• Tidak ada hasil yang ditemukan

III. METODE PENELITIAN

3.5. Metode Pengolahan dan Analisis Data

Seluruh data yang telah dikumpulkan dari pihak House of Khadijah, kemudian diolah terlebih dahulu untuk menyederhanakan data-data yang terkumpul dari kuesioner dengan menggunakan program komputer Expert Choice 2000dan Microsoft Excel 2007. Data yang diperoleh tersebut berasal dari faktor- faktor penyusun strategi promosi, aktor, tujuan serta penentuan alternatif strategi promosi kemudian akan dianalisis dengan AHP.

3.5.1 Metode AHP (Analytical Hierarchy Process)

Model proses AHP (Analytical Hierarchy Process) diperkenalkan pertama kalinya oleh Thomas L. Saaty pada era 1970-an. Model ini mempunyai ciri khas yaitu penentuan skala prioritas atas alternatif pilihan berdasarkan suatu proses analitis secara berjenjang, terstruktur atas variable keputusan. Adapun bangun dasar konsep matematis yang dipakai adalah matriks.

Menurut Saaty (1991) para perencana yang menggunakan AHP untuk mengkaji persoalan ini mula-mula mendifiniskan situasi secara seksama, memasukkan sebanyak mungkin detil yang relevan. Kemudian disusun ke dalam suatu hierarki yang terdiri atas beberapa tingkat rincian. Tingkat yang tertinggi adalah sasaran yang menyeluruh. Tingkat terendah terdiri atas berbagai tindakan akhir atau rencana-rencana altirnatif, yang mampu berkontribusi secara positif atau negatif, bagi pencapaian sasaran utama melalui pengaruhnya pada berbagai kriteria yang ada diantara tingkat tersebut.

3.5.2 Ikhtisar Langkah-langkah

Menurut Saaty (1991), pengkajian AHP dimulai dengan menata elemen suatu persoalan dalam bentuk hierarki, kemudiaan dilanjutkan dengan membuat pemandingan berpasang antar elemen dan suatu tingkat sesuai dengan yang diperlukan oleh kriteria-kriteria yang berada setingkat lebih tinggi. Berbagai pembandingan ini menghasilkan prioritas, dan akhirnya, melalui sintesis, menghasilkan prioritas menyeluruh. Kita mengukur konsistensi dan menangani interdependensi. Semua langkah dasar dari proses ini dapat diringkaskan menjadi suatu ikhtisar yang singkat. Dalam arti yang luas, proses ini stabil, meskipun beberapa langkah tertentu mungkin memperoleh penekanan istimewa dalam berbagai persoalan khusus. Sebagaimana dicatat dibawah ini, biasanya diperlukan pengulangan.

1. Definisikan persoalan dan rinci pemecahan yang diinginkan.

2. Struktur hierarki dari sudut pandang manajerial menyeluruh (dari tingkat-tingkat puncak sampai ke tingkat dimana dimungkinkan campur tangan untuk memecahkan persoalan itu).

3. Buatlah sebuah matriks banding berpasang untuk kontribusi atau pengaruh setiap elemen yang relevan atas setiap kriteria yang berpengaruh yang berada setingkat di atasnya. Dalam matriks ini, pasangan-pasangan elemen dibandingkan berkenaan dengan suatu kriteria di tingkat lebih tinggi. Dalam membandingkan dua elemen, kebanyakan orang lebih suka memberi suatu pertimbangan yang menunjukkan dominasi sebagai suatu bilangan bulat. Matriks ini memiliki satu tempat untuk memasukkan bilangan itu dan satu tempat lain untuk memasukkan nilai resiprokalnya.

4. Dapatkan semua pertimbangan yang diperlukan untuk mengembangkan perangkat matriks di langkah 3. Jika ada banyak orang yang ikut serta, tugas setiap orang dapat dibuat sederhana dengan mengalokasikan upaya secara tepat. Pertimbangan ganda dapat disintesis dengan memakai rata-rata geometriknya.

5. Setelah mengumpulkan semua data banding berpasang itu dan memasukkan nilai-nilai kebalikannya beserta entri bilangan 1 sepanjang diagonal utama, prioritas dicari dan konsistensi diuji.

6. Laksanakan langkah 3, 4, dan 5 untuk semua tingkat dan gugusan dalam hierarki itu.

7. Gunakan komposisi secara hierarkis (sintesis) untuk membobotkan vektor-vektor prioritas itu dengan bobot kriteria-kriteria, dan jumlahkan semua entri prioritas terbobot yang bersangkutan dengan entri prioritas dan tingkat bawah berikutnya, dan seterusnya. Hasilnya adalah vektor prioritas menyeluruh untuk tingkat hierarki paling bawah. Jika hasilnya ada beberapa buah, boleh diambil nilai rata-rata aritmetiknya.

8. Evaluasi konsistensi untuk seluruh hierarki dengan mengalikan setiap indeks konsisitensi dengan prioritas kriteria bersangkutan dan menjumlahkan hasil kalinya. Hasil ini dibagi dengan pernyataan sejenis yang menggunakan indeks konsistensi acak, yang sesuai dengan dimensi masing-masing matriks. Dengan cara yang sama, setiap indeks konsistensi acak juga dibobot berdasarkan prioritas

kriteria yang bersangkutan dan hasilnya dijumlahkan. Rasio konsistesi hierarki harus 10% atau kurang. Jika tidak, mutu informasi itu harus diperbaiki, barangkali dengan memperbaiki cara menggunakan pertanyaan ketika membuat pembandingan berpasang. Jika tindakan ini gagal memperbaiki konsistensi, ada kemungkinan persoalan ini tak terstruktur secara tepat, yaitu elemen-elemen sejenis tidak dikelompokkan di bawah suatu kriteria yang bermakna. Maka kita perlu balik ke langkah 2, meskipun mungkin hanya bagian-bagian persoalan dan hierarki itu yang perlu diperbaiki.

