Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang berasal dari berbagai sumber antara lain World Bank, ASEAN, UNCTAD, UNCOMTRADE,WDI dan publikasi internasional. Rincian data yang digunakan dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Jenis dan sumber data yang digunakan
No Jenis Data Tahun Sumber Keterangan
1 Non Tariff Measures
(NTM)
2009 ASEAN
2 GDP 2009 World Development
Indicator
Juta US $ 3 Ekspor /Impor 2009,2011 WITS Juta US $
4 Tarif 2009 WITS Persen
5 Biaya Ekspor 2009 Doing Bussiness Juta US $ 6 Produksi dan pasar 2007,
2009, 2011
Reed Ekektronics Research
Juta US $
7 Nilai Tukar 2009 UNCTAD
Pengumpulan data terkait non tariff measures tidak mudah dilakukan. Kebijakan non tarif dapat dikeluarkan oleh lembaga yang berbeda dengan tujuan yang berbeda di masing-masing negara seperti Departemen Kesehatan, Departemen Pertanian, dan Departemen Perindustrian. Negara anggota ASEAN diwajibkan untuk menginventarisasi kebijakan-kebijakan tersebut dan melaporkan kepada sekretariat ASEAN. Namun, data yang tersedia belum terupdate secara berkala. Data terakhir yang tercantum pada database ASEAN menunjukkan kondisi tahun 2009 berdasarkan klasifikasi HS 4 digit. Ketidaklengkapan data yang menunjukkan waktu pemberlakuan kebijakan juga menjadi kendala untuk menganalisis dengan metode time series, sehingga penelitian ini hanya menggunakan analisis cross section untuk melihat pengaruh NTM terhadap arus perdagangan elektronika.
Data perdagangan berupa data ekspor dan impor diperoleh dari WITS dengan klasifikasi berdasarkan SITC 4 digit, sehingga diperlukan konversi klasifikasi ke dalam bentuk HS 4 digit agar dapat sejajar dengan data NTM. Data lainnya terkait perdagangan seperti tarif, biaya ekspor, produksi, pasar, dan nilai tukar berasal dari sumber yang berbeda-beda seperti terlihat pada Tabel 3.
Data NTM, ekspor, impor, dan tarif dikelompokkan menjadi delapan kelompok komoditi elektronika meliputi Electronic Data Processing, Office Equipment, Control and Instrumentation, Medical and Industrial Equipment, Radar Comunications and Radar, Telecommunication, Consumer Product, dan Components. Klasifikasi data elektronika berdasarkan kode HS dan SITC dapat dilihat pada Lampiran 8. Jumlah observasi data cross section untuk menganalisis pengaruh NTM terhadap arus perdagangan sektor elektronika Indonesia berjumlah 64 observasi. Data dibedakan berdasarkan mitra dagang dan jenis komoditi elektronika.
Metode Analisis
Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini meliputi analisis deskriptif dan analisis model cross section gravity. Analisis deskriptif digunakan untuk menjawab permasalahan yang pertama dan kedua yaitu menganalisis kinerja perdagangan sektor elektronika Indonesia dan pemberlakuan NTM sektor elektronika di kawasan ASEAN. Pendekatan yang dilakukan untuk analisis pemberlakuan NTM adalah pendekatan inventory (inventory approach). Untuk menjawab permasalahan yang ketiga akan dilakukan analisis dampak NTM terhadap arus perdagangan Indonesia pada sektor elektronika menggunakan model cross sectional gravity.
Analisis Deskriptif
Analisis deskriptif merupakan analisis sederhana yang digunakan untuk memaparkan gambaran umum mengenai kinerja perdagangan sektor elektronika Indonesia dan kebijakan perdagangan berupa NTM yang diberlakukan di negara ASEAN. Pada bagian ini terdapat dua sub bagian dengan pokok bahasan yang berbeda. Sub bagian pertama akan membahas kinerja perdagangan sektor elektronika Indonesia terhadap negara-negara di ASEAN. Sub bagian kedua akan membahas kebijakan terkait NTM di negara-negara ASEAN pada sektor elektronika. Pada bagian ini akan akan dilakukan analisis pemberlakuan NTM menggunakan pendekatan inventory (inventory approach) yaitu melakukan inventarisasi kebijakan-kebijakan non tarif yang dilakukan oleh setiap negara dengan menghitung frequency index dan coverage ratio pada periode waktu yang disesuaikan dengan ketersediaan data. Frequency index dihitung dengan proporsi komoditi 4 digit HS (Harmonize System) yang diterapkan NTM terhadap jumlah total komoditi pada agregasi delapan kelompok utama sektor elektronika. Coverage Ratio merupakan metode pendekatan inventory dengan mempertimbangkan volume impor komoditi. Dengan menghitung Frequency Index dan Coverage Ratio dapat dibandingkan pemberlakuan NTM di masing- masing negara pada delapan kelompok utama sektor elektronika. Merujuk pada metodologi yang digunakan Bora et al. (2002), frequency index dan coverage ratio dapat dirumuskan dalam persamaan berikut ini:
Dimana:
Fj = Frequency index negara pengimpor pada level agregasi produk yang diinginkan
Di = Dummy NTM (1=ada NTM, 0=tidak ada NTM) Ni = Jumlah item produk yang terindikasi NTM Nt = Jumlah total item produk
Frequency Index dan Coverage Ratio merupakan metode pengukuran non tariff measures. Nilai Frequency Index dan Coverage Ratio akan berada pada rentang nilai 0-100. Sehingga, semakin kecil nilai Frequency Index yaitu mendekati 0 menunjukkan semakin sedikit penggunaan NTM oleh suatu negara. Sebaliknya, semakin besar nilai Frequency Index mendekati 100 menunjukkan semakin banyak penggunaan NTM oleh suatu negara. Semakin tinggi nilai Frequency Index menunjukkan negara tersebut semakin protektif terhadap perdagangan. Nilai Coverage Ratio yang semakin kecil menunjukkan cakupan produk yang terkena kebijakan semakin kecil, sedangkan Coverage Ratio yang semakin besar menunjukkan cakupan produk yang terkena kebijakan semakin luas.
