• Tidak ada hasil yang ditemukan

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Desa Ngadisari, Kecamatan Sukapura, Kabupaten Probolinggo, propinsi Jawa Timur. Pemilihan lokasi karena daerah tersebut merupakan daerah yang paling dekat dengan kawasan wisata Kawah Bromo dengan intensitas interaksi yang tinggi dengan pihak luar. Selain itu di desa ini berbagai macam upacara adat masyarakat Tengger tetap dilaksanakan sampai saat ini. Penelitian dilaksanakan selama dua bulan, yaitu pada bulan Desember 2005 sampai Januari 2006.

Jenis dan Metode Penelitian

Penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif. Sebagaimana yang dikatakan oleh Faisal (2001) , penelitian deskriptif dimaksudkan untuk eksplorasi dan klarifikasi mengenai sesuatu fenomena atau kenyataan sosial dengan jalan mendeskripsikan sejumlah variabel yang berkenaan dengan masalah dan unit yang diteliti. Istilah kualitatif menunjuk pada suatu penekanan pada proses-proses dan makna-makna yang tidak diuji atau diukur (jika sepenuhnya diukur) secara ketat dari segi kuantitas, jumlah, intensitas ataupun frekuensi.

Metode penelitian menggunakan pendekatan studi kasus pada upacara Entas-entas, Praswala Gara dan Pujan Kapat pada masyarakat Tengger Desa Ngadisari, dimana penelaahannya kepada kasus tersebut dilakukan secara intensif, mendalam, mendetail dan komprehensif. Pemilihan ketiga tradisi tersebut dikarenakan ketiganya yang sedang dilaksanakan pada saat penelitian berlangsung. Sitorus (1995) memberikan penjelasan bahwa studi kasus adalah suatu strategi penelitian multi-metode, lazimnya menggunakan teknik pengamatan, wawancara dan analisis dokumen. Selain itu Yin (2002) menjelaskan bahwa studi kasus merupakan strategi yang lebih cocok bila pokok pertanyaan suatu penelitian berkenaan dengan ”bagaimana ” atau ”mengapa”, bila hanya memiliki sedikit peluang untuk mengontrol peristiwa-peristiwa yang akan diselidiki.

Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Indepth Interview (wawancara mendalam), yaitu dengan mengadakan

wawancara secara langsung dan mendalam kepada Kepala Desa Ngadisari, tokoh adat, pengurus dan anggota organisasi Pramuka serta warga masyarakat yang dianggap mengetahui hal-hal yang diperlukan oleh peneliti. Hal ini dengan pertimbangan bahwa mereka cukup memiliki pengetahuan yang cukup tentang hal-hal yang berkaitan dengan penelitian ini. Isi wawancara mendalam secara lengkap disajikan pada lampiran 1 tentang pedoman wawancara mendalam.

2. Observasi, yaitu dengan mengadakan pengamatan secara langsung pada kehidupan masyarakat Tengger, khususnya pada upacara Entas-Entas, Praswala Gara, Pujan Kapat, dan kehidupan sehari-hari masyarakat Tengger Desa Ngadisari. Peneliti melakukan observasi dan merangkap sebagai partisipan, yaitu dengan mengikuti jalannya upacara Entas -Entas, Praswala Gara, dan Pujan Kapat. Pelaksanaan pengamatan dilakukan pada bulan Desember 2005 – Januari 2006. Dalam penelitian ini peneliti mengikuti kegiatan secara penuh dua kali upacara Entas-Entas, yaitu pada tanggal 27 Desember 2005 dan 2 Januari 2006. Upacara Praswala Gara yang diikuti sebanyak tiga kali, yaitu pada tanggal 20 dan 27 Desember 2005 serta tanggal 2 Januari 2006. Upacara Pujan Kapat diikuti pada tanggal 3 Januari 2006. Selain itu sebelum hari pelaksanaan peneliti juga mengikuti persiapan untuk mengetahui proses komunikasi yang berlangsung saat sebelum upacara. Persiapan yang diikuti peneliti dilakukan di rumah yang punya hajat dan di rumah Wong Sepuh (sebagai pembantu dukun) dalam mempersiapkan upacara. Di tempat Wong Sepuh inilah dapat dilihat sebuah proses komunikasi secara indoktrinasi yang dilakukan oleh Wong Sepuh kepada setiap orang yang ikut membantu, yakni dengan melakukan proses pengajaran pembuatan petra. Biasanya di rumah yang punya hajat proses komunikasi indoktrinasi berupa perintah-perintah dari para Dukun dan para kerabatnya untuk mempersiapkan segala sesuatu yang berkaitan dengan upacara. Warga masyarakat yang punya hajat biasanya hanya sebagai pelaksana saja.

