3. PENDEKATAN DAN METODOLOGI
3.4. Metodologi dan Kerangka Proses Pelaksanaan
3.4.4. Metode Perhitungan Komponen Lingkungan
A. Analisis Spasial Penggunaan Lahan Eksisting
Analisis penggunaan lahan wilayah kabupaten Luwu Timur dilakukan dengan metode interpretasi citra satelit Landsat ETM+ resolusi 30 meter. Analisis ini dilakukan dengan teknik interaktif dalam sistem informasi geografis (GIS), melalui intepretasi citra komposit tiga band. Analisis ini secara ruang mengidentifikasi jenis-jenis penggunaan/tutupan lahan yang ada di Kabupaten Luwu Timur. Dalam analisis ini, tingkat ketelitian yang digunakan adalah pada skala 1 : 50.000 sampai 1 : 100.000 , mengenai tingkat ketelitian peta pada KLHS Kabupaten. Hasilnya disajikan dalam bentuk peta penggunaan lahan.
CV. WAHANA HALID MANDIRI 108 B. Daya Dukung
Penentuan daya dukung lingkungan hidup dilakukan dengan cara mengetahui kapasitas lingkungan alam dan sumber daya untuk mendukung kegiatan manusia/penduduk yang menggunakan ruang bagi kelangsungan hidup. Besarnya kapasitas tersebut disuatu tempat dipengaruhi oleh keadaan dan karakteristik sumberdaya yang ada di hamparan ruang yang bersangkutan. Kapasitas lingkungan hidup dan sumber daya akan menjadi faktor pembatas dalam penentuan pemanfaatan ruang yang sesuai.
Daya dukung lingkungan hidup terbagi menjadi 2 (dua) komponen, yaitu kapasitas penyediaan (supportive capacity) dan kapasitas tampung limbah (assimilative capacity) (Gambar 2.8). Telaahan daya dukung lingkungan hidup terbatas pada kapasitas penyediaan sumber daya alam, terutama berkaitandengan kemampuan lahan serta ketersediaan dan kebutuhanakan lahan dan air dalam suatu ruang/wilayah. Oleh karena kapasitas sumber daya alam tergantung pada kemampuan,ketersediaan, dan kebutuhan akan lahan dan air, penentuan daya dukung lingkungan hidup dalam pedoman ini dilakukan berdasarkan 3 (tiga) pendekatan, yaitu:
1) Kemampuan lahan untuk alokasi pemanfaatan ruang; 2) Perbandingan antara ketersediaan dan kebutuhan lahan; 3) Perbandingan antara ketersediaan dan kebutuhan air.
CV. WAHANA HALID MANDIRI 109 Gambar 34. Daya Dukung Lingkungan sebagai Dasar Pembangunan Berkelanjutan
Agar pemanfaatan ruang di suatu wilayah sesuai dengan kapasitas lingkungan hidup dan sumber daya, alokasi pemanfaatan ruang harus mengindahkan kemampuan lahan. Perbandingan antara ketersediaan dan kebutuhan akan lahan dan air di suatu wilayah menentukan keadaan surplus atau defisit dari lahan dan air untuk mendukung kegiatan pemanfaatan ruang. Hasil penentuan daya dukung lingkungan hidup dijadikan acuan dalam penyusunan rencana tata ruang wilayah. Mengingat daya dukung lingkungan hidup tidak dapat dibatasi berdasarkan batas wilayah administratif, penerapan rencana tata ruang harus memperhatikan aspek
Kualitas Hidup
Hasil
Kegiatan Pembangunan
Masukan Limbah Residu
Sumber Daya Alam Lingkungan
Kapasitas Penyediaan Sumber Daya Alam
Kapasitas Tampung Limbah
Daya Dukung (Carrying Capacity) (Supportive Capacity)
CV. WAHANA HALID MANDIRI 110
keterkaitan ekologis, efektivitas dan efisiensi pemanfaatan ruang, serta dalam pengelolaannya memperhatikan kerja sama antar daerah.
