• Tidak ada hasil yang ditemukan

Y 3 Y 2

Keterangan :

- Tingkat Keberdayaan (Y2) - Tingkat Partisipasi (Y3)

Y2 X 1

X 3

Y 1 X 4

Gambar 4. Model hipotetik faktor-faktor yang mempengaruhi Tingkat Keberdayaan masyarakat sekitar hutan

X 2

X 5

Keterangan :

- Potensi Sumberdaya Individu Petani (X1)

- Ketepatan Proses Pemberdayaan (X2) - Peran SDM Pemberdaya (X3)

- Keefektifan Kepemimpinan Kelompok (X4)

- Dukungan Lingkungan (X5) - Dinamika Kelompok (Y1) - Tingkat Keberdayaan (Y2)

Waktu dan Lokasi penelitian

Penelitian pendahuluan dilakukan pada bulan Januari 2008. Pengambilan data pokok di lapangan dilakukan pada bulan Juli 2008 sampai Agustus 2008. Penelitian dilakukan terhadap masyarakat sekitar hutan produksi pada wilayah kerja Perum Perhutani Unit I Jawa Tengah yang meliputi tiga KPH yaitu KPH Pekalongan Timur, KPH Kedu Selatan dan KPH Gundih. Pemilihan tiga KPH sampel yang mewakili tiga kelompok wilayah dengan mempertimbangkan karakteristik kelas hutannya (Perhutani Unit I, 2007) dan tipologi masyarakat sesuai kebudayaan Jawa (Gautama, 2003). Kelompok A (wilayah Jawa Tengah bagian Utara – Barat) dengan ciri kelas hutan produksi Jati dan sebagian Pinus dengan ciri budaya masyarakat Jawa Pesisiran Kilen, terpilih sampel KPH Pekalongan Timur yang mempunyai kelas perusahaan Pinus. Kelompok B (wilayah Jawa Tengah bagian Selatan) dengan ciri kelas perusahaan produksi yang dominan Pinus, sebagian Jati, Damar, Mahoni dan Rhizopora (KPH Banyumas barat bagian pesisir selatan), dengan ciri budaya masyarakat bagian barat yaitu Jawa Banyumasan dan bagian timur yaitu Jawa Nagarigung, terpilih sebagai sampel KPH Kedu Selatan. Kelompok C (wilayah Jawa Tengah bagian Utara – Timur) dengan ciri kelas perusahaan yang dominan Jati dan ciri budaya masyarakatnya termasuk Jawa Pesisiran Wetan, terpilih sebagai sampel yaitu KPH Gundih.

Berdasarkan wilayah pengelolaan hutan, penelitian meliputi 7 BKPH (Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan) termasuk 1 BKPH untuk uji coba instrumen penelitian. Sedangkan berdasarkan wilayah administratif pemerintahan, lokasi penelitian ini meliputi 6 Kabupaten, dan 9 Kecamatan (termasuk wilayah untuk ujicoba instrumen penelitian). Ikhtisar lokasi penelitian disajikan pada Tabel 8.

Tabel 8. Ikhtisar lokasi penelitian Pemberdayaan Masyarakat Sekitar Hutan berdasarkan Wilayah Pengelolaan Hutan dan Wilayah Administratif

No Wilayah Pengelolaan Hutan / KPH Wilayah Pemerintahan Kabupaten Wilayah Pengelolaan Hutan /BKPH Wilayah Administratif Kecamatan 1 KPH Pekalongan Timur Kab. Pekalongan BKPH Karanganyar Kec. Lebakbarang Kec. Petung Kriyono BKPH Doro Kec. Doro

Kab. Batang * BKPH Bandar * Kec. Bandar*

2 KPH Kedu Selatan

Kab. Wonosobo BKPH Purworejo Kec. Kepil

Kab. Purworejo Kec. Loano

Kab. Kebumen BKPH Gombong Selatan

Kec. Buayan Kec. Ayah

3 KPH Gundih Kab. Grobogan

BKPH Juoro Kec. Geyer BKPH Monggot Kec. Geyer

3 KPH 5 Kabupaten 6 BKPH 8 Kecamatan

Keterangan :

