• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kelayakan pengembangan usaha pembibitan ayam kampung pada warso unggul gemilang di kabupaten Bogor

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Kelayakan pengembangan usaha pembibitan ayam kampung pada warso unggul gemilang di kabupaten Bogor"

Copied!
116
0
0

Teks penuh

(1)

KELAYAKAN PENGEMBANGAN USAHA PEMBIBITAN

AYAM KAMPUNG PADA WARSO UNGGUL

GEMILANG DI KABUPATEN BOGOR

HARYANI

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Kelayakan Pengembangan Usaha Pembibitan Ayam Kampung pada Warso Unggul Gemilang di Kabupaten Bogor adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Oktober 2014

Haryani

NIM H34124024

(4)

ABSTRAK

HARYANI. Kelayakan Pengembangan Usaha Pembibitan Ayam Kampung pada Warso Unggul Gemilang di Kabupaten Bogor. Dibimbing oleh YANTI NURAENI MUFLIKH.

Permintaan pasar ayam kampung yang tinggi memberikan peluang terhadap pengembangan bisnis pembibitannya. Pengembangan usaha dilakukan untuk meningkatkan produktivitas ayam kampung melalui penggunaan teknologi modern, sehingga penelitian ini dilakukan untuk menganalisis kelayakan pengembangan usaha dengan penerapan mekanisasi produksi dan mengukur kepekaan bisnis pada skala 20 000 ekor indukan. Metode analisis yang digunakan adalah metode analisis nonfinansial dan finansial. Analisis nonfinasial dilakukan berdasarkan penilaian terhadap aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, aspek hukum, aspek sosial dan lingkungan. Analisis finansial dilakukan berdasarkan kriteria penilaian investasi berupa Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), Net Benefit per Cost (Net B/C) dan Payback Period (PP). Analisis kepekaan bisnis digunakan untuk mengukur batas perubahan peningkatan harga pakan dan penurunan harga DOC. Hasil analisis menunjukkan bahwa usaha pembibitan ayam kampung dengan pengembangan memberikan manfaat lebih besar daripada tanpa pengembangan. Pengembangan bisnis sebaiknya diterapkan oleh Warso Unggul Gemilang.

Kata kunci: kelayakan usaha, pengembangan usaha, pembibitan, ayam kampung

ABSTRACT

HARYANI. Business Development Feasibility of Chicken Breeding in Warso

Unggul Gemilang in Bogor. Supervised by YANTI NURAENI MUFLIKH.

Market demand is high provide opportunities for business development breeding free-range chicken. Business development is done to increase productivity of free-range chicken through the use of modern technology, so this research was conducted to analyze business development feasibility with application of production mechanization and measuring business sensitivity on a scale 20 000 parent tail. Analysis method has been used is nonfinancial analysis and financial analysis. The analysis was done based on nonfinancial analysis such as market aspects, technical aspects, management aspects, legal aspects, social and environment aspects. Financial analysis is based on the assessment criteria of investment such as Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), Net Benefit per Cost (Net B/C), and Payback Period (PP). Analysis of sensibility business used to measure the changes increased the price of feed and DOC prices decreased. Results of analysis showed that business of free-range chicken breeding with development of greater benefit than without development. Business development should be applied by Warso Unggul Gemilang.

(5)

KELAYAKAN PENGEMBANGAN USAHA PEMBIBITAN

AYAM KAMPUNG PADA WARSO UNGGUL

GEMILANG DI KABUPATEN BOGOR

HARYANI

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2014

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi

pada

(6)
(7)
(8)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan April 2014 ini adalah kelayakan bisnis, dengan judul Analisis Kelayakan Pengembangan Usaha Pembibitan Ayam Kampung pada Warso Unggul Gemilang di Kabupaten Bogor.

Terimakasih penulis ucapkan kepada kedua orang tua tercinta, atas segala limpahan do’a dan kasih sayangnya. Ungkapan terimakasih juga penulis sampaikan kepada Yanti Nuraeni Muflikh, SP.MAgribus selaku dosen pembimbing. Selain itu, penghargaan penulis sampaikan kepada Bapak Toro, Bapak Muchaeri, dan para karyawan yang bekerja di Warso Unggul Gemilang serta lainnya yang telah membantu penulis selama penelitian.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Oktober 2014

(9)

DAFTAR ISI

GAMBARAN UMUM WARSO UNGGUL GEMILANG 30

ANALISIS KELAYAKAN NON FINANSIAL 33

Aspek Sosial dan Budaya Skenario I 53

Aspek Sosial dan Budaya Skenario II 53

Aspek Lingkungan Skenario I 54

Aspek Lingkungan Skenario II 55

ANALISIS KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL 56

Analisis Finansial Skenario I 56

Analisis Finansial Skenario II 76

Perbandingan Usaha Skenario I dan Skenario II 82

(10)

DAFTAR PUSTAKA 85

LAMPIRAN 87

RIWAYAT HIDUP 104

DAFTAR TABEL

1 Populasi ternak di Indonesia pada tahun 2013 1

2 Populasi ayam kampung tiga besar di Indonesia tahun 2011-2013 2 3 Perkembangan populasi ayam di Kabupaten Bogor tahun 2011-2013 2 4 Perkembangan produk ayam kampung di Kabupaten Bogor tahun 2011-2013 33 5 Jumlah permintaan & penawaran DOC Warso Unggul Gemilang satu tahun 5 6 Metode penelitian di Warso Unggul Gemilang tahun 2014 23 7 Hasil analisis kelayakan aspek pasar pada Warso Unggul Gemilang 39 8 Hasil analisis kelayakan aspek teknis pada Warso Unggul Gemilang 48 9 Hasil analisis kelayakan aspek manajemen pada Warso Unggul Gemilang 51 10 Hasil analisis aspek hukum pada Warso Unggul Gemilang 52 11 Hasil analisis kelayakan aspek sosial dan budaya Warso Unggul Gemilang 54 12 Hasil analisis aspek lingkungan Warso Unggul Gemilang 55 13 Biaya investasi per tahun Warso Unggul Gemilang skenario I 69 14 Harga pakan Warso Unggul Gemilang tahun 2014 71 15 Penggunaan vaksin di Warso Unggul Gemilang Tahun 2014 per kandang 71 16 Kebutuhan vitamin herbal pada Warso Unggul Gemilang per hari 72 17 Penggunaan biosecurity pada Warso Unggul Gemilang per tahun 72 18 Kebutuhan box kemas Warso Unggul Gemilang per tahun pada skenario I 73 19 Kriteria kelayakan Warso Unggul Gemilang pada skenario I 74 20 Hasil switching value Warso Unggul Gemilang pada skenario I 76 21 Kriteria kelayakan Warso Unggul Gemilang pada skenario II 80 22 Hasil switching value Warso Unggul Gemilang pada skenario II 81 23 Resume hasil analisis pada skenario I dan skenario II 83

DAFTAR GAMBAR

(11)

15 Egg tray pada Warso Unggul Gemilang 69 16 Fasilitas transportasi milik Warso Unggul Gemilang 66 17 Keranjang panen DOC pada Warso Unggul Gemilang 69 18 Indukan ayam kampung milik Warso Unggul Gemilang 67 19 Hubungan NPV dan discount rate pada skenario I 75 20 Penggunaan teknologi modern pada ayam ras petelur milik Asia Farm 77 21 Hubungan NPV dan discount rate pada skenario II 81

DAFTAR LAMPIRAN

1 Perhitungan HPP DOC ayam kampung Warso Unggul Gemilang skenario I 87 2 Perhitungan HPP DOC ayam kampung Warso Unggul Gemilang skenario II 87 3 Perhitungan investasi dan nilai sisa Warso Unggul Gemilang skenario I 8891 4 Laporan laba/rugi Warso Unggul Gemilang skenario I 8995

5 Arus kas Warso Unggul Gemilang skenario I 95

(12)
(13)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Ayam kampung merupakan ayam jenis lokal asli Indonesia. Keunggulan yang dimiliki dalam melakukan usaha ayam kampung menurut Krista dan Harianto (2013) ialah peluang pasar yang besar dan berkesinambungan, peternak yang membudidayakan secara intensif jumlahnya sedikit, harga jual tinggi dan relatif stabil, semakin lama pemeliharaan maka harga jual akan semakin mahal, untung besar dari sedikit populasi, relatif tahan terhadap beberapa penyakit dan memiliki kebanggaan beternak unggas lokal.

Keunggulan ayam kampung lainnya terlihat dari tingkat mortalitas yang lebih rendah jika dibandingkan dengan ayam ras pedaging dan ayam ras petelur. Tingkat mortalitas ayam ras pedaging dalam kondisi yang baik menurut Pangestika (2011) berkisar antara dua hingga tiga persen sedangkan untuk tingkat mortalitas ayam ras petelur menurut Medion (2011) rata-rata mencapai empat hingga tujuh persen. Tingkat mortalitas pada ayam kampung lebih rendah daripada keduanya, yakni berkisar antara 0.5 persen hingga satu persen (Pangestika 2011) dalam kondisi baik. Tingkat mortalitas ayam kampung yang lebih rendah daripada ayam jenis lainnya menunjukkan bahwa risiko kematian ayam kampung lebih rendah.

