• Tidak ada hasil yang ditemukan

Metode Perhitungan Komponen Lingkungan

Dalam dokumen LAPORAN PENDAHULUAN KL H S (Halaman 114-127)

3. PENDEKATAN DAN METODOLOGI

3.4. Metodologi dan Kerangka Proses Pelaksanaan

3.4.4. Metode Perhitungan Komponen Lingkungan

A. Analisis Spasial Penggunaan Lahan Eksisting

Analisis penggunaan lahan wilayah kabupaten Luwu Timur dilakukan dengan metode interpretasi citra satelit Landsat ETM+ resolusi 30 meter. Analisis ini dilakukan dengan teknik interaktif dalam sistem informasi geografis (GIS), melalui intepretasi citra komposit tiga band. Analisis ini secara ruang mengidentifikasi jenis-jenis penggunaan/tutupan lahan yang ada di Kabupaten Luwu Timur. Dalam analisis ini, tingkat ketelitian yang digunakan adalah pada skala 1 : 50.000 sampai 1 : 100.000 , mengenai tingkat ketelitian peta pada KLHS Kabupaten. Hasilnya disajikan dalam bentuk peta penggunaan lahan.

CV. WAHANA HALID MANDIRI 108 B. Daya Dukung

Penentuan daya dukung lingkungan hidup dilakukan dengan cara mengetahui kapasitas lingkungan alam dan sumber daya untuk mendukung kegiatan manusia/penduduk yang menggunakan ruang bagi kelangsungan hidup. Besarnya kapasitas tersebut disuatu tempat dipengaruhi oleh keadaan dan karakteristik sumberdaya yang ada di hamparan ruang yang bersangkutan. Kapasitas lingkungan hidup dan sumber daya akan menjadi faktor pembatas dalam penentuan pemanfaatan ruang yang sesuai.

Daya dukung lingkungan hidup terbagi menjadi 2 (dua) komponen, yaitu kapasitas penyediaan (supportive capacity) dan kapasitas tampung limbah (assimilative capacity) (Gambar 2.8). Telaahan daya dukung lingkungan hidup terbatas pada kapasitas penyediaan sumber daya alam, terutama berkaitandengan kemampuan lahan serta ketersediaan dan kebutuhanakan lahan dan air dalam suatu ruang/wilayah. Oleh karena kapasitas sumber daya alam tergantung pada kemampuan,ketersediaan, dan kebutuhan akan lahan dan air, penentuan daya dukung lingkungan hidup dalam pedoman ini dilakukan berdasarkan 3 (tiga) pendekatan, yaitu:

1) Kemampuan lahan untuk alokasi pemanfaatan ruang; 2) Perbandingan antara ketersediaan dan kebutuhan lahan; 3) Perbandingan antara ketersediaan dan kebutuhan air.

CV. WAHANA HALID MANDIRI 109 Gambar 34. Daya Dukung Lingkungan sebagai Dasar Pembangunan Berkelanjutan

Agar pemanfaatan ruang di suatu wilayah sesuai dengan kapasitas lingkungan hidup dan sumber daya, alokasi pemanfaatan ruang harus mengindahkan kemampuan lahan. Perbandingan antara ketersediaan dan kebutuhan akan lahan dan air di suatu wilayah menentukan keadaan surplus atau defisit dari lahan dan air untuk mendukung kegiatan pemanfaatan ruang. Hasil penentuan daya dukung lingkungan hidup dijadikan acuan dalam penyusunan rencana tata ruang wilayah. Mengingat daya dukung lingkungan hidup tidak dapat dibatasi berdasarkan batas wilayah administratif, penerapan rencana tata ruang harus memperhatikan aspek

Kualitas Hidup

Hasil

Kegiatan Pembangunan

Masukan Limbah Residu

Sumber Daya Alam Lingkungan

Kapasitas Penyediaan Sumber Daya Alam

Kapasitas Tampung Limbah

Daya Dukung (Carrying Capacity) (Supportive Capacity)

CV. WAHANA HALID MANDIRI 110

keterkaitan ekologis, efektivitas dan efisiensi pemanfaatan ruang, serta dalam pengelolaannya memperhatikan kerja sama antar daerah.

