• Tidak ada hasil yang ditemukan

METODE SURVEILAN KEAMANAN PANGAN

1. Definisi Surveilan dan Prinsip Umum Surveilan Keamanan Pangan Surveilan keamanan pangan adalah pengumpulan, tabulasi, analisis dan interpretasi data-data yang berhubungan dengan keamanan pangan secara sistematis dan berkelanjutan, sehingga menjadi informasi yang akan disebarkan kepada pihak yang membutuhkan untuk perencanaan, implementasi, dan pengkajian kebijakan pangan (Borgdorff, 1997; Arnold

dan Munce, 2000; Sharp dan Reilly, 2000; Sparringa, 2002). Informasi yang dimaksud adalah informasi mengenai kecenderungan (trend) keamanan pangan yang dapat dijadikan bukti ilmiah (evidence base) untuk ditindaklanjuti (Sparringa, 2002). Jadi, surveilan penting dilakukan untuk menyajikan data sebagai dasar (sound scientific information) yang dapat digunakan untuk landasan ilmiah dalam menentukan kebijakan program keamanan pangan yang efektif, efisien dan tepat sasaran.

Surveilan telah dilakukan di berbagai negara di dunia. Di Inggris dan Wales data mengenai keracunan pangan dapat ditemui pada Office of Population Censuses and Surveys (OPCS) bekerja sama dengan Communicable Disease Surveillance Centers (CDSC). Center Disease of Control and Prevention (CDC) Amerika Serikat melaksanakan surveilan bekerja sama dengan Department of Health and Welfare Kanada. Informasi hasil surveilan tersebut dipublikasikan secara periodik pada WHO Newsletter. Sedangkan di Australia, surveilan dilakukan oleh Communicable Disease Intelligence dan publikasinya dilakukan oleh Communicable Disease Branch dari Department of Health Australia (Hobbs dan Roberts, 1987).

Di Indonesia, beberapa instansi yang melakukan surveilan keamanan pangan antara lain Badan POM RI dan Departemen Kesehatan RI. Di Badan POM RI, surveilan keamanan pangan dilakukan oleh Direktorat Surveilan dan Penyuluhan Keamanan Pangan, Deputi III Bidang Pengawasan Keamanan Pangan dan Bahan Berbahaya, Badan POM RI (Badan POM, 2001a). Sedangkan di Departemen Kesehatan RI, kegiatan surveilan dilakukan oleh Direktorat Jenderal Pemberantasan Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (PPPL), Departemen Kesehatan RI. Secara aktif, kegiatan surveilan tersebut dilakukan oleh balai-balai POM atau Dinas Kesehatan yang tersebar di daerah seluruh Indonesia, sedangkan Badan POM RI ataupun Departemen Kesehatan RI yang ada di pusat hanya memberikan panduan/pedoman (guideline) untuk kegiatan surveilan tersebut, kecuali untuk kasus-kasus tertentu.

2. Metode dalam Surveilan Keamanan Pangan

Banyak metode surveilan keamanan pangan digunakan untuk menghasilkan data yang representatif. Metode-metode surveilan tersebut diantaranya :

a) Pelaporan/pemberitahuan wajib (statutory notification)

Kegiatan ini mempunyai dasar hukum yang lebih kuat yaitu Undang-undang atau peraturan yang mewajibkan dokter atau petugas kesehatan lainnya (misal: pakar/petugas dalam bidang mikrobiologi, kimia dan farmasi yang bekerja pada laboratorium) untuk melaporkan penyakit-penyakit atau informasi yang berhubungan dengan keamanan pangan lainnya kepada pihak yang berwenang (health authority) seperti Dinas Kesehatan dan/atau Departemen Kesehatan RI.

Pemberitahuan wajib ini bisa berupa laporan dokter mengenai gejala penyakit akibat pangan, misalnya keracunan pangan, gastroenteritis, infeksi enterokolitis dan HUS (haemolytic uraemic syndrome) (Sharp dan Reilly, 2000) atau laporan dari laboratorium mengenai ditemukannya isolat patogen spesifik, misalnya Salmonella sp., Shigella sp., Vibrio sp., atau emerging pathogen seperti Escherichia coli O157:H7, Salmonella typhimurium DT104, Listeria monocytogenes, Campylobacter jejuni, Arcobacter, Helicobacter pylori, Cryptosporidium dan Cyclospora (D’Aoust, 2000; Farber dan Peterkin, 2000; Stern dan Line, 2000; Stiles, 2000; Taylor, 2000; Willshaw, 2000; Sparringa, 2002).

