• Tidak ada hasil yang ditemukan

3.1 Definisi Operasional

Penelitian tentang Pembingkaian berita reshuffle kabinet di surat kabar Kompas dan Jawa Pos, yaitu melihat bagaimana kedua surat kabar ini membingkai melalui sudut pandangnya dan mengemas sesuai gaya bahasanya tentang isu reshuffle kabinet, dimulai dari 6 Februari 2010 hingga 12 Februari 2010 dalam berita-beritanya yang dianalisis dengan menggunakan perangkat framing dari Gamson dan Modigliani.

Secara operasional didefinisikan sebagai berikut, pertama melihat gagasan utama dari Kompas dan Jawa Pos tentang bagaimana kedua surat kabar tersebut mengangkat berita-berita tentang isu reshuffle kabinet, membingkainya ke dalam frame tertentu. Kemudian dengan menggunakan analisis teks media, frame utama yang mengandung simbol-simbol dalam pesannya, kemudian diuraikan dengan menggunakan perangkat framing (metaphors, exemplars, catchphrases, depiction, visual images) dan perangkat penalaran (roots, appeals to principles, consequences).

Metaphors, yaitu melihat makna dari berita isu reshuffle kabinet di Kompas dan Jawa Pos, dengan merealisasikan fakta yang berupa kiasan atau juga mentransfer kata yang memiliki simbol yang bisa mewakili keseluruhan. Misalnya seperti dikutip dari Jawa Pos 8 Februari 2010, ”Bukan untuk menutupi kebenaran atau bangkai gajah”, menunjukkan bahwa maksud dari ide reshuffle ini.

Catchprases, yaitu melihat frase atau bentukan kata yang menarik, menonjol dalam berita reshuffle kabinet dalam Kompas dan Jawa Pos yang biasanya berupa jargon atau slogan. Misalnya, ” Dia juga telah menginstruksi semua yang hadir bahwa Partai Golkar tidak boleh menjadi penyebab pemerintahan ini gagal. Sebab, kata dia, Golkar adalah partai pendukung pemerintah.”, dikutip dari Jawa Pos 12 Februari 2010 hal 2.

Exemplars, yaitu uraian teori yang digunakan untuk mengaitkan dan memperjelas bingkai dengan menghadirkan contoh. Posisinya sebagai pelengkap pembenaran, dalam pemberitaan isu reshuffle kabinet di Kompas dan Jawa Pos. Misalnya Jawa Pos 8 Februari 2010 menunjukkan bahwa masukan reshuffle ada disebabkan kekecewaan mendalam terhadap mitra koalisi.

Depiction, yaitu penggambaran fakta yang bersifat konotatif, bertendensi khusus agar pemahaman khalayak terarah pada citra tertentu yang dapat memunculkan harapan atau bahkan ketakutan. Misalnya, ”bernada ancaman” (Kompas 8 Februari 2010) menginterpretasi khalayak bahwa isu ini digunakan untuk menakut-nakuti partai koalisi.

Visual image, yaitu menampilan foto yang mendukung pemberitaan isu reshuffle kabinet pada kedua media ini. Selain itu juga pengaturan lay out seperti penempatan halaman, lebar kolom dan bentuk headline yang dilakukan olek kompas dan Jawa Pos ikut mempengaruhi dan mendukung berita ersebut.

Perangkat framing tersebut juga didukung oleh perangkat penalaran yang digunakan sebagai alasan pembenar. Dari berita isu reshuffle kabinet yang diuraikan

oleh Kompas dan Jawa Pos, terlihat roots yang ditampilkan berupa analisis sebab akibat yang melibatkan suatu obyek yang dianggap sebagai alasan wacana reshuffle. Misalnya, ”Wacana perombakan kabinet juga dapat dilihat sebagai usaha Partai Demokrat dan mungkin juga Presiden untuk melindungi mereka yang terlibat dalam kasus Bank Century” (Kompas 8 Februari 2010), terlihat bahwa alasan Partai Demokrat mengusulkan perombakan kabinet sebagai bentuk perlindungan kepada orang-orang yang terlibat dalam kasus Bank Century.

Appeals to principle adalah upaya memberikan alasan pembenar dengan memakai logika dan prinsip moral untuk mengklaim sebuah kebenaran. Misalnya, ”perombakan hanya dapat diterima jika pertimbangannya untuk memperbaiki kinerja pemerintahan sehingga ukurannya adalah kinerja masing-masing menteri”. (Kompas, 8 Februari 2010)

Yang terakhir adalah consequences atau efek yang didapat dari bingkai berita isu reshuffle kabinet yang dilakukan oleh Kompas dan Jawa Pos. Yaitu bagaimana khalayak menerima kebenaran dari apa yang telah diuraikan oleh kedua media, Kompas dan Jawa Pos tentang isu perombakan kabinet.

3.2 Subyek dan Obyek Penelitian

Subyek penelitian ini adalah surat kabar Kompas dan Jawa Pos. Sedangkan obyek penelitian adalah berita-berita mengenai isu reshuffle kabinet yang dimuat oleh kedua surat kabar tersebut, yaitu antara tanggal 6 Februari 2010 sampai 12 Februari 2010 di Harian Jawa Pos dan Kompas.