1. Perhitungan Daya Dukung
1.1. Metode Perbandingan Ketersediaan dan Kebutuhan Lahan
Metode ini digunakan untuk mengetahui daya dukung lahan berdasarkan perbandingan antara ketersediaan dan kebutuhan lahan bagi penduduk yang hidup di suatu wilayah. Dengan metode ini dapat diketahui gambaran umum apakah daya dukung lahan suatu wilayah dalam keadaan surplus atau defisit. Keadaan surplus menunjukkan bahwa ketersediaan lahan setempat di suatu wilayah masih dapat mencukupi kebutuhan akan produksihayati di wilayah tersebut, sedangkan keadaan defisit menunjukkan bahwa ketersediaan lahan setempat sudah tidak dapat memenuhi kebutuhan akan produksi hayati di wilayah tersebut. Hasil perhitungan dengan metode ini dapat dijadikan bahan masukan/pertimbangan dalam penyusunan rencana tata ruang dan evaluasi pemanfaatan ruang, terkait dengan penyediaan produk hayati secara berkelanjutan melalui upaya pemanfaatan ruang yang menjaga kelestarian fungsi lingkungan hidup.
a. Pendekatan Perhitungan
Penentuan daya dukung lahan dilakukan dengan membandingkan ketersediaan dan kebutuhan lahan seperti digambarkan dalam diagram di bawah ini.
CV. WAHANA HALID MANDIRI 111
Ketersediaan lahan ditentukan berdasarkan data total produksi aktual setempat dari setiap komoditas di suatu wilayah, dengan menjumlahkan produk dari semua komoditas yang ada di wilayah tersebut. Untuk penjumlahan ini digunakan harga sebagai faktor konversi karena setiap komoditas memiliki satuan yang beragam. Sementara itu, kebutuhan lahan dihitung berdasarkan kebutuhan hidup layak.
b. Cara Perhitungan
Perhitungan dilakukan dengan tahapan sebagai berikut : 1. Penghitungan Ketersediaan (Supply) Lahan
Rumus:
π
πΏ=
β(ππ»ππ π₯ π»π)π₯
ππ‘π£1π (1)Keterangan :
ππΏ : Ketersediaan lahan (Ha)
ππ : Produksi aktualtiap jenis komoditi (satuan tergantung dari jenis
komoditas), komoditas yang diperhitungan meliputi pertanian, perkebunan, kehutanan, peternakan dan perikanan
π»π : Harga satuan tiap jenis komoditas (Rp/satuan) ditingkat
produsen
π»π : Harga satuan beras (Rp/Kg) ditingkat produsen
ππ‘π£π : Produktivitas beras (Kg/Ha)
Dalam penghitungan ini, faktor konversi yang digunakan untuk menyetarakan produk non beras dengan beras adalah harga.
2. Perhitungan Kebutuhan (Demand) Lahan Rumus:
π·
πΏ= π π₯ πΎπ»πΏ
πΏ (2)Keterangan :
π·πΏ : Total kebutuhan lahan setara beras (Ha) π : Jumlah penduduk (Orang)
πΎπ»πΏπΏ : Luas lahan yang dibutuhkan untuk kebutuhan hidup layak
CV. WAHANA HALID MANDIRI 112
Status daya dukung lahan diperoleh dari pembandingan antara ketersediaan lahan (SL) dan kebutuhan lahan (DL) .
Bila SL > DL , daya dukung lahan dinyatakan surplus.
Bila SL < DL, daya dukung lahan dinyatakan defisit atau terlampaui.
1.2.Metode Perbandingan Ketersediaan dan Kebutuhan Air
Metode ini digunakan untuk mengetahui daya dukung air di suatu wilayah, dengan mempertimbangkan ketersediaan dan kebutuhan akan sumber daya air bagi penduduk yang hidup di wilayah itu. Dengan metode ini, dapat diketahui secara umum apakah sumber daya air di suatu wilayah dalam keadaan surplus atau defisit. Keadaan surplus menunjukkan bahwa ketersediaan air di suatu wilayah tercukupi, sedangkan keadaan defisit menunjukkan bahwa wilayah tersebut tidak dapat memenuhi kebutuhan akan air. Guna memenuhi kebutuhan air, fungsi lingkungan yang terkait dengan sistem tata air harus dilestarikan.
