• Tidak ada hasil yang ditemukan

Metode Pengumpulan Data 1)Observasi/ Pengamatan 1)Observasi/ Pengamatan

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

2) Data Sekunder

1.5.2. Metode Pengumpulan Data 1)Observasi/ Pengamatan 1)Observasi/ Pengamatan

Obeservasi atau pengamatan adalah suatu metode pengumpulan data yang digunakan untuk menghimpun data penelitian yang melibatkan panca indra (Bungin, 2007:115). Observasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi partisipasi. Observasi partisipasi adalah pengumpulan data melalui observasi terhadap objek pengamatan dengan langsung hidup bersama,

merasakan, serta berada dalam aktivitas kehidupan objek pengamatan (Bungin, 2007:116).

22

Proses observasi atau pengamatan dalam penelitian ini dimulai dari kegiatan prasurvey yang dilakukan beberapa waktu sebelum proposal ini dirancang serta diintensifkan selama tiga hari sebelum keluarnya surat izin ke lapangan yang dikeluarkan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Kota Medan. Pada saat pertama kali peneliti melakukan kunjungan prasurvey ke lokasi tepatnya tanggal 16 Mei 2015, ada sedikit rasa cemas dan takut yang peneliti rasakan. Hal itu terjadi karena peneliti tidak mengantongi izin atau surat apapun dari pemerintah setempat maupun dari kampus. Rasa cemas dan takut itu muncul karena ada kekhawatiran bahwa masyarakat di Kampung Nelayan tidak akan menerima kedatangan peneliti dengan baik. Berbekal sedikit kebulatan tekad serta keberanian, peneliti tetap pergi menuju ke Kampung Nelayan Seberang.

Kampung Nelayan Seberang sendiri merupakan tempat yang asing dan baru bagi peneliti, karna ini baru kali pertama peneliti menjejaki daerah ini. Kampung nelayan itu sendiri berdasarkan hasil pengamatan yang peneliti lakukan terletak di seberang kelurahan Belawan I Kecamatan Medan Belawan. Dan hal ini juga yang menjadikan Kampung Nelayan termasuk bagian dari Kelurahan Belawan I tepatnya lingkungan XII Kelurahan Belawan I. Perjalanan ke Lokasi penelitian ini dari tempat tinggal peneliti di Jalan Merpati Kecamatan Medan Sunggal dibutuhkan waktu lebih kurang 60 Menit menggunakan sepeda motor menuju dermaga di Kelurahan Belawan I Kecamatan Medan Belawan. Kemudian perjalanan dilanjutkan menggunakan kapal motor sebagai moda transportasi yang digunakan menuju Kampung Nelayan yang terlihat berada tidak jauh dari seberang dermaga. Oleh karena itu, sepeda motor pun harus dititipkan di tempat parkir yang telah tersedia di tepian dermaga. Di tepian dermaga itu, peneliti tidak

23

hanya melihat banyak sepeda motor yang terparkir, akan tetapi juga melihat beberapa mobil diparkir di sana. Selain itu, banyak orang-orang yang berlalu lalang di tepian dermaga dengan alat pancing dalam ransel yang mereka bawa.

Air laut yang mulai pasang pada siang itu menggenangi jalanan di tepian dermaga. Namun tak menyurutkan tekad peneliti untuk tetap melanjutkan perjalanan ke Kampung Nelayan Seberang. Kapal Motor sebagai moda transportasi menuju Kampung Nelayan Seberang itu telah berbaris rapi menunggu para penumpang menaiki kapal mereka. Peneliti pun kemudian ditanya oleh salah

satu orang paruh baya “mau kemana dek?” saya pun menjawab “mau ke

Kampung Nelayan Seberang Pak.” Kemudian bapak itu mengarahkan telunjuknya

ke salah satu kapal motor yang terparkir di tepian dermaga itu. Peneliti pun menganggukkan kepala seolah telah mengerti apa yang coba dikatakan bapak paruh baya dengan gerakan jari tangannya itu. Tanpa berfikir panjang peneliti dan sahabat peneliti yang juga ikut menemani masuk ke kapal motor itu yang juga disambut ramah oleh seorang penumpang perempuan paruh baya yang juga kebetulan menunggu kapal motor lepas landas.

