• Tidak ada hasil yang ditemukan

LANDASAN TEORI A. Hafalan Al-Qur'an

5. Tingkatan-Tingkatan dalam Menghafal Al-Qur'an

Adapun tingkatan-tingkatan dalam menghafal al-Qur'an adalah sebagai berikut:

a. Tingkat atas (advance)

Menghafal dua lembar setiap hari atau sejumlah empat halaman mushaf al-Qur'an. Jika satu juz itu terdiri dari 21 halaman, maka akan memerlukan waktu lima hari untuk menyelesaikan satu juz dengan ditambah satu halaman (pada hari kelima): 4+4+4+4+5. Sehingga setiap juz akan selesai dalam waktu lima hari dan dalam waktu lima bulan akan selesai menghafal seluruh al-Qur'an (30 juz), dengan izin Allah swt. dan pertolongan dari_Nya.

b. Tingkat menengah (intermediate)

Perhitungannya adalah setengah dari tingkat atas, yakni menghafal satu lembar setiap harinya atau sama dengan dua halam mushaf al-Qur'an. Dengan demikian, hafalan seluruh al-Qur'an akan selesai dalam waktu sepuluh bulan dengan izin dari Allah swt..

c. Tingkat dasar (basic)

Tingkat ini sebanding dengan seperempat dari tingkat atas atau setengah dari tingkat menengah. Yaitu, menghafal satu halam mushaf al-Qur'an setiap harinya. Dengan demikian, hafalan seluruh al-al-Qur'an akan selesai dalam waktu dua puluh bulan atau sekitar satu tahun delapan bulan.

d. Tingkat umum

Tingkat ini adalah tingkatan yang tidak membatasi hafalan dengan jumlah tertentu. Tingkatan ini khusus bagi orang-orang yang tidak bisa melakukan ketentuan pada tingkatan-tingkatan sebelunya. Jadi, hafalan mereka hanya sebatas ayat-ayat yang jumlahnya lebih sedikit (dari tingkat sebelumnya) atau sejumlah ayat yang tidak dibatasi jumlahnya dalam setiap harinya. (Ahmad bin Salim Baduwailan, 2016: 85)

6. Cara Menguatkan dan Menjaga Hafalan Al-Qur'an a. Meninggalkan Maksiat

Abdullah bin Mas‟ud berkata,”menurut saya, orang yang lupa itu

karena dosa yang ia lakukan.” Imam Syafi‟I pernah berkata,”aku mengadu kepada Waki‟ tentang hafalanku yang buruk. Lalu ia menunjukkan kepadaku untuk meninggalkan maksiat. Ia berkata,” ketahuilah bahwa ilmu itu cahaya dan ilmu Allah tidak akan diberikan kepada pelaku maksiat”.

Waki‟ berkata,”jadilah penjagaan hati dari maksiat sebagai

penolong dalam hafalanmu,” maksiat itu memberikan pengaruh yang

buruk, tercela dan merusak badan serta hati, baik dunia maupun akhirat yang hanya diketahui Allah SWT. Adh-Dhahak bin Muzahim berkata,”tidak seorang pun yang mempelajari al-Qur‟an kemudian lupa

selain karena dosa yang ia lakukan,” Perhatikanlah firman Allah swt.

dalam Q.S Asy-Syura ayat 30:













Artinya: “Musa berkata: "Dan Apakah (kamu akan melakukan itu)

Kendatipun aku tunjukkan kepadamu sesuatu (keterangan) yang nyata ?"

Az-Zarnuji mengatakan bahwa faktor-faktor penyebab kuatnya hafalan adalah kesungguhan dan keteguhan, mengurangi makan, shalat malam dan membaca al-Qur‟an, sedangkan hal yang meyebabakan lupa

adalah maksiat dan banyak dosa, kegelisahan dan kesedihan dalam masalah-masalah dunia serta banyak kesibukan dan pergaulan.

Maksiat ibarat virus ganas yang siap menggerogoti hafalan kita, maka jika virus ini tidak segera kita basmi dengan banyak istighfar, taubat dan menjauhi maksiat, maka jangan terlalu bermimpi mempunyai hafalan yang kuat dan terjaga.

b. Banyak Muraja‟ah Hafalan

Ulangilah setiap ayat yang hafal sebanyak 20 kali atau lebih. Tidak akan pernah memiliki hafalan kuat kecuali dengan mengulanginya berkali-kali. Lihatlah ulama, sebagian mereka mengulang-ulang hafalan sebanyak 100 kali. Di antara mereka juga ada yang mengulang-ulang sampai 400 kali, sehingga ilmu yang ia dapatkan seolah-olah berada di hadapan kedua matanya.

Adapun tips-tips menjaga hafalan adalah:

1) Mengulang bacaan ketika shalat lima waktu atau shalat-shalat sunnah lainnya. Mengulang hafalan setiap shalat minimal satu halaman setiap raka‟atnya. Terutama shalat malam maka kita harus mengusahakan minimal membaca satu dalam shalat, shalatnya lebih lama karena shalat sendirian inilah yang disunahkan.

