• Tidak ada hasil yang ditemukan

3.1 Waktu dan Tempat

Pengambilan data dilakukan selama 24 hari antara bulan April - Mei 2008 pada beberapa tipe habitat di Taman Nasional Tanjung Puting, Kalimantan Tengah (Gambar 1), meliputi habitat semak/belukar, hutan rawa sekunder di Beguruh, hutan rawa sekunder riparian di Sungai Sekonyer Kanan, hutan rawa primer, hutan campuran di Camp Tanjung Harapan, dan hutan campuran di Camp Leakey.

3.2 Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini dikelompokkan berdasarkan kegunaannya (Tabel 1).

Tabel 1 Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian

No. Kegunaan Alat dan Bahan

1 Pembuatan plot

analisis vegetasi Kompas, meteran (50m), meteran jahit, tambang plastik, tali rafia. 2 Pengambilan data ular GPS, Tongkat ular, kantong spesimen, buku panduan

identifikasi jenis ular, senter, baterai, kaliper, spidol permanen.

3 Pengukuran faktor fisik

lingkungan Termometer air raksa, Hygrometer.

4 Analisis data ArcView 3.3, Minitab 14, peta penutupan lahan TNTP, peta sungai TNTP, peta batas kawasan, serta peta study

area Camp Leakey.

5 Preservasi Alat suntik, alkohol 70%, kapas, kertas label, benang jahit, kotak penyimpanan spesimen.

6 Dokumentasi Kamera, tally sheet, alat tulis.

3.3 Jenis Data 3.3.1 Data Primer

Data primer diperoleh dari hasil pengukuran di lapangan, antara lain: 1. Data ular: nama jenis, jumlah individu jenis, waktu ditemukan, posisi (vertikal dan horizontal) dan koordinat, substrat, sex, aktifitas, panjang tubuh (SVL), dan panjang ekor.

2. Data habitat: suhu udara, kelembaban udara, serta struktur, dan komposisi vegetasi.

3.3.2 Data Sekunder

Data sekunder yang diperlukan, antara lain: 1. Kondisi umum lokasi penelitian.

2. Peta tipe penutupan lahan Taman Nasional Tanjung Puting. 3. Peta sungai Taman Nasional Tanjung Puting.

4. Peta batas kawasan Taman Nasional Tanjung Puting. 5. Peta study area Camp Leakey

3.4 Metode Pengumpulan Data 3.4.1 Data Primer

1. Data keanekaragaman jenis ular

Pengambilan data keanekaragaman jenis ular dilakukan dengan menggunakan metode Visual Encounter Survey (VES) with randomized-walk

design (Heyer et al., 1994). Langkah-langkah pengambilan data, yaitu:

a. Survei pendahuluan

Survei pendahuluan dilakukan sebelum pengambilan data. Kegiatan ini bertujuan untuk mengetahui kondisi dan karakteristik habitat di setiap lokasi penelitian sehingga mempermudah penentuan lokasi pengamatan dan memperbesar peluang menemukan ular.

b. Inventarisasi ular

Kegiatan ini dilakukan pada waktu pagi hari dan malam hari. Pengamatan pagi hari dilakukan pada pukul 08.30-11.30 WIB, sedangkan pengamatan malam hari dilakukan pada pukul 20.00-23.00 WIB. Pengamatan dilakukan dengan 4 (empat) kali ulangan pada setiap lokasi penelitian dan difokuskan pada tempat-tempat yang diperkirakan menjadi sarang atau tempat-tempat persembunyian ular, seperti ranting pohon, di bawah kayu lapuk, diantara akar-akar pohon, di celah-celah batu, di lubang dalam tanah, di bawah tumpukan serasah, atau di tepi sungai. Pengamatan dilakukan dengan berjalan secara acak pada lokasi yang telah ditentukan dengan jumlah pengamat sebanyak 2 orang.

c. Pengumpulan spesimen

Setiap jenis ular yang ditemukan, ditangkap lalu dimasukan ke dalam kantong spesimen dan dilakukan penandaan koordinat dengan menggunakan GPS. Selain itu, jenis ular yang ditemukan diluar waktu pengamatan tetap dicatat

datanya. Data ular yang dicatat saat ditemukan meliputi jenis, waktu, aktifitas, substrat, serta posisi (vertikal dan horizontal). Ular yang berhasil dikumpulkan, dibawa untuk diukur panjang tubuh (SVL) dan panjang ekornya lalu diidentifikasi. d. Preservasi spesimen

Jenis ular yang belum teridentifikasi di lapangan, akan diawetkan dengan alkohol 70% dan disimpan dalam kotak spesimen serta diberi label. Spesimen yang telah dipreservasi akan diidentifikasi lebih lanjut di Laboratorium Herpetologi Balitbang Zoologi Puslitbang Biologi-LIPI Cibinong. Seluruh spesimen yang diambil selanjutnya disimpan di Laboratorium Herpetologi Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata Fakultas Kehutanan-IPB Bogor.