*). Lokasi uji coba instrumen penelitian di BKPH Bandar

Populasi

Populasi adalah keseluruhan obyek penelitian sebagai sumber data yang memiliki karakteristik tertentu di dalam suatu penelitian (Nawawi, 2003). Populasi atau universe juga berarti jumlah keseluruhan dari unit analisis yang ciri-cirinya akan diduga (Mantra dan Kasto, 1989). Corbetta (2003) mendefinisikan populasi sebagai kumpulan (agregat) dari unit-unit yang merupakan obyek studi yang dipelajari. Populasi dalam penelitian ini adalah jumlah keseluruhan kepala keluarga petani sekitar hutan yang tergabung dalam Kelompok Tani Hutan (KTH) pada tiga lokasi penelitian di sekitar hutan produksi yang dikelola oleh Perum Perhutani Unit I Jawa Tengah. Berdasarkan Tabel 9 maka jumlah populasi petani pada daerah penelitian setelah disusun kerangka sampling yaitu sebanyak 853.407 orang petani sebagai kepala keluarga.

Sampel

Sampel ialah sebagian dari populasi. Sedangkan sampling adalah cara pengumpulan data kalau hanya elemen sampel yang diteliti (tidak seluruh elemen populasi) dan hasilnya merupakan data perkiraan atau estimate (Supranto, 2004). Hal ini senada dengan Corbetta (2003) yang menyatakan bahwa sampling merupakan prosedur di mana kita mengambil, dari seperangkat unit-unit yang membentuk obyek penelitian (populasi), sejumlah tertentu dari kasus-kasus (sampel) yang dipilih berdasarkan kriteria yang memungkinkan hasil yang didapatkan dari mempelajari sampel itu bisa diekstrapolasikan ke dalam keseluruhan populasi. Pengambilan sampel dalam proyek yang berkaitan dengan pertanian menurut Casley dan Kumar (1987) bisa mempertimbangkan beberapa hal berikut :

(1) Sampel yang diambil tidak perlu harus besar untuk bisa mengambil kesimpulan tertentu.

(2) Sampel tidak tergantung dari ukuran besarnya populasi sehingga tidak perlu harus mengambil sejumlah persen tertentu dari populasi.

(3) Sampel bisa diambil dari kelompok yang didefinisikan secara lebih sempit / spesifik sesuai tujuan yang dikehendaki, dan tidak harus siambil dari populasi secara keseluruhan.

(4) Ukuran sampel terutama tergantung dari variasi di dalam populasi berdasarkan peubah yang diamati, dan bukan dari ukuran besarnya populasi.

Sampel dalam penelitian ini yaitu kepala keluarga petani sekitar hutan yang tergabung dalam Kelompok Tani Hutan (KTH). Jumlah sampel dihitung ber-dasarkan pendugaan proporsi populasi dan tingkat kepercayaan yang diinginkan yaitu sebesar 95 persen.

Menurut Yamane (1967), diacu dalam Rahmat (2002), ukuran sampel didasarkan pada pendugaan proporsi populasi dihitung dengan rumus sederhana sebagai berikut: 1 2 + = α N N n

di mana: n = jumlah sampel N = populasi

α = 1 - presisi (tingkat kepercayaan)

Berdasarkan rumus tersebut, dengan jumlah populasi (N) sebanyak 889.407 KK, dan presisi (tingkat kepercayaan) diambil 95 persen, maka jumlah sampel (n) sebanyak 399.82 atau 400 orang. Ukuran sampel sebesar ini juga diperkuat oleh pendapat Corbetta (2003), yaitu apabila tingkat akurasi diambil 5 persen (derajat error absolut) dan ukuran populasi (N) misalnya lebih dari 8.000 maka sudah cukup memadai apabila diambil ukuran sampel (n) sebesar 400. Dalam kajian ini peneliti memutuskan untuk mengambil sampel sebanyak 408 orang agar diperoleh sampel yang sama untuk setiap LMDH. Sebaran jumlah sampel digambarkan dalam kerangka sampel pada Tabel 9.