Subsektor peternakan ayam kampung dapat dikembangkan guna memenuhi kebutuhan pangan hewani masyarakat di Indonesia. Peternakan ayam kampung dapat dikembangkan di seluruh Indonesia, karena keunggulan yang dimilikinya. Secara keseluruhan populasi ternak di Indonesia pada tahun 2013 dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1 Populasi ternak di Indonesia pada tahun 2011-2013

N

o Jenis ternak

Jumlah populasi (ekor) Rata-rata

pertumbuhan/ tahun (%)

Tahun 2011 Tahun 2012 Tahun 2013

1 Sapi potong 27 086 25 802 34 392 14.28 %

2 Sapi perah 8 973 9 487 9 526 3.07 %

3 Kerbau 23 696 23 563 24 088 0.83 %

4 Kambing PE 5 097 6 139 6 327 11.75 %

Kambing non PE 118 889 124 710 107 865 -4.31 %

5 Domba 221 873 214 408 203 373 -4.26 %

6 Babi 4 102 3 895 3 556 -6.87 %

7 Ayam Ras Petelur 4 438 536 4 580 155 4 952 394 5.66 %

8 Ayam Ras Pedaging 17 175 302 17 684 762 19 783 144 7.42 %

9 Ayam Ras Pembibit 1 044 275 1 756 525 1 868 812 37.30 %

10 Ayam Kampung 1 436 530 1 546 554 1 747 292 10.32 %

11 Itik 176 174 163 284 170 323 -1.50 %

(14)

Tabel 1 menunjukkan bahwa ayam kampung menempati peringkat kedua terbesar untuk populasi ternak terbanyak di Indonesia. Kebijakan pemerintah untuk menjadikan unggas termasuk ayam kampung sebagai penyedia daging dimaksudkan untuk pemenuhan protein hewani bagi penduduk di Indonesia, hal ini sesuai dengan Undang-Undang No 18 tahun 2009 tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan.

Sentra ayam kampung di Indonesia tersebar di wilayah Jawa Tengah, Jawa Timur, Jawa Barat dan beberapa wilayah lainnya. Ketiga provinsi tersebut memiliki pertumbuhan populasi ayam kampung terbesar di Indonesia, sesuai dengan Tabel 2. Tabel 2 menunjukkan bahwa Jawa Barat menempati urutan ketiga terbesar di Indonesia berdasarkan pertumbuhan populasi ayam kampung. Kabupaten Bogor merupakan salah satu wilayah di Jawa Barat yang menjadi sentra ayam kampung, sesuai dengan daftar wilayah sentra peternakan yang dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS). Pertumbuhan populasi ayam kampung di Kabupaten Bogor dibandingkan dengan ternak unggas lainnya tergolong cukup tinggi seperti yang ditunjukkan pada Tabel 3.

Tabel 2 Populasi ayam kampung tiga besar di Indonesia (ribu ekor) tahun 2011-2013

Wilayah Tahun 2011 Tahun 2012 Tahun 2013 Rata-rata

Jawa Tengah 38,296 39,486 40,112 39,298

Jawa Timur 29,310 29,750 29,131 29,397

Jawa Barat 27,396 27,305 26,739 27,147

Sumber: BPS (2014)

Tabel 3 Perkembangan populasi ayam di Kabupaten Bogor tahun 2011-2013

No Jenis ternak Jumlah populasi (ekor)

Rata-rata pertumbuhan/

tahun (%)

Tahun 2011 Tahun 2012 Tahun 2013

1 Ayam Ras Petelur 4 438 536 4 580 155 4 952 394 5.66

2 Ayam Ras Pedaging 17 175 302 17 684 762 19 783 144 7.42

3 Ayam Ras Pembibit 1 044 275 1 756 525 1 868 812 37.30

4 Ayam Buras/Kampung 1 436 530 1 546 554 1 747 292 10.32

Sumber: Disnakan Kab Bogor (2014)

(15)

Tabel 4 Perkembangan produk ayam kampung di Kabupaten Bogor tahun 2011-2013

Tahun Jenis produk

Daging (ekor) Telur (butir)

2011 886 453 17 620 020

2012 955 346 18 969 540

2013 1 179 218 21 431.00 720

Rata-rata Pertumbuhan/tahun (%) 15.60 10.32

Sumber: Disnakan Kab Bogor (2014)

Tabel 4 menunjukkan bahwa produk daging dan telur ayam kampung di Kabupaten Bogor selalu mengalami peningkatan setiap tahunnya, hal tersebut menjadi bukti bahwa terdapat upaya untuk meningkatkan produksi ayam kampung baik dari daging maupun telurnya. Permintaan ayam kampung di Kabupaten Bogor terlihat dari jumlah populasi penduduk di Kabupaten Bogor pada tahun 2013 sebanyak 5 644 263 dengan konsumsi ayam kampung perkapita sebanyak 0.205 kg per tahun, setiap satu ekor diasumsikan 1 kg, maka untuk memenuhi kebutuhan konsumen di Kabupaten Bogor diperlukan tambahan ayam kampung sebanyak 1 161 174 ekor. Selain itu perkembangan pasar ayam kampung di Kabupaten Bogor terlihat dari salah satu peternak ayam kampung di Kabupaten Bogor, sebanyak 500 ekor ayam kampung yang diproduksinya selalu terserap pasar. Permintaan telur ayam kampung pun pada salah satu usaha pembibitan di Kabupaten Bogor sebanyak 660 butir per hari selalu diserap pasar. Krista dan Harianto (2013) juga menyebutkan besarnya peluang pasar ayam kampung tergambar dari salah satu kelompok pembudidaya ayam kampung berskala besar di Jawa Barat. Permintaan yang ada mencapai 35 000 ekor per bulan, namun hanya mampu dipenuhi sebesar 25 persen. Hal tersebut menunjukkan adanya gap antara permintaan dan penawaran akan produk ayam kampung, gap tersebut dapat menjadi peluang para peternak untuk meningkatkan produksinya.

Pemenuhan peluang pasar ayam kampung dapat dilakukan melalui peningkatan produksinya, peningkatan produksi ayam kampung diikuti dengan peningkatan permintaan terhadap day old chick (DOC) ayam kampung. DOC merupakan ayam yang memiliki umur satu hari. DOC berkualitas baik memiliki kemampuan hidup yang tinggi saat dilakukan pembesaran. Peternak ayam kampung membutuhkan tambahan input berupa DOC ayam kampung dalam memenuhi permintaan produksinya. Komoditas DOC ayam kampung ini merupakan sub sistem hulu dalam sistem agribisnis, sehingga diperlukan sebagai penyedia input bagi sistem agribisnis on farm. Usaha on farm berasal dari peternak ayam kampung pedaging maupun petelur. Peluang pasar yang cukup besar tersebut juga menjadi peluang potensial bagi usaha pembibitan DOC ayam kampung. DOC ayam kampung berkualitas tinggi diperoleh dari serangkaian proses produksi yang baik sesuai standar operasional pembibitan.

(16)

tinggi, serta pengawasan yang tidak mudah, sesuai dengan penelitian Wibowo dan Sartika (2010). Sedangkan teknologi modern biasanya menggunakan alat yang serba otomatis dalam pelaksanaannya, pada usaha pembibitan ayam kampung teknologi modern yang digunakan biasanya kandang tipe tertutup, dilengkapi dengan alat pemberi makan dan minum otomatis, collecting telur otomatis, pembersihan kotoran otomatis, penggunaan mesin tetas setter dan hatcher secara otomatis, serta penerapan kawin suntik atau inseminasi buatan (IB).

Teknologi konvensional memiliki beberapa kelebihan dan kekurangan, yaitu modal tidak terlalu besar, dapat dilakukan oleh peternak kecil, pengawasan mutu sulit, banyak menggunakan tenaga kerja, dan memerlukan tempat yang luas karena kapasitasnya yang sedikit. Selain itu teknologi modern memiliki beberapa kelebihan, yaitu pengawasan mutu yang lebih mudah, dapat menghasilkan jumlah DOC relatif lebih banyak, dapat menekan jumlah produk afkir, dapat diusahakan pada luasan yang terbatas namun dengan skala besar, dan penggunakan tenaga kerja yang relatif lebih sedikit, sedangkan kelemahannya yaitu diperlukan biaya yang besar, diperlukan tenaga ahli, dan kapasitas listrik yang tinggi. Selain itu, waktu yang dibutuhkan untuk menghasilkan DOC pada usaha pembibitan dengan menggunakan teknologi modern dapat berlangsung lebih cepat. Proses pembibitan ayam kampung dengan pemanfaatan teknologi modern jarang dilakukan hingga saat ini karena membutuhkan investasi yang besar dan modal yang dikeluarkan akan kembali dalam beberapa tahun1. Investasi yang dikeluarkan mencapai ratusan juta rupiah bahkan lebih, sedikitnya jumlah pengusaha yang bergerak di pembibitan ayam kampung berteknologi justru membuka peluang bagi pengusaha yang memiliki modal besar.

Salah satu perusahaan yang bergerak di bidang pembibitan ayam kampung adalah Warso Unggul Gemilang. Warso Unggul Gemilang dipilih karena berada di wilayah Kabupaten Bogor dan berencana menerapkan teknologi baru. Teknologi tersebut membutuhkan investasi yang cukup besar. Investasi yang dikeluarkan berkisar antara Rp 500 Juta hingga miliaran rupiah. Nilai tersebut tergolong besar jika diterapkan pada usaha pembibitan ayam kampung yang sebagian besar berupa perusahaan rakyat dengan modal terbatas. Warso Unggul Gemilang berani mengambil langkah pengembangan dengan pertimbangan hasil yang diperoleh dianggap layak bagi perusahaan. Hasil yang dianggap layak antara lain perusahaan harus mampu memperoleh keuntungan, modal yang dikeluarkan dapat diperoleh kembali, dan informasi lainnya yang menunjang kelayakan rencana pengembangan tersebut. Oleh karena itu penting melakukan analisis kelayakan bisnis pembibitan ayam kampung dengan teknologi kandang tertutup serba otomatis yang belum banyak diusahakan oleh pelaku bisnis ayam kampung.