Observasi terhadap kehidupan sehari-hari juga dilakukan oleh peneliti dengan mengikuti kegiatan mereka saat sedang di rumah dan saat mereka bekerja di tegal atau aktifitas lain. Hal yang diamati adalah proses komunikasi yang berlangsung diantara mereka, lebih difokuskan pada pesan komunikasi budaya, khususnya yang berkaitan dengan Entas -Entas, Praswala Gara, dan Pujan Kapat.

3. Dokumentasi, metode ini terbagi menjadi dua, yaitu dokumentasi tertulis dan visual.

Dokumentasi tertulis yaitu pengumpulan data yang berhubungan dengan dokumen yang diperoleh dari kantor desa Ngadisari atau instansi serta lembaga yang terkait dengan penelitian ini. Misalnya data-data tentang kependudukan, kondisi masyarakat berdasarkan pekerjaan, pendidikan maupun gambaran umum daerah penelitian diperoleh melalui kantor Desa Ngadisari. Data-data tentang berbagai catatan tentang upacara Tengger diperoleh melalui Dukun Desa Ngadisari serta Koordinator Dukun Sekawasan Tengger yang bertempat tinggal di Desa Ngadas.

Dokumentasi visual yaitu dokumentasi berupa foto atau gambar-gambar visual. Foto diperoleh dengan pengambilan gambar pada suatu kejadian atau peristiwa tertentu. Selain itu juga akan digunakan alat perekam untuk penunjang pengumpulan data, seperti rekaman mantra upacara atau pesan- pesan komunikasi yang dilakukan saat upacara dan tidak mungkin untuk dicatat saat itu.

Teknik Analisis Data

Analisis data yang digunakan adalah analisis data deskriptif, secara umum berupa reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan atau verifikasi data. Semua langkah tersebut dilakukan secara bersamaan semenjak di tempat penelitian hingga proses akhir penyusunan laporan, dalam penelitian ini dilakukan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Pengumpulan data secara manual diikuti pengecekan, dilakukan karena kemungkinan ada data yang tidak jelas pada jawaban.

2. Menempatkan jawaban informan pada setiap kategori sesuai dengan jawaban mereka. Misalnya: kategori pendidikan, masing-masing jawaban informan dimasukkan ke dalam kategori.

3. Penyusunan hasil temuan lapang secara deskriptif serta analisis dari berbagai temuan yang ada, seperti: uraian tentang proses upacara yang diikuti oleh peneliti, proses komunikasi yang berlangsung dan pola komunikasi yang terbentuk serta menganalisis mengapa terjadi secara demikian.

4. Penyusunan dan analisis data melalui berbagai arsip, baik arsip formal maupun non formal tentang ritual Entas-Entas, Praswala Gara, dan Pujan Kapat serta berbagai ritual lainnya. Kemudian dianalisis dengan mengadakan penilaian serta perbandingan dengan data yang diperoleh secara langsung di lapang.

Informan Penelitian

Informan dalam penelitian ini adalah Kepala Desa, tokoh adat, anggota Pramuka, tokoh masyarakat dan anggota masyarakat biasa. Penentuan informan pertama dilakukan secara purposive (sengaja), selanjutnya dilakukan dengan menggunakan teknik snowballing, yaitu berdasarkan informasi informan sebelumnya untuk mendapatkan informasi berikutnya sampai mendapatkan ”data jenuh” (tidak terdapat informasi baru lagi).