Tabel 9. Kerangka sampel penelitian Pemberdayaan Masyarakat Sekitar Hutan di Perum Perhutani Unit I Provinsi Jawa Tengah

Sampel KPH Jumlah BKPH Sampel BKPH Jumlah Desa PHBM (LMDH) Sampel LMDH * Jumlah KTH* Sampel KTH Populasi (Jumlah KK Desa PHBM) Sampel (Jml KK Petani) Bobot Sampel KPH Pekalongan Timur 7 2 114 4 570 12 66.140 136 1 KPH Kedu Selatan 7 2 192 4 960 12 762.722 136 13 KPH Gundih 10 2 37 4 185 12 60.545 136 1 Jumlah 24 6 343 12 1.715 36 889.407 408

Sumber : Diolah dari data Perum Perhutani Unit I Jawa Tengah (2007) dan Perum Perhutani Unit I Jawa Tengah (2008)

*Keterangan : - Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) merupakan organisasi setingkat desa, yang masing-masing terdiri dari sekitar 5 Kelompok Tani Hutan (KTH). LMDH mengadakan kerjasama pengelolaan hutan dengan Kepala KPH setempat.

Pengambilan sampel petani sebagai responden penelitian ini dilakukan dengan metode “pengambilan sampel gugus bertahap secara acak” atau multistage cluster random sampling (mengacu pada Mantra & Kasto, 1989; Kerlinger, 1990; Nawawi, 2003). Jumlah sampel setiap gugus diambil secara disproporsional atau diambil sampel dengan jumlah yang sama untuk setiap gugus / kelompok. Mengacu pada Rakhmat (2004b), karena jumlah sampel setiap gugus tidak proporsional dengan jumlah populasi pada gugus tersebut, data pada setiap gugus dikalikan dengan bobot. Bobot sampel diperoleh dengan rumus = 1/ps (satu dibagi pecahan sampling). Untuk memudahkan perhitungan, bobot dibulatkan dengan angka terendah sebagai standar atau angka 1. Berdasarkan perhitungan maka bobot sampel untuk KPH Pekalongan Timur = 1, KPH Kedu Selatan = 13 dan KPH Gundih = 1.

Populasi dalam penelitian ini letaknya sangat tersebar secara geografis sehingga sangat sulit mendapatkan kerangka sampel dari semua unsur-unsur yang terdapat dalam populasi itu. Oleh karena itu unit analisis dikelompokkan ke dalam gugus-gugus (cluster) yang merupakan satuan dari mana sampel akan diambil. Gugus dalam penelitian ini yaitu KPH (Kesatuan Pemangkuan Hutan), BKPH (bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan), LMDH (Lembaga Masyarakat Desa Hutan) dan KTH (Kelompok Tani Hutan). Pengambilan sampel dilakukan melalui tahapan-tahapan sebagai berikut :

1. Pengambilan sampel tahap I. Wilayah pengelolaan hutan Perhutani Unit I Jawa Tengah terbagi kedalam 20 KPH (Kesatuan Pemangkuan Hutan) diambil 3 (tiga) buah KPH sampel. Pengambilan sampel KPH dilakukan dengan mengelompokkan KPH-KPH kedalam tiga kelompok besar berdasarkan karakterisik kelas hutannya (Perhutani Unit I, 2007) dan berdasarkan peta wilayah Kebudayaan Jawa (Gautama, 2003). Tiga KPH yang terpilih sebagai sampel yaitu KPH Pekalongan Timur, KPH Kedu Selatan dan KPH Gundih. Pemilihan sampel KPH dilakukan dengan cara sebagai berikut :

a) Kelompok A : Wilayah Jawa Tengah Bagian Utara – Barat, dengan ciri kelas hutan produksinya yang dominan jenis Jati dan sebagian kecil jenis Pinus, sedangkan ciri budaya masyarakatnya Jawa Pesisiran Kilen.