Analisis Model Cross Sectional Gravity
Analisis model cross sectional gravity digunakan untuk memperoleh model terbaik yang dapat menggambarkan dampak NTM terhadap arus perdagangan di ASEAN. Rancangan model yang akan diajukan akan menggunakan enam variabel bebas yaitu GDP negara pengekspor, GDP negara pengimpor, produksi, tarif, NTM, dan biaya ekspor. Variabel independennya adalah nilai ekspor suatu negara ke negara tertentu. Data yang diperoleh pada variabel-variabel tersebut memiliki satuan yang berbeda. Oleh karena itu, untuk memudahkan dalam mengolah data dan interpretasi hasil akhirnya, beberapa variabel ini akan diubah bentuknya sehingga menjadi bentuk satuan yang sama, yaitu dalam persentase. Beberapa variabel akan diubah menjadi bentuk log natural sehingga koefisien hasil regresi diinterpretasikan sebagai elastisitas. Dengan model tersebut, diharapkan bahwa hasil regresi yang diperoleh akan lebih efisien dan mudah untuk diinterprestasikan.
Dampak NTM yang akan dilihat adalah dampak NTM secara keseluruhan dan dampak NTM yang dibedakan menjadi dua tipe NTM berdasarkan tujuannya yaitu core measure dan non core measures. Core measures merupakan NTM yang bertujuan untuk melindungi produsen lokal, sedangkan non core measures adalah NTM yang bertujuan untuk melindungi konsumen lokal. Penelitian ini akan menggunakan dua model.
Model yang akan digunakan dalam penelitian ini merujuk pada model gravity yang dibangun oleh Nakakeeto (2011) sehingga secara ekonometrika model tersebut dituliskan menjadi:
Dimana:
CRijk = Coverage ratio negara j pada komoditi k dari negara i
Djk = Dummy NTM pada komoditi k di negara j
(1=ada NTM, 0=tidak ada NTM)
Vijk = Volume impor komoditi k dari negara i ke negara j
i= negara pengekspor j= negara pengimpor k= komoditi
Model 1
Model 2
Dimana:
Xijk = ekspor komoditi k negara i ke negara j (juta $US)
Yik = GDP riil negara pengekspor i (juta $US)
Yjk = GDP riil negara pengimpor j (juta $US)
Dij = Jarak antara negara ekportir i dan importir j (juta $US)
Tarifjk = Besaran tarif komoditi k yang diterapkan oleh negara
pengimpor j (persen)
CRijk = Coverage Ratio negara pengimpor j (persen) pada
komoditi k dari negara pengekspor i
CRcoreijk = Coverage Ratio core measures negara pengimpor j
(persen) pada komoditi k dari negara pengekspor i
CRncoreijk = Coverage Ratio non core measures negara pengimpor j
(persen) pada komoditi k dari negara pengekspor i
ERij = nilai tukar riil negara pengekspor i terhadap negara
pengimpor j
Cost_export = biaya ekspor dari negara i ke negara j (US $)
Definisi Variabel Operasional
Definisi operasional variabel yang digunakan dalam model penelitian ini antara lain:
1. Ekspor (X) merupakan nilai perdagangan suatu negara ke negara mitra dagangnya
2. GDP riil atau PDRB suatu negara(Y), diukur dari nilai PDRB atas dasar harga konstan.
3. Tarif (Tarif) merupakan pajak atau cukai yang dikenakan untuk komoditi yang diperdagangkan lintas batas teritorial, tarif yang digunakan adalah tarif yang terapkan untuk kawasan ASEAN.
4. Biaya Perdagangan adalah indikasi dari biaya transportasi yang dihadapi oleh suatu negara dalam melakukan perdagangan. Dalam hal ini biaya perdagangan didekati oleh variabel biaya ekspor.
5. Coverage Ratio (CR) merupakan ukuran NTM yang nilainya diukur dalam persentase.
6. Coverage Ratio core measures (CRcore) merupakan ukuran NTM tipe core measures yang nilainya diukur dalam persentase.
7. Coverage Ratio non core measures (CRncore) merupakan ukuran NTM tipe non core measures yang nilainya diukur dalam persentase.
8. Real Exchange Rate (ER) merupakan nilai tukar riil negara pengekspor dan negara pengimpor yang diperoleh dari :