Informan pertama dalam penelitian ini adalah Kepala Desa Ngadisari yang ditentukan secara sengaja (purposive). Penentuan secara purposive ini dilakukan karena pada awalnya peneliti belum mengetahui dan mengenal orang- orang di daerah penelitian, sehingga diharapkan Kepala Desa dapat menjadi pemandu pertama untuk menentukan orang-orang yang dijadikan informan dalam penelitian ini. Setelah itu informan selanjutnya ditentukan dengan menggunakan teknik snowball yang terdiri dari: Dukun adat Tengger beserta kerabatnya (para pembantunya), P inandhita Desa Ngadisari, anggota Pramuka dan warga masyarakat yang secara lengkap data informan penelitian ini dapat dilihat pada lampiran 8.

Validitas dan Reliabilitas

Validitas (kesahihan) dan reliabilitas (keterandalan) dalam penelitian kualitatif memiliki spesifikasi tersendiri. Menurut Lincoln dan Guba yang dikutip oleh Moleong (2002) paling sedikit ada empat standar atau kriteria utama untuk menjamin keabsahan hasil penelitian kualitatif, dimana dalam penelitian ini dapat diterangkan sebagai berikut:

1. Standar Kredibilitas.

Standar ini identik dengan validitas internal dalam penelitian kuantitatif. Untuk mendapatkan hasil penelitian kualitatif dengan tingkat kepercayaan yang tinggi, peneliti melakukan:

- Perpanjangan keikutsertaan, dimana peneliti tinggal di Desa Ngadisari selama dua bulan, sebab peneliti dalam penelitian kualitatif ini merupakan instrumen pokok dari penelitian. Peneliti tinggal di rumah salah seorang penduduk yang berada di dusun Cemoro Lawang, Desa Ngadisari, sehingga dalam keseharian peneliti ikut makan dan minum bersama mereka serta mengikuti kegiatan sehari-hari mereka, seperti pergi ke tegalan, mencari kayu bakar, mengikuti uwar7 yang dilakukan oleh Legen dengan mengunjungi rumah-rumah penduduk sebelum pelaksanaan Pujan Kapat, mengikuti persiapan sebelum upacara Entas-Entas dan Praswala Gara serta berkumpul dengan keluarga dan anggota masyarakat lainnya. Penulis ikut melihat dan mendengarkan apa yang mereka bicarakan. Selain itu penulis juga sering mengunjungi para tokoh masyarakat, seperti Kepala Desa, Dukun dan para kerabatnya untuk mendapatkan kejelasan informasi yang didapat. Dalam jangka waktu tersebut diharapkan timbul kedekatan (rapport) antara peneliti dengan tineliti (masyarakat yang diteliti), sehingga diharapkan akan mampu mendekatkan peneliti dengan fenomena di lapangan yang sesungguhnya.

- Ketekunan pengamatan, hal ini dilakukan dengan mengadakan observasi secara teliti pada kegiatan ritual masyarakat Tengger, khususnya pada

7

Uwar adalah istilah yang dipakai oleh masyarakat Tengger untuk memberitahukan pelaksanaan upacara pujan kepada setiap warga masyarakatnya, dengan mengunjungi rumah mereka satu persatu, biasanya dilakukan oleh Legen (pembantu/ kerabat Dukun) beberapa hari sebelum upacara berlangsung.

upacara Entas-Entas, Praswala Gara, dan Pujan Kapat. Selain itu juga diikuti dengan wawancara yang mendalam untuk mendapatkan kejelasan dan kelengkapan dari informasi yang diperoleh. Hal ini diharapkan akan mampu menggali berbagai fenomena yang mungkin tersembunyi jika hanya melalui observasi saja atau melalui wawancara saja.

