOC ayam kampung. Produk yang dihasilkan berupa DOC berkualitas baik akan percuma jika tidak memiliki pasar. Kegagalan pasar akan membuat usaha tersebut menjadi tidak layak. Komponen dari aspek pasar berkaitan dengan permintaan, penawaran, analisis pesaing, bauran pemasaran, dan strategi pemasaran yang dilakukan perusahaan.

Analisi aspek pasar yang dikaji antara lain permintaan atas produk yang dihasilkan atau terdapatnya konsumen potensial DOC ayam kampung, penawaran DOC ayam kampung hasil produksi perusahaan selalu terserap pasar, distribusi dan pemasaran hasil produksi dapat berjalan secara efektif. Selain itu strategi

marketing mix atau strategi 4P (product, price, place, promotion) juga perlu ditinjau apakah sudah tepat atau belum. Jika seluruh aspek tersebut dapat dipenuhi oleh Warso Unggul Gemilang, maka usaha pembibitan ayam kampung tersebut pada aspek pasar layak untuk dijalankan.

Analisis Aspek Teknis

Analisis terhadap aspek teknis dilakukan untuk mengetahui bagaimana kegiatan yang dilakukan oleh Warso Unggul Gemilang secara teknis dalam proses produksi hingga dapat dikatakan layak untuk dijalankan. Hal yang dikaji dalam aspek teknis antara lain lokasi bisnis, areal produksi, proses produksi, dan layout

perusahaan. Apabila pada lokasi bisnis memiliki jarak antara bahan baku dan pasar yang relatif terjangkau, skala produksi telah mancapai keuntungan yang optimal, proses produksi yang baik sesuai standar, serta penempatan fasilitas- fasilitas sudah efektif maka usaha tersebut layak untuk dijalankan.

Standard operational procedure (SOP) untuk budidaya pembibitan ayam kampung harus dilakukan sebaik mungkin guna hasil yang maksimal. SOP tersebut telah diatur dalam peraturan menteri pertanian No 49/Permentan/OT.140/10/2006 tentang Pedoman Pembibitan Ayam Lokal yang baik (good native chicken breeding ptactice). Ruang lingkup SOP pembibitan ayam kampung tersebut antara lain mengenai sarana dan prasarana, proses produksi bibit, pelestarian fungsi lingkungan, monitoring, evaluasi dan pelaporan. Analisis Aspek Manajemen dan Hukum

Aspek manajemen yang penting diperhatikan dalam penilaian terdiri dari dua bagian utama, yaitu manajemen pada masa pembangunan dan manajemen operasi. Aspek manajemen memiliki peranan yang sangat penting bagi perkembangan usaha yang dijalankan, sehingga diperlukan pengelolaan dengan perencanaan yang matang. Kegiatan evaluasi diperlukan dengan meninjau permasalahan yang terjadi kemudian dilakukan manajemen yang tepat melalui analisa perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengendalian. Apabila perusahaan Warso Unggul Gemilang dapat melakukan pengelolaan dan

pembagian kerja yang baik pada kegiatan usahanya, maka usaha tersebut pada aspek manajemen layak untuk dijalankan.

Aspek hukum berkaitan dengan izin usaha yang dijalankan, hal tersebut untuk menguatkan posisi usaha yang dijalankan secara hukum. Kekuatan hukum dari suatu usaha biasanya dideskripsikan dari jenis badan usaha yang digunakan dan jaminan yang dapat digunakan untuk peminjaman dana. Surat izin dalam usaha ternak ayam kampung yang perlu dipenuhi menurut Krista dan Hariantio (2013) antara lain surat izin lingkungan dengan tembusannya kepada pihak Kepala Desa, RT, atau RW setempat yang berisi kesediaan warga sekitar terhadap dibukanya usaha peternakan ayam kampung, selain itu diperlukan juga surat izin domisili usaha dari Dinas Peternakan setempat. Secara umum pemerintah memberi perlindungan terhadap usaha peternakan ayam kampung berupa keleluasaan usaha peternakan ayam kampung yang tidak memerlukan legalitas dalam skala usahanya, yaitu sesuai dengan peraturan Menteri Pertanian No 404 Tahun 2002. Usaha Warso Unggul Gemilang dapat memenuhi kelayakan secara aspek hukum jika telah memenuhi persyaratan yang mampu menguatkan posisi usaha secara hukum, yaitu yang berkaitan dengan izin-izin usaha seperti sertifikat tanah atau dokumen lain yang mendukung kegiatan usaha yang dijalankan.

