• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penelitian ini dilakukan secara eksperimental, meliputi, pembuatan nanoemulsi dan nanoemulsi gel, karakteristik fisik sediaan, stabilitas fisik sediaan, iritasi (paparan sediaan 1x24 jam), dan efektivitas anti aging. Pelaksanaan penelitian dilakukan pada bulan Agustus sampai Desember 2017. Penelitian dilakukan di laboratorium Pangan dan Mutu, Kelti (Kelompok Peneliti) Pengolahan Hasil dan Mutu, Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS), Jalan Brigjen Katamso No 51, Medan, Sumatera Utara, serta pengukuran efektivitas anti-aging di Laboratorium Kosmetologi Fakultas Farmasi, dan pengukuran ukuran partikel di Laboratorium Terpadu Fisika Universitas Sumatera Utara.

3.1 Alat dan Bahan 3.1.1 Alat

Alat-alat yang digunakan pada penelitian ini adalah alat-alat gelas laboratorium, timbangan analitis (Satorius), pH meter (Eco Testr), magnetic stirrer (BOECO Germany), hot plate, particle size analyzer (PSA), homogenizer

(Ika T25 Digital ultra-turrax), skin analyzer (Aram), piknometer 50 ml (Pyrex), viskometer (Brookfield), stopwatch, lumpang dan alu, sentrifugator (Thermo), oven (Memmert), lemari pendingin.

3.1.2 Bahan

Bahan-bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah minyak sawit olein merah yang diproduksi sesuai paten sederhana No (S0020180304) oleh

Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS), tween 80, larutan sorbitol 60%, metilparaben, propilparaben, aquadestilata, CMC, gliserin.

3.2 Sukarelawan

Pemilihan sukarelawan berdasarkan kriteria inklusi antara lain wanita berusia sekitar 25-50 tahun, diperiksa dalam keadaan rileks menggunakan alat skin analyzer, memiliki tanda-tanda penuaan, tidak memiliki riwayat alergi pada

kulit dan telah dikondisikan tidak menggunakan sediaan lain selama 4 minggu untuk terapi anti-aging. Sukarelawan bersedia mengikuti penelitian sampai selesai dan bersedia dilakukan uji iritasi dan uji efektivitas sediaan nanoemulsi dan nanoemulsi gel sebagai anti-aging selama penelitian berlangsung (Ditjen POM, 1985).

3.3 Pembuatan Nanoemulsi Minyak Sawit Olein Merah

Pada pembuatan sediaan nanoemulsi, persentase komposisi bahan dalam nanoemulsi dimodifikasi dari formulasi nanoemulsi yang talah dilakukan pada penelitian (Arifianti, 2012). Persentase komposisi bahan yang digunakan dalam penelitian tersebut adalah sebagai berikut pada Tabel 3.1 di bawah ini.

Tabel 3.1 Formula nanoemulsi pada penelitian (Arifianti, 2012) Komposisi

F1 : Nanoemulsi konsentrasiTween 80 (40 %), konsentrasi Sorbitol (20%) F2 : Nanoemulsi konsentrasiTween 80 (36 %), konsentrasi Sorbitol (24%)

Pada penelitian ini, adapun persentase komposisi bahan dalam nanoemulsi berdasarkan penelitian sebelumnya yang telah dimodifikasi variasi perbandingan konsentrasi surfaktan dan kosurfaktannya adalah sebagai berikut:

Tabel 3.2 Formula nanoemulsi yang telah dimodifikasi

Komposisi

Pembuatan nanoemulsi melewati beberapa tahap percobaan pendahuluan untuk mendapatkan formulasi yang tepat dalam membentuk sediaan yang stabil, didapatkan penggunaan surfaktan dan kosurfaktan yang tepat yaitu 40:20 dimana membentuk sediaan nanoemulsi yang stabil.

Pembuatan nanoemulsi minyak sawit olein merah yaitu ditimbang minyak sawit olein merah, lalu dicampurkan ke dalam larutan sorbitol 60% yang telah ditimbang ke dalam gelas beaker, lalu diaduk homogeny menggunakan magnetic stirrer pada kecepatan 5000 rpm selama 30 menit (Fase minyak).

Dicampurkan metil paraben, propil paraben,yang telah ditimbang ke dalam gelas beaker kemudian diatas hot plate hingga larut sempurna. Selanjutnya didinginkan larutan kemudian dimasukkan tween 80 yang telah ditimbang kedalam fase air dan diaduk dengan batang pengaduk sampai homogen, selanjutya dimasukkan magnetic stirrer ke dalam gelas beaker pada kecepatan 5000 rpm selama 30 menit (Fase air).

Kemudian ditambahkan fase minyak kedalam fase air dengan cara meneteskannya sedikit demi sedikit dengan menggunakan pipet tetes, lalu dihomgekan dengan menggunakan magnetic stirrer pada kecepatan 3000-5000 rpm selam 30 menit pada suhukamar hingga homogen dan terbentuk nanoemulsi yang jernih dan transparan, selanjutnya dihomogenkan dengan menggunakan ultarturrax selama 30 menit dengan kecepatan 10.000 rpm lalu dihasilkan nanoemulsi minyak sawit olein merah.