Rumusan Masalah

Kabupaten Bogor memiliki permintaan terhadap DOC ayam kampung yang cukup besar. Permintaan DOC ayam kampung di Kabupaten Bogor terlihat dari jumlah populasi ayam kampung di Kabupaten Bogor pada tahun 2013 adalah sebanyak 1 747 292 ekor, dengan mortalitas rate ayam kampung sebesar satu

1 Informasi diperoleh dari Bapak Toro (wakil pimpinan Warso Unggul Gemilang), dilakukan pada

(17)

persen atau sama dengan 17 473 ekor, maka untuk memenuhi kebutuhan konsumen DOC ayam kampung di Kabupaten Bogor diperlukan tambahan sebanyak 1 764 765 ekor DOC ayam kampung. Kebutuhan DOC ayam kampung tersebut dapat dipenuhi melalui pembibitan ayam kampung.

Pembibitan ayam kampung sebagai penyedia DOC ayam kampung merupakan subsistem hulu dalam sistem agribisnis, karena perannya sebagai penyedia input bagi usahaternak ayam kampung. Terdapat beberapa subsistem yang mendukung sistem agribisnis DOC ayam kampung, mulai dari subsistem hulu hingga hilir. Subsistem hulu dalam usaha DOC ayam kampung yaitu pakan, vaksin, obat dan vitamin sebagai penyedia input perusahaan. Subsistem on farm

adalah kegiatan produksi DOC ayam kampung. Sedangkan subsistem hilir dalam usaha ayam kampung adalah hasil output berupa daging, telur, ceker dan kepala ayam kampung, serta lainnya yang berasal dari produk ayam kampung. Setiap subsistem dalam sistem agribisnis saling berkaitan, sehingga kestabilan supply

input penting untuk menjaga kestabilan pasokan ayam kampung.

Warso Unggul Gemilang merupakan salah satu perusahaan yang bergerak dalam bidang produksi DOC ayam kampung. Usaha Warso Unggul Gemilang dipilih karena berada di daerah sentra peternakan Kabupaten Bogor. Saat ini perusahaan tersebut memiliki market share DOC ayam kampung sebesar 47.15 persen2 untuk wilayah Kabupaten Bogor. Perusahaan pembibitan ayam kampung lainnya yang menjadi pesaing dari Warso Unggul Gemilang yaitu PT. AKI (Ayam Kampung Indonesia), Jimmy Farm, dan Citra Lestari. Jumlah permintaan dan jumlah produksi Warso Unggul Gemilang tertera pada Tabel 5.

Tabel 5 Jumlah permintaan dan penawaran DOC Warso Unggul Gemilang satu tahun terakhir

Tahun Bulan Permintaan (ekor) Produksi (ekor)

2013 Jul 86 500 70 000

Agt 87 000 71 100

Sep 87 700 72 000

Okt 86 700 72 100

Nov 86 600 70 500

Des 88 400 70 300

2014 Jan 87 500 70 200

Feb 87 400 71 600

Mar 88 800 70 150

Apr 88 500 70 400

Mei 88 000 70 300

Jun 87 500 70 788

Total 1 050 600 849 438

Rata-rata per bulan 87 550 70 786

Sumber: Warso Unggul Gemilang (diolah), 2014

2Market share diperoleh dari banyaknya produksi DOC Warso Unggul Gemilang saat ini dibagi

(18)

Produksi Warso Unggul Gemilang setiap bulan menghasilkan rata-rata 70 786 ekor DOC. Saat ini Warso Unggul Gemilang berusaha untuk dapat memproduksi DOC ayam kampung secara kontinyu, dilihat dari sejumlah indukan yang diproduksi memiliki umur yang berbeda. Kandang untuk indukan berjumlah sepuluh, setiap kandang memiliki umur berbeda dengan selisih umur tujuh minggu. Ayam kampung dapat dijadikan sebagai indukan pada saat berumur 19 minggu hingga 75 minggu. Indukan yang ada memproduksi telur calon DOC ayam kampung, yang kemudian akan dilakukan penetasan pada ruangan khusus. Jumlah produksi tersebut belum bisa memenuhi permintaan perusahaan yang ada, sehingga terdapat peluang terhadap usaha DOC ayam kampung.

Tingginya permintaan dan kurangnya stock DOC yang ditawarkan menjadi perhatian bagi pihak Warso Unggul Gemilang, Warso Unggul Gemilang tidak ingin kehilangan konsumen dan peluang pasar yang ada. Peluang pasar yang ada tidak hanya menjadi peluang bagi Warso Unggul Gemilang, tetapi menjadi peluang bagi usaha pembibitan ayam kampung lainnya. Peningkatan produksi merupakan salah satu langkah yang dapat dilakukan oleh Warso Unggul Gemilang untuk mengatasi masalah tersebut. Selain itu peningkatan jumlah produksi dilakukan untuk perluasan pasar dari produk perusahaan. Konsumen berasal dari para peternak ayam kampung baik pedaging maupun petelur, dan juga berasal dari distributor DOC ayam kampung. Beberapa konsumen Warso Unggul Gemilang diantaranya harus menunggu untuk memperoleh DOC yang dipesan hingga panen berikutnya, karena banyaknya pesanan dari konsumen sebelumnya yang belum terpenuhi.

Upaya peningkatan produksi DOC ayam kampung guna memenuhi permintaan pasar Warso Unggul Gemilang dapat dilakukan melalui beberapa alternatif. Alternatif yang memungkinkan ada dua pilihan, yaitu peningkatan jumlah indukan dan peningkatan teknologi yang digunakan dengan menerapkan mekanisasi produksi. Rencana mekanisasi produksi tersebut dapat tercipta apabila jumlah indukan ayam kampung mencapai 20 000 ekor, yaitu sesuai dengan informasi yang diperoleh dari kontraktor kandang ayam modern. Selain itu dengan jumlah indukan 20 000 ekor diharapkan mampu memenuhi permintaan perusahaan pada kondisi perusahaan saat ini. Oleh karena itu dalam penelitian ini akan membandingkan kelayakan usaha tanpa pengembangan teknologi kandang modern dan dengan pengembangan teknologi kandang modern pada populasi 20 000 ekor ayam kampung.

Alternatif pertama disebut sebagai skenario I, yaitu kondisi usaha pada saat ini dan terdapat penambahan skala usaha dari sebelumnya yang sebanyak 16 000 ekor indukan menjadi 20 000 ekor indukan, serta terdapat penambahan luasan kandang produksi tanpa teknologi modern atau dapat disebut teknologi konvensional. Terdapat beberapa masalah mengenai kondisi perusahaan saat ini, yaitu kapasitas kandang yang sedikit, luasan lahan yang terbatas, dan lainnya. Alternatif kedua disebut sebagai skenario II, yaitu terdapat penambahan luasan kandang produksi baru dengan menerapkan teknologi modern serta penambahan jumlah indukan menjadi 20 000 ekor. Analisis terhadap jumlah indukan 20 000 ekor tersebut dilakukan untuk melakukan perbandingan usaha dengan kapasitas yang sama.

(19)

Gemilang telah menerapkan sistem kandang terbuka untuk kegiatan produksinya, pemberian pakan dan pembersihan kotoran secara manual, sedangkan pemberian minum telah menggunakan nipple otomatis khusus yang diterapkan di kandang tersebut. Peningkatan jumlah indukan sebanyak 20 000 ekor menjadikan Warso Unggul Gemilang membutuhkan tambahan kandang sesuai kapasitas tersebut.

Teknologi modern pada skenario II merupakan teknologi yang menerapkan mekanisasi produksi pada usaha pembibitan ayam kampung. Mekanisasi produksi yang diterapkan meliputi penggunaan kandang tertutup, pemberian pakan dan minum otomatis, collecting telur otomatis, dan pembersihan kotoran otomatis. Penerapan mekanisasi produksi tersebut salah satunya telah diterapkan pada usahaternak ayam ras petelur milik Asia Farm di Citeureup, Bogor. Asia Farm merupakan perusahaan yang bergerak dalam produksi telur ayam konsumsi, dengan adanya penelitian ini diharapkan mekanisasi produksi pada Asia Farm dapat diterapkan pada usaha pembibitan Warso Unggul Gemilang dengan skala 20 000 ekor indukan dalam rangka meningkatkan kualitas dan kuantitas DOC ayam kampung yang dihasilkan.

Rencana mekanisasi produksi DOC ayam kampung pada skenario II terdiri dari tiga rencana utama. Tiga rencana utama tersebut antara lain pemberian pakan otomatis, pemanenan telur otomatis, dan pembuangan limbah kotoran secara otomatis. Tiga rencana tersebut merupakan satu paket yang dapat digunakan oleh Warso Unggul Gemilang dalam rangka memenuhi rencana mekanisasi produksi DOC ayam kampung. Penerapan teknologi tersebut penting dilakukan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan oleh Warso Unggul Gemilang yakni menjadi pusat pembibitan ayam kampung terbesar, termodern, dan terbaik kualitasnya di Indonesia. Pengembangan teknologi juga diharapkan mampu meningkatkan produksi Warso Unggul Gemilang lebih dari 10 persen.

Pemberian pakan secara otomatis akan mengurangi pekerjaan karyawan Warso Unggul Gemilang khususnya pemberian pakan sehingga dapat dialihkan ke pekerjaan yang lainnya. Dengan adanya alat pemberi pakan otomatis, setiap karyawan yang bertugas di kandang akan mampu meningkatkan tanggungjawab pemeliharaan ayam dengan jumlah yang lebih banyak dari sebelumnya. Pakan yang diberikan secara manual membutuhkan waktu yang cukup lama, mengingat gudang pakan dan kandang tidak menyatu. Dari sisi aspek finansial, dampak penggunaan kandang dengan alat otomatis belum diperhitungkan secara rinci oleh pihak Warso Unggul Gemilang. Penggunaan alat pemberi pakan otomatis juga dianggap mampu mempertahankan kualitas pakan bagi ayam kampung. Hal tersebut terjadi karena untuk mengurangi penyebab timbulnya kontaminasi pada pakan. Kualitas pakan yang terjaga juga berpengaruh terhadap kualitas indukan sehingga mampu mengasilkan telur calon DOC dengan kualitas terbaik.