Kelompok ini meliputi KPH Pekalongan Barat, KPH Balapulang, KPH Pemalang, KPH Pekalongan Timur, dan KPH Kendal. Dari lima KPH ini terpilih secara acak satu KPH yaitu KPH Pekalongan Timur.

b) Kelompok B : Wilayah Jawa Tengah Bagian Selatan, dengan ciri kelas hutan produksi dominan jenis Pinus, dan sebagian kecil jenis Jati. Ciri budaya masyarakatnya pada bagian barat yaitu budaya Jawa Banyumasan, dan Bagian Timur budaya Jawa Nagarigung. Kelompok ini meliputi KPH Banyumas Barat, KPH Banyumas Timur, KPH Kedu Selatan, KPH Kedu Utara (bagian selatan) dan KPH Surakarta. Dari lima KPH tersebut terpilih sampel secara acak yaitu KPH Kedu Selatan.

c) Kelompok C : Wilayah Jawa Tengah bagian Utara – Timur, dengan ciri kelas hutan produksi yang dominan Jati, sedangkan ciri budaya masyarakatnya termasuk Jawa Pesisiran Wetan. Kelompok ini meliputi sepuluh KPH yaitu KPH Semarang, KPH Kedu Utara (bagian utara), KPH Telawa, KPH Pati, KPH Purwodadi, KPH Gundih, KPH Mantingan, KPH Blora, KPH Kebonharjo, KPH Cepu dan KPH Randublatung. Dari kelompok ini terpilih secara acak KPH Gundih sebagai sampel.

2. Pengambilan sampel tahap II. Setiap KPH sampel diambil secara acak masing-masing 2 (dua) buah BKPH (Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan). KPH Pekalongan Timur yang meliputi 7 BKPH secara acak terpilih 2 BKPH sampel yaitu BKPH Karanganyar dan BKPH Doro. KPH Kedu Selatan terdiri dari 7 BKPH akhirnya secara acak terpilih dua BKPH sampel yaitu BKPH Purworejo dan BKPH Gombong Selatan. Sedangkan KPH Gundih yang terdiri dari 10 BKPH akhirnya terpilih secara acak dua BKPH sampel yaitu BKPH Monggot dan BKPH Juoro. Dengan demikian terpilih 6 (enam) BKPH sampel. 3. Pengambilan sampel tahap III. Setiap BKPH sampel diambil secara acak 2

(dua) buah LMDH (Lembaga Masyarakat Desa Hutan) yang telah melakukan kerjasama program PHBM dengan Perhutani (Kepala KPH). Pengambilan sampel LMDH dilakukan secara purposif dan acak (purposif random sampling), yaitu diambil LMDH-LMDH yang telah mendapatkan sharing hasil

hutan dari Perhutani. Hal ini karena salah satu peubah/ variabel mengukur sharing (bagi hasil) hasil hutan antara LMDH dengan Perhutani, sehingga diperlukan LMDH yang telah mempunyai pengalaman membagikan hasil sharing tersebut. Dengan demikian terpilih seluruhnya 12 (dua belas) LMDH sampel.

4. Pengambilan sampel tahap IV. Setiap LMDH yang terpillih diambil secara acak 3 (tiga) buah KTH (kelompok tani hutan). Pada beberapa lokasi penelitian misalnya pada beberapa LMDH di KPH Gundih menggunakan istilah kelompok kerja (Pokja). Untuk penulisan dalam penelitian ini digunakan istilah kelompok tani hutan (KTH). Dengan demikian terpilih sampel sebanyak 36 buah KTH.

5. Pengambilan sampel tahap V. Setiap KTH terpilih diambil sampel sebagai responden sebanyak 11 (sebelas) - 12 (duabelas) orang yang terdiri dari 1 orang pengurus KTH (merangkap anggota) dan 10 (sepuluh) – 11 (sebelas) orang anggota kelompok. Dengan demikian akan terpilih sampel responden petani sebanyak 408 orang.

Dengan demikian sampel penelitian secara keseluruhan meliputi 3 KPH, 6 BKPH, 12 LMDH dan 36 KTH yang meliputi 408 orang kepala keluarga petani hutan sebagai responden. Kerangka sampling selengkapnya disajikan pada Tabel 10.

