• Tidak ada hasil yang ditemukan

METODE PENELITIAN

3.5. Metode Pengukuran

3.5.1. Status maloklusi

Status maloklusi diukur dengan menggunakan indeks HMA, yaitu menggunakan suatu lembar isian dan digunakan untuk melengkapi cara menentukan prioritas perawatan

ortodonti menurut keparahan maloklusi yang dapat dilihat pada besarnya skor yang tercatat pada lembar isian tersebut. Metode ini dipilih karena mempunyai taraf kepercayaan yang tinggi dan peka terhadap semua tingkatan maloklusi serta tidak memerlukan alat khusus penilaian maloklusi.

Cara penilaian :

a. Penyimpangan gigi dalam satu rahang ( Intra arch deviation ) 1). Segmen Anterior

Setiap gigi anterior rahang atas yang terlibat diberi skor 2, dan setiap gigi anterior rahang bawah diberi skor 1.

a). Gigi absen (missing)

Gigi yang tidak terdapat dalam mulut, termasuk jika tinggal akar (radix).

b). Gigi berjejal (crowdeed )

Gigi yang berjejal karena kurang tempat sehingga untuk mengatur perlu menggeser gigi lain yang ada dalam rahang. Gigi yang sudah dinilai rotasi maka tidak boleh dinilai berjejal.

c). Gigi rotasi (rotation)

Gigi yang letaknya berputar tetapi cukup tempat untuk mengaturnya dalam lengkung rahang. Gigi yang sudah diberi skor rotasi tidak boleh diberi skor berjejal atau renggang

d). Gigi renggang (spacing), yaitu :

(1). Renggang terbuka (open spacing), yaitu celah yang terdapat diantara gigi sehingga terlihat papil interdental. Pemberian skor adalah jumlah papila yang nampak, bukan giginya.

(2). Renggang tertutup ( closed spacing ), yaitu penutupan ruang sebagian sehingga tidak memungkinkan gigi untuk erupsi penuh tanpa menggeser gigi lainnya dalam lengkung rahang yang sama, yang diberi skor adalah giginya. 2). Segmen posterior

Setiap gigi yang terlibat diberi skor 1.

a). Absen: cara penilaian seperti segmen anterior. Dicatat jumlah gigi yang tidak ada dalam rongga mulut, termasuk radiks.

b). Berjejal: penilaian seperti pada segmen anterior. c). Rotasi: penilaian seperti pada segmen anterior. d). Renggang yaitu :

(1). Renggang terbuka, yaitu celah interproksimal yang menampakan papila disebelah mesial dan distal sebuah gigi.

(2). Renggang tertutup: penilaian seperti pada segmen anterior.

b. Kelainan hubungan gigi kedua rahang dalam keadaan oklusi (inter arch deviation).

Penilaian dilakukan dengan cara menengadahkan kepala kebelakang sejauh mungkin dan mulut terbuka lebar untuk mendapat oklusi terminal. Lidah digerakkan keatas dan ke belakang mengenai palatum dan dengan cepat gigi-gigi dioklusikan sebelum kepala tertunduk kembali. Untuk melihat dengan jelas oklusi gigi dalam mulut digunakan kaca mulut.

1). Segmen Anterior

a). Jarak gigit, penilaian jarak gigit ialah bila gigi insisivus atas labioversi sehingga gigi insisivus bawah pada waktu oklusi mengenai mukosa palatum. Apabila gigi insisivus atas tidal labioversi maka kelainan itu hanya diskor sebagai kelainan tumpang gigit.

b). Tumpang gigit, penilaian tumpang gigit ialah apabila pada waktu oklusi, gigi insisivus atas mengenai mukosa gingiva gigi insisivus bawah, sedang gigi bawah tersebut mengenai mukosa palatum. Jika insisivus atas labioversi maka kelainan tumpang gigit juga jarak gigit.

c). Gigitan silang, yaitu apabila gigi insisivus atas pada waktu oklusi disebelah lingual gigi insisivus bawah.

d). Gigitan terbuka, yaitu apabila waktu oklusi gigi depan atas dan bawah tidak berkontak.