1. Perhitungan Daya Dukung

1.1. Metode Perbandingan Ketersediaan dan Kebutuhan Lahan

Metode ini digunakan untuk mengetahui daya dukung lahan berdasarkan perbandingan antara ketersediaan dan kebutuhan lahan bagi penduduk yang hidup di suatu wilayah. Dengan metode ini dapat diketahui gambaran umum apakah daya dukung lahan suatu wilayah dalam keadaan surplus atau defisit. Keadaan surplus menunjukkan bahwa ketersediaan lahan setempat di suatu wilayah masih dapat mencukupi kebutuhan akan produksihayati di wilayah tersebut, sedangkan keadaan defisit menunjukkan bahwa ketersediaan lahan setempat sudah tidak dapat memenuhi kebutuhan akan produksi hayati di wilayah tersebut. Hasil perhitungan dengan metode ini dapat dijadikan bahan masukan/pertimbangan dalam penyusunan rencana tata ruang dan evaluasi pemanfaatan ruang, terkait dengan penyediaan produk hayati secara berkelanjutan melalui upaya pemanfaatan ruang yang menjaga kelestarian fungsi lingkungan hidup.

a. Pendekatan Perhitungan

Penentuan daya dukung lahan dilakukan dengan membandingkan ketersediaan dan kebutuhan lahan seperti digambarkan dalam diagram di bawah ini.

CV. WAHANA HALID MANDIRI 111

Ketersediaan lahan ditentukan berdasarkan data total produksi aktual setempat dari setiap komoditas di suatu wilayah, dengan menjumlahkan produk dari semua komoditas yang ada di wilayah tersebut. Untuk penjumlahan ini digunakan harga sebagai faktor konversi karena setiap komoditas memiliki satuan yang beragam. Sementara itu, kebutuhan lahan dihitung berdasarkan kebutuhan hidup layak.

b. Cara Perhitungan

Perhitungan dilakukan dengan tahapan sebagai berikut : 1. Penghitungan Ketersediaan (Supply) Lahan

Rumus:

𝑆

𝐿

=

βˆ‘(𝑃𝐻𝑏𝑖 π‘₯ 𝐻𝑖)

π‘₯

𝑃𝑑𝑣1𝑏 (1)

Keterangan :

𝑆𝐿 : Ketersediaan lahan (Ha)

𝑃𝑖 : Produksi aktualtiap jenis komoditi (satuan tergantung dari jenis

komoditas), komoditas yang diperhitungan meliputi pertanian, perkebunan, kehutanan, peternakan dan perikanan

𝐻𝑖 : Harga satuan tiap jenis komoditas (Rp/satuan) ditingkat

produsen

𝐻𝑏 : Harga satuan beras (Rp/Kg) ditingkat produsen

𝑃𝑑𝑣𝑏 : Produktivitas beras (Kg/Ha)

Dalam penghitungan ini, faktor konversi yang digunakan untuk menyetarakan produk non beras dengan beras adalah harga.

2. Perhitungan Kebutuhan (Demand) Lahan Rumus:

𝐷

𝐿

= 𝑁 π‘₯ 𝐾𝐻𝐿

𝐿 (2)

Keterangan :

𝐷𝐿 : Total kebutuhan lahan setara beras (Ha) 𝑁 : Jumlah penduduk (Orang)

𝐾𝐻𝐿𝐿 : Luas lahan yang dibutuhkan untuk kebutuhan hidup layak

CV. WAHANA HALID MANDIRI 112

Status daya dukung lahan diperoleh dari pembandingan antara ketersediaan lahan (SL) dan kebutuhan lahan (DL) .

Bila SL > DL , daya dukung lahan dinyatakan surplus.

Bila SL < DL, daya dukung lahan dinyatakan defisit atau terlampaui.

1.2.Metode Perbandingan Ketersediaan dan Kebutuhan Air

Metode ini digunakan untuk mengetahui daya dukung air di suatu wilayah, dengan mempertimbangkan ketersediaan dan kebutuhan akan sumber daya air bagi penduduk yang hidup di wilayah itu. Dengan metode ini, dapat diketahui secara umum apakah sumber daya air di suatu wilayah dalam keadaan surplus atau defisit. Keadaan surplus menunjukkan bahwa ketersediaan air di suatu wilayah tercukupi, sedangkan keadaan defisit menunjukkan bahwa wilayah tersebut tidak dapat memenuhi kebutuhan akan air. Guna memenuhi kebutuhan air, fungsi lingkungan yang terkait dengan sistem tata air harus dilestarikan.

