• Tidak ada hasil yang ditemukan

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Sumenep, Madura Provinsi Jawa Timur dengan 4 Kecamatan, yaitu Gapura, Dungkek, Kalianget dan Pragaan. Pemilihan lokasi didasarkan pada fakta bahwa Kabupaten Sumenep merupakan daerah awal dimulainya industri garam di Indonesia dan juga merupakan daerah sentra produksi garam terbesar di Indonesia. Waktu penelitian dilakukan pada bulan Januari-Februari 2013.

Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan sekunder. Data primer diperoleh dengan wawancara terstruktur dengan menggunakan kuesioner secara langsung kepada sumber atau objek yang sedang diteliti. Informasi/fakta yang dikategorikan sebagai data primer adalah harga jual garam, jumlah pendapatan usahatani, biaya produksi, persepsi para pelaku usaha garam mengenai kerjasama yang ada, faktor-faktor yang mempengaruhi pengembangan usaha garam rakyat.

Data sekunder pada penelitian ini diperoleh antara lain melalui studi pustaka, data publikasi Kementrian Kelautan dan Perikanan, Kementrian Perindustrian, Kementrian Perdagangan dan sumber-sumber lainnya yang relevan. Informasi/fakta yang dikategorikan sebagai data sekunder adalah jumlah produksi

Potensi Usaha Garam di Kabupaten Sumenep

Persaingan dengan Produk Impor dan Informasi yang Asimetris

Para Pelaku Industri Garam

Pola Kemitraan Usaha Garam Rakyat

Indikasi Adanya Kegagalan Pasar Pola Interaksi Kerjasama

Antar Pelaku

Rekomendasi Pola Kemitraan Usaha Garam Rakyat Yang dapat meningkatkan Posisi Tawar dan Kesejahteraan Petani Garam

garam, jumlah lahan garam, jumlah petani, jumlah kebutuhan garam, karakteristik petani garam. Data primer dikumpulkan untuk mengetahui pola kerjasama yang ada yang terdiri dari : siapa saja peserta yang terlibat dalam pola kerjasama dan jenis pola kerjasama apa yang dilakukan. Data primer juga diperlukan untuk menggambarkan struktur biaya yang ada. Sedangkan penggunaan data sekunder, untuk mengetahui kinerja industri garam yang telah ada dan bagaimana kontribusi akan keberadaannya. Uraian ringkas tentang jenis dan sumber data yang digunakan dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3 Jenis dan sumber data yang digunakan

No. Jenis data Bentuk data Sumber

Instrumen pengumpulan

data yang dipakai 1. Data primer Struktur penerimaan Wawancara langsung Kuesioner Biaya produksi Wawancara langsung Kuesioner Harga garam Wawancara langsung Kuesioner Persepsi para pelaku usaha Wawancara langsung Kuesioner

2. Data

sekunder

Jumlah produksi Kemenperin Literatur

Jumlah petani garam Kemenperin Literatur Luas lahan tambak DKP Kabupaten Sumenep Literatur Bentuk kerjasama yang ada DKP Kabupaten Sumenep Literatur Lembaga terkait usaha garam DKP Kabupaten Sumenep Literatur

Metode Pengambilan Contoh

Metode pengambilan contoh yang diterapkan pada penelitian ini adalah teknik pengambilan contoh secara sengaja (purposive sampling) dengan memilih sendiri pihak-pihak yang menjadi responden, responden yang digunakan adalah para pelaku usaha garam di Kabupaten Sumenep. Adapun pihak-pihak yang menjadi responden dalam penelitian ini adalah petani garam sebanyak 30 orang dengan 3 kriteria yaitu pemilik sekaligus penggarap, pemilik dengan penggarap, dan penyewa lahan dengan penggarap, pengurus Koperasi Astagina sebanyak 4 orang, pedagang pengumpul sebanyak 3 orang dan 2 orang perwakilan dari PT Garam (Persero).

Metode Analisis Data

Berdasarkan tujuan penelitian, maka penelitian ini menggunakan beberapa alat analisis data sesuai dengan data dan informasi yang diperoleh. Analisis data yang digunakan sebagai kriteria dalam penentuan pola kemitraan adalah sebagai berikut :

Analisis Deskriptif

Analisis deskriptif adalah suatu metode yang meneliti suatu objek pada masa sekarang. Tujuan dari analisis deskriptif ini adalah untuk membuat gambaran secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat serta

hubungan antar fenomena yang diselidiki. Analisis deskriptif disini adalah menggambarkan bagaimana karakteristik dari para pelaku, menggambarkan mekanisme dari pola kerjasama yang ada, dan biaya-biaya yang dikeluarkan agar terciptanya pola kemitraan. Untuk statistik deskripsi akan menggambarkan jumlah rata-rata produksi garam dan data rata-rata harga jual garam dengan menggunakan tabulasi.