Unit analisis

Unit analisis merupakan unit (individu/kelompok/orang) yang dapat mem-berikan keterangan tentang apa yang ingin diamati atau dipelajari oleh peneliti. Menurut Mantra dan Kasto (1989) unit analisis atau unit penelitian ialah unit yang akan diteliti atau dianalisis. Untuk istilah unit analisis ini Supranto (2004) menggunakan istilah elemen, unit sampling atau kasus yang berarti sesuatu yang menjadi obyek penelitian. Unit analisis dalam penelitian ini adalah individu kepala keluarga petani yang tergabung dalam kelompok tani hutan (KTH). Responden penelitian adalah petani.

Tabel 10. Kerangka sampling penelitian Pemberdayaan Masyarakat Sekitar Hutan menurut gugus-gugus (cluster) cara pengambilan sampling

penelitian No Sampel KPH Sampel BKPH Sampel LMDH Jumlah KTH di LMDH Jumlah Anggota LMDH (orang) Sampel Kelompok Tani Hutan (KTH) Sampel Jumlah KK Petani (orang) 1 KPH Pekalongan Timur BKPH Karanganyar LMDH Wono Bulubekti 4 58 -Karanggondang -Pandansari -Montong 12 11 11 LMDH Wana Makmur 6 170 -Sido Mulya -Sido Jaya -Kumenyep 12 11 11 BKPH Doro LMDH Sumber Rejeki 7 310 -Kayu Puring A -Kayu Puring B -Tembelang 12 11 11 LMDH Hutan Mulya 4 88 -Lemah Abang -Meranti -Duagang 12 11 11 Jumlah 1 2 BKPH 4 LMDH 21 626 12 KTH 136 orang 2 KPH Kedu Selatan BKPH Purworejo LMDH Rimba Lestari 6 353 -Geger Jeruk -Kaliwangi -Sinawangan 11 12 11 LMDH Sedyo Rahayu 6 354 -Dukuh -Sleteh -Wonosari 12 11 11 BKPH Gombong Selatan LMDH Simbar Aji 5 91 -Sendang -Rogodadi -Meco Tengah 11 12 11 LMDH Renggo Wonojoyo

5 105 -Teba Lor Blok 1 -Teba Blok 2 -Teba Lor Blok 3

11 12 11 Jumlah 2 2 BKPH 4 LMDH 22 903 12 KTH 136 orang 3 KPH Gundih BKPH Juoro LMDH Jati

Makmur 7 248 -Ngangkruk -Gandri -Jengguluk 11 11 12 LMDH Wana Lestari 21 527 -Besole -Ndlingo -Kedung Tawing 11 11 12 BKPH Monggot LMDH Wana Indah 7 216 -Klampok -Wono Mulyo -Wono Rahayu 11 11 12 LMDH Wana Mukti 8 332 -Jeruk -Secang -Ngampelan 12 11 11 Jumlah 3 2 BKPH 4 LMDH 43 1.323 12 KTH 136 orang Jumlah Total 6 BKPH 12 LMDH 86 KTH 2.852 org 36 KTH 408 orang Desain Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian survai yaitu penelitian yang mengambil sampel dari satu populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan data yang pokok (Singarimbun dan Effendi, 1989). Penelitian ini digunakan untuk maksud penelitian penjelasan (Explanatory Research) yaitu menjelaskan hubungan kausalitas antara peubah-peubah penelitian melalui pengujian hipotesis. Model teoretis yang akan diuji dalam penelitian ini meliputi hubungan kausalitas antara indikator-indikator terhadap peubah dan hubungan kausalitas antara peubah-peubah penelitian. Hubungan antar peubah secara teoretis disajikan pada Gambar 2.

Data dan Instrumentasi Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer yaitu data yang langsung dikumpulkan oleh peneliti dari sumber pertamanya yaitu responden petani sekitar hutan yang tergabung dalam kelompok tani hutan. Pengumpulan data primer dilakukan melalui : a). survey dengan kuesioner yaitu bentuk pengumpulan data melalui pengisian kuesioner oleh responden di lapangan, b) wawancara terstruktur yaitu suatu bentuk interview terhadap responden dengan pedoman kuesioner yang telah dibuat, dan ini dilakukan apabila responden tidak bisa membaca sehingga kesulitan dalam mengisi kuesioner, dan c). pengamatan langsung di lapangan pada beberapa tempat di mana petani melakukan kegiatan pada lahan hutan yang dikelola bersama dengan Perhutani.