Pemberitahuan wajib ini sangat bermanfaat bagi pihak berwenang untuk mendeteksi kemungkinan adanya kasus/KLB penyakit ataupun keracunan pangan sehingga dapat ditindaklanjuti sesegera mungkin untuk mencegah perluasan suatu penyakit akibat pangan. Pelaporan tersebut dapat dilakukan melalui telepon, faksimil, atau email.

Penyakit-penyakit akibat pangan yang wajib dilaporkan ke pihak yang berwenang tergantung pada kondisi yang sedang dihadapi oleh suatu negara. Misalnya di Australia dalam periode 75 tahun (1917-1991) ada 2.200.194 pemberitahuan penyakit-penyakit akibat pangan, yaitu

campylobacteriosis (sejak 1980), salmonellosis (sejak 1949 di Western Australia), kolera, disentri, tifoid, paratifoid, shigellosis dan diare pada bayi (1917-1978) (Arnold dan Munce, 1997; Sparringa, 2002).

Metode ini belum digunakan pada kegiatan surveilan keamanan pangan di Indonesia. Informasi dan data kasus penyakit akibat pangan penting sebagai landasan ilmiah dalam menentukan prioritas program keamanan pangan baik pada skala nasional maupun daerah, sehingga pada penelitian ini, metode pelaporan/pemberitahuan wajib digunakan sebagai upaya untuk mengembangkan sistem pelaporan kasus penyakit akibat pangan di Indonesia.

b) Laporan rumah sakit

Rumah sakit merupakan salah satu sumber informasi penting dalam surveilan keamanan pangan. Informasi penting bisa diperoleh dari laporan pendaftaran rumah sakit (hospital admission records) yang mencakup laporan keluar masuknya pasien dan kematian pasien. Umumnya hanya penyakit serius saja yang disertai diagnosis dan konfirmasi laboratorium, misalnya tifus. Laporan rumah sakit ini bisa digunakan sebagai indikasi awal terjadinya KLB (Sharp dan Reilly, 2000). Metode ini sedang dikembangkan dalam surveilan keamanan pangan di Indonesia.

c) Investigasi kejadian luar biasa (KLB) keracunan pangan

Investigasi KLB merupakan kegiatan surveilan keamanan pangan yang penting. Investigasi bisa mudah dilaksanakan jika risiko paparannya diketahui, misalnya KLB keracunan pangan pada pesawat terbang, rumah sakit, tahanan, dan asrama. Surveilan laboratorium mempunyai peranan penting dalam deteksi penyebab keracunan pangan. Dalam investigasi KLB ini, laporan akhir yang dibuat antara lain jumlah penderita yang terkena, pangan dan penyebab keracunan (etiologic agent) yang dicurigai atau telah terkonfirmasi serta alasan-alasan terjadinya KLB.

d) Surveilan sentinel

Pengertian surveilan sentinel adalah pengumpulan data dari sampel-sampel yang dilakukan pada lokasi yang dianggap mewakili keseluruhan populasi. Pada surveilan ini, biasanya pengumpulan data- data dilakukan pada puskesmas-puskesmas, klinik, laboratorium, rumah sakit, dan fasilitas kesehatan lainnya. Surveilan ini membutuhkan biaya yang mahal, sehingga sulit untuk diterapkan di negara-negara berkembang. Departemen Kesehatan melakukan surveilan ini untuk memantau keberhasilan penggunaan oralit untuk menurunkan kasus diare. Surveilan ini berguna sekali untuk menentukan magnitude dari masalah kesehatan yang ada di daerah tersebut.

e) Surveilan laboratorium

Surveilan ini mengumpulkan data-data mengenai spesimen dari manusia, toksin, bahan kimia berbahaya, dan sebagainya yang penting untuk deteksi kasus/KLB keracunan pangan. Metode surveilan ini efektif untuk menentukan penyebab kejadian luar biasa atau kasus penyakit akibat pangan, tetapi belum cukup untuk mengukur magnitude dan kecenderungan dari masalah keamanan pangan. Karena itu, metode ini biasanya dikombinasikan dengan metode surveilan lainnya seperti studi masyarakat.

f) Studi masyarakat (community study)

Studi masyarakat ini merupakan survei dengan masyarakat sebagai respondennya. Biaya yang dibutuhkan untuk surveilan ini cukup besar. Studi masyarakat cukup efektif dalam memberikan arahan mengenai kecenderungan (trend) mengenai masalah keamanan pangan.