Analisis Pendapatan Usahatani Garam

Analisis pendapatan dilakukan untuk mengukur keberhasilan usahatani yang dilakukan oleh petani garam dalam mengelola usaha garamnya. Pendapatan total usahatani adalah selisih antara penerimaan total dengan pengeluaran biaya total Secara matematis pendapatan total usaha garam dapat dirumuskan sebagai berikut :

π = TR - TC

Keterangan :

π = Pendapatan usahatani garam (Rp/panen) TR = Total penerimaan usahatani (Rp/panen) TC = Total biaya (biaya tetap + biaya variabel)

Untuk mengetahui apakah pola Contract Farming (Kemitraan) yang dibangun layak atau tidak layak, maka dilakukan analisis Benefit-Cost Ratio (B/C). B/C ratio digunakan sebagai ukuran kinerja atau kriteria investasi yang diturunkan dari filosofi “Utilitarianism” yang mengatakan bahwa tindakan (perubahan) yang baru adalah baik bila manfaat ekonominya lebih besar dari biaya ekonominya.

Perhitungan B/C ratio dapat dihitung dengan rumus (Soekartawi, 2002) berikut : B C =�� Bt (1 +�)� � �=1 �/�� Ct (1 +�)� � �=� �

Kriteria yang dapat digunakan berdasarkan B/C adalah

a) jika nilai B/C > 1 berarti memberikan manfaat/layak untuk dijalankan

b) jika nilai B/C < 1 berarti tidak memberikan manfaat/tidak layak untuk dijalankan dan

c) jika nilai B/C = 1, maka keputusan tergantung pada investor (proyek tidak rugi dan untung).

Dikarenakan rumus B/C ratio yang digunakan hanya untuk melihat kinerja perubahan dari sebuah kelembagaan, maka tidak diperlukan kajian pengaruh waktu (time value of money), maka rumus analisis B/C ratio (Samadi, 2007)4 yang digunakan adalah B C = Pendapatan (TR−TC) Biaya (TC) 4 www.books.google.co.id

Biaya Transaksi (TrC)

Biaya transaksi adalah biaya yang ditimbulkan dalam melakukan transaksi ekonomi. Secara umum, menurut North & Thomas dalam Anggraini (2005), komponen umum biaya transaksi yang akan diperhitungkan dalam usaha garam mencakup: (1) biaya untuk mencari informasi, dalam hal ini biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh informasi mengenai harga, kualitas garam dan variasi dari garam berdasarkan kualitas; (2) biaya pembuatan kontrak, berapa biaya yang harus dikeluarkan untuk melegalkan kontak (biaya notaris) oleh petani garam maupun pihak mitra sehingga terjadinya kemitraan ; (3) biaya pelaksanaan, biaya yang dikeluarkan untuk melaksanakan suatu kontrak/transaksi.

TrCj= ∑ Zij

Keterangan :

TrCj = Total biaya transaski (Rp/tahun) Zij = Komponen biaya transasksi (Rp/tahun)

Biaya Penyusutan

Biaya penyusutan peralatan usaha garam dihitung dengan menggunakan metode garis lurus (straight line method) dengan asumsi peralatan setelah umur teknis habis tidak dapat digunakan lagi dan tidak dapat dijual kembali. Biaya penyusutan digunakan untuk melihat berapa biaya tetap yang dikeluarkan oleh petani garam.

Perumusan Model Kemitraan

Kemitraan yang ideal menurut Vermulen dan Cotula (2011) adalah terciptanya kesetaraan dalam pengambilan keputusan, pembagian risiko dan distribusi keuntungan yang proporsional. Konsep kemitraan yang dilandasi rasa tanggung jawab dalam hubungan saling menguntungkan, sudah barang tentu akan membuahkan keberhasilan yang dirasakan bersama. Pola kemitraan yang baik (ideal) tentu saja adalah hubungan kerja yang menunjukkan persamaan hak kedudukan yang sama. Saling menguntungkan dan saling bahu-membahu. Sehingga dengan demikian tidak ada yang merasa paling superior, paling dominan, dan lain-lain. Untuk merumuskan model kemitraan yang ideal pada penelitian, maka didasarkan pada kriteria yang ada dalam konsep kemitraan ideal menurut Eaton dan Sheperd (2001) yang antara lain adalah :

1. Penetapan harga di awal kontrak 2. Transfer keterampilan dan tehnologi 3. Penentuan kualitas produksi

4. Adanya penyuluhan secara teknis 5. Kemudahan untuk akses kredit 6. Tersedianya pasar

7. Ketersediaan input 8. Penyelesaian sengketa

Perumusan model kemitraan juga didasarkan pada peningkatan pendapatan usahatani, peningkatan faktor manfaat yang diperoleh dan besarnya biaya transaksi yang dikeluarkan sehingga masing-masing pihak memperoleh keuntungan dan korbanan (biaya) yang sesuai dan terdapat insentif yang positif dan adil untuk para pelaku usaha garam yang terlibat.

Dokumen terkait