2) Jadikan hafalan sebagai wirid harian, karena sebaik-baik zikir adalah tilawah al-Qur‟an. Ketika berjalan, menunggu antrian, di kantor atau di tempat manapun, gunakanlah kesempatan itu untuk mengulangi hafalan. Kecuali di tempat-tempat yang dilarang syariat Islam untuk membaca al-Qur‟an.

3) Menjadi imam shalat dan guru yang mengajarkan al-Qur‟an berpengaruh kuat terhadap penjagaan hafalan.

4) Sering-sering mendengarkan murattal karena ini sangat membantu memperkuat hafalan.

Langkah ketiga untuk menguatkan hafalan adalah menghindari penghalang. Ada tiga penghalang yang harus dijauhi, yaitu:

1) Hawa Nafsu yang selalu mendorong untuk berleha-leha dan membenci kesungguhan.

Betapa banyak orang yang dikarunia otak cerdas dan jenius justru menjadi sampah masyarakat gara-gara menuruti hawa nafsu. Sebaliknya, banyak orang yang kurang pandai menjadi sukses luar biasa karena mampu melawan hawa nafsu. Seorang penghafal al-Qur‟an pun demikian. Ia harus bisa menjinakkan hawa nafsunya dan mampu memicu jiwanya untuk terus bersemangat dan selalu dalam ketaatan.

2) Keluarga dan Teman

Orang tuapun tekadang menjadi penghalang kita untuk menghafal al-Qur‟an. Menghadapi masalah ini seorang anak harus bijak dan jangan ceroboh. Nasehatilah mereka, dekati pelan-pelan dan bertahap serta jangan lupa selalu do‟akan mereka agar diberikan kepahaman.

Teman adakalanya menjadi penghalang kita dan menghafal al-Qur‟an. Mungkin kita dulu sering meluangkan waktu untuk bermain dengannya, namun setelah kita menghafal al-Qur‟an kita tidak ada waktu untuk itu, kemudian teman kita mencela kita dengan mengatakan sok suci, sok menjadi kiai, atau kata-kata lain yang menyakitkan hati.

3) Three Indra a) Mata

Agar kita bisa menjaga hafalan, indra penglihatan harus terjaga dan bersih. Pandangan anda kepada yang tidak halal adalah anak panah iblis yang akan mengotori hati dan meracuni otak kita. Dan inilah yang akan menghambat hafalan.

b) Telinga

Seorang penghafal al-Qur‟an tidak pantas memiliki telinga yang suka mendengarkan sesuatu yang haram, musik, nguping aib orang dan hal-hal yang bukan haknya, kebiasaan jelek di atas jika disambungkan dengan hafalan al-Qur‟an tidak akan pernah bersatu.

c) Lisan

Demikian juga halnya dengan lisan atau lidah yang suka berkata haram, seperti bohong atau adu domba, dan mencaci. Pemilik lidah seperti ini harus bertobat dulu sebelum menghafal al-Qur‟an (Amanu Abdul Aziz, 2013: 121-129).

7. Faktor-Faktor Pendukung Menghafal Al-Qur’an a. Faktor Kesehatan

Kesehatan merupakan salah satu faktor yang sangat penting bagi orang yang akan menghafalkan al-Qur‟an. Jika tubuh sehat maka proses menghafalkan akan menjadi lebih mudah dan cepat tanpa adanya penghambat, dan batas waktu menghafal pun menjadi relatife cepat. Namun, bila tubuh tidak sehat maka akan sangat menghambat ketika menjalani proses menghafal.

Oleh karena itu sangat disarankan agar selalu menjaga kesehatan, sehingga ketika menghafal tidak ada kendala karena keluhanan dan rasa sakit yang di derita. Hal ini dapat dilakukan dengan cara menjaga pola makan, menjadwal waktu tidur, mengecek kesehatan secara rutin dan lain sebagainya.

b. Faktor Psikologis

Kesehatan yang diperlukan oleh orang yang menghafalkan al-Qur‟an tidak hanya dari segi kesehatan lahiriyah, tetapi juga dari segi psikilogisnya. Sebab, jika secara psikologis terganggu, maka akan sangat menghambat proses menghafal. Sebab, orang yang menghafalkan

al-Qur‟an sangat membutuhkan ketenangan jiwa, baik dari segi pikiran maupun hati.