Rencana pengembangan teknologi yang kedua ialah penggunaan alat panen telur atau collecting telur secara otomatis. Alat panen ini dibuat menyerupai

conveyor. Pengembangan teknologi kedua ini dilakukan atas dasar tingginya

human error yang dilakukan oleh koordinator kandang pada kegiatan panen telur

(20)

dihasilkan akan mengurangi pemasukan bagi Warso Unggul Gemilang. Penggunaan conveyor juga mempermudah pengawasan mutu yang dilakukan dan menghemat waktu kerja para koordinator kandang. Dari sisi penggunaan tenaga kerja, penggunaan teknologi ini dapat meningkatkan efisiensi penggunaan tenaga kerja. Penggunaan alat otomatis ini diduga dapat menurunkan stress ayam kampung sehingga dapat menghasilkan telur lebih baik. Satu butir telur calon DOC yang berasal dari satu ayam kampung produktif dihasilkan setiap lima hari pada saat skenario I. Pada skenario II, produksi telur diperkirakan meningkat menjadi empat hari untuk satu butir telur calon DOC ayam kampung.

Penurunan stress pada indukan dapat membuat indukan mampu memproduksi telur calon DOC dengan kualitas yang baik. Kualitas tersebut ditunjukkan oleh embrio yang dihasilkan. Pihak kontraktor dari Asia Farm memberikan informasi bahwa penggunaan teknologi ini membuat ayam kampung lebih banyak memproduksi telur dengan embrio yang lebih baik. Penggunaan teknologi alat panen otomatis ini dapat meningkatkan telur berisi embrio hingga 30-40 persen. Semakin banyak jumlah embrio maka calon telur DOC yang dihasilkan semakin banyak.

Pembuangan limbah kotoran indukan ayam kampung secara otomatis dapat memberikan dampak yang baik bagi tumbuh-kembang indukan. Limbah ayam selain memberikan manfaat tetapi juga memberikan kerugian. Pengelolaan limbah ayam penting untuk dilakukan, dengan mekanisasi diharapkan bisa memberikan manfaat. Sistem pembuangan kotoran otomatis akan mempermudah tugas para koordinator kandang di Warso Unggul Gemilang. Pembuangan otomatis juga akan menekan lama waktu kotoran yang tertahan di kandang, sehingga mampu menciptakan kondisi kandang yang lebih bersih. Kandang yang lebih bersih akan memberikan kondisi yang nyaman bagi ayam kampung sehingga dapat memberikan pengaruh positif terhadap hasil produksi.

Skenario I memiliki kelemahan akan sulitnya melakukan pengawasan mutu produk yang dihasilkan, banyaknya jumlah tenaga kerja yang digunakan, namun kelebihannya yaitu modal yang digunakan relatif kecil. Sedangkan skenario II memiliki kelemahan terhadap jumlah modal yang digunakan relatif besar karena investasi mesin terbilang mahal, kelebihannya yaitu pengawasan mutu lebih mudah, tenaga kerja yang digunakan lebih sedikit karena menggunakan alat yang serba otomatis. Selain itu telur ayam afkir pada skenario II dapat diturunkan hingga 50-60 persen, sehingga secara keseluruhan jumlah telur yang hilang dapat diturunkan. Penerapan teknologi yang dilakukan pada skenario II dapat menurunkan kehilangan telur yang tidak termasuk calon DOC dan telur afkir hingga 30 persen.

(21)

perusahaan. Informasi kelayakan usaha diperlukan untuk mempermudah pihak Warso Unggul Gemilang dalam mengambil keputusan bisnis.

Waktu pengembalian modal dari investasi yang ditanamkan pada usaha pembibitan ayam kampung Warso Unggul Gemilang skala 20 000 ekor indukan penting untuk diperhatikan, apakah waktu pengembalian dapat berlangsung secara cepat atau lambat. Lamanya waktu pengembalian modal usaha dipengaruhi oleh besarnya investasi yang ditanamkan dan besarnya keuntungan yang diperoleh perusahaan. Perhitungan seberapa lama pengembalian modal sangat penting bagi perusahaan dalam mengambil keputusan untuk berinvestasi. Hal tersebut dilakukan apakah keputusan investasi sesuai atau tidak, apabila investasi yang ditanamkan memberikan banyak kerugian daripada manfaat yang diperoleh maka keputusan investasi berdasarkan waktu pengembaliannya dinilai tidak tepat.

Kemungkinan perubahan beberapa komponen perusahaan menjadi perhatian khusus terhadap berlangsungnya kegiatan operasional perusahaan. Perubahan tersebut memberikan dampak ketidakpastian yang dapat mempengaruhi kelayakan usaha yang dilakukan. Potensi peningkatan harga pakan merupakan hal yang paling berpengaruh terhadap kegiatan produksi DOC yang dilakukan oleh Warso Unggul Gemilang, karena pakan merupakan supply penting bagi pertumbuhan indukan yang diperlukan setiap hari. Selain itu Warso Unggul Gemilang seringkali dihadapkan dengan kenaikan harga pakan. Harga pakan seringkali meningkat salah satunya diakibatkan oleh bahan baku pakan berupa jagung yang diperoleh melalui impor, sehingga melemahnya nilai mata uang pun berpengaruh terhadap harga jagung, kenaikan harga jagung menjadikan harga pakan menaik. Pakan merupakan sumber daya perusahaan yang sangat penting demi keberlangsungan pertumbuhan indukan dalam menghasilkan produk. Tanpa pakan maka ayam kampung tidak akan berlangsung hidup. Kualitas pakan yang baik menjadi perhatian perusahaan dalam menghasilkan produk berkualitas. Sehingga pakan menjadi komponen penting dalam usaha pembibitan ayam kampung ini.

Kenaikan harga pakan akan menaikkan biaya variabel pada kegiatan produksi DOC. Kenaikan biaya tersebut akan menurunkan jumlah DOC yang diproduksi atau berpengaruh terhadap kenaikan harga output. Penetapan harga output yang lebih mahal akan menurunkan permintaan, hal ini sesuai dengan teori permintaan dalam teori ekonomi dengan asumsi DOC ayam kampung adalah barang normal. Penurunan permintaan yang terjadi menyebabkan jumlah DOC yang dibeli menurun, akibatnya banyak DOC yang diproduksi tidak terserap di pasar atau terjadi kelebihan penawaran. Kelebihan penawaran produksi akan berakibat terhadap penurunan harga jual output. Harga jual output yang menurun dapat berakibat terhadap penurunan penerimaan yang diperoleh perusahaan atau bahkan penerimaan tersebut tidak dapat menutupi biaya produksi sehingga perusahaan mengalami kerugian. Oleh karena itu analisis mengenai seberapa besar batas perubahan yang terjadi pada kenaikan harga pakan dan penurunan harga output penting untuk dilakukan. Hal tersebut menjadi peringatan bagi Warso Unggul Gemilang agar dapat mengambil keputusan yang tepat apabila terjadi kenaikan harga pakan dan penurunan harga DOC, agar kedua komponen tersebut dapat teratasi dengan baik dan tidak mendatangkan kerugian.

(22)

1. Bagaimana kelayakan pengembangan usaha pembibitan DOC ayam kampung milik Warso Unggul Gemilang pada skenario 1 (tanpa teknologi baru) dan skenario II (dengan teknologi baru) berdasarkan aspek finansial (NPV, IRR,

Net B/C, dan PP) dan non finasial (aspek pasar, teknis, manajemen, hukum, sosial, budaya, dan lingkungan)?

2. Bagaimana pengaruh kenaikan harga pakan dan penurunan harga DOC ayam kampung di Warso Unggul Gemilang terhadap kelayakan usaha tersebut?

Tujuan Penelitian

Berdasarkan uraian dari perumusan masalah tersebut, maka penelitian ini bertujuan untuk:

1. Menganalisis kelayakan usaha pembibitan DOC ayam kampung milik Warso Unggul Gemilang pada skenario 1 (tanpa teknologi baru) dan skenario II (dengan teknologi baru) berdasarkan aspek finansial (NPV, IRR, Net B/C, dan PP) dan non finasial (aspek pasar, teknis, manajemen, hukum, sosial, budaya, dan lingkungan).

2. Mengukur kepekaan bisnis terhadap perubahan peningkatan harga pakan dan penurunan harga output DOC ayam kampung.

Manfaat Penelitian

Penelitian mengenai analisis kelayakan usaha pembibitan ayam kampung ini diharapkan dapat memberikan beberapa manfaat, yaitu bagi peneliti, peternak, dan pembaca lainnya yang tertarik mengenai pembibitan ayam kampung.

1. Sebagai masukan bagi tempat penelitian dalam memberikan kebijakan usaha dalam rangka meningkatkan laba perusahaan.

2. Sebagai bahan bacaan bagi pembaca yang tertarik mengenai pembibitan ayam kampung, serta sebagai referensi bagi penelitian lain.

Ruang Lingkup Penelitian

(23)

TINJAUAN PUSTAKA

Pengembangan pada Usahaternak Unggas

Pengembangan usahaternak unggas penting untuk dilakukan. Pengembangan usahaternak unggas dilakukan untuk meningkatkan produktivitas unggas dan menambah keuntungan usahaternak unggas yang dijalankan. Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk pengembangan unggas antara lain peningkatan skala usahaternak, penguatan peran kelompok ternak, penggunaan teknologi untuk meningkatkan produktivitas ternak, meningkatkan kemampuan wirausaha para peternak, perbaikan fasilitas penunjang usahaternak dan pengadaan sarana transportasi umum (Nurkasanah 2002). Fasilitas penunjang usahaternak seperti jalan, pasar hewan, rumah potong hewan dan lainnya disediakan oleh pemerintah.