Pengumpulan data primer dilakukan oleh peneliti dibantu oleh beberapa enumerator sebagai pembantu peneliti. Penelitian untuk lokasi KPH Pekalongan Timur, peneliti dibantu oleh tiga orang enumerator mahasiswa UGM. Penelitian untuk lokasi KPH Kedu Selatan, peneliti dibantu oleh tiga orang enumerator mahasiswa UGM dan Penyuluh Pertanian setempat. Sedangkan penelitian di KPH Gundih, peneliti dibantu oleh satu orang enumerator mahasiswa UGM Yogyakarta. Tenaga enumerator telah dilatih secara khusus agar memahami setiap butir kuesioner yang akan dipergunakan, dan dapat melakukan fasilitasi terhadap

kelompok secara tepat. Pengumpulan data pokok dilakukan dengan cara setiap dua sampai empat orang enumerator mendampingi 11 – 12 orang responden dan bertugas memberikan penjelasan umum sebelum pengisian serta mendampingi dan memberikan penjelasan selama pengisian kuesioner. Berhubung banyak petani responden yang kurang lancar membaca, maka peneliti dan enumerator umumnya membacakan pertanyaan-pertanyaan (pada sebagian besar kelompok dengan diter-jemahkan ke dalam bahasa setempat atau Bahasa Jawa) dan responden tinggal mengisi jawabannya. Wawancara terhadap tokoh kelompok tani dilakukan oleh peneliti untuk melengkapi informasi yang berkaitan dengan tujuan penelitian.

Data primer yang dituangkan dalam kuesioner dan dikumpulkan dari responden yaitu :

1. Potensi sumberdaya individu petani yang meliputi : (a) luas lahan garapan, (b) pengalaman berusahatani, (c) umur, (d) pendapatan keluarga, (e) jumlah tanggungan keluarga, (f) pendidikan formal, (g) pendidikan non formal, (h) motivasi berkelompok, dan (h) keinovatifan.

2. Ketepatan proses pemberdayaan yang meliputi : (a) inisiatif program, (b) penyadaran /sosialisasi, (c) kelembagaan masyarakat, (d) penentuan hak dan kewajiban parapihak, (e) pemanfaatan ruang kelola, (f) penentuan bagi hasil. 3. Peran SDM Pemberdaya yang meliputi : (a) mengembangkan partisipasi

petani, (b) pemecahan masalah dan pembelajaran petani, (c) mengorgani-sasikan petani, (d) membangun jaringan, (e) mencari peluang pasar, (f) mem-bangun komunikasi dan (g) kesetaraan status sosial dengan petani.

4. Keefektifan kepemimpinan kelompok yang meliputi : (a) peran pemimpin kelompok, (b) perilaku kepemimpinan, dan (c) gaya kepemimpinan.

5. Dukungan lingkungan yang meliputi : (a) akses lahan, (b) potensi sumberdaya hutan, (c) ketersediaan sarana produksi, (d) kemudahan memasarkan hasil, (e) potensi modal sosial. (f) potensi pengembangan usaha, (g) tersedianya alter-natif usaha, (h) ketergantungan pada hutan, dan (i) intervensi lingkungan sosial.

6. Dinamika kelompok yang meliputi : (a) tujuan kelompok, (b) struktur kelompok, (c) fungsi / tugas kelompok, (d) pembinaan kelompok, (e) kekompakan kelompok, (f) suasana kelompok, (g) tegangan kelompok, (h) keefektifan kelompok, (i) maksud tersembunyi, dan (j) perkembangan usaha kelompok.

7. Tingkat keberdayaan yang terdiri dari : (a) kemampuan interpersonal, (b) kemampuan interaksional, (c) kapasitas mengambil tindakan, (d) kemampuan kolektif, dan (e) kemampuan bertahan.