Analisis Aspek Sosial Budaya, dan Lingkungan

Perhatian terhadap aspek sosial, budaya, dan lingkungan sekitar harus diperhatikan oleh pelaksana bisnis. Usaha yang baik bukan hanya mendatangkan

profit bagi pemilik dan tenaga kerjanya, tetapi juga tidak merusak lingkungan sekitar. Warso Unggul Gemilang sebagai usaha yang bergerak di bidang pembibitan ayam kampung diharapkan dapat mengutamakan hal tersebut. Aspek sosial dan budaya juga harus diperhatikan untuk melihat kesesuaian jenis usaha ini terhadap lingkungan sekitar. Aspek lingkungan yang spesifik mengarah kepada dampak usaha terhadap masyarakat sekitar bisnis. Apabila dalam pengelolaan usaha tersebut mampu memberikan dampak yang positif bagi masyarakat dan mampu mengelola limbah kegiatan produksinya dengan baik sehingga tidak mencemari lingkungan dan tidak merugikan masyarakat sekitar, maka usaha Warso Unggul Gemilang layak untuk dijalankan.

Aspek Finansial

Pengkajian aspek finansial diperhitungkan berapa jumlah dana yang dibutuhkan untuk membangun dan kemudian mengoperasikan kegiatan bisnis. Salah satu metode untuk melihat kelayakan dari aspek finansial yaitu menggunakan kriteria investasi sebagai ukuran layak atau tidaknya suatu usaha yang dijalankan secara finansial. Berdasarkan Nurmalina et al. (2010) beberapa aspek finansial yang dianalisis adalah nilai bersih sekarang atau NPV, rasio manfaat biaya bersih atau Net B/C, tingkat pengembalian investasi atau IRR, dan masa pengembalian investasi atau PP, serta analisis nilai pengganti.

Net Present Value (NPV)

Suatu usaha terutama usaha Warso Unggul Gemilang dapat dikatakan layak apabila jumlah manfaat yang diterima melebihi biaya yang dikeluarkan. Nilai

bersih sekarang atau NPV merupakan selisih antara total present value manfaat dengan total present value biaya, atau jumlah present value dari manfaat bersih tambahan selama umur bisnis. Secara matematis menurut Nurmalina (2010) nilai NPV dapat dirumuskan sebagai berikut:

Keterangan:

Bt = Manfaat pada tahun t Ct = Biaya pada tahun t

t = Tahun kegiatan bisnis (t = 0, 1, 2, 3, ………, n)

i = Tingkat DR (%)

Tahun kegiatan bisnis yang diperhitungkan dalam perhitungan NPV yaitu mulai dari tahun pertama. Suatu usaha dikatakan layak jika NPV lebih besar dari nol yang artinya usaha pembibitan ayam kampung tersebut menguntungkan atau dapat memberikan manfaat apabila dijalankan. Sebaliknya apabila hasil NPV kurang dari nol maka usaha tersebut tidak layak untuk dijalankan, dan apabila NPV sama dengan nol maka usaha tersebut tidak menguntungkan dan tidak pula merugikan (impas).