Gambar 36. Diagram penentuan daya dukung air
Ketersediaan air ditentukan dengan menggunakan metode koefisien limpasan berdasarkan informasi penggunaan lahan serta data curah hujan tahunan. Sementara itu, kebutuhan air dihitung dari hasil konversi terhadap kebutuhan hidup layak.
CV. WAHANA HALID MANDIRI 113
a. Cara Perhitungan
Perhitungan dilakukan dengan tahapan sebagai berikut : 1. Penghitungan Ketersediaan (Supply) Air
Rumus:
πΆ = β(π
ππ₯ π΄
π) / β π΄
π(3)
π = β π
π/ π
(4)
π
π΄= 10 π₯ πΆ π₯ π π₯ π΄
(5)
Keterangan :
ππ΄ : Ketersediaan air (m3/tahun) πΆ : Koefisien limpasan tertimbang
ππ : Koefisien limpasan penggunaan lahan i
π΄π : luas penggunaan lahan i (Ha) dari data BPS atau daerah dalam
angka, atau dari data Badan Pertanahan Nasional (BPN)
π : Rata-rata aljabar curah hujan tahunan wilayah (mm/tahunan) dari data BPS atau BMG atau dinas terkait setempat.
π π : Curah hujan tahunan pada stasiun i π : Jumlah stasiun pengamatan curah hujan
π΄ : Luas wilayah (Ha)
10 : Faktor konversi dari mm.ha menjadi m3
2. Perhitungan Kebutuhan (Demand) Air Rumus:
π·
π΄= π π₯ πΎπ»πΏ
π΄ (6)Keterangan :
π·π΄ : Total kebutuhan air (m3/tahun) π : Jumlah penduduk (orang)
πΎπ»πΏπ΄ : Kebutuhan air untuk hidu layak
: 1600 m3 air/kapita/tahun
: 2 x 800 m3 air/kapita/tahun merupakan kebutuhan air untuk keperluan domestik dan untuk menghasilkan pangan (lihat tabel 2.. total kebutuhan air dan Tabel 2.1 tentang βAir virtualβ (kebutuhan air untuk menghasilkan satu satuan produk).
Catatan: Kriteria WHO untuk kebutuhan air total sebesar 1000β2000 m3/orang/tahun
CV. WAHANA HALID MANDIRI 114 Tabel 6. Contoh Perhitungan Koefisien Limpasan Tertimbang
No. Deskripsi Permukaan πͺπ Luas Lahan (π¨π)
(πͺπ πΏπ¨π)
1. Kota, jalan aspal, atap genteng 0,7 β 0,9 - -
2. Kawasan industri 0,5 β 0,9 - -
3. Pemukiman multi unit, pertokoan
0,6 β 0,7 - -
4. Kompleks perumahan 0,4 β 0,6 - -
5. Villa 0,3 β 0,5 - -
6. Taman, pemakaman 0,1 β 0,3 - -
7. Pekarangan tanah berat: a. > 7% b. 2 β 7% c. < 2% 0,25 β 0,35 0,18 β 0,22 0,13 β 0,17 - - - - - -
8. Pekarangan tanah ringan:
a. > 7% b. 2 β 7% c. < 2% 0,15 β 0,2 0,10 β 0,15 0,05 β 0,10 - - - - - - 9. Lahan Berat 0,40 - - 10. Padang rumput 0,35 - -
11. Lahan budidaya pertanian 0,30 - -
12. Hutan Produksi 0,18 - - β(π΄π) β(πΆπ ππ΄π) C (koefisien limpasan tertimbang) β(πΆπ ππ΄π) / β(π΄π)
Tabel 7. Jenis dan Sumber Data
Jenis Data Sumber data
Pusat Provinsi Kabupaten/Kota
Jumlah Penduduk (N) Data hasil susenas atau sensus penduduk BPS dalam Buku Daerah Dalam Angka Produksi padi/beras (padi/beras) BPS Pusat: ο· Subdit Statistik Tanaman Pangan ο· Direktorat Statistik Pertanian Daerah Dalam Angka (DDA) Untuk Kabupaten: ο· DDA Untuk Kota: ο· Dinas terkait
Produksi non padi (non padi) Statistik sektoral: ο· Daerah dalam angka ο· Statistik pertanian ο· Statistik perkebunan
ο· Data hortikultura di dinas pertanian setempat
ο· Data perkebunan di dinas terkait
CV. WAHANA HALID MANDIRI 115 ο· Statistik Perikanan ο· Statistik Peternakan ο· Statistik Kehutanan