Kapal motor itu sendiri tidaklah begitu besar kira-kira panjang 10 meter dan lebar 3 meter dengan beratapkan triplek dan seng untuk melindungi penumpang dari panas matahari maupun hujan. Mesin yang digunakan untuk menjalankan kapal itu menggunakan mesin dongfeng atau sering kita sebut mesin dompeng yang berbahan bakar solar. Setelah peneliti dengan sahabat peneliti masuk ke dalam kapal motor tersebut, penumpang perempuan yang bersama kami itu memanggil salah seorang pria paruh baya yang berada tidak jauh dari kapal yang kami tumpangi. Ternyata pria itu adalah juru mudi perahu yang akan

24

membawa kami ke Kampung Nelayan yang berada tidak jauh di seberang dermaga. Dengan cekatan sang laki-laki paruh baya tadi menghidupkan mesin dompeng yang berada didekat tempat duduk peneliti. Mesin hidup dan kapal kami pun bergerak perlahan menuju Kampung Nelayan Seberang dimana itu merupakan lokasi penelitian ini akan berlangsung.

Di dalam Kapal Motor itu peneliti yang duduk di atas sebuah papan panjang yang dijejerkan mengikuti panjang kapal dengan perempuan paruh baya yang persis-nya duduk di sisi kanan peneliti. Kemudian peneliti pun melontarkan beberapa pertanyaan kepadanya. Nama perempuan paruh baya itu Lia yang berasal dari pulau jawa tepatnya di Kota Malang. Kak Lia adalah panggilan yang peneliti sematkan padanya. Walaupun umurnya yang hampir separuh abad, tapi panggilan itu peneliti rasa cocok untuk dirinya yang masih cukup muda ketika

peneliti harus menggailnya dengan sebutan “ibu”. Kak Lia merupakan pendatang

di Kampung Nelayan yang baru beberapa tahun tinggal disana karena ikut dengan suami. Sebelumnya dia menyangka tujuan peneliti ke Kampung Nelayan Seberang untuk memancing. Karena pada hari libur dan weekend banyak orang-orang dari luar daerah belawan datang ke Kampung Nelayan. Karena disana merupakan salah satu spot favorit para pemancing yang masih terdapat banyak ikan. Namun peneliti menyangkal hal itu dan mengatakan bahwa maksud dan tujuan peneliti disana untuk melakukan penelitian. Kak Lia mengangguk pelan petanda mengerti dengan yang peneliti bicarakan. Hasil perbincangan selanjutnya peneliti akhirnya mengetahui bahwa Kak Lia adalah seorang sarjana tamatan dari salah satu universitas yang ada di Kota Malang. Kemudian peneliti menanyakan perihal suaminya yang tinggal di Kampung Nelayan itu. Dia menunjuk juru

25

kemudi perahu itu dan mengatakan “itu suami saya” dengan sedikit canggung peneliti mulai terseyum kepada sang juru kemudi itu dan berkata “maaf ya bang,

saya gak tau kalau abang suami kak Lia”. Sang juru kemudian tersenyum menanggapi permintaan maaf saya.

Setelah beberapa menit mengarungi lautan, rumah-rumah terapung yang samar-samar terlihat dari tepian dermaga tempat kami berangkat tadi mulai tampak jelas. Rumah-rumah yang terbuat dari papan itu berjejeran dan saling berdempetan itu terlihat seperti mengikuti alur muara sungai yang mulai kami lalui. Di antara rumah-rumah yang berjejeran itu terdapat jembatan kayu sebagai penghubung rumah satu dengan rumah lainnya. Kapal kami mulai merapat ke pinggir kanan muara mengantarkan Kak Lia yang rumahnya berada tepat di pinggiran muara sungai itu. Kemudian tak jauh dari rumah Kak Lia, tepatnya dermaga yang terbuat dari beton yang berada di depan bangunan Sekolah Dasar kami pun turun dari perahu dan membayar ongkos Rp. 5.000 untuk setiap orang sambil tak lupa peneliti mengucapkan terima kasih kepada sang juru kemudi kapal motor yang telah mengantarkan kami. Pada hari itu kegiatan peneliti hanya berjalan menyusuri gang demi gang yang ada di Kampung Nelayan Seberang sembari melakukan observasi. Pada kunjungan di hari berikutnya, peneliti sudah merasa lebih percaya diri sekalipun surat ijin penelitian belum kunjung dikeluarkan oleh instansi terkait.