Net Benefit per Cost (Net B/C)

Net B/C merupakan manfaat bersih yang menguntungkan bisnis yang dihasilkan terhadap satu satuan kerugian dari bisnis tersebut. Net B/C bernilai mutlak, sehingga nilai Net B/C negatif akan diabaikan dan dianggap bernilai positif. Jadi usaha Warso Unggul Gemilang dapat dikatakan layak apabila nilai

Net B/C lebih besar dari satu dan tidak layak apabila nilainya kurang dari satu. Tahun kegiatan bisnis yang diperhitungkan dalam perhitungan Net B/C yaitu mulai dari tahun pertama. Rumus yang digunakan menurut Nurmalina (2010) nilai

Net B/C yaitu:

Internal Rate of Return (IRR)

Metode ini digunakan untuk menilai besarnya pengembalian bisnis terhadap investasi yang ditanamkan. Tingkat discount rate (DR) yang menghasilkan NPV sama dengan nol atau yang disebut IRR menggunakan besaran dalam satuan persentase (%), sebuah bisnis dikatakan layak apabila IRR-nya lebih besar dari

opportunity cost of capital-nya atau DR. Tingkat IRR mencerminkan tingkat suku

bunga maksimal yang dapat dibayar oleh Warso Unggul Gemilang terhadap sumberdaya yang digunakan. Menghitung tingkat IRR umumnya menggunakan metoda interpolasi di antara tingkat DR yang lebih rendah (yang menghasilkan NPV positif) dengan tingkat discount yang lebih tinggi (yang menghasilkan NPV

negatif). Rumus yang dipakai menurut Nurmalina (2010) nilai IRR seperti di bawah ini:

Keterangan:

i1 = Discount rate yang menghasilkan NPV negatif

i2 = Discount rate yang menghasilkan NPV positif NPV1 = NPV positif

NPV2 = NPV negatif

Payback Period (PP)

Metode PP merupakan metode pelengkap penilaian investasi, digunakan untuk mengukur seberapa cepat investasi yang ditanamkan oleh Warso Unggul Gemilang bisa kembali. Menurut Umar (2005) payback period adalah suatu periode yang diperlukan untuk menutup kembali pengeluaran investasi (initial cash investment) dengan menggunakan aliran kas, dengan kata lain payback period merupakan rasio antara initial cash investment dengan cash inflow-nya yang hasilnya merupakan satuan waktu. Selanjutnya nilai rasio ini dibandingkan dengan maximum payback period yang dapat diterima. Namun menurut Nurmalina et al. (2010) secara normatif tidak ada pedoman yang bisa dipakai untuk menentukan maximum payback period, biasanya dipergunakan payback

yang umumnya terjadi dari perusahaan yang sejenis.

Nilai PP memperhitungkan besarnya nilai discounted yang digunakan, hal tersebut dilakukan agar nilai PP yang diperoleh menjadi lebih akurat. Discounted

yang diperhitungkan yaitu sebesar 7.5 persen. Perhitungan nilai discounted payback period yaitu:

Keterangan:

I = besarnya biaya investasi yang diperlukan

Ab = manfaat bersih yang dapat diperoleh pada setiap tahunnya

Analisis Switcing Value

Analisis nilai pengganti atau switching value digunakan untuk mengetahui perubahan-perubahan yang dapat ditoleransi pada usaha pembibitan ayam kampung Warso Unggul baik dari komponen inflow maupun dari komponen outflow agar usaha yang dijalankan tetap layak. Analisis ini juga dapat membantu suatu usaha dalam melakukan antisipasi terhadap perubahan-perubahan yang tidak diinginkan di masa mendatang. Analisis switching value pada usaha Warso Unggul Gemilang dilakukan terhadap penurunan jumlah produksi dan peningkatan harga pakan. Perhitungan ini mengacu kepada berapa besar perubahan yang terjadi hingga menghasilkan nilai NPV sama dengan nol, Net B/C sama dengan satu, dan IRR sama dengan tingkat suku bunga yang berlaku.