Skala usahaternak ayam kampung pedaging dan petelur yang semakin besar berpotensi untuk meningkatkan pendapatan peternak, sesuai dengan penelitian Rubiansyah (2001). Alternatif pengembangan yang direkomendasikan untuk ayam kampung petelur menurut Dhakhiyah (2012) ialah manajemen pemeliharaan dengan sistem kemitraan, tatalaksana perkandangan dengan tipe tertutup dan pengendalian intensif terhadap penyakit ternak ayam kampung.

Teknologi pada usahaternak unggas dibutuhkan untuk menghasilkan produk yang berkualitas. Usahaternak unggas tanpa menggunakan teknologi menyebabkan produk yang dihasilkan kualitasnya kurang baik dan jumlahnya relatif kecil. Penggunaan kandang bambu tipe terbuka, tidak menggunakan mesin tetas, tidak menggunakan alat panen dan pembersih kotoran otomatis merupakan contoh usahaternak unggas tanpa teknologi. Hal tersebut menyebabkan penggunaan tenaga kerja tinggi, pengawasan yang tidak mudah, sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Wibowo dan Sartika (2010), serta Alfikri (2012).

Penggunaan teknologi modern pada proses produksi usahaternak unggas salah satunya telah diterapkan pada usaha ayam ras petelur milik Asia Farm di daerah Citeureup, Bogor. Teknologi modern yang digunakan yaitu kandang tipe tertutup, pemberian makan dan minum secara otomatis, pengumpulan telur secara otomatis, dan pembersihan kotoran otomatis. Kandang berteknologi modern pada Asia Farm tersebut memiliki kapasitas sebanyak 40 ekor ayam ras petelur per meter persegi3. Penggunaan teknologi tersebut mampu meningkatkan

produktivitas dan mutu unggas yang diusahakan.

Kelayakan Usahaternak Unggas

Kelayakan Aspek Non Finansial Bisnis Unggas

Kelayakan aspek non finansial dapat dilihat dari berbagai macam tolok ukur. Beberapa tolok ukur yang sering dijadikan pedoman antara lain aspek pasar,

3 Informasi diperoleh dari kontraktor Asia Farm, Citeureup-Bogor yaitu Bapak Agus, kunjungan

(24)

aspek teknis, aspek manajemen dan hukum, aspek lingkungan, aspek sosial, ekonomi dan budaya. Komoditi unggas merupakan salah satu komoditi peternakan yang banyak dikembangkan di Indonesia. Beberapa penelitian terdahulu menunjukkan bahwa berbagai aspek non finansial penting diperhatikan dalam menganalisis kelayakan usaha dari peternakan unggas. Penelitian yang dilakukan terhadap aspek non finansial tersebut meliputi ayam broiler dan itik.

Aspek non finansial harus dianalisis untuk melihat kelayakan usaha yang dijalankan. Aspek non finansial juga sangat erat kaitannya dengan aspek finansial. Usaha peternakan ayam broiler dan usaha pembibitan itik dikatakan layak salah satunya karena aspek non finansial pada usaha tersebut layak untuk dilaksanakan, hal tersebut sesuai dengan penelitian Karmidi (2012) dan Meizi (2012). Usaha pembibitan itik memiliki peluang pasar yang cukup tinggi, begitu pula pada peternakan ayam broiler. Beberapa kelebihan lainnya ialah aman dari kerugian akibat jatuhnya harga, tidak menghadapi masalah dalam distribusi produk dan menghasilkan produk yang berkualitas. Wibowo dan Sartika (2010) mengungkapkan pemasaran produk ayam kampung (telur dan daging) sangat mudah. Permintaan yang tinggi terhadap produk tersebut menunjukkan bisnis ayam kampung, ayam broiler dan itik layak dari aspek pasar.

Aspek teknis dan produksi penting untuk diperhatikan, tanpa adanya produksi tidak akan ada produk yang dihasilkan. Usaha peternakan unggas dengan pola kemitraan inti plasma yang dilakukan penelitiannya oleh Karmidi (2012) menunjukkan bahwa pada aspek teknis dan produksi usaha tersebut layak berdasarkan beberapa kriteria. Beberapa kriteria aspek teknis antara lain lahan dan kandang yang memenuhi kualifikasi dan manajemen produksi yang baik, pengadaan bibit dan pakan yang tepat waktu dan berkualitas, pengadaan dan manajemen kesehatan yang disiplin dan teratur, ketersediaan bahan-bahan penunjang yang tepat waktu, memiliki tenaga kerja yang berpengalaman, jujur dan pekerja keras, dan proses produksi yang sistematis. Sedangkan pada penelitian Meizi (2012), Wibowo dan Sartika (2010) usaha pembibitan itik dan ayam kampung layak dari aspek teknis dan produksi karena beberapa kriteria, yakni kondisi agroklimat sangat cocok untuk usaha pembibitan serta tersedianya sarana dan prasarana usahaternak unggas. Penelitian ini secara teknis mengadopsi penggunaan teknologi kandang dengan mekanisasi produksi dari usaha peternakan ayam ras petelur Asia Farm, melalui penelitian ini dapat dilihat apakah mekanisasi produksi pada ayam ras petelur seperti pada Asia Farm dapat diterapkan atau tidak pada usaha Warso Unggul Gemilang.

(25)

unggas harus memiliki dampak ekonomi dan sosial yang baik. Masyarakat dan lingkungan sekitar harus diuntungkan dengan keberadaan bisnis ternak unggas tersebut. Jarak lokasi produksi dengan pemukiman penduduk harus diperhatikan agar tidak mengganggu penduduk sekitar. Jarak lokasi produksi ternak unggas dengan pemukiman minimal dua kilo meter. Jika syarat jarak tidak dapat dipenuhi, alterantif lainnya yang dapat dipilih ialah penggunaan kandang tertutup dengan exhaust fan, penanganan kotoran ayam yang baik dan pemberian obat pada ayam sehingga mengurangi bau pada kotoran ayam4. Keseluruhan aspek non

finansial penting untuk diperhatikan dalam bidang peternakan unggas agar bisnis dapat berjalan dengan baik.

Kelayakan Aspek Finansial Bisnis Unggas

Aspek Finasial penting untuk diperhatikan dalam menganalisis suatu kelayakan usaha. Aspek finasial dapat diukur berdasarkan kriteria keuntungan,

Internal Rate of Return (IRR), Net Benefit per Cost (Net B/C), dan analisis

swicthing value. Beberapa penelitian terdahulu telah menunjukkan bahwa aspek finasial penting diperhatikan dalam analisis usaha peternakan kelompok unggas. Beberapa penelitian yang telah dilakukan untuk hal tersebut melibatkan ayam kampung, ayam broiler dan itik. Keuntungan usaha juga merupakan salah satu tolok ukur yang diperhatikan dalam aspek finasial.

Beberapa komoditi unggas dalam satu tahun memberikan keuntungan mencapai puluhan juta rupiah. Keuntungan pembibitan ayam kampung dalam satu tahun lebih besar jika dibandingkan dengan keuntungan penggemukan ayam kampung dan ayam broiler, hal ini sesuai dengan penelitian Wibowo dan Sartika (2010), Wibowo dan Sartika (2011) dan Alfikri (2012). Keuntungan pembibitan ayam kampung mencapai sekitar Rp 40 Juta per tahun. Skala pembibitan ayam kampung tersebut ialah sekitar 1 000 ekor, sehingga keuntungan per ekor selama satu tahun mencapai Rp 40 000.

Keuntungan pembibitan itik mencapai sekitar Rp 100 Juta dengan skala sekitar 4 000 ekor sehingga keuntungan per ekor mencapai Rp 25 000, hal ini sesuai dengan pernyataan Wibowo dan Juarini (2009). Keuntungan penggemukan itik mencapai sekitar Rp 50 Juta hal ini sesuai dengan pernyataan dan Alfikri (2012) dengan skala 4 000 ekor. Keuntungan penggemukan itik per ekor mencapai Rp 12 500. Penggemukan itik sering bertentangan dengan lingkungan sekitar karena polusi udara yang cukup mengganggu. Ayam kampung lebih dipilih oleh peternak untuk dibudidayakan jika dibandingkan dengan itik atas dasar hal tersebut. Keuntungan peternakan itik yang tinggi juga diikuti dengan skala usaha yang tinggi. Keuntungan yang tinggi dari skala yang lebih besar menunjukkan bahwa usaha dengan skala tersebut khususnya untuk bisnis unggas merupakan suatu hal yang berkaitan. Arah pengembangan usaha menjadi skala yang besar akan meningkatkan keuntungan yang diperoleh peternak. Pengembangan penting dilakukan jika peternak ingin meningkatkan keuntungan, namun dengan keputusan dan perhitungan yang tepat.

4 Informasi diperoleh dari Bapak Muchaeri (kepala bagian produksi Warso Unggul Gemilang)

(26)

Tolok ukur lainnya yang digunakan dalam analisis aspek finasial ialah IRR. IRR menunjukkan berapa nilai yang diperoleh dari investasi yang telah dilakukan dalam tahun tertentu. Nilai IRR pada usaha pembibitan ayam kampung lebih tinggi daripada usaha pembibitan itik. Penelitian yang dilakukan Wibowo dan Juarini (2009) serta Wibowo dan Sartika (2010) menunjukkan bahwa nilai IRR pada pembibitan ayam kampung mencapai 37.37 persen dengan umur bisnis 6 tahun, sedangkan nilai IRR pada pembibitan itik mencapai 33.74 persen dengan umur bisnis 5 tahun. Hal tersebut menunjukkan bahwa investasi yang dilakukan pada pembibitan ayam kampung lebih menguntungkan daripada berinvestasi di itik namun dengan umur bisnis yang lebih lama. Skala keduanya berbeda dimana skala usaha itik lebih besar dari skala usaha ayam kampung. Perbedaan skala tersebut tentu tidak dapat menjawab secara tepat keputusan investasi yang lebih menguntungkan, sehingga perlu dianalisis pembibitan ayam kampung dengan skala yang cukup besar. Penelitian ini akan menganalisis pembibitan ayam kampung dengan skala 20 000 ekor.

