• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sejarah Sekolah Minggu

Dalam dokumen publikasi icw (Halaman 168-172)

Kalau kita menelusuri kembali ke zaman Perjanjian Lama, maka sebenarnya Alkitab telah memberikan perhatian yang serius terhadap pembinaan rohani anak. Pada masa itu pembinaan rohani anak dilakukan sepenuhnya dalam keluarga (Ulangan 6:4-7). Sebelum usia 5 tahun anak telah dididik oleh orangtuanya untuk mengenal Allah Yahweh. Pada masa pembuangan di Babilonia (500 SM), ketika Tuhan menggerakkan Ezra dan para ahli kitab untuk membangkitkan kembali kecintaan bangsa Israel kepada Taurat Tuhan, dibukalah tempat ibadah sinagoge dimana mereka dapat belajar Firman Tuhan kembali, termasuk di antara mereka adalah anak-anak kecil. Orangtua wajib mengirimkan anak- anaknya yang berusia di bawah 5 tahun ke sekolah di sinagoge. Di sana mereka dididik oleh guru-guru sukarelawan yang mahir dalam Kitab Taurat. Anak-anak dikelompokkan dengan jumlah maksimum 25 orang dan dibimbing untuk aktif berpikir dan bertanya, sedangkan guru adalah fasilitator yang selalu siap sedia menjawab pertanyaan- pertanyaan mereka.

Ketika orang-orang Yahudi yang dibuang di Babilonia diizinkan pulang ke Palestina, mereka meneruskan tradisi membuka tempat ibadah sinagoge ini di Palestina sampai masa Perjanjian Baru. Tuhan Yesus ketika masih kecil, juga sama seperti anak-anak Yahudi yang lain, menerima pengajaran Taurat di sinagoge. Dan, pada usia 12 tahun Yesus sanggup bertanya jawab dengan para ahli Taurat di Bait Allah. Tradisi mendidik anak-anak secara ketat terus berlangsung sampai pada masa rasul-rasul (1 Timotius 3:15) dan gereja mula-mula. Namun, tempat untuk mendidik mereka perlahan-lahan tidak lagi dipusatkan di sinagoge tetapi di gereja, tempat jemaat Tuhan berkumpul. Tetapi, sayang sekali pada Abad Pertengahan gereja tidak lagi memelihara kebiasaan mendidik anak seperti abad-abad sebelumnya. Bahkan, orang dewasa pun tidak lagi mendapatkan pengajaran Firman Tuhan dengan baik. Barulah pada masa reformasi, gerakan pengembalian kepada pengajaran Alkitab dibangkitkan lagi, dan pendidikan terhadap anak-anak mulai digalakkan kembali, khususnya melalui kelas Katekismus. Untuk itu, hanya para pekerja gereja sajalah yang diizinkan untuk terlibat dalam pembinaan. Namun, sedikitnya orang yang terlatih untuk mengajarkan kelas

Katekismus ini menyebabkan pelayanan anak ini menjadi mundur, bahkan perlahan-lahan tidak lagi menjadi perhatian utama gereja dan diadakan hanya sebagai prasyarat bagi anak-anak yang akan menerima konfirmasi (baptis sidi).

Barulah pada abad 18, seorang wartawan Inggris bernama Robert Raikes, digerakkan oleh rasa cinta kepada anak-anak, membuat suatu gerakan yang akhirnya mendorong lahirnya pelayanan Sekolah Minggu!

169

Pada masa akhir abad 18, Inggris sedang dilanda suatu krisis ekonomi yang sangat parah. Setiap orang bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, bahkan anak-anak dipaksa bekerja untuk bisa mendapatkan penghidupan yang layak. Pada saat itu wartawan Robert Raikes, mendapat tugas untuk meliput berita tentang anak-anak gelandangan di Gloucester bagi sebuah harian (koran) milik ayahnya. Apa yang dilihat Robert sangat memprihatinkan sebab anak-anak gelandangan itu harus bekerja dari hari Senin sampai Sabtu. Apa yang dilakukan anak-anak pada hari Minggu itu? Hari Minggu adalah satu- satunya hari libur mereka sehingga mereka habiskan untuk bersenang- senang, tapi karena mereka tidak pernah mendapat pendidikan (karena tidak bersekolah), anak-anak itu menjadi sangat liar, mereka minum- minum dan melakukan berbagai macam kenakalan dan kejahatan.

Melihat keadaan itu Robert Raikes bertekad untuk mengubah keadaan. Ia dengan beberapa teman mencoba melakukan pendekatan kepada anak- anak tersebut dengan mengundang mereka berkumpul di sebuah dapur milik Ibu Meredith di kota Scooty Alley. Di sana selain anak-anak mendapat makanan, mereka juga diajarkan sopan santun, membaca, dan menulis. Tapi, hal paling indah yang diterima anak-anak di situ adalah mereka mendapat kesempatan mendengar cerita-cerita Alkitab.