Gambar 36. Diagram penentuan daya dukung air

Ketersediaan air ditentukan dengan menggunakan metode koefisien limpasan berdasarkan informasi penggunaan lahan serta data curah hujan tahunan. Sementara itu, kebutuhan air dihitung dari hasil konversi terhadap kebutuhan hidup layak.

CV. WAHANA HALID MANDIRI 113

a. Cara Perhitungan

Perhitungan dilakukan dengan tahapan sebagai berikut : 1. Penghitungan Ketersediaan (Supply) Air

Rumus:

𝐢 = βˆ‘(𝑐

𝑖

π‘₯ 𝐴

𝑖

) / βˆ‘ 𝐴

𝑖

(3)

𝑅 = βˆ‘ 𝑅

𝑖

/ π‘š

(4)

𝑆

𝐴

= 10 π‘₯ 𝐢 π‘₯ 𝑅 π‘₯ 𝐴

(5)

Keterangan :

𝑆𝐴 : Ketersediaan air (m3/tahun) 𝐢 : Koefisien limpasan tertimbang

𝑐𝑖 : Koefisien limpasan penggunaan lahan i

𝐴𝑖 : luas penggunaan lahan i (Ha) dari data BPS atau daerah dalam

angka, atau dari data Badan Pertanahan Nasional (BPN)

𝑅 : Rata-rata aljabar curah hujan tahunan wilayah (mm/tahunan) dari data BPS atau BMG atau dinas terkait setempat.

𝑅𝑖 : Curah hujan tahunan pada stasiun i π‘š : Jumlah stasiun pengamatan curah hujan

𝐴 : Luas wilayah (Ha)

10 : Faktor konversi dari mm.ha menjadi m3

2. Perhitungan Kebutuhan (Demand) Air Rumus:

𝐷

𝐴

= 𝑁 π‘₯ 𝐾𝐻𝐿

𝐴 (6)

Keterangan :

𝐷𝐴 : Total kebutuhan air (m3/tahun) 𝑁 : Jumlah penduduk (orang)

𝐾𝐻𝐿𝐴 : Kebutuhan air untuk hidu layak

: 1600 m3 air/kapita/tahun

: 2 x 800 m3 air/kapita/tahun merupakan kebutuhan air untuk keperluan domestik dan untuk menghasilkan pangan (lihat tabel 2.. total kebutuhan air dan Tabel 2.1 tentang β€œAir virtual” (kebutuhan air untuk menghasilkan satu satuan produk).

Catatan: Kriteria WHO untuk kebutuhan air total sebesar 1000–2000 m3/orang/tahun

CV. WAHANA HALID MANDIRI 114 Tabel 6. Contoh Perhitungan Koefisien Limpasan Tertimbang

No. Deskripsi Permukaan π‘ͺπ’Š Luas Lahan (π‘¨π’Š)

(π‘ͺπ’Š π‘Ώπ‘¨π’Š)

1. Kota, jalan aspal, atap genteng 0,7 βˆ’ 0,9 - -

2. Kawasan industri 0,5 βˆ’ 0,9 - -

3. Pemukiman multi unit, pertokoan

0,6 βˆ’ 0,7 - -

4. Kompleks perumahan 0,4 βˆ’ 0,6 - -

5. Villa 0,3 βˆ’ 0,5 - -

6. Taman, pemakaman 0,1 βˆ’ 0,3 - -

7. Pekarangan tanah berat: a. > 7% b. 2 – 7% c. < 2% 0,25 βˆ’ 0,35 0,18 βˆ’ 0,22 0,13 βˆ’ 0,17 - - - - - -

8. Pekarangan tanah ringan:

a. > 7% b. 2 – 7% c. < 2% 0,15 βˆ’ 0,2 0,10 βˆ’ 0,15 0,05 βˆ’ 0,10 - - - - - - 9. Lahan Berat 0,40 - - 10. Padang rumput 0,35 - -