3.4 Pembuatan Sediaan Nanoemulsi Gel Minyak Sawit Olein Merah

Pembuatan nanoemulsi gel serupa dengan pembuatan nanoemulsi hanya saja ditambahkan ke dalamnya basis gel untuk menambah kekentalan dan meningkatkan kenyamanan pada aplikasinya melalui kulit. Nanoemulsi dan basis gel dibuat terpisah, dimana komposisi nanoemulsi yang digunakan sama dengan komposisi nanoemulsi minyak sawit olein merah sebelumnya.

Pembuatan basis gel CMC yaitu ditimbang CMC lalu ditambahkan dengan sebagian jumlah aquadest 20 kali banyaknya air pada suhu 90°C, lalu dikembangkan massa CMC di dalam lumpang yang telah dipanaskan di dalam penangas air yang berisi aqua destilata yang telah dipanaskan dengan cara menaburkan CMC sedikit demi sedikit di atas aqua destilata panas, lalu dihomogenkan di dalam lumpang hingga terbentuk basis gel yang kental dan transparan, kemudian ditetesi sedikit demi sedikit gliserin, lalu dihomogenkan kembali di dalam lumpang. Persentase komposisi basis gel dapat dilihat pada Tabel 3.3 di bawah ini.

Tabel 3.3 Komposisi basis gel untuk nanoemulsi gel

Bahan Formula (g)

CMC 2

Gliserin 5

Aquadest Ad 100

Pembuatan nanoemulsi gel dimulai dengan pembuatan nanoemulsi terlebih dahulu menggunakan formulasi yang sama dengan pembuatan nanoemulsi minyak sawit olein merah yang dapat dilihat pada Tabel 3.3 di bawah ini.

Tabel 3.4 Komposisi bahan dalam sediaan nanoemulsi gel

3.5 Karakterisasi Fisik Sediaan dan Stabilitas 3.5.1 Pengamatan organoleptik

Pengamatan stabilitas sediaan dilakukan melalui pengamatan organoleptis secara visual. Masing-masing formula dilakukan pengamatan terhadap warna, bau, pembentukan creaming, dan pemisahan fase selama 12 minggu dengan pengamatan setiap 1 minggu sekali. Pengamatan ini dilakukan pada nanoemulsi dan nanoemulsi gel yang disimpan pada suhu kamar.

3.5.2 Pemeriksaan tipe nanoemulsi

Pemeriksaan tipe nanoemulsi dilakukan dengan menaburkan zat warna larut air, yaitu biru metilen, pada permukaan nanoemulsi di atas kaca objek dan diamati dibawah mikroskop optik. Jika nanoemulsi merupakan tipe minyak dalam

Bahan Nanoemulsi Blanko F1 (g) F2 (g) F3 (g)

air maka zat warna biru metil akan melarut didalamnya dan berdifusi merata keseluruh bagian dari air. Jika nanoemulsi merupakan tipe air dalam minyak maka partikel-partikel zat warna biru metilen akan bergerombol pada permukaannya (Martin, et al., 1993).

3.5.3 Pengukuran pH

Pengukuran pH sediaan dilakukan dengan menggunakan pH meter. Alat terlebih dahulu dikalibrasi dengan menggunakan larutan dapar pH netral (pH 7,01) dan larutan dapar pH asam (pH 4,01) hingga alat menunjukkan harga pH tersebut. Kemudian elektroda dicuci dengan air suling, lalu dikeringkan dengan tissue. Sampel dibuat dalam konsentrasi 1% yaitu di timbang 1 gram sediaan dan diencerkan hingga 100 ml air suling. Kemudian elektroda dicelupkan dalam larutan tersebut. Dibiarkan alat menunjukkan harga pH sampai konstan. Angka yang ditunjukkan pH meter merupakan pH sediaan (Martin, et al., 1993).

3.5.4 Penentuan bobot jenis

Penentuan bobot jenis sediaan dilakukan pada awal setelah sediaan dibuat dengan pengukuran sebanyak 1 kali. Bobot jenis diukur dengan menggunakan piknometer pada suhu kamar. Piknometer yang bersih dan kering ditimbang (A g).

Kemudian diisi dengan air sampai penuh dan ditimbang (A1 g). Air dikeluarkan dari piknometer dan piknometer dibersihkan. Sediaan nanoemulsi gel diisikan dalam piknometer sampai penuh dan ditimbang (A2 g) (Jufri dan Natalia, 2014).

dengan perhitungan sebagai berikut : Bobot jenis =

3.5.5 Penentuan viskositas

Penentuan viskositas sediaan menggunakan viskometer Brookfield.

Sediaan dimasukkan ke dalam beaker glass sampai mencapai volume 100 ml dan dipilih nomor spindle yang sesuai. Pengukuran ini dilakukan dengan tiga kali pengulangan (Jufri dan Natalia, 2014).