Secara umum pada observasi pada fase prasurvey ini, peneliti mengamati kondisi umum Kampung Nelayan Seberang dalam kaitannya dengan kondisi wilayah lain di sekitarnya. Kegiatan observasi pada masa prasurvey juga bersamaan dengan upaya peneliti membangun rapport yang baik agar kehadiran

26

penelitian tidak dianggap asing nantinya. Hal ini paling tidak dirasakan manfaatnya oleh peneliti saat pengumpulan data berlangsung. Perlu pula disampaikan saat observasi di fase prasurvey berlangsung, peneliti berulang kali ikut menyeberang dari Kota Medan ke Kampung Nelayan Seberang dengan menggunakan perahu yang berbeda. Tindakan ini dilakukan semata-mata untuk membiasakan warga dengan kehadiran peneliti. Dipilihnya perahu penyeberangan sebagai media membangun rapport sebab untuk mencapai lokasi penelitian,

perahu bermotor yang “mangkal” di pelabuhan rakyat wilayah adalah salah satu

pilihan yang efektif dan efesien dari segi waktu dan biaya. Mengingat intensitas penyeberangan yang cukup tinggi yang dalam pengamatan peneliti bisa mencapai lebih dari sepuluh kali pulang pergi sementara terdapat puluhan perahu, maka pemanfaatan sarana transportasi publik ini sebagai media memperkenalkan diri adalah hal yang paling mudah dilakukan.

Observasi ini kemudian berlanjut ke tahap penelitian dan ini ditandai dengan keluarnya surat izin penelitian yang dikeluarkan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Kota Medan. Pada fase ini, pengumpulan data melalui observasi lebih kepada upaya mengumpulkan data pola interaksi antara anggota masyarakat serta kondisi pemukiman secara umum. Secara umum melalui pengamatan di fase lanjutan ini peneliti melihat bahwa kondisi rumah-rumah di Kampung Nelayan Seberang sebagian besar merupakan rumah non permanen yang berbahan kayu dan papan. Pola bangunan yang berupa rumah panggung dengan tiang-tiang kayu sebagai pasaknya menjadikan kampung ini seperti terapung di atas air jika dilihat dari seberang terutama saat surutnya air laut.

27

Pengamatan yang dilakukan memberikan pengertian bagi peneliti tentang posisi dan letak lokasi Kampung Nelayan Seberang secara umum dikaitkan dengan kondisi ekosistem sekitarnya terutama kaitannya dengan kawasan hutan mangrove di muara sungai Batang Serai. Tidak hanya itu saja, dari observasi tersebut peneliti juga melihat intraksi-interaksi yang terjadi antar warga Kampung Nelayan Seberang yang sebagian besar mata pencaharian utamanya adalah nelayan itu. Interaksi tersebut terjadi dari aktivitas yang dilakukan oleh warga dalam kesehariannya yang ditandai dengan komunikasi antara satu dengan lainnya baik itu di rumah, perkumpulan, maupun di warung-warung. Selain itu, aktivitas-aktivitas yang dilakukan oleh warga Kampung Nelayan Seberang dalam kesehariannya tidak luput dari pengamatan yang dilakukan.

Intensitas pengamatan semakin tinggi saat peneliti melakukan metode “life in” selama seminggu. Selama tinggal bersama dengan masyarakat, peneliti melihat berbagai aktivitas yang dilakukan oleh keluarga nelayan. Sesudah masa life in selesai, peneliti juga tetap melakukan pengamatan di lokasi penelitian, hanya saja intensitasnya berkurang. Selama hampir 4 minggu, peneliti kerap datang ke lokasi di pagi hari dan kembali ke Medan di sore hari. Rata-rata dalam seminggu, peneliti melakukan kegiatan ini selam 3 sampai dengan 4 hari. Hanya saja jadwal kegiatan pengamatan di fase sesusah life in dapat dikatakan tidak terjadwal. Sekalipun demikian, pengamatan di fase ini cukup membantu peneliti dalam melengkapi berbagai data yang diperlukan untuk membentuk gambaran yang jauh lebih jelas tentang kondisi ekonomi sosial dan budaya masyarakat nelayan. Bila merujuk pada tanggal pengumpulan data dengan pengamatan

28

terutama di fase life in dimulai pada tanggal 23 Mei sampai dengan tanggal 30 Mei 2015.