1. Menetapkan Prioritas

Menurut Saaty (1991), langkah pertama dalam menetapkan prioritas elemen-elemen dalam suatu persoalan keputusan adalah dengan membuat pembandingan berpasangan (Tabel 5), yaitu elemen dibandingkan berpasangan terhadap suatu kriteria yang ditentukan. Untuk pembandingan berpasangan ini, matriks merupakan bentuk yang lebih disukai.

Matriks merupakan alat yang sederhana, biasa dipakai dan memberi kerangka untuk menguji konsistensi, memperoleh informasi tambahan dengan cara membuat segala perbandingan yang mungkin dan menganalisis kepekaan prioritas menyeluruh terhadap perubahan dalam pertimbangan. Rancangan matriks ini secara unik mencerminkan dari segi prioritas: mendominasi dan didominasi

Tabel 4. Nilai skala banding berpasangan

Intensitas Pentingnya

Definisi Penjelasan

1 Kedua elemen sama pentingnya Dua elemen menyumbang sama besar pada sifat itu

3 Elemen yang satu sedikit lebih penting daripada elemen lainnya

Pengalaman dan pertimbangan sedikit menyokong satu elemen atas elemen yang lainnya 5 Elemen yang satu sangat

penting dari pada elemen lainnya

Pengalaman dan pertimbangkan dengan kuat menyokong satu elemen atas elemen yang lainnya

Lanjutan Tabel 4

7 Satu elemen jelas lebih penting dari pada elemen yang lainnya

Bukti yang menyokong elemen yang satu atas yang lainnya memiliki tingkat penegasan yang tertinggi yang mungkin menguatkan

9 Satu elemen mutlak lebih penting dari pada elemen yang lainnya

Bukti yang menyokong elemen yang satu atas yang lainnya memiliki tingkat penegasan yang tertinggi yang mungkin menguatkan

2,4,6,8 Nilai-nilai di antara dua pertimbangkan yang berdekatan

Kompromi diperhatikan diantara dua pertimbangkan Kebalikan Jika untuk aktivitas i mendapatkan satu angka bila dibandingkan

dengan aktivitas j, maka j memiliki nilai kebalikannya bila dibandingkan dengan i

Sumber: Saaty (1991)

2. Penyelesaian dengan Persamaan Matematik

Menurut Marimin dan Maghfiroh (2010), terdapat tiga langkah untuk menentukan besarnya bobot yang dimulai dari kasus khusus yang sederhana sampai dengan kasus-kasus umum, seperti langkah dibawah ini:

a. Langkah 1:

wi/wj= αij(i,j = 1, 2,..., n) ...(1)

wi = bobot input dalam baris

wj = bobot input dalam lajur

b. Langkah 2:

wi = αij wj (i,j = 1, 2,..., n) ...(2)

untuk kasus-kasus umum mempunyai bentuk:

wi = (i = 1, 2,..., n)...(3)

wi = rataan dari αi1w1,...,αinwn

c. Langkah 3:

Bila perkiraan αij baik akan cenderung untuk dekat dengan nisbah

wi + wj, jika n juga berubah maka diubah menjadi λmax sehingga

wi = (i,j = 1, 2,..., n)...(4)

3. Pengolahan Horizontal

Menurut Marimin dan Maghfiroh (2011), pengolahan horizontal dimaksudkan untuk menyusun prioritas elemen keputusan setiap tingkat hierarki keputusan. Tahapannya menurut Saaty (1991) adalah sebagai berikut:

a. Perkalian baris (z) dengan rumus:

Z1 = ...(5) b. Perhitungan vektor prioritas atau vektor eigen:

eVP1 = ...(6)

eVPi = adalah elemen vektor prioritas ke-i c. Perhitungan nilai eigen maksimum:

VA =

α

ijx VP dengan VA = (Vαi)

VB = VA/VP dengan VB = (Vbi)

Eigen maks = ...(7) VA = VB = vektor antara

Vbi untuk i = 1,2,..., n

d. Perhitungan indeks konsistensi:

C1 = ...(8) Untuk mengetahui apakah C1 dengan besaran tertentu cukup baik atau tidak, perlu diketahui rasio yang dianggap baik, yaitu apabila CR ≤ 0.1, rumus CR adalah:

CR = ...(9) Nilai R1 merupakan nilai random indeks yang dikeluarkan oleh Oarkridge Laboratoryyang terdapat dalam Tabel 5.

Tabel 5. Nilai R1 N R1 1 0.00 2 0.00 3 0.58 4 0.90 5 1.12 6 1.24 7 1.32 8 1.41 9 1.45 10 1.49 11 1.51 12 1.48 13 1.56 Sumber: Marimin (2004) 4. Pengolahan Vertikal

Menurut Saaty (1991), pengolahan ini digunakan untuk menyusun prioritas setiap elemen dalam hierarki terhadap sasaran utama. Jika NPpq didefinisikan sebagai nilai prioritas pengaruh elemen ke- p pada tingkat ke-q terhadap sasaran utama, maka:

NPpq = ...(10)

Untuk p = 1,2,..., r T = 1,2,..., s Dimana:

NPpq = prioritas pengaruh elemen ke-p pada tingkat ke-q terhadap sasaran utama

NPHpq = nilai prioritas elemen ke-p pada tingkat ke-q