Pada mulanya pelayanan ini sangat tidak mudah. Banyak anak-anak itu datang dengan keadaan yang sangat bau dan kotor. Namun, dengan cara pendidikan yang disiplin, kadang dengan pukulan rotan, tapi dilakukan dengan penuh cinta kasih, anak-anak itu akhirnya belajar untuk mau dididik dengan baik, sehingga semakin lama semakin banyak anak datang ke dapur Ibu Meredith. Semakin banyak juga guru disewa untuk mengajar mereka, bukan hanya untuk belajar membaca dan menulis, melainkan juga belajar Firman Tuhan. Perjuangan yang sangat sulit tapi melegakan. Dan dalam waktu 4 tahun Sekolah Minggu itu semakin berkembang, bahkan ke kota-kota lain di Inggris, dan jumlah anak-anak yang datang ke sekolah pada hari Minggu terhitung mencapai 250.000 anak di seluruh Inggris.

Mula-mula, gereja tidak mengakui kehadiran gerakan Sekolah Minggu yang dimulai oleh Robert Raikes ini. Tetapi, karena kegigihannya menulis ke berbagai publikasi dan membagikan visi pelayanan anak ke masyarakat Kristen di Inggris, dan juga atas bantuan John Wesley (pendiri gereja Methodis), akhirnya kehadiran Sekolah Minggu diterima oleh gereja. Mula-mula oleh gereja Methodis, akhirnya gereja-gereja protestan lain. Ketika Robert Raikes meninggal dunia tahun 1811, jumlah anak yang hadir di Sekolah Minggu di seluruh Inggris mencapai lebih dari 400.000 anak. Dari pelayanan anak ini, Inggris tidak hanya diselamatkan dari revolusi sosial, tapi juga diselamatkan dari generasi yang tidak mengenal Tuhan.

Gerakan Sekolah Minggu yang dimulai di Inggris ini akhirnya menjalar ke berbagai tempat di dunia, termasuk negara-negara Eropa lainnya dan ke Amerika. Dan, dari para misionaris yang pergi melayani ke negara-negara Asia, akhirnya pelayanan anak

170

Diedit dari sumber:

Arsip Publikasi e-BinaAnak Edisi 1 (15-3-2000) ==> http://www.sabda.org/publikasi/e-binaanak/001/

Surat Anda

Dari: Moody Agnes Tangoy <moody(at)> >Yth. Milis Publikasi ICW

>Salam sejahtera,

>Saya sangat mengerti telah terjadi hal-hal yang tidak diingin oleh >kita semua karena itu mohon di lain waktu ICW lebih lagi bersikap >hati-hati lagi, storage mail saya 'nyaris' damage karena kepenuhan >dan saya menerima terlalu banyak junk mail yang sangat tidak layak >untuk dilihat, tapi saya berdoa kiranya Tuhan yang empunya

>pekerjaan ini memberi kekuatan bagi ICW dan kita semua untuk >semakin exist dalam pelayanan media internet.

Redaksi:

Shallom Moody Agnes Tangoy, Redaksi mengucapkan terima kasih untuk dukungan dan kesetiaan Anda berlangganan publikasi ICW walaupun beberapa minggu lalu Anda menjadi korban yang tidak menyenangkan dari kami.

E-mail dari Moody Agnes Tangoy juga mewakili berbagai e-mail dari anggota-anggota ICW lainnya yang memberikan dukungan dan masukan akibat peristiwa email-email 'Spam Bom' beberapa waktu yang lalu. Redaksi akan berusaha agar kejadian ini tidak terulang kembali di kemudian hari. Oleh karena itu, Redaksi sekali lagi mohon maaf, dan mengucapkan terima kasih untuk pengertian/kesabaran Anda kami senantiasa mohon dukungan doa Anda semua.

Terima kasih. Tuhan memberkati!

Topik

TOPIK ICW EDISI 1052 DAN 1053

Pada ICW Edisi 1052 (awal Agustus 2005), Redaksi akan mengangkat topik mengenai DIREKTORI KRISTEN. Bila Anda memiliki informasi mengenai situs-situs yang

menyediakan daftar situs Kristen (direktori Kristen), silakan mengirimkan informasinya kepada Redaksi ICW.

Sedangkan untuk ICW Edisi 1053 (akhir Agustus 2005), Redaksi akan mengangkat topik mengenai MEDIA KRISTEN ONLINE. Bila Anda memiliki informasi mengenai situs-situs yang menyajikan berita-berita seputar media online Kristen, silakan mengirimkan informasinya kepada Redaksi ICW.

171

Review situs/milis/informasi dapat Anda kirimkan melalui e-mail ke: ==> <staf-icw(at)sabda.org>

172

ICW 1052/Agustus/2005: Direktori Kristen

Dalam dokumen publikasi icw (Halaman 168-172)