Tolok ukur yang juga sering digunakan dalam menganalisis aspek finansial ialah Net B/C. Net B/C menunjukkan rasio antara benefit dengan cost. Nilai Net

B/C pada usaha peternakan ayam broiler skala 50 000 ekor yaitu sebesar 2.95 sesuai dengan penelitian Elita (2014). Selain itu nilai Net B/C untuk usaha pembibitan ayam kampung lebih besar daripada penggemukan ayam kampung, namun skala usaha pembibitan ayam kampung lebih kecil. Nilai Net B/C pada penggemukan ayam kampung mencapai 1.15 dan nilai Net B/C pada pembibitan ayam kampung mencapai 1.51, hal ini sesuai dengan penelitian Wibowo dan Sartika (2010) serta Wibowo dan Sartika (2011). Skala usaha pada penggemukan ayam kampung yaitu dengan skala 2 000 ekor lebih besar dari skala usaha pada pembibitan ayam kampung yang berjumlah 360 ekor. Oleh karena itu penelitian lebih lanjut penting dilakukan untuk membuktikan hal tersebut berdasarkan skala yang sama dari usaha ayam kampung.

Analisis Kepekaan Kelayakan Bisnis Unggas

Kepekaan terhadap kelayakan bisnis unggas dianalisis melalui switching value. Analisis switching value dilakukan sebagai penunjang keberhasilan dalam aspek finansial. Analisis tersebut menunjukkan batasan perubahan maksimum atas komponen-komponen usaha yang dijalankan agar masih tetap layak dan dapat memberikan keuntungan. Komponen yang menjadi perhatian dalam analisis

switching value pada bisnis unggas berdasarkan penelitian Karmidi (2012) dan Sarwanto (2011) yaitu perubahan kenaikan input berupa DOC dan harga pakan, serta perubahan penurunan output berupa harga jual. Kenaikan harga DOC pada usaha pembesaran itik pedaging lebih besar dari pada usaha peternakan ayam broiler. Nilai kenaikan harga input berupa DOC pada usaha pembesaran itik pedaging yaitu 88.09 persen dan 16.6 persen untuk usaha peternakan ayam broiler. Jika kenaikan harga DOC melebihi switching value maka tolok ukur aspek finasial berubah menjadi tidak layak.

(27)

75.00 persen pada usaha pembesaran itik pedaging. Sedangkan switching value

dari penurunan harga jual ayam broiler sebesar 1.2 persen dan 18.14 persen untuk penurunan harga jual itik pedaging. Batas perubahan maksimal pada usaha unggas penting diketahui peternak untuk menjaga kestabilan usaha yang dijalankan.

KERANGKA PEMIKIRAN

Kerangka Pemikiran Teoritis

Studi Kelayakan Bisnis

Umar (2005) mengungkapkan perusahaan diartikan sebagai sebuah organisasi yang memproses perubahan keahlian dan sumber daya ekonomi menjadi barang dan/atau jasa yang diperuntukkan bagi pemuasan kebutuhan pembeli, serta diharapkan akan memberikan laba kepada para pemiliknya. Sedangkan bisnis diartikan sebagai seluruh kegiatan yang diorganisasikan oleh orang-orang yang berkecimpung di dalam bidang perniagaan (produsen, pedagang, konsumen, dan industri di mana perusahaan berada) dalam rangka memperbaiki standar serta kualitas hidup mereka. Jadi dapat disimpulkan bahwa pengertian bisnis lebih luas daripada pengertian perusahaan karena perusahaan merupakan bagian dari bisnis.

Gitingger (1986) mengungkapkan bahwa kegiatan pertanian merupakan suatu kegiatan investasi yang mengubah sumber-sumber finansial menjadi barang-barang kapital yang dapat menghasilkan keuntungan-keuntungan atau manfaat-manfaat setelah beberapa periode waktu. Secara umum bisnis merupakan suatu kegiatan yang mengeluarkan biaya-biaya dengan harapan akan memperoleh hasil/benefit dan secara logika merupakan wadah untuk melakukan kegiatan-kegiatan perencanaan, pembiayaan, dan pelaksanaan dalam satu unit.

Nurmalina et al. (2010) memberikan definisi suatu kegiatan investasi menurut Gray et al. (1992) sebagai kegiatan yang dapat direncanakan dan dilaksanakan dalam satu bentuk kesatuan dengan mempergunakan sumber-sumber untuk mendapatkan benefit. Sumber-sumber yang dapat dipergunakan dalam pelaksanaan bisnis dapat berbentuk barang modal, tanah, bahan-bahan mentah dan setengah jadi, tenaga kerja dan waktu. Sedangkan benefit dapat berbentuk tingkat konsumsi yang lebih besar, penambahan kesempatan kerja, perbaikan tingkat pendidikan atau kesehatan, dan perubahan/perbaikan suatu sistem atau struktur.

Menurut (Nurmalina et al. 2010) perlunya dukungan data dan analisis yang komprehensif dalam memulai bisnis untuk mengambil keputusan yang berkonsekuensi jangka panjang dan berdampak secara finansial. Hampir setiap bisnis yang akan didirikan, dikembangkan dan diperluas maupun dilikuidasi didahului dengan satu kegiatan yang disebut studi kelayakan. Kekeliruan dan kesalahan dalam menilai investasi akan menyebabkan kerugian dan risiko yang besar. Penilaian investasi terdapat dalam studi kelayakan yang bertujuan untuk menghindari terjadinya keterlanjuran investasi yang tidak menguntungkan karena bisnis yang tidak layak.

(28)

(Gitingger, 1982). Studi kelayakan bisnis merupakan penelaahan atau analisis tentang apakah suatu kegiatan investasi memberikan manfaat atau hasil bila dilaksanakan. Banyak peluang dan kesempatan yang ada dalam kegiatan bisnis menuntut adanya penilaian, sejauh mana kegiatan dan kesempatan tersebut dapat memberikan manfaat (benefit) bila bisnis dilakukan. Studi kelayakan bisnis merupakan dasar untuk menilai apakah kegiatan investasi atau suatu bisnis layak untuk dijalankan. Bagi penanaman modal, studi kelayakan bisnis dapat memberikan gambaran prospek bisnis dan seberapa besar kemungkinan tingkat

benefit dapat diterima dari suatu bisnis sehingga hal ini merupakan dasar dalam pengambilan keputusan investasi. Saat ini, studi kelayakan bisnis sudah menjadi tolok ukur yang sangat berguna sebagai dasar penilaian keberhasilan suatu rencana bisnis terutama oleh pihak investor dan lembaga keuangan sebelum memberi bantuan dana atau modal. Penilaian dalam studi kelayakan bisnis dilakukan secara menyeluruh dari berbagai aspek non finansial yang meliputi aspek pasar, teknis, manajemen-hukum, sosial-ekonomi-budaya, lingkungan, dan dari aspek finansial (Nurmalina et al. 2010). Umar (2005) juga menyatakan bahwa proses analisis setiap aspek saling terkait antara satu aspek dan aspek lainnya sehingga hasil analisis aspek-aspek tersebut menjadi terintegrasi.

Aspek-aspek yang diteliti dalam studi kelayakan bisnis menurut Nurmalina

et al. (2010) adalah sebagai berikut. 1. Aspek Pasar

Aspek pasar dan pemasaran menempati urutan pertama dalam studi kelayakan bisnis. Hal ini disebabkan agar dapat diketahui apakah proyek yang akan didirikan atau produk yang akan dibuat sesuai dengan kebutuhan dan keinginan konsumen di pasar (Baktiyono 2013). Suatu bisnis yang dinyatakan layak dari aspek teknis dan aspek finansial, tidak akan berarti apabila pasarnya tidak ada maka rencana bisnis akan dianggap tidak layak untuk dijalankan. Besar permintaan produk serta kecenderungan perkembangan permintaan selama masa kehidupan bisnis yang akan datang penting diperkirakan dengan cermat. Tanpa perkiraan jumlah permintaan produk yang diteliti, dikemudian hari bisnis dapat terancam karena adanya kekurangan atau kelebihan permintaan. Baik kekurangan maupun kelebihan permintaan akan menyebabkan kegiatan bisnis tidak dapat beroperasi secara efisien. Dalam aspek pasar dan pemasaran mencoba mempelajari tentang permintaan, penawaran, harga, program pemasaran, dan perkiraan penjualan yang bisa dicapai perusahaan (market share).

2. Aspek Teknis

Aspek teknis merupakan suatu aspek yang berkenaan dengan proses pembangunan bisnis secara teknis dan pengoperasiannya setelah bisnis tersebut selesai dibangun. Berdasarkan analisis aspek teknis dapat diketahui rancangan awal penaksiran biaya investasi termasuk biaya eksploitasinya. Karenanya perlu dilakukan pengkajian terhadap beberapa hal, yaitu mengenai lokasi bisnis, skala produksi, proses produksi, layout, dan teknologi yang digunakan.