Harga beras (Hb) Statistik harga Produsen
Statistik harga produsen (harga di tingkat petani atau di lokasi sumber komoditas) Harga: (Hi) Statistik harga
produsen (secara
prinsip menggunakan data harga produsen, tergantung pada jenis komoditi lokal Statistik harga produsen Di Kabupaten: ο· Statistik Harga Produsen di BPS setempat Di Kota: ο· Statistik dinas
terkait lokal jika tidak ada data harga produsen wilayah tersebut, bisa digunakan harga produsen wilayah di dekatnya, atau bisa didekati dengan harga pedagang besar. Tabel 8. Total Kebutuhan Air
Konsumsi Jumlah Kebutuhan Setara Air
Beras 120 kg/th 324.00 m3 / th
Air minum dan rumah tangga
120 l/h 43.20 m3 / th
Telor 1 kg berisi 16 telor; 1
butir/hari
105.75 m3 / th
Buah 1 kg jeruk = 5 buah;
1/5 kg tiap 3 hari 3.84 m3 / th Daging 1 / 10 kg/5 hari 20.16 m3 / th Salad 5.40 m3 / th Kedelai 276.00 m3 / th Total 778.35 m3/ th
CV. WAHANA HALID MANDIRI 116 Tabel 9. Air Virtual (kebutuhan air untuk menghasilkan satuan produk)
Produk Kebutuhan air
1 kg padi 2700 β 4000 liter
1 kg daging sapi 1900 β 16000 liter
1 kg daging unggas (ayam) 2800 liter
1 kg telur 4700 liter
1 kg kentang 160 liter
1 kg kedelai 2300 liter
1 kg gandum 1200 liter
1 bongkah roti 170 liter
1 kaleng soda 90 liter
Air minum dan RT 120 liter/hari/kapita
Tabel 10. Jenis dan Sumber Data
Jenis Data Sumber Data
Pusat Provinsi Kabupaten/Kota Jumlah
Penduduk (N)
Data Hasil Susenas atau Sensus Penduduk BPS Dalam Buku Daerah Dalam Angka
Curah Hujan (R) Statistik Indonesia DDA DDA atau DInas BMKG setempat bila tidak ada dapat BMKG, data dapat diperoleh dari dinas terkaitu local seperti Dinas Pertanian atau dinas lainnya Luas wilayah
(A)
BPS Luas guna lahan (Ai)
a. DDA
b. Buku Statistik Luas Guna Lahan c. Data BPN
CV. WAHANA HALID MANDIRI 117
C. EROSI DAN SEDIMENTASI
1.1. Menduga Erosi (USLE)
Dalam Kegiatan ini, pendugaan erosi dilakukan dengan menggunakan pendekatan USLE (Universal Soil Loss Equation) (Wischmeier and Smith, 1978). USLE telah banyak diterapkan di berbagai negara dengan kondisi lingkungan fisik yang berbeda-beda, dengan penyesuaian dan/atau modifikasi faktor erosivitas hujan (faktor R). Di Indonesia, USLE telah populer digunakan untuk membantu dalam pengelolaan DAS baik perdesaan maupun perkotaan. Persamaan dasar yang digunakan adalah sebagai berikut:
A = R x K x LS x CP
dimana:
A = besarnya erosi yang terjadi (ton/ha/tahun) R = faktor erosivitas hujan (erosivitas hujan) (KJ/ha) K = faktor erodibilitas tanah (erodibilitas tanah)
LS = faktor panjang lereng (L) dan kecuraman lereng (S) C = faktor pengelolaan tanaman(vegetasi)
P = faktor indakan konservasi
Metode penghitungan erosivitas hujan (R) berdasarkan indeks agresivitas hujan (rainfall aggresivity index, EI30), yang disarankan untuk digunakan di Indonesia oleh Bols (1974) sedangkan nilai Faktor Pengelolaan Tanaman (C) dan Faktor Pengelolaan dan Konservasi Tanah Arsyad (2010).