Asumsi Dasar Asumsi dasar skenario I

1. Umur proyek analisis adalah 10 tahun berdasarkan pada umur teknis terpenting pada usaha pembibitan ayam kampung Warso Unggul Gemilang, yaitu mesin tetas yang digunakan dibedakan menurut jenis dan kapasitasnya. Hal tersebut karena mesin tetas merupakan komponen alat yang paling penting dalam usaha pembibitan ayam kampung, yaitu sebagai alat untuk menetaskan telur menjadi DOC. Mesin tetas memiliki umur ekonomis selama 15 tahun dan telah dipakai selama lima tahun, sehingga memiliki sisa umur teknis selama 10 tahun.

2. Luas lahan perusahaan Warso Unggul Gemilang seluas 1.2 Ha, luas lahan yang terpakai yaitu 3 507.5 m2 ditambah dengan penambahan kandang dengan teknologi konvensional berkapasitas 4 000 ekor indukan seluas 597 m2, sehingga total luas lahan yang digunakan yaitu 4 104.5 m2 dan sisanya

menjadi lahan terbuka.

3. Kapasitas kandang konvensional sebelumnya sebanyak 16 000 ekor indukan, sehingga dilakukan penambahan kandang yang berkapasitas 4 000 ekor indukan agar kapasitas kandang bertambah menjadi 20 000 ekor indukan. 4. Pembibitan ayam kampung yang dianalisis adalah pembibitan ayam kampung

berskala menengah yang menggunakan mesin tetas berkapasitas 160 000 butir telur. Telur dimasukkan ke dalam mesin tetas ini setiap dua kali dalam satu minggu, yaitu sekitar 10 779 butir telur.

5. Jumlah indukan sebanyak 20 000 ekor, proses perkawinan dilakukan secara buatan/kawin suntik (inseminasi buatan/IB), indukan dibesarkan sendiri oleh Warso Unggul Gemilang.

6. Calon indukan dibesarkan mulai dari DOC hingga umur 19 minggu, pada umur 19 minggu hingga 75 minggu merupakan umur produktif bagi indukan dalam menghasilkan telur.

7. Kemampuan indukan bertelur setiap lima hari satu kali, jadi setiap indukan mampu menghasilkan 73 butir telur per tahun.

8. Telur akan menetas setelah dimasukkan ke dalam mesin penetas selama 21 hari.

9. Terdapat penjadwalan khusus dalam menetaskan telur, sehingga telur yang ada di dalam mesin penetasan memiliki umur yang beragam. Penjadwalan tersebut dilakukan untuk pemanenan DOC setiap dua kali seminggu, yaitu setiap hari Senin dan Kamis.

10.Produk DOC dijual per box dengan isi 100 ekor ditambah 2 ekor sebagai garansi, sehingga total dalam box sebanyak 102 ekor DOC. Harga DOC per ekor Rp 6 400, total harga DOC per box yaitu Rp 640 000.

11.Telur afkir berjumlah 825 butir per hari atau sebesar 20 persen dari jumlah produksi telur per hari dan dijual dengan harga Rp 1 000 per butir. Telur yang

loss atau tidak terjual sebesar 15.35 persen, yaitu berasal dari telur pecah dan kegagalan selama proses penetasan.

12.Jumlah indukan afkir sebanyak 2 843 ekor per periode, indukan afkir dijual dengan harga Rp 33 000 per kg, dan satu ekor indukan rata-rata berbobot 2 kg. Indukan yang mati selama proses produksi dan DOC afkir diberikan ke pembudidaya lele.

13.Jumlah karyawan sebanyak 38 orang.

14.Seluruh modal yang digunakan adalah modal sendiri.

15.Penerimaan untuk hasil sampingan berupa indukan afkir dianggap tetap setiap tahunnya.

16.Hasil produksi pembibitan berupa DOC ayam kampung dianggap tetap setiap tahunnya.