3. Aspek Manajemen dan Hukum

(29)

manajemen dalam masa operasi. Dalam masa pembangunan bisnis, hal yang dikaji adalah siapa pelaksana bisnis, bagaimana jadwal penyelesaian bisnis, dan siapa yang melakukan studi masing-masing aspek kelayakan bisnis. Sedangkan manajemen dalam operasi, hal yang dikaji adalah bagaimana bentuk organisasi/badan usaha yang dipilih, bagaimana struktur organisasi, bagaimana deskripsi masing-masing jabatan, berapa banyak jumlah tenaga kerja yang digunakan, dan menentukan siapa-siapa anggota direksi dan tenaga-tenaga inti. Selain itu aspek hukum dalam suatu kegiatan bisnis diperlukan dalam hal mempermudah dan memperlancar kegiatan bisnis pada saat menjalin jaringan kerjasama dengan pihak lain.

4. Aspek Sosial, dan Budaya

Dalam aspek sosial, dan budaya yang akan dinilai adalah seberapa besar bisnis mempunyai dampak sosial, dan budaya terhadap masyarakat keseluruhan. Pada aspek sosial yang dikaji adalah penambahan kesempatan kerja atau pengurangan pengangguran, memperhatikan manfaat dan pengorbanan sosial yang mungkin dialami oleh masyarakat di sekitar lokasi bisnis. Perubahan dalam teknologi atau peralatan mekanis dalam bisnis dapat secara budaya mengubah jenis pekerjaan yang dilakukan oleh masyarakat. Oleh karena itu, diharapkan dengan adanya bisnis secara sosial, ekonomi, dan budaya lebih banyak memberikan manfaat dibandingkan kerugiannya. Suatu bisnis tidak akan ditolak oleh masyarakat sekitar bila secara sosial budaya diterima dan secara ekonomi memberikan kesejahteraan.

5. Aspek lingkungan

Aspek ini mempelajari bagaimana pengaruh bisnis tersebut terhadap lingkungan, apakah dengan adanya bisnis menciptakan lingkungan yang semakin baik atau semakin buruk. Pertimbangan tentang sistem alami dan kualitas lingkungan dalam analisis suatu bisnis justru akan menunjang kelangsungan suatu bisnis itu sendiri, sebab tidak ada bisnis yang akan bertahan lama apabila tidak bersahabat dengan lingkungan (Hufschmidt et al. 1987). Dalam merancang dan menganalisis kegiatan investasi harus mempertimbangkan masalah dampak lingkungan yang merugikan. Pembangunan kegiatan usaha pengolahan produk pertanian yang menghasilkan limbah dapat menimbulkan masalah jika penanganan terhadap limbah tidak dilakukan secara bijaksana.

6. Aspek Finansial

Aspek finansial berhubungan dengan pengaruh-pengaruh finansial dari suatu bisnis yang diusulkan terhadap para anggota yang tergabung didalam suatu bisnis. Aspek ini membandingkan antara pengeluaran dan penerimaan suatu bisnis. Kemudian dibuat suatu aliran kas, selanjutnya dinilai kelayakan investasi tersebut berdasarkan kriteria kelayakan investasi. Tujuannya adalah untuk menilai apakah investasi tersebut layak atau tidak untuk dijalankan dilihat dari aspek keuangan. Alat ukur untuk menentukan kelayakan suatu usaha berdasarkan kriteria investasi.

(30)

memiliki nilai-nilai positif bagi aspek-aspek yang diteliti, sehingga akan dinyatakan sebagai proyek bisnis yang layak.

Manfaat Studi Kelayakan Bisnis

Nurmalina et al. (2010) menyatakan bahwa banyak pihak yang berkepentingan atau memerlukan studi kelayakan bisnis untuk mencapai tujuan bisnis. Pihak-pihak tersebut yaitu:

a. Investor

Studi kelayakan bisnis ditujukan untuk melakukan penilaian dari kelayakan bisnis untuk menjadi masukan yang berguna apakah dana yang ditanamkan akan memberikan keuntungan atau tidak karena sudah mengkaji berbagai aspek seperti aspek pasar, aspek teknis, aspek sosial-ekonomi-budaya, aspek manajemen-hukum, aspek lingkungan, dan aspek finansial secara komprehensif dan rinci dengan demikian dapat dijadikan dasar bagi investor untuk membuat keputusan investasi secara lebih objektif. Investor ini merupakan pihak yang menanamkan dana atau modal dalam suatu bisnis sehingga biasanya akan lebih memperhatikan prospek bisnis tersebut (tingkat keuntungan yang diharapkan).

b. Kreditor/ Bank

Studi kelayakan bisnis dipakai untuk melakukan penilaian terhadap segi keamanan dana yang dipinjamkan, apakah bisnis mempunyai kemampuan untuk mengembalikan atau tidak. Perhatian kreditor selain terhadap aspek kelayakan juga pada periode pengembalian investasi atau pinjaman (payback period).

c. Analis

Studi kelayakan adalah suatu alat yang berguna yang dapat dipakai sebagai penunjang kelancaran tugas-tugasnya dalam melakukan penilaian suatu bisnis baru, pengembangan bisnis atau menilai kembali bisnis yang sudah ada.

d. Masyarakat

Hasil studi kelayakan bisnis merupakan suatu peluang untuk meningkatkan kesejahteraan dan perekonomian masyarakat, baik yang terlibat langsung maupun muncul diakibatkan adanya nilai tambah sebagai akibat dari adanya bisnis tersebut.

e. Pemerintah

(31)

Umar (2005) menyatakan hal serupa dengan (Nurmalina et al. 2010) bahwa pihak yang mendapatkan manfaat studi kelayakan bagi bisnisnya yaitu seperti yang dipaparkan di atas, namun Umar (2005) menambahkan pihak manajemen perusahaan juga mendapatkan manfaat dari studi kelayakan bisnis. Studi kelayakan bisnis bagi pihak manajemen perusahaan merupakan upaya dalam rangka merealisasikan ide proyek yang akan bermuara pada peningkatan usaha untuk meningkatkan laba perusahaan.

Pengaruh Waktu terhadap Nilai Uang/Time Value of Money

Biaya dan manfaat pada analisis kelayakan bisnis biasanya bukan hanya jumlahnya yang berbeda, tetapi waktu yang dibayarkan dan diterima berbeda selama umur bisnis. Membandingkan besar biaya dan manfaat sama pentingnya dengan menilai waktu terjadinya biaya dikeluarkan dan manfaat diterima karena adanya pengaruh waktu terhadap nilai uang (time value of money). Arus biaya dan manfaat yang terjadi pada waktu yang tidak sama tidak dapat dibandingkan sehingga perlu memperhatikan mengenai perbedaan nilai uang karena adanya pengaruh waktu. Perhitungan finansial menggunakan konsep time value of money

yakni discount factor. Discount factor digunakan untuk menghitung sejumlah uang disaat sekarang bila diketahui sejumlah nilai tertentu dimasa yang akan dating dengan memperhatikan suatu periode waktu tertentu (Nurmalina et al.

2010). Umar (2005) juga menyatakan konsep cost of capital (biaya-biaya untuk menggunakan modal) dimaksudkan untuk menentukan berapa besar biaya riil dari masing-masing sumber dana yang dipakai dalam berinvestasi.

Kriteria Kelayakan Investasi

Kelayakan merupakan investasi bagian dari kelayakan bisnis. Studi kelayakan investasi yang dilakukan diukur berdasarkan kriteria investasi. Kriteria investasi tersebut diantaranya yaitu nilai bersih kini atau Net Present Value

(NPV), tingkat pengembalian internal atau Internal Rate of Return (IRR), Net

Benefit per Cost (Net B/C), dan jangka waktu pengembalian modal investasi atau

Payback Period. Untuk meNetukan layak tidaknya suatu kegiatan investasi digunakan metode yang umum dipakai yaitu metode discounted cash flow, dimana seluruh manfaat dan biaya untuk setiap tahun didiskonto dengan discout factor (DF). Kriteria investasi kelayakan bisnis diatas dapat dipakai sebagai pertimbangan dalam menentukan apakah suatu bisnis layak atau tidak untuk dilaksanakan jika dilihat dari aspek finansial (Nurmalina et al. 2010).

Analisis Nilai Pengganti (Switcing Value Analysis)

(32)

Kerangka Pemikiran Operasional

Isu yang kurang baik banyak berkembang mengenai ayam ras atau broiler. Isu tersebut terkait dengan zat kimia yang banyak digunakan untuk mempercepat penggemukan ayam broiler. Zat kimia tersebut dalam jangka panjang cukup berbahaya bagi kesehatan manusia. Hal tersebut menjadikan konsumen ayam broiler beralih mengkonsumsi ayam kampung, termasuk konsumen di Jawa Barat. Besarnya peluang beternak unggas ayam kampung di Jawa Barat tidak hanya tergambar dari peluang pasar, tetapi juga dari dukungan pemerintah terhadap peningkatan konsumsi daging dan telur ayam, termasuk daging dan telur ayam kampung. Contoh riilnya terlihat dari diselenggarakannya acara Festival Ayam dan Telur oleh pemerintah daerah tahun 2012 silam, yaitu dalam rangka meningkatkan minat masyarakat untuk memenuhi kebutuhan protein hewani melalui konsumsi telur dan daging ayam, termasuk telur dan daging ayam kampung (Krista dan Harianto, 2013). Hal tersebut menjadikan permintaan ayam kampung di Jawa Barat cenderung meningkat, termasuk di Kabupaten Bogor.

Kabupaten Bogor merupakan salah satu sentra peternakan di Jawa Barat, dan Kabupaten Bogor memiliki tingkat populasi ayam kampung terbesar kedelapan diantara wilayah lainnya yang menjadi sentra peternakan di Jawa Barat5. Permintaan terhadap ayam kampung menjadikan peluang bagi peternak ayam kampung di Kabupaten Bogor. Peternak ayam kampung membutuhkan

supply DOC untuk memenuhi kebutuhan produksinya, supply DOC dapat

diperoleh dari usaha pembibitan ayam kampung.

