• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

C. Minat

Hilgard (dalam Slameto, 2010: 57), memberikan rumusan tentang minat adalah sebagai berikut: “Interest is persisting

tendency to pay attention to and enjoy some activity or content”. Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan.

Kegiatan yang diminati seseorang diperhatikan terus-menerus yang disertai dengan rasa senang. Minat mempunyai pengaruh besar dalam belajar matematika, karena jika pelajaran matematika tidak sesuai dengan minat siswa, maka siswa tersebut tidak akan belajar dengan sebaik-baiknya bahkan tidak menyukai dengan matematika.

d) Bakat

Munandir (2001: 15-16), bakat adalah kemampuan yang dibawah sejak lahir, dengan kata lain bersifat keturunan. Sedangkan menurut Makmum Khairani (2014: 126), bakat adalah kemampuan bawaan yang merupakan potensi yang masih perlu dikembangkan atau dilatih untuk mencapai suatu kecakapan, pengetahuan, dan keterampilan khusus, misalnya kemampuan berbahasa, bermain musik, melukis, dan lain-lain.

Jika ada siswa yang dalam belajar matematika sesuai dengan bakatnya, maka hasil belajarnya lebih baik karena ia menyukai matematika dan selanjutnya ia lebih giat lagi dalam pembelajaran matematika.

e) Motivasi

Petri (dalam Nyayu Khodijah, 2014: 150), menggambarkan motivasi sebagai kekuatan yang bertindak pada organisme yang mendorong dan mengarahkan perilakunya. Mc Donald (dalam Nyayu Khodijah, 2014: 150), mengatakan bahwa motivasi adalah sesuatu perubahan energi di dalam pribadi seseorang yang ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan.

Eggen (dalam Nyayu Khodijah, 2014: 150), mendefenisikan matematika sebagai kekuatan yang memberikan energi dalam diri seseorang ke dalam bentuk aktivitas nyata untuk mencapai tujuan tertentu. Dengan kata lain, motivasi adalah kondisi psikologi yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu.

f) Kematangan

Menurut Slameto (2010: 58), kematangan adalah suatu tingkat atau fase dalam pertumbuhan seseorang, di mana alat-alat tubuhnya sudah siap untuk melaksanakan kecakapan baru. g) Kesiapan

Menurut Hamalik (2008: 94), kesiapan adalah tingkatan atau keadaan yang harus dicapai dalam proses perkembangan perorangan pada tingkatan pertumbuhan mental, fisik, sosial, dan emosional.

3) Faktor kelelahan

Slameto (2010: 58), mengatakan kelelahan dibedakan menjadi dua macam, yaitu kelelahan jasmani dan kelelahan rohani (bersifat psikis). Kelelahan jasmani terlihat dengan lemah lunglainya tubuh dan timbul kecenderungan untuk membaringkan tubuh dan kelelahan rohani dilihat dengan adanya kelesuan dan kebosanan, sehingga minat dan dorongan untuk menghasilkan sesuatu hilang.

Untuk itu guru hendaknya memperhatikan banyaknya tugas yang diberikan kepada siswa, jangan sampai terlalu banyak hingga melelahkan anak. Ketika anak lelah dalam mengerjakan tugas maka hasilnya juga kurang optimal. Jika anak merasa hasil belajarnya kurang baik, maka anak menjadi kecewa dan bisa menyebabkan anak tidak menyukai pelajaran matematika.

b. Faktor Ekstern 1) Faktor keluarga

a) Cara mendidik orang tua

Menurut Wirowidjojo (dalam Slemato, 2010: 61), keluarga adalah lembaga pendidikan pertama dan utama. Orang tua yang bersikap acuh tak acuh terhadap pendidikan anak berakibatnya pendidikan anak dijenjang sekolahan.

Sikap acuh tak acuh ini bisa dinyatakan dengan sikap tidak mau tahu terhadap cara belajar anak, tidak mengatur waktu belajar anak di rumah, terlalu memanjakan anak dan sebagainya.

Sebaliknya orang tua yang sangat memperhatikan pendidikan anaknya berpengaruh pada keberhasilan pendidikan anak. Misalnya orang tua yang membantu, menunggu, memperhatikan dan memenuhi fasilitas anaknya untuk belajar matematika akan membuat anak tersebut merasa senang dan nyaman dalam belajar matematika.

b) Relasi antara anggota keluarga

Hubungan yang menunjang dalam belajar anak adalah hubungan yang poisitif antara orang tua dan anak maupun saudara. Contohnya hubungan saling mengasihi, saling mengerti, dan saling memperhatikan.