8. Tingkat partisipasi yang terdiri dari : (a) perencanaan, (b) pelaksanaan, (c) evaluasi, dan (d) pemanfaatan.

Data sekunder yaitu berupa dokumen data dan informasi yang terdapat di Kantor Pusat Perhutani di Jakarta, Kantor Perhutani Unit I Jawa Tengah di Semarang, Kantor KPH sampel, Kantor BKPH, dan Sekretariat LMDH. Pengum-pulan data sekunder dilakukan melalui : a) studi dokumentasi, dan b). wawancara mendalam (in-depth interview) yang dilakukan terhadap pengurus kelompok tani hutan, pengurus LMDH, petugas lapangan kehutanan (Mandor, Mantri), petugas Perhutani yang menangani PHBM di kantor KPH, Asisten Perhutani di kantor BKPH, dan tenaga pendamping dari LSM. Jenis data sekunder ini meliputi :

1. Kebijakan peraturan dari Perhutani tentang PHBM, data hasil evaluasi PHBM Perhutani Unit I Jawa Tengah, dan data perkembangan PHBM pada KPH sampel.

2. Keadaan wilayah hutan Perhutani Unit I Jawa Tengah seperti pembagian wilayah pengelolaan hutan, kelas hutan, iklim dan lain-lain.

3. Data hasil penelitian atau evaluasi tentang PHBM di Jawa Tengah.

4. Contoh-contoh tentang SK Pembentukan Forum Komunikasi PHBM, perjanjian kerjasama, pembentukan LMDH, rencana strategis LMDH dan lain-lain.

Instrumentasi

Instrumen adalah suatu alat yang memenuhi persyaratan akademis, sehingga dapat digunakan sebagai alat untuk mengukur suatu obyek ukur atau

mengumpul-kan data mengenai suatu peubah. Dalam bidang penelitian, instrumen diartimengumpul-kan sebagai alat untuk mengumpulkan data mengenai peubah-peubah penelitian untuk kebutuhan penelitian (Djaali dan Mulyono, 2004). Data primer dalam penelitian ini dikum-pulkan dengan menggunakan instrumen berupa kuesioner sebagai pedoman dalam melakukan wawancara secara terstruktur. Bentuk pertanyaan dalam kuesioner kebanyakan pertanyaan yang tertutup dan beberapa pertanyaan terbuka. Pertanyaan tertutup yaitu pertanyaan yang telah disiapkan jawabannya sehingga responden tinggal memilih yang sesuai. Sedangkan pertanyaan terbuka memung-kinkan responden menguraikan secara bebas dalam menjawab pertanyaan, dan ini sangat bermanfaat dalam memperjelas jawaban yang ada di pertanyaan tertutup.

Kuesioner dirancang sedemikian rupa dengan bahasa yang mudah dimengerti dan dipahami oleh responden. Kuesioner disusun secara jelas dengan kata-kata yang tidak bermakna ganda, tidak menyinggung perasaan responden, dan menghindari bias kepentingan peneliti.

Validitas Instrumen

Validitas menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur itu mengukur apa yang ingin diukur (Ancok, 1989). Dalam penelitian ini kuesioner merupakan instrumen yang utama untuk mengumpulkan data peubah penelitian. Oleh karena itu kuesioner yang disusun harus bisa mengukur peubah apa yang ingin diukur.

Pengujian validitas instrumen yang akan digunakan dalam penelitian ini meliputi tiga jenis validitas yaitu :

