• Tidak ada hasil yang ditemukan

Mimpi Basah

Dalam dokumen TESIS. Oleh ZULAIDAH MAISYARO LUBIS /IKM (Halaman 67-71)

HASIL PENELITIAN

4.2 Deskripsi Informan

4.3.3 Mimpi Basah

Pada penelitian ini informan saya yang memiliki anak laki-laki ada empat orang, dari keempat anak informan saya ini 2 orang anak sudah mengalami mimpi basah dan dua orang lagi belum mengalami mimpi basah, hanya 1 informan yaitu ibu “MM”, yang mengajarkan tentang mimpi basah dan kebersihan organ genitalia pada anaknya selesai mimpi basah. Ini beberapa pernyataan para informan mengenai mimpi basa.

Apakah anak ibu sudah mengalami mimpi basah atau baligh?

Bagaimana ibu mengajarkan mengenai kebersihan organ genitalia setelah mimpi basah?

Informan 1

“Sudah bu, itupun ketahuannya karena dia pernah onani di sembarang tempat, baru saya tahu kalau anak saya sudah baligh. Selama ini saya ya gak tahu kalau dia udah baligh mau ditanya juga dia gak ngerti. Saya bilang sama dia kalau abang ada mimpi “menggatal”, abang kekamar

mandi ya nak. Habis itu abang bersihkan alat kemaluannya pake sabun baru abang mandi pake shampoo ya. Kalau gak ada kejadian itu ya mungkin gak pernah tahu.”

Informan 2

“Gak , karena mengasi pengertian susah, untuk kita sehari-hari aja dia sulit….jadi mungkin kalau dia udah mengalami baru dia diberitahu.

Cuman saya sudah mulai waspada, karena kalau bangun tidur alat kelaminnya mulai membesar. Kalau mandi saya intip dia ngapain sampai sekarang saya belum nampak sih.”

Informan 3

“Setahu saya sih belum mbak, dan saya belum mengajarkan dia tentang mimpi basah. Untuk menyampaikan tentang mimpi basah pada anak tunagrahita perlu waktu yang lama dan dia juga harus sudah mengalami, baru dia mengerti. Kalau sekarang saya kasi tahu cepat-cepatpun dia akan lupa dan gak ngerti karena belum mengalami, mungkin saya akan memberikan hal itu, kalau dia sudah umur 12 tahunan la…..”

Informan 5

“Gak ada yah….duh bigung nanya sama dia bu, saya pun malu nyampaikannya. Ya kayaknya udah la, soalnya kalau mandi dia suka lama-lama.”

4.3.4 Menstruasi

Pada penelitian ini informan yang memiliki anak perempuan lebih mudah mengetahui anaknya sudah mengalami yang namanya akil baligh. Hal ini dapat kelihatan langsung pada saat dia mendapatkan haid. Mengenalkan apa itu haid juga dilakukan oleh orang tua pada saat anak sudah mengalami. Ketiga informan saya ini

semua anaknya sudah mengalami menstruasi. Mereka mengajarkan pada saat menstruasi adalah mulai dari membersihkan organ genitalia, membersihkan softeknya, dan membersihkan diri ketika selesai haid. Semua itu dilakukan dengan cara mempraktekkan langsung pada anaknya. Ibu ikut serta membersihkan organ genitalia anaknya sendiri, membersihkan softek, dan bahkan memandikan anaknya.

Ini dilakukan hingga berulang kali selama beberapa periode haidnya. Sampai ibu melihat anaknya sudah mampu melakukan sendiri. Untuk melihat itu saya mengajukan pertanyaan kepada ibu yang memiliki anak perempuan.

Apakah anak ibu sudah mengalami menstruasi dan Bagaimana cara ibu mengajarkan tentang cara kebersihan alat genitalianya?

Informan 4

“Dia uda haid bu, mulai dari tahun lalu waktu dia berumur 15 tahun”

“gimana ya bu, saya menjelaskannya karena sebelum haid pun dia kan sering lihat saya kalau haid. Sebelum dia dapat haid saya udah mengajari dia tentang apa itu haid dan cara membersihkan alat kemaluannya. Jadi waktu pertama haid, saya ajari dia dengan mempraktekkan langsung bagaimana pakai softek, jadi saya contohkan aja, dengan saya pakai softek.

Kemudian cara membersihkan softeknya, saya bilang cuci bersih dulu softeknya sampai darahnya habis, buang ke plastik baru buang ke tong sampah. Tapi untuk awal-awal dia haid, ya saya la yang bersihkannya beberapa kali, sampai saya lihat dia uda bisa mandiri sendiri. Sekarang saya lihat dia sudah mampu membersihkan alat kemaluan dan pembalutnya sendiri tanpa bantuan orang lain.”

Informan 6

“Setahun yang lalu anak saya pertama kali haid. Trus saya ajarkan dia bagaimana cara membersihkan alat kemaluannya pada saat haid, dari mulai cara cebok dan mandinya. Jadi, untuk mandi dan membersihkan haidnya untuk yang pertama saya langsung ikut membersihkannya secara langsung. Awalnya saya yang cebokin dia sampai darahnya hilang. Saya cucikan softek dan celana dalamnya, jadi dia melihat bagaimana cara saya membersihkannya. Saya praktekkan bagaimana cara pakai softek. Hal ini saya kerjakan sampai lebih kurang 3 kali dia mendapat haid. Mandi pun saya yang mandikan dengan ngajari dia baca doa mandi haid, ya walaupun pake bahasa Indonesia aja. Jadi saya ajarkan dia sampai dia ngerti dan bisa melakukannya sendiri. Setelah saya lihat dia sudah mampu baru saya biarkan dia melakukannya sendiri. Sekarang dia udah ngerti bagaimana cara membersihkan haid dan mandi setelah haid.”

Informan 7

“udah bu, waktu pertama mens dia gak tahu. Jadi waktu itu dia lagi nonton tv kulihat celananya udah berdarah. Kupanggillah dia, sini gres! lihat itu celanamu berdarah, dia pun takut waktu itu kenapa mak? Gak apa itu tandanya kamu uda besar, itu namanya mens. Itu berarti kamu udah gak boleh dekat-dekat dengan laki-laki.

“Ya namanya anak kayak gini harus kita langsung yang praktekkkan, jadi saya contohkan dia bagaimana membersihkan kemaluannya, mencuci softeknya. Saya praktekkan langsung sama dia di kamar mandi la bu. Dia gak suka pake softek bu, katanya jijik. Kalau pake softek gak mau dia bersihkan darah yang di softeknya itu, dibuangnya aja gitu. Akhirnya ku buatlah handuk good morning itu. Kalau pake itu dia mau membersihkannya, pokoknya darahnya udah dibersihkannya saya suruh letakkan diember lagi nanti baru saya cuci lagi. Jadi ya harus dilihat terus

dikasi tahu terus selama beberapa kali dia haid. Tapi sekarang dia udah mampu sendiri. Karena sekali-sekali ya saya lihat dia di kamar mandi.

Softeknya pun bersih di buatnya.”

Dalam dokumen TESIS. Oleh ZULAIDAH MAISYARO LUBIS /IKM (Halaman 67-71)

Dokumen terkait