Hal ini dapat mengupayakan agar anak senang belajar matematika dan berhasil dalam belajar matematika, anggota keluarga (orang tua dan saudara), memberika dukungan kepada anak dalam belajar (dengan kasih, pengertian, dan perhatian) kepada anak dalam belajar matematika, yang berupa kesempatan, fasilitas, pantauan, dorongan, bimbingan, motivasi positif, dan bantuan bila diperlukan. Dan ketika anak mendapatkan nilai jelek pada pelajaran matematika, orang tua dan saudara jangan memarahi melainkan berusaha membantu anak untuk memahami topik matematika tersebut agar anak tetap menyukai matematika.

c) Suasana rumah

Suasana rumah bisa menjadi faktor yang mendukung atau tidak mendukung anak dalam belajar matematika. suasana yang tidak mendukung belajar anak adalah rumah yang kacau, dan ribut sehingga hasil belajar anak tidak maksimal.

Agar anak bisa belajar matematika dirumah, hendaklah suasana rumah mendukung untuk belajar matematika. Untuk itu, suasana rumah harus diusahkan tenang, tentram, tidak bising, dan tidak ada pertengkaran. Dengan suasana rumah yang sehat dan mendukung anak dalam belajar matematika, maka anak menjadi betah belajar matematika dan akhirnya menjadi senang belajar matematika.

2) Faktor sekolah 1) Motode mengajar

Metode mengajar adalah suatu cara atau jalan yang harus dilalui didalam mengajar. Mengajar menurut Ulih (dalam Slameto, 2010: 65), adalah menyajikan bahan pengajaran oleh orang kepada orang lain agar orang lain itu menerima, menguasai, dan mengembangkannya. Oleh karena itu metode mengajar sangat mempengaruhi dalam belajar matematika.

Metode mengajar guru yang kurang baik akan mempengaruhi belajar siswa tidak baik pula. Metode mengajar guru kurang baik bisa terjadi misalnya guru kurang persiapan dan menguasai bahan

pelajaran sehingga guru tersebut menyajikan tidak jelas. Selain itu, misalnya guru mengajar dengan metode ceramah saja. Siswa akan menjadi bosan, mengantuk, pasif, dan hanya mencatat saja. Hal ini dapat mengakibatkan siswa kurang menyukai matematika dan malas belajar matematika.

2) Metode belajar

Metode belajar anak sangat berpengaruh pada hasil belajar. Oleh karena itu, agar berhasil dalam belajar matematika, guru harus membiasakan anak didiknya menggunakan metode belajar yang baik, dikelas maupun dirumah.

Selama anak belajar dikelas, selalu berada dalam pantauan guru. Untuk membiasakan anak belajar di rumah , dapat dilakukan dengan setiap hari memberikan PR dan tugas belajar di rumah, atau memberikan tugas kelompok untuk belajar bersama teman-temannya yang berdekatan rumahnya. Ketika anak menerapkan metode belajar matematika yang baik, maka ia semakin menyukai matematika.

3) Media pengajaran

Media pengajaran yang lengkap dan tepat akan memperlancar dan mempermudah anak dalam belajar matematika. karena media belajar yang berbentuk alat peraga yang tepat maupun benda-benda yang kongkret yang dimanipulasi anak dalam memahami suatu konsep matematika.

Guru perlu menyediakan alat peraga sebagai alat bantu dalam pembelajaran matematika, sehingga konsep matematika yang pada awalnya dianggap abstrak akan menjadi lebih mudah. Ketika siswa senang belajar matematika maka ia akan semakin menyukai matematika.

4) Guru

Guru merupakan salah satu faktor pengaruh besar bagi siswa dalam belajar matematika. Berdasarkan Pitadjeng (2015: 100), dari hasil angket yang diberikan pada mahasiswa PGSD tentang faktor penyebab mereka benci pelajaran matematika, semua (100%) menyatakan kalau sikap guru yang menyebabkan mereka menjadi benci pada pelajaran matematika, disamping faktor-faktor penyebab lainnya, sebaliknya dari hasil angket tentang penyebab mereka menjadi senang pada pelajaran matematika, semua (100%) juga menyatakan bahwa sikap guru menjadikan mereka senang pada pelajaran matematika disamping faktor-faktor lainnya. Hal ini menyatakan kalau pengaruh guru sangat besar terhadap belajar anak. Jika anak senang pada guru matematika, maka ia akan senang pada pelajaran amtematika, serta aktif dan giat mengikuti segala proses pembelajaran matematika dan sebaliknya. Oleh karena itu, agar guru menjadi faktor pengaruh positif atau yang menyenangkan bagi belajar anak, maka guru harus berusaha agar anak senang berinteraksi dengannya baik didalam pembelajaran matematika

maupun diluar kelas, serta menjadikan dirinya guru matematika yang ideal bagi anak didiknya.