a. Faktor Erosivitas Hujan (R)
Faktor Erosivitas Hujan (R) adalah satuan indeks erosi hujan yang merupakan fungsi dari energi hujan (E) dengan intensitas maksimum 30 menit (El30).
30
Ξ£El
R
ο½
Di dalam penelitian ini, nilai R ditentukan dengan menggunakan rumus Bols (Arsyad, 2010), yakni :
CV. WAHANA HALID MANDIRI 118
El30 = 6,119 (RAIN)1,21 (DAYS)-0,47 (MAXP)0,53, dimana :
El30 = Indeks erosi bulanan
RAIN = curah hujan rata-rata bulanan dalam sentimeter DAYS = jumlah hari hujan rata-rata per bulan
MAXP = curah hujan maksimum selama 24 jam dalam bulan bersangkutan b. Faktor Erodibilitas Tanah (K)
100 K = 1,292 [2,1 M1,41 (10-4) (12-a) + 3,25 (b-2) + 2,5 (c-3)]
yang mana M adalah persentase pasir yang sangat halus dan debu, a adalah persentase bahan organik; b adalah kode struktur tanah yang digunakan; c adalah kelas permeabilitas.
c. Faktor Panjang dan Kecuraman Lereng (LS)
πΏ = (π/22,1)
ππ΄ =
0,43+0,630,613π +0,043π 2πΏπ = βπ₯ (0,0138+0,00965π +0,00138π
2Yang mana x adalah panjang lereng dalam meter; s adalah kecuraman lereng dalam persen; L adalah panjang kemiringan lereng (m); m angka eksponen dengan nilai rata-rata 0,5.
CV. WAHANA HALID MANDIRI 119 1.2.Menduga Sedimen
Sedimen terkait erat dengan erosi. Erosi menyebabkan atau menghasilkan sedimen. Dalam penelitian ini, hasil sedimen dihitung dari nilai total erosi (yang telah dihitung di atas) dan rasio penghantaran sedimen (sediment delivery ratio), dengan persamaan yang disajikan pada Tabel 5 berikut :
Tabel 11. Pengaruh luas daerah aliran sungai terhadap nisbah pelepasan sedimen (NLS)
Luas DAS/Kawasan SDR (%) km2 Ha 0,05 5 0,580 0,10 10 0,520 0,50 50 0,390 1,00 100 0,350 5,00 500 0,250 10,00 1 0,220 50,00 5 0,153 100,00 10 0,127 500,00 50 0,079 1000,00 100 0,059
Tabel 12 . Klasifikasi tingkat sedimentasi
Persamaan empirik untuk menghitung SDR = 0,14 A-0,3
Yang menyatakan A adalah Luas DAS
Sedimentasi Potensial = Erosi Tertimbang x SDR
yang mana SDR adalah nisbah antara jumlah sedimen yang terangkut ke dalam sungai terhadap jumlah erosi yang terjadi di dalam DAS.
Sedimentasi(ton/ha/thn) Kategori Skor
< 2 Baik 1
2 β 5 Sedang 2
CV. WAHANA HALID MANDIRI 120