3.3 Unit Analisis

Unit analisis yang digunakan pada penelitian ini adalah unit reference, yaitu unit yang digunakan untuk menganaisis kalimat dan kata yang dimuat dalam teks berita mengenai isu reshuffle kabinet pada surat kabar Kompas dan Jawa Pos.

Analisis teks media dengan melihat hubungan antar kalimat, foto, ungkapan narasumber, untuk mengungkapkan pemaknaan terhadap perspektif yang digunakan oleh media Kompas dan Jawa Pos dalam melihat suatu peristiwa yaitu mengenai isu reshuffle kabinet.

3.4 Korpus

Korpus dalam penelitian ini adalah suatu himpunan terbatas atau berbatas dari unsur yang memiliki sifat bersama atau tunduk pada aturan yang sama. Pendapat lain juga ada yang mengatakan bahwa korpus adalah sekumpulan bahan yang terbatas, yang ditentukan pada perkembangan oleh analisis dengan semacam kesemenaan, bersifat sehomogen mungkin. (Kurniawan, 2001 :70). Sifat yang homogen itu diperlukan untuk memberi harapan yang beralasan bahwa unsur-unsurnya dapat dianalisis secara keseluruhan.

Korpus dalam penelitian ini adalah berita-berita yang berkaitan dengan isu reshuffle kabinet yaitu 6 Februari 2010 hingga 12 Februari 2010 di surat kabar Kompas dan Jawa Pos. Dengan rincian sebagai berikut, Kompas memuat 3 item berita, yaitu :

1. 8 Februari 2010 : Mega : Tergantung SBY

a. Din Syamsudin : ”Reshuffle”, Cara Politik Tak Etis

2. 11 Februari 2010 : Golkar Tak Akan Mundur 3. 11 Februari 2010 : Cara Aburizal Menjawab

sedangkan Jawa Pos memuat 5 berita, yaitu :

1. 6 Februari 2010 : Demokrat Bisiki Reshuffle ke SBY 2. 8 Februari 2010 : Jangan Takut Ancaman Reshuffle 3. 8 Februari 2010 : Demokrat Kecewa dengan Mitra Koalisi 4. 10 Februari 2010 : Soal Reshuffle, Boediono Ikuti SBY 5. 12 Februari 2010 : Ical Pastikan Mitra Koalisi Aman

3.5 Teknik Pengumpulan Data

Data penelitian tentang berita isu reshuffle kabinet yang dimuat oleh Kompas dan Jawa Pos 6 Februari 2010 hingga 12 Februari 2010 ini didapat dari pengumpulan secara langsung dari medianya dan mengidentifikasi isi berita yang berpedoman pada model analisis framing dari Gamson dan Modigliani. Data dari identifikasi tersebut kemudian dianalisis untuk mengetahui perspektif media dalam mengkonstruksi suatu fakta untuk dimuat media dalam bentuk berita.

3.6 Teknik Analisis Data

Penelitian ini menggunakan analisis framing sebagai teknik dalam menganalisis data penelitian ini. Analisis framing adalah pendekatan untuk mengetahui bagaimana perspektif atau cara pandang yang digunakan oleh wartawan media ketika menyeleksi isu dan menulis berita. Fakta mana yang akan ditonjolkan atau dihilangkan, serta hendak kemana arah berita tersebut. Karenanya berita menjadi manipulatif dan bertujuan mendominasi keberadaan subyek sebagai sesuatu yang legitimate, obyektif, alamiah, wajar atau tak terelakkan. (Sobur, 2009 : 162)

Metode analisis framing yang dipakai pada penelitian ini adalah model framing William A. Gamson dan Andre Modigliani, yang memahami wacana media sebagai satu cara bercerita (story line) yang berkesinambungan saat mengkonstruksi dan memaknai suatu isu, yang digambarkan oleh media sebagai frame dari sebuah ide atau gagasan utama (core frame).

Berita-berita mengenai isu reshuffle kabinet yang dimuat oleh Kompas dan Jawa Pos adalah sebagai gagasan utama, kemudian dianalisis berdasarkan perangkat framing dari Gamson dan Modigliani melalui langkah-langkah analisis framing.

3.7 Langkah-Langkah Analisis Framing

Dengan menggunakan analisis framing model Gamson dan Modigliani, peneliti hendak menguraikan langkah-langkah yang digunakan untuk penelitian ini. Berita-berita yang dimuat dalam Kompas dan Jawa Pos menganai isu reshuffle kabinet ini akan dianalisis dengan mengikuti langkah-langkah dari perangkat framing milik Gamson dan Modigliani, seperti diuraikan sebagai berikut :

Pertama menentukan frame dari gagasan utama (core frame), isu yang diajukan sebagai ide sentral dari penelitian. Yaitu berita yang memaparkan tentang adanya wacana reshuffle kabinet dari masing-masing media yang akan diteliti, yaitu Kompas dan Jawa Pos.

Kedua, melihat simbol-simbol yang ditampilkan oleh kedua media mengenai ide sentral yang terbentuk. Kemudian simbol-simbol itu diidentifikasikan menggunakan perangkat framing (Framing Device) dengan melihat metaphors, catchphrases, exemplars, depiction, dan visual images yang ditampilkan oleh surat kabar Kompas dan Jawa Pos. Juga diperkuat dengan perangkat penalaran (reasoning device), yang terdiri dari roots, appeals to principle, dan consequences.

BAB IV

Dokumen terkait