5) Interaksi dikelas atau di sekolah

Menurut Pitadjeng (2015: 111), interaksi dengan guru maupun dengan teman di kelas atau di sekolah juga mempengaruhi belajar anak. Anak yang takut pada guru matematikanya juga juga takut pada pelajaran matematika. Di kelas tidak berani maju mengerjakan soal matematika di papan tulis, atau mengeluarkan pendapatnmya, karena takut salah atau dimarahi.

Hal ini menyebabkan prestasi belajar anak semakin turun. Penurunan prestasi belajar matematika berlanjut pada penurunan minat anak pada matematika yang menyebabkan anak tidak suka pada pelajaran matematika. oleh karena itu hendaknya guru dapat menciptakan interaksi yang baik diluar atau didalam kelas terutama interaksi pada pembelajaran matematika agar anak semakin menyukai matematika.

6) Materi pelajaran

Berdasarkan Pitadjeng (2015: 114), dari hasil angket terhadap mahasiswa PGSD tentang pengalaman mereka belajar matematika waktu SD, semuanya (100%) menyatakan mereka menjadi senang belajar matematika jika materi yang sedang dipelajari mudah dipahami, masalah yang diberikan dapat dikerjakan, materi yang dipelajari dapat menambah pengetahuan, materinya menantang dan

menyenangkan, tugas yang diberikan tidak terlalu banyak, materi yang dipelajari merupakan kunci atau rumus praktis untuk menyelesaikan masalah, dan tidak harus menghafalkan. Sedangkan 97,4% menyatakan mereka menjadi tidak suka belajar matematika kalau dirasakan materi yang sedang diajarkan sulit, masalah yang diberikan tidak dapat diselesaikannya, atau materi sering ulang-ulang, banyak rumus yang harus dihafalkan, materinya tidak menarik dan tidak menyenangkan, dan terlalu banyak tugas.

Dari hasil angket tersebut dapat disimpulkan bahwa anak senang belajar matematika karena kebutuhan terpenuhi, terutama kebutuhan untuk mencapai hasil dan kebutuhan untuk mengatasi kesulitan. Oleh karena itu guru harus bisa mengelolah materi matematika sehingga dapat menyenangkan, tidak sulit untuk dipahami dan semakin menyukai dengan matematika.

3) Faktor masyarakat

a) Kegiatan siswa dalam masyarakat

Kegiatan siswa dalam masyarakat sangat mempengaruhi belajarnya. Ketika anak terlalu sibuk dalam mengikuti kegiatan misalnya, berorganisasi, kegiatan-kegiatan sosial dan sebagainya jika telah menyita banyak waktu maka ini sangat mengganggu waktu belajar anak.

Sebaiknya siswa mengikuti kegiatan berupa kursus matematika atau kelompok diskusi matematika, agar anak semakin menyukai dan mencintai matematika.

b) Mass Media

Menurut Slameto (2010: 70), yang dimaksud dengan mass media adalah bioskop, radio, TV, surat kabar, majalah, buku-buku, komik-komik dan lain-lain. Mass media yang baik memberi pengaruh yang baik terhadap belajarnya. Sebaliknya mass media yang jelek juga mempengaruh jelek terhadap siswa.

c) Teman Bergaul

Agar siswa dapat belajar dengan baik, perlu diusahkan agar siswa memiliki teman bergaul yang baik dan pembinaan pergaulan yang baik serta pengawasan dari orang tua dan pendidik cukup harus bijaksana.

Anak semakin menyukai matematika, sebaiknya teman sepergaulan anak dengan anak-anak yang senang belajar matematika pula.

d) Bentuk Kehidupan Masyarakat

Ketika anak hidup dilingkungan masyarakat yang baik maka anak akan menjadi baik, dan sebaliknya jika anak hidup pada masyarakat yang tidak baik maka anak juga akan menjadi tidak baik. Begitu juga ketika anak hidup dilingkungan yang banyak anak

senang belajar matematika maka ia juga akan senang belajar matematika.