- Melakukan triangulasi, yaitu teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data tersebut. Triangulasi dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu: triangulasi sumber, metode, penyidik dan teori. Penelitian ini menggunakan triangulasi sumber, metode dan teori. Triangulasi sumber dilakukan dengan menggali suatu informasi dari beberapa sumber, seperti dari perangkat desa dengan anggota masyarakat dan antara Dukun dengan warga masyarakat. Kemudian hasil tersebut dibandingkan satu sama lain, jika terjadi kesamaan maka data dianggap telah ”jenuh”, sedangkan jika terjadi perbedaan maka akan dilakukan analisa lanjutan mengapa hal tersebut terjadi. Triangulasi metode dilakukan dengan penggunakan beberapa metode, seperti observasi pada upacara Entas -Entas, Praswala Gara, dan Pujan Kapat disertai dengan observasi masyarakat dan lingkungan serta wawancara individu, kemudian hasilnya juga penulis bandingkan untuk mencari kesamaan ma upun perbedaannya serta dianalisa sebagaimana pada triangulasi sumber. Triangulasi teori dilakukan dengan menganalisis hasil penelitian dengan teori-teori yang sesuai untuk memperkuat hasil penelitian.

2. Standar Transferabilitas.

Standar ini merupakan modifikasi dari validitas eksternal dalam penelitian kuantitatif. Hasil penelitian kualitatif memiliki standar transferabilitas yang tinggi jika para pembaca laporan penelitian ini memperoleh gambaran dan pemahaman yang jelas tentang konteks dan fokus penelitian. Penulis berusaha menyajikan laporan hasil penelitian ini secara deskripsi dengan bahasa yang mudah dimengerti tanpa meninggalkan kaidah-

kaidah penulisan ilmiah. Penulis berusaha memberikan penafsiran dalam bentuk uraian yang rinci dengan segala macam pertanggungjawaban berdasarkan kejadian-kejadian nyata yang diamati dalam penelitian seperti berbagai data kuantitatif dalam tabel-tabel, data kualitatif berupa uraian secara jelas. Dalam penelitian ini untuk mencapai standar transferabilitas, maka setiap data yang diperoleh langsung ditabulasi dan dianalisis di lapangan. Dengan demikian data-data dan informasi yang kurang segera didapatkan di lapangan, sehingga penulisan dan penyusunan laporan dimulai sejak peneliti memasuki lapangan penelitian hingga akhir penelitian.

3. Standar Dependabilitas.

Standar ini dapat dikatakan mirip dengan standar reliabilitas. Adanya pengecekan atau penilaian ketepatan peneliti dalam mengkonseptualisasikan apa yang diteliti merupakan cerminan dari kemantapan dan ketepatan menurut standar reliabilitas penelitian. Makin konsisten peneliti dalam keseluruhan proses penelitian, baik dalam kegiatan pengumpulan data, interpretasi temuan maupun dalam melaporkan hasil penelitian, akan semakin memenuhi standar dependabilitas. Salah satu upaya untuk menilai dependabilitas adalah dengan melakukan audit (pemeriksaan) dependabilitas itu sendiri. Dalam penelitian ini audit dilakukan oleh auditor independen (dalam hal ini adalah pembimbing penelitian) dengan melakukan review terhadap selur uh hasil penelitian dan memberikan berbagai masukan pada penulis. Masukan tersebut antara lain tentang penguatan teori yang berkaitan dengan masalah penelitian ini, sehingga analisis data dapat dilakukan secara lebih tepat.

4. Standar Konfirmabilitas.

Standar ini lebih terfokus pada audit (pemeriksaan) kualitas dan kepastian hasil penelitian, apa benar berasal dari pengumpulan data di lapangan. Audit konfirmabilitas ini biasanya dilakukan bersamaan dengan audit dependabilitas (Bungin, 2003). Standar konfirmabilitas ini dilakukan oleh peneliti dengan menghubungi informan lagi jika dirasa ada hal-hal yang kurang.