• Tidak ada hasil yang ditemukan

LANDASAN TEORI A. Hafalan Al-Qur'an

B. Metode-Metode Menghafal Al-Qur'an

2. Metode Takrir

Kata takrir memiliki beberapa makna dan pengertian yakni takrir dengan arti ketetapan atau kenyataan. Al-Jarjani membedakan antara takrir dengan tahrir. Tahrir menerangkan arti secara kinayah, sedangkan takrir memberikan penjekasan tentang pengertian dan ibarat. Dalam istilah ilmu nahwu, pengertian tetap selalu bersamaan dengan kontinuitas (dawan wa

istimrar), sehingga pengertian ini dalam pendidikan lebih dekat dengan usaha

kontinuitas dalam belajar untuk dapat meraih hasil yang maksimal. (Ahmad Zainal Abidin, 2016: 37-38)

Metode takrir adalah metode mengulang hafalan atau men-sima‟-kan hafalan yang pernah dihafalkan/sudah pernah di-sima‟-kan kepada guru

dengan baik. Selain dengan guru, takrir juga dilakukan sendiri-sendiri dengan maksud melancarkan hafalan yang telah dihafal, sehingga tidak mudah lupa. Misalnya pagi hari untuk menghafal materi hafalan baru, dan sore harinya untuk men-takrir materi yang telah dihafalkan (Sa‟adulloh, 2008: 54).

Penggunaan metode takrir dalam menghafal al-Qur'an sangat penting untuk diterapkan. Sebab menjaga hafalan merupakan suatu kegiatan yang sulit dan terkadang menimbulkan kebosanan. Sangat dimungkinkan suatu hafalan yang sudah baik dan lancar menjadi tidak lancar atau bahkan bisa menjadi hilang.

Takrir merupakan bagian tak terpisahkan dari proses menghafalkan

al-Qur'an dan menjadi kunci keberhasilan dalam menjaga kekuatan hafalan. Usaha pengulangan ini harus diadakan secara ketat, sebab hafalan bisa hilang atau sia-sia jika tidak diiringi dengan pemeliharaan. Sedangkan kunci keberhasilan mengahafal al-Qur'an dengan mengulang-ulang hafalan yang telah dihafal. (Ahmad Zainal Abidin, 2016: 39-40)

Langkah-langkah metode ini adalah:

a) Amati secara jeli dan teliti ayat yang akan dihafalkan sehingga ayat-ayat tersebut terekam dalam hati.

b) Mulai membaca secara binnazar (melihat) ayat-ayat yang akan dihafalkan dengan dengan cara tartil atau pelan. Bacaan ini diulang sebanyak lima sampai tujuh kali bahkan boleh lebih.

c) Pejamkan mata sambil melafalkan ayat yang sedang dihafalkan dengan diulangi beberapa kali sampai benar-benar yakin sudah menghafalnya. d) Kemudian lansung disambung secara lansung ayat-ayat yang telah dihafal

sambil memejamkan mata.

e) Setelah benar-benar hafal lalu hafalan disetorkan kepada guru pengampu. (Mukhlisoh Zawawei, 2011: 107-108)

Kelebihan metode takrir adalah:

b. Menjaga keseimbangan dalam menghafal

c. Akan memerikan kemudahan khusus dalam merekam ayat-ayat yang dihafal

d. Sangat cocok bagi penghafal yang daya ingatnya lemah. Kekurangan metode takrir ini adalah:

a. Waktu yang dibutuhkan untuk menghafalnya cukuk lama

b. Sering bosan karena adanya keinginan untukmenghafal hafalan yang baru c. Bagi para penghafal awal, suara akan cepat serak. (Abdul Aziz Abdul

Rauf Al-Hafidz, 2015: 82-83) 3. Metode Kitabah

Kitabah artinya menulis. Pada metode ini penghafal terlebih dahulu

menulis ayat-ayat yang akan dihafal, metode ini bisa dilakukan dengan guru pembimbing dan bisa dilakukan sendiri. Maksudnya menulis ayat-ayat al-Qur‟an yang hendak dihafalkan pada secarik kertas terlebih dahulu. Kemudian ayat-ayat tersebut dibaca sehingga lancar dan benar bacaannya lalu dihafalkan. Mengafalnya bisa dengan metode wahdah atau dengan berkali-kali menuliskannya sehingga dengan berberkali-kali-berkali-kali menulisnya ia dapat sambil memperhatikan dan sambil mengafalnya dalam hati. (Ahsin W Al-Hafidz, 2000: 64) Langkah-langkan dalam metode ini adalah:

a. Guru menuliskan beberapa ayat dipapan tulis, lalu menyuruh anak didiknya menulis dengan benar ayat tersebut

b. Setelah itu, guru mengoreksi satu persatu tulisan anak didiknya

c. Kemudian, guru membacakan dengan tartil tulisan di papan tulis dan menyuruh anak didiknya mengikuti dan mengulangnya secara bersama-sama

d. Dilanjutkan dengan langkah menghafal. Guru menghapus tulisan dipapan tulis dan menyuruh masing-masing anak didik mencoba menghafal dengan melihat tulisan yang ada di buku mereka

e. Selanjutnya masing-masing anak didik disuruh menutup buku mereka dan mengafal dengan tanpa melihat sampai benar-benar hafal

f. Langkah terakhir, masing-masing anak didik disuruh menulis lagi ayat yang telah mereka hafalkan dalam buku mereka dengan tanpa melihat tulisan mereka yang pertama, kemudian guru mengecek hasil tulisan tersebut. Jika tidak ditemukan kesalahan, baru anak didik dianggap lulus dalam hafalan. (Mukhlisoh Zawawei, 2011: 110)