11. Lahan budidaya pertanian 0,30 - -

12. Hutan Produksi 0,18 - - βˆ‘(𝐴𝑖) βˆ‘(𝐢𝑖 𝑋𝐴𝑖) C (koefisien limpasan tertimbang) βˆ‘(𝐢𝑖 𝑋𝐴𝑖) / βˆ‘(𝐴𝑖)

Tabel 7. Jenis dan Sumber Data

Jenis Data Sumber data

Pusat Provinsi Kabupaten/Kota

Jumlah Penduduk (N) Data hasil susenas atau sensus penduduk BPS dalam Buku Daerah Dalam Angka Produksi padi/beras (padi/beras) BPS Pusat: ο‚· Subdit Statistik Tanaman Pangan ο‚· Direktorat Statistik Pertanian Daerah Dalam Angka (DDA) Untuk Kabupaten: ο‚· DDA Untuk Kota: ο‚· Dinas terkait

Produksi non padi (non padi) Statistik sektoral: ο‚· Daerah dalam angka ο‚· Statistik pertanian ο‚· Statistik perkebunan

ο‚· Data hortikultura di dinas pertanian setempat

ο‚· Data perkebunan di dinas terkait

CV. WAHANA HALID MANDIRI 115 ο‚· Statistik Perikanan ο‚· Statistik Peternakan ο‚· Statistik Kehutanan

Harga beras (Hb) Statistik harga Produsen

Statistik harga produsen (harga di tingkat petani atau di lokasi sumber komoditas) Harga: (Hi) Statistik harga

produsen (secara

prinsip menggunakan data harga produsen, tergantung pada jenis komoditi lokal Statistik harga produsen Di Kabupaten: ο‚· Statistik Harga Produsen di BPS setempat Di Kota: ο‚· Statistik dinas

terkait lokal jika tidak ada data harga produsen wilayah tersebut, bisa digunakan harga produsen wilayah di dekatnya, atau bisa didekati dengan harga pedagang besar. Tabel 8. Total Kebutuhan Air

Konsumsi Jumlah Kebutuhan Setara Air

Beras 120 kg/th 324.00 m3 / th

Air minum dan rumah tangga

120 l/h 43.20 m3 / th

Telor 1 kg berisi 16 telor; 1

butir/hari

105.75 m3 / th

Buah 1 kg jeruk = 5 buah;

1/5 kg tiap 3 hari 3.84 m3 / th Daging 1 / 10 kg/5 hari 20.16 m3 / th Salad 5.40 m3 / th Kedelai 276.00 m3 / th Total 778.35 m3/ th

CV. WAHANA HALID MANDIRI 116 Tabel 9. Air Virtual (kebutuhan air untuk menghasilkan satuan produk)

Produk Kebutuhan air

1 kg padi 2700 – 4000 liter

1 kg daging sapi 1900 – 16000 liter

1 kg daging unggas (ayam) 2800 liter

1 kg telur 4700 liter

1 kg kentang 160 liter

1 kg kedelai 2300 liter

1 kg gandum 1200 liter

1 bongkah roti 170 liter

1 kaleng soda 90 liter

Air minum dan RT 120 liter/hari/kapita

Tabel 10. Jenis dan Sumber Data

Jenis Data Sumber Data

Pusat Provinsi Kabupaten/Kota Jumlah

Penduduk (N)

Data Hasil Susenas atau Sensus Penduduk BPS Dalam Buku Daerah Dalam Angka

Curah Hujan (R) Statistik Indonesia DDA DDA atau DInas BMKG setempat bila tidak ada dapat BMKG, data dapat diperoleh dari dinas terkaitu local seperti Dinas Pertanian atau dinas lainnya Luas wilayah

(A)

BPS Luas guna lahan (Ai)

a. DDA

b. Buku Statistik Luas Guna Lahan c. Data BPN

CV. WAHANA HALID MANDIRI 117

C. EROSI DAN SEDIMENTASI

1.1. Menduga Erosi (USLE)

Dalam Kegiatan ini, pendugaan erosi dilakukan dengan menggunakan pendekatan USLE (Universal Soil Loss Equation) (Wischmeier and Smith, 1978). USLE telah banyak diterapkan di berbagai negara dengan kondisi lingkungan fisik yang berbeda-beda, dengan penyesuaian dan/atau modifikasi faktor erosivitas hujan (faktor R). Di Indonesia, USLE telah populer digunakan untuk membantu dalam pengelolaan DAS baik perdesaan maupun perkotaan. Persamaan dasar yang digunakan adalah sebagai berikut:

A = R x K x LS x CP

dimana:

A = besarnya erosi yang terjadi (ton/ha/tahun) R = faktor erosivitas hujan (erosivitas hujan) (KJ/ha) K = faktor erodibilitas tanah (erodibilitas tanah)

LS = faktor panjang lereng (L) dan kecuraman lereng (S) C = faktor pengelolaan tanaman(vegetasi)

P = faktor indakan konservasi

Metode penghitungan erosivitas hujan (R) berdasarkan indeks agresivitas hujan (rainfall aggresivity index, EI30), yang disarankan untuk digunakan di Indonesia oleh Bols (1974) sedangkan nilai Faktor Pengelolaan Tanaman (C) dan Faktor Pengelolaan dan Konservasi Tanah Arsyad (2010).

a. Faktor Erosivitas Hujan (R)

Faktor Erosivitas Hujan (R) adalah satuan indeks erosi hujan yang merupakan fungsi dari energi hujan (E) dengan intensitas maksimum 30 menit (El30).

30

Ξ£El

R

ο€½

Di dalam penelitian ini, nilai R ditentukan dengan menggunakan rumus Bols (Arsyad, 2010), yakni :

CV. WAHANA HALID MANDIRI 118

El30 = 6,119 (RAIN)1,21 (DAYS)-0,47 (MAXP)0,53, dimana :

El30 = Indeks erosi bulanan

RAIN = curah hujan rata-rata bulanan dalam sentimeter DAYS = jumlah hari hujan rata-rata per bulan

MAXP = curah hujan maksimum selama 24 jam dalam bulan bersangkutan b. Faktor Erodibilitas Tanah (K)

100 K = 1,292 [2,1 M1,41 (10-4) (12-a) + 3,25 (b-2) + 2,5 (c-3)]

yang mana M adalah persentase pasir yang sangat halus dan debu, a adalah persentase bahan organik; b adalah kode struktur tanah yang digunakan; c adalah kelas permeabilitas.

c. Faktor Panjang dan Kecuraman Lereng (LS)

𝐿 = (𝑙/22,1)

π‘š

𝐴 =

0,43+0,630,613𝑠+0,043𝑠2

𝐿𝑆 = √π‘₯ (0,0138+0,00965𝑠 +0,00138𝑠

2

Yang mana x adalah panjang lereng dalam meter; s adalah kecuraman lereng dalam persen; L adalah panjang kemiringan lereng (m); m angka eksponen dengan nilai rata-rata 0,5.

CV. WAHANA HALID MANDIRI 119 1.2.Menduga Sedimen

Sedimen terkait erat dengan erosi. Erosi menyebabkan atau menghasilkan sedimen. Dalam penelitian ini, hasil sedimen dihitung dari nilai total erosi (yang telah dihitung di atas) dan rasio penghantaran sedimen (sediment delivery ratio), dengan persamaan yang disajikan pada Tabel 5 berikut :

Tabel 11. Pengaruh luas daerah aliran sungai terhadap nisbah pelepasan sedimen (NLS)

Luas DAS/Kawasan SDR (%) km2 Ha 0,05 5 0,580 0,10 10 0,520 0,50 50 0,390 1,00 100 0,350 5,00 500 0,250 10,00 1 0,220 50,00 5 0,153 100,00 10 0,127 500,00 50 0,079 1000,00 100 0,059

Tabel 12 . Klasifikasi tingkat sedimentasi

Persamaan empirik untuk menghitung SDR = 0,14 A-0,3

Yang menyatakan A adalah Luas DAS

Sedimentasi Potensial = Erosi Tertimbang x SDR

yang mana SDR adalah nisbah antara jumlah sedimen yang terangkut ke dalam sungai terhadap jumlah erosi yang terjadi di dalam DAS.

Sedimentasi(ton/ha/thn) Kategori Skor

< 2 Baik 1

2 – 5 Sedang 2

CV. WAHANA HALID MANDIRI 120

Dalam dokumen LAPORAN PENDAHULUAN KL H S (Halaman 114-127)

Dokumen terkait