Namun bila banyak sesuatu yang dipikirkan atau dirisaukan, proses menghafal pun akan menjadi tidak tenang. Akibatnya, banyak ayat yang sulit untuk dihafalkan. Oleh karena itu, jika mengalami gangguan psikologi, sebaiknya perbanyaklah berdzikir, melakukan kegiatan yang positif atau berkonsultasi kepada psikiater.

c. Faktor Kecerdasan

Kecerdasan merupakan salah satu faktor pendukung dalam menjalani proses menghafalkan al-Qur‟an. Setiap individu mempunyai kecerdasan yang berbeda-beda. Sehingga cukup mempengaruhi terhadap proses hafalan yang dijalani. Meskipun demikian, bukan berarti kurangnya kecerdasan menjadi alasan untuk tidak bersemangat dalam proses menghafalkan al-Qur‟an. Hal yang paling penting ialah kerajinan dan istiqomah dalam menjalani hafalan.

d. Faktor Motivasi

Orang yang menghafalkan al-Qur‟an, pasti sangat membutuhkan motivasi dari orang-orang terdekat, kedua orang tua, dan sanak kerabat. Dengan adanya motivasi, ia akan lebih bersemangat dalam menghafal al-Qur‟an. Tentunya, hasilnya akan berbeda jika motivasi yang di dapatkan kurang. Kurangya motivasi dari orang-orang terdekat atau dari keluarga akan menjadi salah satu faktor penghambat bagi sang penghafal itu sendiri.

e. Faktor Usia

Usia bisa menjadi salah satu faktor penghambat bagi orang yang hendak menghafalkan al-Qur‟an. Jika usia sang penghafal sudah memasuki masa-masa dewasa atau berumur, maka akan banyak kesulitan yang akan menjadi penghambat. Selain itu, otak orang dewasa juga tidak

sejernih otak orang yang masih muda, dan sudah banyak memikirkan hal-hal yang lain.

Sebenarnya, kurang tepat bagi yang sudah berusia dewasa untuk memulai menghafal al-Qur‟an. Walaupun pada dasarnya mencari ilmu tidak kenal dengan waktu dan usia, serta mencari ilmu sampai akhir hayat. Akan tetapi, diusia dewasa akan banyak hal yang masih harus dipikirkan, selain menghafal Qur‟an. Oleh karena itu, jika hendak menghafalkan al-Qur‟an, sebaiknya pada usia-usia yang masih produktif agar tidak mengalami berbagai kesulitan.

Hal-hal yang mendukung hafalan al-Qur‟an dan memudahkan dalam proses menghafal Al-qur‟an antara lain :

1) Lingkungan

Lingkungan sangat berpengaruh baik sebelum maupun ketika menjalani proses hafalan. Ketika lingkungan sekitar kita banyak yang menghafal al-Qur‟an, maka akan memberikan motivasi dan menumbuhkan keinginan dalam diri untuk ikut menghafal. Bahkan, terdapat suatu lembaga pendidikan yang mengharuskan hafalan al-Qur‟an sebagai syarat kelulusan jenjang pendidikan formal tertentu. 2) Teman

Selain lingkungan, teman juga sangat berpengaruh. Teman yang baik akan menjadikan kita semakin banyak dan baik hafalannya. Namun, ketika teman dan orang-orang di sekitar kita kurang kondusif terhadap proses menghafal, maka hal itu sangat berpengaruh, baik dalam menambah hafalan maupun menjaganya. Jadi usahakan untuk memilih dan bergaul dengan teman yang baik dan teman yang berpengaruh positif.

3) Makanan

Sebagian penghafal beranggapan bahwa makanan tidak berpengaruh terhadap daya hafalan. Namun, sebaiknya makanan

yang dikonsumsi adalah makanan yang sehat, minimal 4 sehat 5 sempurna. Namun, ada diantara penghafal yang menganggap bahwa makanan cukup mempengaruhi dalam menghafal. Sebab menurutnya, kecerdasan otak harus dibiasakan dengan hafalan. Selain itu, tubuh kita juga membutuhkan asupan gizi yang mencukupi.

4) Bacaan

Seorang yang menghafal al-Qur‟an dengan tartil, akan berpengaruh pada hafalan. Bacaan yang tartil dan sesuai tajwid, sangat ditekankan oleh seorang guru. Menurut survei ini, terdapat kelebihan yang dimiliki oleh orang yang menghafal dengan tartil. Yaitu, dia mampu membaca al-Qur‟an dengan pelan juga dengan cepat. Namun, orang yang terbiasa menghafal dengan cepat (hard) tanpa tartil, akan susah jika harus membaca dengan pelan. Meskipun dalam proses menghafal, cara baca hard (cepat) akan lebih memudahkan dalam menghafal.

5) Keinginan Kuat

Inilah sebenarnya yang sangat berpengaruh, baik dalam menambah hafalan yang baru, terhadap kelancaran bacaan, maupun mengulang hafalan. Karena keinginan kuat inilah yang akan memotivasi kita untuk berusaha lebih keras. Motivasi dari guru juga memengaruhi, tapi lebih sedikit pengaruhnya jika dibandingkan motivasi yang muncul dalam diri sendiri (Ahsin W. Al-Hafidz, 2000: 56).

Dokumen terkait