Kelebihan dari metode ini yaitu:

a. Hafalan akan lebih mantap karena banyak anggota badan yang ikut dalam proses menghafal dengan metode kitabah ini

b. Selain menghafal ayat, ia juga akan mampu menulis ayat-ayat yang telah dihafal

c. Ketika penghafal lupa dengan salah satu ayat maka penghafal bisa meningatnya dengan cara menuliskan ayat itu sendiri,

Adapun kekurangan dari metode ini yaitu:

a. Para penghafal banyak juga yang salah dalam penulisan ayat hafalannya tersebut.

b. Metode kurang efektif digunakan pada anak-anak yang masih usia SD. 4. Metode Tahfidz

Tahfizh yaitu menghafalkan sedikit-demi sedikit ayat-ayat Al-Qur‟an yang telah dibaca berulang-ulang secara bin nazhar tersebut. Misalnya menghafal satu baris, beberapa kalimat, atau sepotong ayat pendek sampai tidak ada kesalahan (Sa‟dullah, 2008: 52). Dalam sumber lain metode ini disebut dengan metode wahdah, yaitu menghafal satu per satu terhadap ayat yang hendak dihafal secara berulang-ulang. Menghafal secara berulang-ulang akan membantu penghafal menkondisikan ayat bukan saja dalam ingatannya tapi sampai benar-benar membentuk gerak refleks pada lisannya seolah-olah penghafal tidak berpikir lagi untuk melafalkannya (Ahsin W Alhafizd, 1994: 63). Seperti membaca surah al Fatihah karena sudah terlalu seringnya

membaca maka surah itu sudah menempel pada lisan sehingga ketika mengucapkannya merupakan gerak refleks.

Langkah-langkah dari metode tahfizh ini ada dua yaitu:

a. Menghafal sedikit demi sedikit ayat secara perlahan-lahan sampai tidak ada kesalahan.

b. Tarabbuth, yaitu menyambung ayat yang telah berhasil dihafalkan.

Kelebihan dari metode tahfizh ini seorang penghafal yang menggunakan ini akan mampu mengkondisikan ayat dalam ingatannya. Metode ini lebih cocok bagi seorang penghafal yang gaya belajarnya visual. Dan kurang cocok untuk seorang penghafal yang gaya belajarnya audio. 5. Metode Sima’i

Sima‟i artinya mendengar. Yang dimaksud dengan metode ini ialah

memperdengarkan suatu bacaan untuk dihafalkannya. Metode ini akan sangat efektif bagi penghafal yang mempunyai daya ingat yang ekstra, terutama bagi penghafal tunanetra, atau anak-anak yang masih dibawah umur yang belum mengetahui tulis baca al-Qur'an. Metode sima‟i ini dapat dilakukan dengan tiga alternatif, yaitu:

a. Mendengar dari guru yang membimbingnya, terutama bagi penghafal tunanetra, atau anak-anak. Dalam hal seperti ini pembimbing dituntut untuk lebih berperan aktif, sabar dan teliti dalam membacakan dan membimbing karena pembimbing harus membacakan satu persatu ayat untuk dihafal, sehingga para penghafal mampu menghafal secara sempurna dan kemudian dilanjutkan dengan ayat berikunya.

b. Merekam terlebih dahulu ayat-ayat yang akan dihafalnya kedalam pita kaset sesuai dengan kebutuhan dan kemampuannya. Kemudian kaset diputar dan didengar secara seksama sambil mengikutinya secara perlahan-lahan. Kemudian diulangi lagi dan dulangi lagi dan seterusnya menurut kebutuhan sehingga ayat-ayat tersebut benar-benar hafal diluar kepala. Setelah hafalan dianggap cukup mapan barulah berpindah kepada

ayat-ayat berikutnya dengan cara yang sama dan demikian seterusnya. Metode ini akan sangat efektif bagi tunanetra, anak-anak atau penghafal mandiri, atau untuk takrir (mengulang kembali) ayat-ayat yang sudah dihafalnya. Tentunya penghafal yang menggunakan metode ini, harus menyediakan alat-alat bantu secukupnya, seperti: tape-recorder, pita kaset dan lain-lainnya. (Ahsin W Al-Hafidz, 2000: 64-65)

Kelebihan yang dimiliki dari metode sima‟i adalah:

a. Jika mengafal dengan dibimbing oleh guru, maka hafalan guru semakin lancar karena sering diperdengarkan kepada anak-anak.

b. Hafalan santri akan lebih mantap karena lansung dikoreksi oleh guru c. Kalau tidak ada guru bisa dilakukan dengan alternatif lain yaitu

mendengar dari perekam dan al-Qur'an digital.

Adapun kekurangan yang dimiliki oleh metode sima‟i ini adalah:

a. Kurang efesien karena hanya menghadapi beberapa murid yang akan menyetorkan hafalan tersebut

b. Membuat peserta didik cepat bosan dan malas untuk mengafal dan menyetorkan hafalan yang belum lancar.

Dokumen terkait