4. Faktor Penyebab Siswa Tidak Menyukai Matematika

Fadjar Shadiq (https://fadjarp3g.files.wordpress.com/2007/09/aa-litansiswa_wartaguru_.pdf diakses pada tanggal 18-02-2016, pukul 12:00), ada beberapa faktor yang menyebabkan siswa tidak menyukai matematika diantaranya:

a. Persepsi umum tentang sulitnya matematika berdasarkan pendapat orang lain.

b. Pengalaman belajar di kelas yang diakibatkan proses pembelajaran yang kurang menarik hati siswa.

c. Pengalaman di kelas sebagai hasil perlakuan guru (contohnya, guru yang selalu mencooh dirinya).

d. Persepsi yang dibentuk oleh ketidak berhasilan mempelajari matematika.

e. Tidak mengetahui kegunaan matematika.

C. Minat

1. Pengertian Minat

Minat menurut Muhibbin Syah (2008: 151), adalah kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. Minat merupakan salah satu faktor internal siswa yang termasuk psikologis yang dapat mempengaruhi kuantitas dan kualitas perolehan pembelajaran siswa. Winkel (1996: 105), memberikan rumusan bahwa minat adalah

kecenderungan subjek yang mantap untuk merasa tertarik pada bidang studi atau pokok bahasan tertentu dan merasa senang mempelajari materi itu. Hal ini sependapat dengan yang dikemukakan oleh Slameto (1995: 57), bahwa minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan. Kegiatan yang diminati seseorang diperhatikan terus menerus yang disertai dengan rasa senang. Jika ada siswa yang kurang berminat terhadap belajar, maka diusahakan agar ia mempunyai minat yang lebih besar dengan cara menjelaskan hal-hal yang berhubungan dengan cita-cita serta kaitannya dengan bahan pelajaran yang dipelajari.

Slameto (1995: 180), minat pada dasarnya adalah penerimaan akan suatu hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu di luar diri. Semakin kuat atau dekat hubungan tersebut, maka semakin besar minat yang akan tumbuh. Suatu minat dapat diekspresikan melalui suatu pernyataan yang menunjukkan bahwa siswa lebih menyukai suatu hal dari pada hal lainnya, dapat pula dimanifestasikan melalui partisipasi dalam suatu aktivitas siswa yang memiliki minat terhadap subjek tersebut. Minat terhadap sesuatu dipelajari dan mempengaruhi terhadap belajar selanjutnya serta mempengaruhi penerimaan minat-minat baru. Jadi, minat terhadap sesuatu merupakan hasil belajar dan menyokong belajar selanjutnya. Minat memegang peranan penting dalam proses belajar mengajar, karena bila bahan pelajaran yang dipelajari tidak sesuai dengan minat siswa, siswa tidak akan belajar dengan sebaik-baiknya. Selain itu juga, minat sangat

berpengaruh terhadap belajar, sebab bila bahan pelajaran yang dipelajari tidak sesuai dengan minat siswa, maka siswa tidak akan belajar dengan sebaik-baiknya. Karena tidak ada daya tarik baginya (Slameto, 1995: 57). Kondisi belajar mengajar yang efektif adalah adanya minat dan perhatian siswa dalam belajar. Minat merupakan suatu sifat yang relatif menetap pada diri seseorang. Minat ini besar sekali pengaruhnya terhadap belajar sebab dengan minat seseorang akan melakukan sesuatu yang diminatinya. Sebaliknya, tanpa minat seseorang tidak mungkin melakukan sesuatu.

Dari beberapa pendapat para ahli di atas, maka dapat disimpulan bahwa, minat adalah keterlibatan sepenuhnya seseorang dengan segenap kegiatan pikiran secara penuh perhatian untuk memperoleh pengetahuan dan mencapai pemahaman tentang ilmu pengetahuan dan mencapai pemahaman tentang ilmu pengatahuan yang dituntutnya.

2. Ciri-ciri Minat

Ciri-ciri minat menurut Elizabeth Hurlock (dalam Ahmad Susanto, 2013: 62), adalah sebagai berikut.

a. Minat tumbuh bersamaan dengan perkembangan fisik dan mental. Minat di semua bidang berubah selama terjadi perubahan fisik dan mental.

b. Minat tergantung pada kegiatan belajar. Kesiapan belajar merupakan salah satu penyebab meningkatnya minat seseorang.

c. Minat tergantung pada kesempatan belajar. Kesempatan belajar merupakan faktor yang sangat berharga sebab tidak semua orang dapat menikmatinya.

d. Perkembangan minat mungkin terbatas. Keterbatasan ini dikarenakan keadaan fisik yang tidak memungkinkan.

e. Minat dipengaruhi budaya. Budaya sangat mempengaruhi, sebab jika budaya sudah mulai luntur mungkin minat juga ikut luntur.

f. Minat berbobot emosional. Minat berhubungan dengan perasaan, maksudnya bila suatu objek dihayati sebagai sesuatu yang sangat berharga, maka akan timbul perasaan senang yang akhirnya dapat diminatinya.