2). Segmen posterior

Untuk setiap gigi yang terlibat diberi skor 1.

a). Kelainan anteroposterior, yaitu kelainan oklusi dimana pada waktu oklusi gigi kaninus, premolar pertama dan premolar kedua serta gigi molar pertama bawah berada disebelah distal atau mesial gigi antagonisnya. Kelainan tersebut diskor bila terdapat satu tonjol atau lebih dari gigi molar, premolar dan kaninus beroklusi di daerah interproksimal lebih ke mesial atau ke distal dari posisi normal.

b). Gigitan silang, yaitu bila pada waktu oklusi terdapat gigi pada segmen bukal yang posisinya lebih ke lingual atau bukal diluar kontak oklusi terhadap gigi antagonisnya.

c). Gigitan terbuka, yaitu bila pada waktu oklusi terdapat celah antara gigi posterior atas dan bawah. Hubungan tonjol lawan tonjol tidak termasuk gigitan terbuka. Setiap ciri maloklusi yang berupa kelainan dentofasial diberi skor 8. Ciri-ciri tersebut yaitu: celah bibir dan celah mulut, bibir bawah terletak dipalatal gigi insisivus atas,gangguan oklusal (oklusal interference), gangguan fungsi rahang (functional jaw limitation), asimetri muka/wajah, gangguan bicara (speech impairment).

Indikator kebutuhan perawatan berdasarkan kriteria tingkat keparahan maloklusi menunjukan keparaham maloklusi berkisar antara :

a. Skor 0 – 4 : variasi oklusi normal

b. Skor 5 – 9 : maloklusi ringan, tidak perlu perawatan

c. Skor 10-14 : maloklusi ringan, kasus tertentu memerlukan perawatan d. Skor 15 – 19 : maloklusi berat, memerlukan perawatan

e. Skor ≥ 20 : maloklusi berat, sangat memerlukan perawatan.

3.6.2. Pengetahuan

Pengukuran pengetahuan responden, dilakukan dengan pemberian nilai (skoring) pada tiap-tiap soal pengetahuan. Soal nomor 6 dan 7 tidak dimasukan dalam perhitungan karena merupakan pertanyaan pembuka.Diberikan nilai 1 untuk jawaban yang benar dan nilai 0 untuk jawaban yang salah. Setelah diperoleh nilai semua responden, kemudian dicari nilai rata-rata (mean) dan simpangan deviasi. Kategori tinggi ditentukan untuk nilai-nilai yang berada atau diatas hasil penjumlahan mean dengan simpangan deviasi.

Soal untuk mengetahui sikap responden terdiri atas 5 pertanyaan, jawaban ya diberi nilai 2 dan jawaban tidak diberi nilai 1. Cutt of point adalah 7,5 sehingga diatas nilai tersebut termasuk kategori baik.

3.6.4. Kualitas Hidup

Pengukuran kualitas hidup menggunakan skala indeks Oral health Impact Profile

(OHIP-49) dari Slade GD, dengan lima skala likert. Pada analisis data bivariat dan multivariat dilakukan pengkategorian yaitu terbagi atas 2 kategori: sering dan tidak sering. OHIP-49 terdiri dari tujuh dimensi: dimensi keterbatasan fungsi (cutt of point = 24), rasa sakit (cutt of point = 15), ketidaknyamanan psikis (cutt of point = 12), ketidakmampuan fisik (cutt of point = 15), ketidakmampuan psikis (cutt of point = 18), ketidakmampuan sosial (cutt of point = 15) dan handikap (cutt of point = 15). Jika angka skor berada lebih dari cutt of point maka dimasukkan dalam kategori sering mengalami gangguan dan jika skor sama atau rendah dari nilai cutt of point maka dimasukkan dalam kategori tidak sering mengalami gangguan pada masing-masing dimensi kualitas hidup. Penggunaan alat ukur ini telah diuji dilakukan uji coba terhadap 50 orang remaja SMU. Ternyata terbukti validitasnya dan reabilitasnya. Uji reabilitas menghasilkan nilai Alfa Cronbach, s sebagai berikut:

a. Keterbatasan fungsi mempunyai nilai 0,96. b. Rasa sakit fisik mempunyai nilai 0,89.

c. Ketidaknyamanan psikis mempunyai nilai 0,94. d. Ketidakmampuan fisik mempunyai nilai 0,93. e. Ketidakmampuan psikis mempunyai nilai 0,75.

g. Hambatan mempunyai nilai 0,96.

Dokumen terkait