• Tidak ada hasil yang ditemukan

Mewujudkan Impian Tanpa Mengkompromikan Iman

Dalam dokumen publikasi icw (Halaman 157-160)

"Saya berdoa biasa-biasa saja. Saya hanya bilang, kalau Tuhan kasih saya sesuatu di AFI, ya saya bersyukur. Tapi kalau tidak, saya akan lanjutkan kuliah. Gitu aja," kenang Ve (22) tentang suksesnya masuk lima besar di ajang AFI pertama.

Sifera Dewi Nazarina, begitu nama lengkapnya, memang tidak menancapkan target muluk-muluk saat mengikuti kontes ini. Ia hanya ingin menambah pengalaman di bidang tarik suara, juga mengenali seni peran dan koreografi.

Sebelumnya, ia belajar menyanyi secara otodidak, dibantu oleh guru Sekolah Minggu. Kegiatannya menyanyi hanya berkisar pada acara gereja. Keinginan untuk lebih maju dan mengembangkan bakatlah yang mendorong putri pendeta ini menjajal

keberuntungannya.

Keikutsertaan Ve didukung penuh kedua orangtuanya. "Mereka hanya menanamkan, agar saya percaya diri, jaga diri, dan hati-hati. Pesan orangtua juga supaya banyak berdoa," ungkapnya. "Kamu punya Tuhan Yesus yang memberi kamu harapan yang luar biasa. Dan, kamu sudah dikasih berkat, maka kamu harus bersyukur," tambahnya. Selama masa "karantina", Ve, Icha, dan Kia yang seiman saling mengingatkan untuk berdoa dan bersaat teduh.

Apa harapannya setelah ini? "Ya, dapat memberikan yang terbaik untuk Tuhan dan menjadi seorang entertainer yang baik," jawabnya singkat.

Pengembangan diri dan aktualisasi diri, itulah tampaknya motivasi Ve dan mungkin juga kebanyakan peserta AFI (Akademi Fantasi Indosiar) atau program talent search serupa. Hanya saja, ajang ini lebih menitikberatkan pada bidang tarik suara. Bagaimana dengan ajang yang mencakup bidang prestasi yang lebih luas? Kita akan mengambil contoh dari kontes Miss America.

158

Setiap tahun, kontes Miss America menarik sejumlah besar gadis Kristen untuk ikut bersaing. Kalau kita memeriksa biografi para pemenang, sepertiga pemenang dalam tiga dekade terakhir menyampaikan pesan kekristenan, kesaksian, atau undangan untuk menerima Kristus.

Mengapa mereka ini berusaha meraih kemashyuran melalui organisasi sekuler yang mengharuskan berparade di atas panggung dengan pakaian renang? Banyak yang terdorong oleh peluang memenangkan uang yang lumayan besar guna membiayai pendidikan. Ada juga yang melihatnya sebagai kesempatan untuk meraih karir yang sulit untuk ditembus melalui jalur lain.

"Kontes Miss America adalah salah satu dari sedikit panggung yang tersedia bagi remaja Kristen untuk memenangkan beasiswa, sekaligus kesempatan luar biasa untuk mewujudkan impian mereka tanpa mengkompromikan keyakinan mereka," kata Terry Meeuwsen, Miss America 1973.

Tara Dawn Holland Christensen, Miss America 1997, mengatakan bahwa pemenang kontes ini diamati bukan hanya selama setahun, melainkan sepanjang hidupnya. "Tidak ada acara lain yang pengaruhnya begitu besar bagi seorang wanita," kata Christensen. "Ketika mengikuti kontes dulu, saya sama sekali tak berpikir tentang gelar, uang, atau glamour-nya. Saya sadar ini kesempatan untuk memberikan pengaruh dalam bidang apa saja, mulai dari pemberantasan buta huruf sampai berpantang seksual. Gelar itu membuat orang mendengarkan apa yang hendak Anda sampaikan," lanjutnya. Pengalaman Erika Harold, Miss America 2003, malah terhitung kontroversial. Erika, seorang Kristen yang saleh, menyatakan setelah meraih gelar tersebut, ia akan

menggunakan satu tahun masa tugasnya untuk mempromosikan perlunya berpantang seksual bagi remaja. Namun, penyelenggara Miss America tidak setuju. Setelah sempat muncul kontroversi, mereka mengubah keputusan itu, namun meminta Erika berjanji untuk membungkus pesannya dalam cara yang secara politis lebih patut (politically correct), yaitu "kekerasan remaja".

Saat kuliah di Universitas Illinois tahun 2001, Erika Harold mengalami krisis iman setelah dua kali gagal meraih gelar Miss Illinois. "Saya merasa setiap kali berdiri bagi iman saya, bukan hanya tidak dihargai, namun saya juga kehilangan berbagai hal," katanya. Beruntung, ayah dan pendetanya di Urbana First Assembly of God membantu menjawab kegelisahan imannya. Akhirnya, Tuhan meneguhkan keberadaan-Nya

kepada Erika ketika ia dengan tekun mencari Dia melalui doa. Ia juga menyadari bahwa iman menuntutnya untuk aman dalam kedaulatan Allah, sekalipun keadaan sekeliling seperti memusuhi, membingungkan, dan meragukan.

Ia menjadi Miss America 2003 saat berumur 22 tahun dan menyadari penentuan waktu Allah. Seandainya ia menang saat pertama kali mengikuti kontes, imannya yang goyah tidak akan mampu menopang dalam menghadapi sorotan publik. Namun, ketabahannya melewati berbagai keadaan sulit, tidak lagi gampang diguncangkan.

159

Nyatanya, dunia glamour memang membentangkan tantangan tersendiri bagi orang beriman untuk menjadi terang dan garam di dalam-Nya.

Bahan diedit dari sumber:

Judul Majalah : Bahana, Edisi Mei 2004

Judul Artikel : Mewujudkan Impian Tanpa Mengkompromikan Iman Penulis : Ars/Eman

Halaman : 42 - 43

Surat Anda

Dari: Mang Ucup <mangucup@>

>Shyallom untuk Hardhono, Kristian, Endah, Ari yg dikasihi Kristus >Pertama dgn ini mang Ucup hendak mengucapkan banyak terima kasih >atas publikasi dari situs pribadinya Mang Ucup, semoga ini bisa

>menjadi berkat bagi rekan2 maupun para pembaca lainnya.

>Perlu diketahui bahwa mang Ucup juga mengelola situs Doa-Satu- >Menit: doa-satu-menit@yahoogroups.com

>dimana setiap hari kami menyajikan text doa singkat, bagi mereka yg >membutuhkannya.

>Salam persahabatan dgn penuh kasih dan doa untuk segenap team >Redaksi ICW.

Redaksi:

Shallom Mang Ucup,

Redaksi memang berharap agar setiap situs yang ditampilkan dalam publikasi ICW dapat menjadi berkat bagi para pembaca semua. Selain itu, Redaksi juga mengucapkan terima kasih atas kerjasamanya, kiranya ini dapat terus berlanjut. Bagi para anggota ICW, silakan berkunjung ke alamat situs Doa-Satu-Menit di atas. Kami yakin Anda akan mendapat berkat yang melimpah.

Redaksi juga berharap kepada semua anggota ICW yang memiliki alamat situs atau milis Kristen yang belum kami promosikan di ICW untuk segera mengirimkannya ke Redaksi ICW untuk bisa dipromosikan.

160

ICW 1051/Juli/2005: Pelayanan Anak

Dalam dokumen publikasi icw (Halaman 157-160)