3. Macam-macam Minat

Menurut Rosyidah (dalam Ahmad Susanto, 2013: 60), timbulnya minat pada diri seseorang pada prinsipnya dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu:

a. Minat yang berasal dari pembawaan, timbul dengan sendirinya dari setiap induvidu, hal ini biasanya dipengaruhi oleh faktor keturunan atau bakat alamiah.

b. Minat yang timbul karena adanya pengaruh dari luar diri induvidu, timbul seiring proses perkembangan induvidu bersangkutan. Minat ini sangat dipengaruhi oleh lingkungan, dorongan orang tua, dan kebiasaan atau adat istiadat.

Gagne (dalam Ahmad Susanto, 2013: 60), membedakan sebab timbulnya minat pada diri seseorang menjadi dua macam, yitu minat spontan yang ditimbulkan secara spontan dari dalam diri seseorang tabnpa dipengaruhi oleh pihak luar, dan minat terpola adalah minat yang timbul sebagai akibat adanya pengaruh dari kegiatan-kegiatan yang terencana dan terpola, misalnya dalam kegiatan belajar mengajar, baik di lembaga sekolah maupun di luar sekolah.

4. Fungsi Minat Dalam Belajar

Peranan atau fungsi minat menurut Makmun Khairani (2014: 146-147), adalah sebagai berikut.

a. Minat memudahkan terciptanya konsentrasi

Minat mempermudahkan terciptanya konsentrasi dalam pikiran seseorang. Perhatian serta merta yang diperoleh secara wajar dan tanpa pemaksaan tenaga kemampuan seseorang memudahkan berkembangnya konsentrasi, yaitu memusatkan pemikiran terhadap sesuatu pelajaran. Jadi tanpa minat konsentrasi terhadap pelajaran sulit untuk diperhatikan. Minat memudahkan terciptanya konsentrasi dalam pikiran seseorang. Winkel (1996: 183), mengatakan bahwa konsentrasi merupakan pemusatan tenaga dan energi psikis dalam menghadapi suatu objek, dalam hal ini peristiwa belajar mengajar di kelas. Konsentrasi dalam belajar berkaitan dengan kamauan dan hasrat untuk belajar, namun konsentrasi dalam belajar dipengaruhi oleh perasaan siswa dan minat dalam belajar.

b. Minat mencegah ganguan perhatian di luar

Minat belajar mencegah terjadinya gangguan perhatian dari sumber luar, misalnya orang berbicara. Seseorang mudah terganggu perhatiannya atau sering mengalami pengalihan perhatian dari pelajaran kepada suatu hal lain.

c. Minat memperkuat melekatnya bahan pelajaran dalam ingatan

Daya mengingat bahan pelajaran hanya mungkin terlaksana kalau seseorang berminat terhadap pelajarannya. Berkaitan erat dengan konsentrasi terhadap pelajaran yaitu daya mengingat bahan pelajaran. Pengingatan itu hanya mungkin terlaksana kalau seseorang berminat terhadap pelajarannya. Seseorang kiranya pernah mengalami bahwa bacaan atau isi ceramah sangat mencekam perhatiannya atau membangkitkan minat seantiasa teringat walaupun hanya dibaca atau disimak sekali. Sebaliknya, sesuatu bahan pelajaran yang berulang-ulang dihafal mudah terlupakan, apabila tanpa minat. Anak yang mempunyai minat dapat menyebut bunyi huruf, dapat mengingat kata-kata, memiliki kemampuan membedakan dan memiliki perkembangan bahasa lisan dan kosa kata yang memadai.

Hal ini menunjukkan terhadap belajar memiliki peranan memudahkan dan menguatkan melekatnya bahan pelajaran dalam ingatan.

d. Minat memperkecil kebosanan belajar dalam diri sendiri

Segala sesuatu yang membosankan, sepeleh dan terus menerus berlangsung secara otomatis tidak akan bisa memikat perhatian. Kebosanan melakukan suatu hal lebih sering berasal dari dalam diri seseorang daripada dari luar. Oleh karena itu, penghapusan kebosanan dalam belajar dari seseorang hanya bisa terlaksana dengan menumbuhkan minat belajar.