17.Setiap masa produksi DOC diasumsikan produk yang dihasilkan habis terjual. 18.Usaha Warso Unggul Gemilang didirikan pada tahun 2009 dan pada saat ini

yaitu tahun 2014 usaha tersebut diperhitungkan berada pada tahun keenam. Oleh karena itu perhitungan untuk analisis finansial dilakukan pada saat tahun keenam hingga tahun ke lima belas, yaitu selama sepuluh tahun.

19.Nilai sisa diperoleh dari nilai sisa barang-barang yang sifatnya investasi dan masih bernilai serta berada di akhir tahun proyek. Metode perhitungan yang dilakukan yaitu metode garis lurus.

20.Biaya yang digunakan untuk kegiatan pembibitan ayam kampung adalah biaya investasi dan biaya operasional. Biaya investasi sebagian besar dikeluarkan pada tahun pertama dan terdapat biaya reinvestasi yang dikeluarkan untuk peralatan-peralatan yang sudah habis umur ekonomisnya, serta pengeluaran investasi lainnya yang diperlukan selama umur bisnis.

21.Tingkat kematian sebanyak lima ekor dari 100 ekor ayam kampung, atau sebesar lima persen.

22.Tingkat suku bunga yang digunakan adalah tingkat suku bunga deposito Bank Mandiri bulan Agustus 2014 sebesar 7.5 persen. Pemakaian suku bunga deposito Bank Mandiri diasumsikan bahwa Warso Unggul Gemilang melakukan penyimpanan dana pada bank tersebut.

23.Besarnya pajak yang digunakan berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia No. 46 tahun 2014. Tarif pajak penghasilan yang dikenakan kepada Warso Unggul Gemilang berdasarkan Undang-undang tersebut adalah sebesar satu persen per tahun, karena berdasarkan laporan L/R Warso Unggul Gemilang memiliki penghasilan kurang dari Rp 4.8 Miliar per tahun.

Asumsi dasar skenario II

1. Luas lahan yang terpakai yaitu 3 507.5 m2 ditambah dengan penambahan kandang yang menerapkan mekanisasi produksi berkapasitas 20 000 ekor indukan seluas 500 m2, sehingga total luas lahan yang digunakan seluas 4 007.5 m2 dan sisanya menjadi lahan terbuka.

2. Kandang dengan mekanisasi produksi dibangun pada lahan baru dengan kapasitas 20 000 ekor indukan. Kandang yang telah ada sebelumnya digunakan sebagai tempat untuk pembesaran indukan.

3. Jumlah telur yang dimasukkan ke dalam mesin tetas setiap dua kali dalam satu minggu, yaitu sekitar 16 459 butir telur.

4. Telur afkir berjumlah 495 butir per hari atau sebesar 10 persen dari jumlah produksi telur per hari dan dijual dengan harga Rp 1 000 per butir. Telur yang

loss atau tidak terjual sebesar 5 persen, jumlahnya menurun karena adanya peningkatan teknologi produksi.

5. Jumlah karyawan pada usaha dengan pengembangan adalah menurun sebanyak lima orang, yaitu menjadi 33 orang. Terjadi pengurangan tenaga kerja pada bagian koordinator kandang dan penambahan jumlah tenaga kerja

pada bagian penetasan telur, serta terdapat tambahan tenaga kerja ahli untuk melakukan pengawasan mutu DOC. Penurunan jumlah tenaga kerja terjadi karena penerapan mekanisasi produksi pada skenario II.

6. Besarnya pajak yang digunakan berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia No. 46 tahun 2014. Tarif pajak penghasilan yang dikenakan kepada Warso Unggul Gemilang berdasarkan Undang-undang tersebut adalah sebesar satu persen, karena Warso Unggul Gemilang setelah dilakukan pengembangan usaha memiliki penghasilan lebih dari sebelumnya namun tetap kurang dari Rp 4.8 Miliar per tahun.

7. Asumsi dasar lain yang tidak disebutkan sama dengan asumsi dasar pada skenario I.

GAMBARAN UMUM WARSO UNGGUL GEMILANG

Dokumen terkait