2) Wawancara

Wawancara itu sendiri diartikan sebagai Tanya jawab antara peneliti dengan informan yang akan diteliti. Untuk mendapatkan data yang lebih banyak dan bervariasi dari informan maka diperlukan wawancara mendalam atau sering disebut dengan istilah dept Interview untuk mengorek lebih dalam pengetahuan maupun pengalaman informan. Dalam melakukan wawancara, peneliti menggunakan interview guide atau pedoman wawancara sebagai alat bantu untuk menfokuskan pertanyaan dalam menjawab rumusan masalah dalam penelitian ini. Wawancara dilakukan beberapa kali sampai data yang ingin didapat terpenuhi untuk menjawab permasalahan dalam penelitian. Hasil dari wawancara yang telah dilakukan telah mampu membantu penulis untuk menjelaskan penyebab terjadinya kemiskinan di Kampung Nelayan serta membantu menggambarkan bagaimana bentuk-bentuk adaptasi yang dilakukan oleh keluarga nelayan dalam menghadapi perubahan hidup berupa kemiskinan. Tidak hanya itu, gambaran umum tentang kondisi struktur sosial yang berlaku di masyarakat juga tergambarkan dengan baik melalui wawancara mendalam yang dilakukan.

Wawancara sebagai salah satu teknik pengumpulan data dalam penelitian ini melibatkan sejumlah orang yang akan diwawancarai sebagai informan. Perlu pula disampaikan bahwa kegiatan wawancara dalam penelitian ini dapat dibagi atas fase penelitian yang dilakukan. Sejalan dengan fase yang dijelaskan sebelumnya, saat kegiatan prasurvey berlangsung, peneliti juga telah melakukan wawancara secara bebas. Wawancara pada fase ini lebih banyak ditujukan untuk

29

tujuan mengidentifikasi tokoh atau individu yang secara khusus memiliki peran tersendiri di masyarakat dan membantu memetakan kondisi desa secara umum.

Pengalaman melakukan wawancara di fase ini dalam cacatan peneliti

dimulai pada hari pertama kegiatan prasurvey yaitu pada hari Sabtu tanggal 16 Mei 2015. Berdasarkan informasi yang diperoleh peneliti dari kakek Mispar

tentang adanya beberapa tokoh masyarakat yang sebaiknya peneliti wawancarai, salah satunya yaitu kepala lingkungan Kampung Nelayan Seberang. Kemudian penelitipun akhirnya berupaya melakukan wawancara pada kepala lingkungan di Kampung Nelayan Seberang yang bernama Pak Safaruddin. Usaha menemui Pak Safaruddin dimulai saat peneliti sampai di Kampung Nelayan Seberang pada hari kedua prasurvey sekitar pukul 10.10 WIB. Setelah bertanya kepada beberapa warga, peneliti akhirnya bisa menemukan rumah Bapak Shafaruddin yang ternyata terletak di pinggiran muara di Belawan. Di dekat rumah Pak Kepala Lingkungan (Kepling) itu peneliti melihat banyak orang berkumpul memperbaiki alat tangkap untuk melaut (menangkap ikan). Setelah memperkenalkan diri kepada Pak Kepling, beliau mengajak peneliti duduk di teras rumah yang terbuat dari papan-papan yang disatukan itu. Kemudian peneliti mulai melakukan wawancara terkait dengan penelitian yang dilakukan di Kampung Nelayan Seberang.

Wawancara yang berlangsung lebih kurang 1 jam itu memberikan pengalaman yang menarik bagi peneliti terkait berbagai hal yang jarang diketahui orang tentang Kampung Nelayan Seberang. Salah satu hal yang menarik itu adalah warga kampung nelayan terbagi ke dalam dua wilayah administrasi yang berbeda. Hal ini dibuktikan dengan adanya Dusun XII dan Lingkungan XII di

30

Kampung Nelayan Seberang. Dusun XII itu sendiri termasuk bagian dari Kabupaten Deli Serdang sedangkan Lingkungan XII itu termasuk bagian dari Kota Medan tepatnya bagian dari Kecamatan Medan Belawan. Dari penjelasan Pak Shafaruddin terdapat lebih kurang 800 Kepala Keluarga di Kampung Nelayan Seberang dan 40 an Kepala Keluarga termasuk di Dusun XII yang merupakan wilayah Kab. Deli Serdang. Meskipun begitu, tidak ada batasan yang jelas antara wilayah Deli Serdang dengan wilayah kota Medan.