2. Data habitat

Data habitat diperoleh dengan mencatat suhu udara dan kelembaban udara pada awal dan akhir pengamatan, serta melakukan analisis vegetasi dengan tujuan untuk mengetahui struktur dan komposisi vegetasi yang menjadi habitat ular. Analisis vegetasi dilakukan pada tipe habitat hutan alam yang mendominasi sebagian besar kawasan TNTP, yaitu pada hutan rawa primer dan hutan rawa sekunder, dengan menggunakan metode jalur berpetak berdasarkan Soerianegara dan Indrawan (1987). Sedangkan pada habitat hutan campuran, tidak dilakukan analisis vegetasi karena pengambilan data ular hanya dilakukan di sekitar areal bangunan camp yang terdapat di dalam hutan campuran tersebut. Desain plot analisis vegetasi metode jalur berpetak disajikan pada Gambar 2.

Keterangan:

A = 2x2 m (Tingkat semai) B = 5x5 m (Tingkat pancang) C = 10x10 m (Tingkat tiang) D = 20x20 m (Tingkat pohon)

Gambar 2 Desain plot analisis vegetasi metode jalur berpetak.

B A Arah Jalur C D A B C D D C B A

25

3.4.2 Data Sekunder

Data sekunder diperoleh dengan cara studi pustaka.

3.5 Analisis Data

3.5.1 Analisis Data Keanekaragaman Jenis Ular 1. Kekayaan jenis

Kekayaan jenis ular dihitung dengan menggunakan indeks kekayaan jenis Margalef:

  Keterangan:

DMG = Indeks kekayaan jenis Margalef S = Jumlah jenis

N = Total individu

2. Kemerataan Jenis

Kemerataan jenis ular dihitung dengan menggunakan rumus (Brower dan Zar, 1977):

  Keterangan:

E = Indeks kemerataan jenis

H’ = Indeks keanekaragaman jenis Shannon-Wiener S = Jumlah jenis

ln = Logaritma natural 3. Kesamaan jenis

Kesamaan jenis ular antar tipe habitat yang dijumpai di lokasi penelitian ditunjukkan melalui dendogram dari hasil analisis klaster menggunakan metode

ward linkage correlation coefficient distance pada Minitab 14.

4. Peluang perjumpaan

Peluang perjumpaan ditentukan dengan cara membagi jumlah individu jenis ke-i dengan waktu pengamatan. Peluang perjumpaan ular dihitung dengan rumus:

 

Keterangan:

Pp = Peluang perjumpaan ni = Jumlah jenis ke-i t = Waktu pengamatan 3.5.2 Analisis Data Habitat

Analisis vegetasi dilakukan untuk menentukan komposisi dan dominansi suatu jenis tumbuhan pada suatu komunitas. Dominansi suatu jenis pohon digambarkan oleh besaran Indeks Nilai Penting (INP) yang diperoleh dari hasil perhitungan. Untuk vegetasi tingkat pohon dan tiang, nilai INP diperoleh dari hasil penjumlahan nilai Kerapatan Relatif (KR), Frekuensi Relatif (FR), dan Dominansi Relatif (DR). Sedangkan untuk vegetasi tingkat semai dan pancang, INP diperoleh dari hasil penjumlahan antara Kerapatan Relatif (KR) dan Frekuensi Relatif (FR). Data habitat lainnya dijelaskan secara deskriptif sesuai dengan kondisi lapangan.

Persamaan yang digunakan dalam analisis vegetasi ini adalah: 1. Kerapatan Jenis 

2. Frekuensi Jenis

3. Dominansi Jenis

 

 

4. Indeks Nilai Penting untuk tingkat pohon dan tiang

27

5. Indeks Nilai Penting untuk tingkat pancang dan semai

6. Luas Bidang Dasar (LBDS)

3.6 Diagram Alur Pembuatan Peta Sebaran Ular

Langkah-langkah pembuatan peta sebaran ular berdasarkan tipe habitat di lokasi penelitian disajikan pada Gambar 3.

Gambar 3 Diagram alur pembuatan peta sebaran ular. PETA PENUTUPAN LAHAN TANJUNG PUTING PETA SEBARAN ULAR PENANDAAN KOORDINAT ULAR INVENTARISASI ULAR

Dokumen terkait