1. Validitas isi (content validity). Validitas isi merupakan seberapa jauh suatu instrumen mengandung materi sesuai dengan konten yang akan diukur. Kerlinger (2004) mendefinisikan pengertian validitas isi (muatan) sebagai kerepresentatifan yang terdapat dalam muatan suatu instrumen pengukur. Menurut Djaali dan Muljono (2004) suatu instrumen mempunyai validitas isi yang baik apabila instrumen tersebut terdiri dari item-item yang mewakili semua materi yang hendak diukur. Penentuan validitas isi dapat berdasarkan pendapat (judgement) para ahli dalam bidang yang bersangkutan. Penyusunan instrumen yang dipergunakan dalam penelitian ini telah memenuhi aspek

validitas isi dengan cara : (a) Penyusunan indikator-indikator dan parameter-parameter setiap peubah telah melalui diskusi dengan tim pembimbing yang berjumlah tiga orang (tim pembimbing merupakan tenaga ahli dalam bidang penyuluhan pembangunan, komunikasi pembangunan, pengembangan SDM, dan psikologi sosial); (b) Penyusunan indikator dan paramater untuk peubah-peubah utama tersebut telah dilakukan peer-review oleh mahasiswa S3 bidang Kehutanan (Ir. Nandang Prihadi, MSc dan Ir. Tuti Herawati, MSi); dan (c) Penyusunan indikator dan parameter untuk peubah-peubah utama telah mendapatkan masukan dari Tim Pakar yang beranggotakan tiga orang yaitu Prof. Dr. Ir. Mustofa Agung Sardjono, MSc (Ahli sosiologi kehutanan dan sosial forestry dari UNMUL Samarinda), Dr. Ir. Didik Suharjito, MS (Ahli anthropologi kehutanan dan kehutanan masyarakat dari IPB), dan Dr. Ir. Nurheni Widjayanto, MSc (Ahli hutan rakyat, agroforestri dan pemberdayaan masyarakat sekitar hutan).

2. Validitas konstruk (construct validity). Validitas konstruk adalah validitas yang mempermasalahkan seberapa jauh item-item dalam instrumen mampu mengukur apa yang benar-benar dimaksudkan hendak diukur sesuai dengan konstruk atau konsep khusus atau definisi konseptual yang telah ditentukan (Djaali & Muljono, 2004). Konstruk merupakan kerangka dari suatu konsep. Perumusan konstruk telah melalui sintesis dari teori-teori yang terkait dengan peubah-peubah yang diukur. Kerangka konsep-konsep yang diteliti ditempuh melalui serangkaian telaah teoretis dengan cara mencari definisi-definisi konsep yang ditulis oleh para ahli di dalam pustaka, kemudian membuat definisi yang lebih operasional. Teori-teori yang dipergunakan dalam menyusun konsep, peubah dan hubungan antar peubah meliputi teori dinamika kelompok, teori pemberdayaan masyarakat, teori sosial forestri, dan teori kepemimpinan. Proses validasi konstruk terhadap instrumen penelitian ini juga telah dilakukan melalui justifikasi dari tim pembimbing sebanyak tiga orang dalam proses bimbingan dan sidang-sidang komisi.

3. Validitas empiris atau validitas kriteria. Validitas kriteria suatu instrumen ditentukan berdasarkan hasil ukur instrumen yang bersangkutan, baik melalui

uji coba maupun melalui pengukuran yang sesungguhnya (Djaali dan Muljono, 2004). Pengujian validitas empiris dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut : (a) melakukan uji coba instrumen yang telah disusun tersebut pada sejumlah responden, (b) menyiapkan tabel tabulasi jawaban, (c) menghitung korelasi masing-masing pertanyaan dengan skor total dengan menggunakan rumus teknik korelasi Bivariate Pearson (Produk Momen Pearson) dan Corrected Item-Total Correlation yang rumusnya sebagai berikut (Ancok, 1989 dan Priyanto, 2008) : r =

]

[

[

∑ ∑

]

2 2 2 2 ) ( ) ( ) ( ) ( Y Y N X X N Y X XY N ; r : korelasi

Apabila ditemukan dalam perhitungan ada pertanyaan yang tidak valid (tidak nyata pada tingkat 5 %), kemungkinan pernyataan tersebut kurang baik susunan kata-kata atau kalimatnya.

Pengujian validitas dan reliabilitas instrumen (kuesioner) dilakukan terhadap petani anggota kelompok tani hutan yang bukan sebagai sampel dalam penelitian ini, tetapi mempunyai karakteristik yang mirip dengan responden petani hutan pada desa-desa sampel. Pengujian validitas dan reliabilitas instrumen

Dokumen terkait