Warso Unggul Gemilang merupakan produsen DOC ayam kampung yang berada di Jalan Cinagara, Desa Tangkil, Kecamatan Caringin, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Warso Unggul Gemilang dimiliki oleh Soewarso Pawaka. Dalam sub sistem agribisnis, Warso Unggul Gemilang merupakan perusahaan yang bergerak sebagai penyedia input yakni DOC ayam kampung bagi para peternak yang melakukan pembesaran ayam kampung. Warso Unggul Gemilang ingin merencanakan pengembangan usaha dengan penerapan teknologi baru pada kegiatan produksinya, yaitu penggunaan kandang dengan alat-alat otomatis/mekanisasi produksi. Penggunaan alat tersebut membutuhkan investasi yang besar. Pengeluaran untuk investasi harus melalui pertimbangan dan analisis yang baik, salah satunya melalui analisis kelayakan usaha.

Penerapan mekanisasi produksi merupakan kegiatan pengembangan dari usaha yang saat ini sedang berlangsung. Penerapan mekanisasi produksi ini dapat dilakukan apabila aspek kelayakan usaha telah memenuhi kriteria penilaian dan tidak akan mendatangkan kerugian bagi perusahaan. Oleh karena itu, analisis kelayakan pengembangan usaha pembibitan ayam kampung dilakukan dengan menilai kelayakan dari dua aspek utama, yakni aspek finansial dan aspek non finansial. Kedua aspek tersebut saling berkaitan, apabila salah satu tidak layak, maka pengembangan ini secara keseluruhan tidak layak untuk dilaksanakan. Aspek non finasial yang dianalisis antara lain aspek pasar, teknis, manajemen, hukum, lingkungan, sosial, dan budaya. Penilaian mengenai aspek non finasial tidak dilakukan secara kuantitatif, namun secara kualitatif. Hal tersebut dilakukan

(33)

karena tidak semua disiplin ilmu yang berkaitan diberikan untuk menganalisis aspek non finasial.

Aspek finasial dinilai kelayakannya dengan tolok ukur penilaian aspek finansial, yakni NPV, IRR, Net B/C, dan PP. Nilai dari tolok ukur tesebut dapat diintepretasikan dan hasilnya merupakan gambaran akan usaha yang akan dijalankan. Warso Unggul Gemilang dihadapkan dengan masalah kenaikan harga pakan dan penurunan jumlah produksi, sehingga berpengaruh terhadap komponen input dan output produksi. Dua kejadian tersebut tidak dapat dihindari dan diprediksi akan kembali terjadi. Warso Unggul Gemilang memerlukan informasi mengenai nilai perubahan maksimum atas kejadian kenaikan harga pakan dan kejadian penurunan jumlah produksi tersebut. Analisis switching value dilakukan untuk mengetahui sejauh mana perubahan maksimum pada komponen inflow dan

outflow yang masih dapat ditoleransi pada usaha pembibitan ayam kampung Warso Unggul Gemilang agar usaha tersebut masih tetap layak untuk dilaksanakan. Hasil dari analisis atau penelitian ini sangat membantu pihak Warso Unggul Gemilang untuk mengambil keputusan dalam menghadapi dua kejadian tersebut. Alur secara ringkas dari kerangka pemikiran operasional tersebut dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1 Kerangka pemikiran operasional rencana pengembangan usaha pembibitan ayam kampung Warso Unggul Gemilang

Analisis swicthing value

Analisis swicthing value

Implementasi Rencana

Pengembangan Evaluasi

Aspek Finansial:

NPV, IRR, Net B/C, PBP

Adanya peluang pasar terhadap komoditas ayam kampung

Warso Unggul Gemilang sebagai penyedia DOC ayam kampung

Peningkatan jumlah produksi melalui dua skenario usaha

Aspek Non Finansial:

Aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen dan hukum, aspek lingkungan, aspek sosial,

ekonomi dan budaya

(34)

METODE PENELITIAN

Lokasi dan Waktu penelitian

Kegiatan penelitian ini dilakukan pada usaha pembibitan ayam kampung Warso Unggul Gemilang yang berada di Jalan Cinagara, Desa Tangkil, Kecamatan Caringin, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara purposive dengan pertimbangan bahwa Warso Unggul Gemilang berada pada salah satu kawasan sentra peternakan unggas sesuai dengan peraturan pemerintah yang ada di Kabupaten Bogor. Selain itu Warso Unggul Gemilang memiliki keinginan untuk melakukan rencana pengembangan pada usahanya. Usaha pembibitan ayam kampung sangat potensial untuk dikembangkan, hal tersebut dapat didukung oleh penggunaan teknologi yang tepat. Waktu pengambilan data dilakukan pada bulan April – Agustus 2014.

Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini bersumber dari data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dan dikumpulkan berupa informasi mengenai pembibitan ayam kampung dari hasil pengamatan di lapang secara langsung dan hasil kuesioner yang diperoleh dari wawancara langsung kepada pihak-pihak terkait. Data dan informasi yang berasal dari perusahaan digunakan untuk mengetahui keadaan umum dari usaha tersebut. Informasi usaha pada skenario I diperoleh dari usaha pembibitan Warso Unggul Gemilang, sedangkan informasi skenario II mengenai usaha peternakan ayam yang menerapkan teknologi modern dalam produksinya diperoleh langsung dari usaha ayam petelur Asia Farm yang berada di wilayah Citeureup, Bogor. Data sekunder adalah data pelengkap dan penunjang yang diperoleh dan dikumpulkan dari sumber penelitian yang telah ada. Data sekunder yang digunakan tidak ditujukan secara khusus untuk penelitian ini, namun data tersebut relevan untuk menjadi beberapa acuan sebagai penunjang penelitian, data tersebut dapat diperoleh dari buku, dokumen tertulis perusahaan, Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, data internet, serta literatur yang relevan dengan kajian penelitian ini.

Metode Pengumpulan Data

(35)

yang berada pada wilayah yang menjadi sentra peternakan di Kabupaten Bogor, usaha tersebut bergerak di bidang pembibitan ayam kampung. Produk DOC hasil Warso Unggul Gemilang terkenal memiliki kualitas terbaik. Usahaternak ayam kampung sangat potensial untuk dikembangkan, hal tersebut dapat didukung oleh penyediaan input utama berupa DOC ayam kampung. DOC ayam kampung yang diproduksi oleh Warso Unggul Gemilang telah melewati serangkaian proses kegiatan yang ketat berdasarkan pada standar yang telah ditentukan, sehingga produk terjamin kualitasnya. Penelitian mengenai analisis kelayakan usaha pada Warso Unggul Gemilang tersebut diasumsikan dapat mewakili analisis kelayakan pada usaha pembibitan ayam kampung pada skala 20 000 ekor indukan.

Metode Analisis Data

Metode penelitian yang digunakan adalah studi kasus dari usaha Warso Unggul Gemilang, dengan jenis data yang digunakan yaitu data kualitatif dan kuantitatif. Data kualitatif dianalisis untuk mengkaji beberapa aspek non finansial yaitu aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, aspek hukum, aspek sosial, budaya dan lingkungan. Sedangkan data kuantitatif digunakan untuk menganalisis kelayakan secara finansial dari kegiatan usaha yang dilaksanakan, data yang diperoleh kemudian diolah menggunakan komputer dengan bantuan software

Microsoft Excel, hasilnya disajikan dalam bentuk tabel/tabulasi untuk

mempermudah proses analisis data. Data kuantitatif yang dianalisis adalah aspek finansial yang terdiri dari nilai NPV, IRR, Net B/C dan PP serta analisis switching

value. Secara umum metode penelitian yang dilakukan dapat dilihat pada Tabel 6

berikut.

Tabel 6 Metode penelitian di Warso Unggul Gemilang tahun 2014

Jenis data Spesifikasi data Sumber data Metode

pengumpulan data Instrumen

Gambar

Gambar 1 Kerangka pemikiran operasional rencana pengembangan usaha pembibitan ayam kampung Warso Unggul Gemilang
Tabel 6 Metode penelitian di Warso Unggul Gemilang tahun 2014
Gambar 2 Alur kegiatan produksi pada Warso Unggul Gemilang
Gambar 3 DOC ayam kampung hasil produki Warso Unggul Gemilang
+7

Referensi

Dokumen terkait

Analisis kelayakan usaha peternakan ayam broiler Berkah Sejahtera Farm merupakan dasar untuk menilai apakah kegiatan investasi yang dilakukan dalam penambahan jumlah

Untuk mempertahankan kontinuitas produk yang dihasilkan, peternakan Trias Farm telah menjalankan strategi dengan mengatur sistem manajemen produksi dengan cara mengatur

Berdasarkan analisis marjin pemasaran saluran pemasaran telur ayam kampung yang paling efisien adalah saluran pemasaran dua, pada saluran ini peternak mendapatkan bagian terbesar

Meningkatnya jumlah penduduk dan adanya perubahan pola konsumsi serta selera masyarakat telah menyebabkan konsumsi daging ayam ras ( broiler ) secara nasional

Banyaknya jumlah permintaan telur setiap hari yang tidak dapat dipenuhi oleh DLF menjadi peluang untuk perusahaan dalam mengembangkan usahanya serta melakukan

Nilai R 2 sebesar 0,708 menunjukan bahwa 70,8 persen dari produksi telur ayam dapat dijelaskan oleh variasi faktor-faktor produksi seperti ayam dara, ayam petelur, pakan

Peternakan Satya merupakan perusahan plasma yang bergerak pada usaha budidaya ayam broiler dengan pola kemitraan dimana perusahaan intinya PT. Ciomas Adisatwa sebagai mitra

Namun demikian harga jual ayam KUB juga dapat disesuaikan dengan pergerakan pasar di mana pada suatu waktu tertentu harga ayam bisa naik dan bisa turun Indeks Keberlanjutan Dimensi