5. Faktor-faktor Yang Dapat Menumbuhkan Minat Dalam Belajar

Pada dasarnya faktor-faktor yang mempengaruhi terhadap minat belajar ada dua, yaitu faktor internal dan eksternal (https://suaranuraniguru.wordpress.com/2011/12/01/minat-dalam-belajar-siswa/ diakses pada tanggal 26 Juni 2016 pukul 13:41):

a. Faktor Internal

Manusia merupakan makhluk hidup yang lebih sempurna bila dibandingkan dengan makhluk hidup lainnya. Akibat dari unsur kehidupan yang ada pada manusia, manusia berkembang dan mengalami perubahan-perubahan, baik perubahan-perubahan dalam segi fisiologis maupun perubahan-perubahan dalam segi psikologis. Perubahan-perubahan tersebut dapat dipengaruhi dari dalam dan dari luar diri manusia itu sendiri.

Faktor dari dalam yang dapat mempengaruhi minat belajar dapat berupa perkembangan kejiwaan siswa. Andi Mappiare (1982: 83), mengatakan bahwa terdapat perbedaan yang besar antara objek

minat remaja putera dengan objek remaja puteri. Misalnya dalam bentuk-bentuk permainan, pekerjaan yang ditekuninya, pengisian waktu luang dan sebagainya. Dengan demikian, pendapat Andi Mappiare ini memberikan pengertian bahwa minat belajar dipengaruhi oleh jenis kelamin.

Dalam hal ini Slameto (1995: 54), berpendapat bahwa ada tiga faktor yang dapat mempengaruhi minat belajar, yakni faktor jasmani, faktor psikologis dan faktor kelelahan.

a). Faktor Jasmani

 Faktor kesehatan, sehat berarti dalam keadaan baik segenap badan beserta bagian-bagiannya atau bebas dari penyakit. Kesehatan adalah keadaan atau hal sehat, kesehatan seseorang berpengaruh terhadap belajarnya.

 Cacat tubuh, yang berarti sesuatu yang menyebabkan kurang baik atau kurang sempurna mengenai tubuh atau badan seperti buta, tuli, patah kaki, patah tangan dan lain-lain.

b). Faktor Psikologis

Sekurang-kurangnya ada tujuh faktor yang tergolong ke dalam faktor psikologis yang mempengaruhi belajar siswa. Faktor-faktor itu adalah intelegensi, perhatian, minat bakat, kematangan dan kesiapan.

c). Faktor Kelelahan

Kelelahan pada seseorang walaupun sulit untuk dipisahkan tetapi dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu:

 Kelelahan jasmani, kelelahan jasmani terlihat dengan lemah lunglainya tubuh dan timbul kecenderungan untuk membaringkan tubuh. Kelelahan jasmani terjadi karena kekacauan substansi sisa pembakaran di dalam tubuh, sehingga darah tidak atau kurang lancar pada bagian-bagian tertentu.

 Kelelahan rohani, kelelahan rohani dapat dilihat dengan adanya kelesuan dan kebosanan sehingga minat dan dorongan untuk menghasilkan sesuatu yang hilang.

Dari uraian di atas, dapatlah dipahami bahwa keadaan jasmani, rohani dan kelelahan itu mempengaruhi minat seseorang terhadap sesuatu. Begitu pula pada belajar, ketiga faktor tersebut sangat mempengaruhi minat seseorang untuk belajar sesuatu mata pelajaran. Agar siswa memiliki minat belajar yang baik haruslah ketiga faktor tersebut dalam keadaan baik pula.

b. Faktor Eksternal

1) Tujuan Pengajaran

Tujuan pengajaran mempunyai kedudukan yang sangat penting dalam proses belajar mengajar, karena

tujuan dapat mengarahkan usaha-usaha guru dalam mengajar. Dengan adanya tujuan, guru akan selalu siap mengajar dan membawa anak pada proses belajar. Tujuan pengajaran juga merupakan pedoman dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Tujuan dapat pula membangkitkan minat belajr siswa sebab dengan adanya tujuan ini seorang siswa akan berusaha untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan tersebut. Oleh karena itu, sebelum memulai pelajaran, seorang guru hendaknya memberitahukan tujuan-tujuan atau aspek-aspek yang harus dikuasai oleh siswa setelah pelajaran itu selesai. 2) Guru yang Mengajar

Minat siswa dalam belajar akan dipengaruhi akan

Dokumen terkait