Sementara itu aktifitas wawancara lainnya berlangsung seiring dengan berlangsungnya fase life in dan sesudahnya. Pada fase life in ini, metode wawancara yang pakai oleh peneliti adalah wawancara mendalam. Wawancara ini dilakukan terhadap beberapa informan. Informan dalam penelitian ini dibagi ke dalam dua bentuk yaitu; informan biasa dan informan kunci. Ada beberapa kriteria khusus yang harus dipenuhi sebagai informan, baik informan biasa maupun informan kunci. Untuk informan biasa kriteria yang harus dipenuhi yaitu informan merupakan orang yang mengetahui tentang kondisi Kampung Nelayan Seberang walaupun bukan warga Kampung Nelayan Seberang. Sedangkan untuk informan kunci, selain kriteria informan yang harus merupakan masyarakat yang tinggal dan menetap di Kampung Nelayan Seberang juga ada beberapa kriteria khusus yang harus dipenuhi sebagai sumber data primer untuk menjawab permasalahan dalam penelitian ini. Kriteria-kriteria informan Kunci itu adalah sebagai berikut :

 Lamanya informan menetap di Kampung Nelayan Seberang. Semakin lama seorang informan tinggal di Kampung Nelayan Seberang maka akan semakin banyak informasi yang akan didapat dari informan terkait dengan

31

dinamika kehidupan yang terjadi di Kampung Nelayan Seberang serta sejarah terbentuknya kampung nelayan.

 Kedudukan sosial informan dalam masyarakat. Artinya, informan kunci merupakan mereka yang dapat mewakili lapisan-lapisan sosial masyarakat di Kampung Nelayan Seberang.

Dalam penelitian ini jumlah informan kunci ada 7 orang informan yang keseluruhannya bermata pencaharian utama sebagai nelayan. Informan kunci dari penelitian ini terdiri dari berbagai latar belakang kehidupan dan kedudukan sosial yang berbeda-beda dalam masyarakat. Dua orang informan merupakan tokoh masyarakat yang merupakan pimpinan formal di Kampung Nelayan Seberang. Tiga orang informan yang berasal dari keluarga nelayan buruh dan satu nelayan kaya (juragan). Satu orang lainnya adalah toke yang menampung hasil tangkapan nelayan di Kampung Nelayan Seberang. Sementara itu, informan biasa yang berhasil diwawancarai berjumlah 7 orang. Pemilihan informan ini atas dasar bahwa informan mengetahui tentang keberadaan Kampung Nelayan Seberang meskipun merupakan warga di luar Kampung Nelayan Seberang. Informan biasa dalam penelitian ini terdiri dari lima orang warga kampung nelayan serta dua orang warga luar.

Wawancara sebagai salah satu teknik pengumpulan data dalam penelitian ini, tentunya memiliki berbagai kendala yang harus dihadapi oleh peneliti diantaranya adalah sebagai berikut:

 Keengganan informan untuk diwawancarai. Untuk mengatasi hal ini, peneliti berupaya membangun rapport yang baik dengan informan dimulai

32

dengan cara memperkenalkan diri serta mengungkapkan maksud dan tujuan dari wawancara tersebut.

 Ketidaksesuaian waktu yang biasanya menjadi penghambat wawancara pada penelitian ini diatasi dengan keberhasilan membangun rapport yang baik. Ini artinya kesuksesan wawancara yang dilakukan peneliti selama di lapangan didahului dengan upaya peneliti membangun rapport yang baik. Sebagian besar upaya membangun rapport dimulai peneliti dengan terlebih dahulu ikut berbaur di beberapa tempat keramaian seperti warung. Sambil ikut memesan teh ata kopi dan ikut nimbrung dalam perbincangan untuk mencairkan situasi. Bila kondisi dianggap cair, barulah kegiatan wawancara dimulai. Untuk sebagian informan kunci yang diwawancara di ruang publik seperti di warung ini, biasanya dilakukan sekedarnya saja yang kemudian disertai dengan upaya membuat janji bertemu untuk melakukan wawancara yang lebih terfokus.

 Pembahasan dalam wawancara yang tidak sesuai dengan permasalahan dalam penelitian. Untuk mengatasi hal ini, peneliti mempersiapkan interview guide sebagai pedoman dalam wawancara untuk menfokuskan pertanyaan pada permasalahan penelitian. Sekalipun demikian, pada beberapa kasus tertentu, peneliti harus mengikuti apa yang dibicarakan informan walaupun sudah jauh melenceng dari fokus interview guide yang dibuat. Hal ini sebagai bentuk dari membangun rapport yang baik kepada informan. Karena sebagian masyarakat menganggap memotong pembicaraan itu berupa ketidaksopanan dalam berbicara. Namun ketika informan memberikan celah kepada peneliti untuk menfokuskan

Dokumen terkait