3.5.6 Pengujian distribusi ukuran partikel nanoemulsi dan nanoemulsi gel Pengujian ukuran droplet dilakukan dengan menggunakan alat (PSA) particle size analyzer tipe dynamic light scattering (PSA). Pengujian dimulai dari

sediaan dengan dipengaruhi suhu rendah, suhu kamar, suhu tinggi, dan cycling test dengan mengencerkan sampel sampai 1000 kali menggunakan akuabidest,

kemudian sampel dimasukkan ke dalam kuvet kaca dan diletakkan ke dalam alat PSA. Alat PSA akan bekerja dengan menembak droplet dengan sinar pada sudut90°, droplet akan menghamburkan sinar dan hamburan sinar akan terbaca sebagai ukuran droplet pada program Horiba SZ-100 (Iskandar, et al., 2016).

3.5.7 Uji sentrifugasi

Sediaan dimasukkan ke dalam tabung sentrifugasi kemudian masukkan ke dalam alat sentrifugator dengan kecepatan 3800 rpm selama 5 jam. Penampilan fisik sediaan sebelum dan sesudah percobaan dibandingkan secara visual lalu di amati apakah terjadi tanda-tanda creaming atau pemisahan fase (Jufri dan Natalia, 2014).

3.6 Pengujian Iritasi Terhadap Sukarelawan

Percobaan ini dilakukan terhadap 12 orang sukarelawan untuk mengetahui apakah sediaan yang dibuat dapat menyebabkan gatal, kemerahan dan pengkasaran pada kulit.

Kosmetika dioleskan di belakang telinga atau di bagian lengan bawah, kemudian dibiarkan selama 24 jam dan lihat perubahan yang terjadi berupa gatal, kemerahan dan pengkasaran pada kulit (Wasitaatmadja, 1997).

Uji iritasi dilakukan terhadap sediaan nanoemulsi gel yang stabil dengan ukuran partikel yang paling kecil dengan maksud untuk mengetahui bahwa sediaan yang dibuat dapat menimbulkan iritasi pada kulit atau tidak (Ditjen POM, 1985).

Sukarelawan yang akan menggunakan kosmetika baru dapat dilakukan uji tempel preventif (patch test), yaitu dengan memakai kosmetik tersebut di tempat lain, misalnya dibagian lengan bawah atau di belakang daun telinga.

Setelah dibiarkan selama 24-48 jam tidak terjadi reaksi kulit yang diinginkan, maka kosmetik tersebut dapat digunakan (Wasiatatmadja, 1997). Uji pada penelitian ini dilakukan dengan mengoleskan sediaan nanoemulsi gel pada bagian belakang daun telinga sebelah kanan atau daun telinga sebelah kiri.

3.8 Pengujian Efektivitas Anti-Aging Dengan Skin Analyzer

Pengujian efektivitas anti-aging dilakukan terhadap sukarelawan sebanyak 12 orang dengan kriteria (3 orang blanko usia 25, 25, 26 tahun), (3 orang konsentrasi 5% usia 27, 28, 29 tahun), (3 orang konsentrasi 10% usia 30, 34, 38 tahun), (3 orang konsentrasi 15% usia 38, 39, 49 tahun) yang dipakai kulit mata kanan dan kiri bagian lateral (menyamping) dan dibagi untuk masing-masing perbedaan konsentrasi sediaan.

Perawatan membagikan sediaan nanoemulsi untuk kulit mata kanan bagian lateral dan nanoemulsi gel untuk kulit mata kiri bagian lateral minyak sawit olein

merah sesuai konsentrasi yang telah ditetapkan untuk dipakai dirumah. Pemakaian sediaan nanoemulsi dan nanoemulsi gel dilakukan dengan cara pengolesan hingga merata setiap dua kali sehari yaitu malam dan pagi hari selama 4 minggu.

Semua sukarelawan diukur terlebih dahulu kondisi awal kulit mata bagian lateral atau pada area uji yang telah ditandai dengan berbagai uji, seperti: kadar air (moisture), pori (pore), dan noda (melanin), kerutan (wrinkle), dan sensitivitas (sensitivity) dengan menggunakan skin analyzer. Prosedur pengukurannya, bersihkan permukaan kulit yang hendak diukur dengan tisu halus, rangkaikan alat skin analyzer dan hubungkan dengan komputer, sehingga hasil pengukuran dapat

ditampilkan. Pasangkan lensa perbesaran 30x, skin analyzer yang telah terpasang lensa diletakkan di atas permukaan kulit yang akan diukur kemudian tekan tombol capture untuk memfoto dan secara otomatis hasil akan tampil pada layar

komputer.

Perubahan kondisi kulit diukur setiap minggu selama 4 minggu dengan menggunakan alat skin analyzer.

3.9 Analisis Data

Khusus untuk uji aktivitas anti-aging data hasil penelitian dianalisis menggunakan program SPSS (Statistical Product and Service Solution) 21. Data terlebih dahulu dianalisis distribusinya menggunakan Kolmogorov-Smirnov Test.

Selanjutnya data dianalisis menggunakan Two Way Anova untuk menganalisis pengaruh formula terhadap kondisi kulit selama empat minggu perawatan.

BAB IV

Dokumen terkait