Keadaan surveilan secara faktual di Indonesia saat ini, untuk setiap metode yang digunakan dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Keadaan surveilan keamanan pangan di Indonesia Metode surveilan Keadaan di Indonesia 1. Pemberitahuan wajib

(statutory notification)

Pelaporan wajib beberapa jenis penyakit, termasuk penyakit akibat pangan pada Dinas Kesehatan, Ditjen Pelayanan Medik dan Ditjen PPPL.

2. Laporan rumah sakit Informasi berupa laporan pendaftaran di rumah sakit mencakup laporan keluar masuknya pasien termasuk kematian, saat ini terlapor pada Ditjen Pelayanan Medik.

3. Surveilan laboratorium Masih tersebar dan belum ada koordinasi. 4. Surveilan sentinel Sentinel diare telah dilakukan untuk melihat

kecenderungan keberhasilan sosialisasi oralit. Saat ini sedang dikembangkan sentinel puskesmas dan sentinel rumah sakit untuk beberapa jenis penyakit akibat pangan. Sentinel untuk pangan dan kontaminasi belum dilakukan. 5. Investigasi KLB

keracunan pangan

Data KLB keracunan pangan masih rendah yang dilaporkan, tidak banyak terungkap

penyebabnya, masih menghitung jumlah

keracunan saja dan belum banyak dimanfaatkan. 6. Studi masyarakat

(community study)

Survei kesehatan rumah tangga, survei

kewaspadaan pangan dan gizi sedang dilakukan oleh Ditjen Bina Kesehatan Masyarakat,

Departemen Kesehatan. Survei mendatang perlu mencakup informasi keamanan pangan penting di masyarakat.

Sumber : Sparringa dan Rahayu (2005)

3. Informasi dalam Surveilan Keamanan Pangan

Untuk mendukung terwujudnya surveilan yang tangguh diperlukan adanya informasi yang dapat menguatkan kegiatan surveilan itu sendiri. Selain pelaporan mengenai kasus dan kejadian luar biasa akibat pangan, terdapat beberapa sumber informasi untuk surveilan keamanan pangan yang disebutkan oleh Borgdorff (1997), Sharp dan Reilly (2000), dan Sparringa (2002) yaitu:

a) Studi epidemiologi

Studi epidemiologi adalah studi mengenai penyebaran penyakit dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Studi epidemiologi terkadang lebih efektif dalam mencapai tujuan keamanan pangan dibandingkan

dengan surveilan karena mampu memberikan perkiraan yang lebih tepat mengenai angka terjadinya penyakit-penyakit akibat pangan.

b) Surveilan veteriner

Beberapa penyakit hewan dapat menyebabkan penyakit akibat pangan (zoonosis), seperti Brucella melitensis, Bacillus anthracis, Salmonella sp, Leptospira sp, dan sebagainya. Sumber informasi mengenai zoonosis ini berguna untuk memberikan peringatan dini penyakit-penyakit akibat pangan yang ditularkan oleh hewan.

c) Informasi dari turis

Informasi dari wisatawan bisa sangat berguna. Informasi tersebut dapat diperoleh melalui kuesioner yang disebarkan kepada mereka melalui pesawat terbang, kapal, atau sarana transportasi lainnya. Tujuan dari pelaporan ini diantaranya adalah mengantisipasi penyebaran penyakit akibat pangan yang diderita oleh turis lintas darat, propinsi, maupun negara.

d) Surveilan pada rantai pangan

Pangan dan kondisi rantai pangan dapat memberikan informasi yang berkaitan dengan keamanan pangan pada saat pangan masih dibudidayakan sampai dikonsumsi (from farm to table). Informasi tersebut berupa cemaran biologis, kimia, dan benda lain yang dapat mengganggu, merugikan, dan membahayakan kesehatan manusia yang mungkin mengkontaminasi pangan selama masih berada pada mata rantai pangan tersebut. Sehingga informasi yang diperoleh dari pelaksanaan surveilan ini akan sangat berguna untuk pelaksanaan program keamanan pangan.

C. SURVEILAN KASUS PENYAKIT AKIBAT PANGAN

Dokumen terkait