• Tidak ada hasil yang ditemukan

Faktor faktor yang mempengaruhi minat belajar siswa terhadap mata pelajaran Matematika kelas IX B SMPS Dharma Nusa Flores Timur tahun ajaran 2016 2017

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Faktor faktor yang mempengaruhi minat belajar siswa terhadap mata pelajaran Matematika kelas IX B SMPS Dharma Nusa Flores Timur tahun ajaran 2016 2017"

Copied!
233
0
0

Teks penuh

(1)

KELAS IX-B SMPS DHARMA NUSA FLORES TIMUR

TAHUN AJARAN 2016/2017

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)

Progran Studi Pendidikan Matematika

Disusun oleh:

Bernadus Bin Frans Resi

121414022

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SATANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(2)

i

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MINAT BELAJAR SISWA TERHADAP MATA PELAJARAN MATEMATIKA

KELAS IX-B SMPS DHARMA NUSA FLORES TIMUR TAHUN AJARAN 2016/2017

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)

Program Studi Pendidikan Matematika

Disusun oleh:

Bernadus Bin Frans Resi

NIM : 121414022

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SATANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(3)
(4)
(5)

iv

MOTTO HIDUP

Hidup adalah perjuangan

Kekayaan abadi adalah ilmu yang bermanfaat

Tak ada kata terlambat untuk belajar, belajar sampai tutup usia!

Generasi berilmu akan menciptakan bangsa yang cerdas

Jadilah kalah karena mengalah, bukan kalah karena menyerah

Jadilah pemenang karena kemampuan, bukan menang karena kecurangan

(6)

v

HALAMAN PERSEMBAHAN

Dengan penuh syukur, kupersembahkan karyaku ini kepada:

Kedua orang tuaku tercinta yaitu Bapak Frans Resi dan Ibu Theresia Lipat Liat

Kepada saudara-saudariku tersayang kakak Bernadeta Uba Sabon, kakak Damiana

Dai Suban, kakak (Alm.) Laurensius Bin Frans Resi, adik Yakobus Bin Frans

Resi, dan adik Margareta Bte Frans Resi

Kepada sahabatku Roy Marten, Vitus Modestus, Yopy Daton, Roman Waton

Kepada teman-teman seperjuangan Pendidikan Matematika Angkatan 2012

Kepada teman-teman Keluarga Mahasiswa Adonara Yogyakarta (KMAY)

Kepada teman-teman JB kecamatan Ile Boleng, Flores Timur Yogyakarta

Kepada teman-teman Gabungan Mahasiswa Flores Timur (GAMAFLORA)

Yogyakarta

Kepada teman-teman Himpunan Keluarga Flobamorata (HKF) Yogyakarta

Kepada keluarga besar suku Lamensa

Kepada Lewo tanahku tercinta Helanlangowuyo, Adonara

(7)
(8)
(9)

viii

ABSTRAK

Resi, Bernadus Bin Frans. (2016). F aktor-faktor Yang Mempengaruhi Minat Belajar Siswa Terhadap Pelajaran Matematika Kelas IX-B SMPS Dharma Nusa F lores Timur Tahun Ajaran 2016/207. Skripsi. Program Studi Pendidikan Matematika, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi minat belajar siswa terhadap pelajaran matematika kelas IX-B SMPS Dharma Nusa Flores Timur tahun ajaran 2016/2017.

Penelitian ini tergolong jenis penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Subjek penelitian pada penelitian ini adalah siswa-siswi kelas IX-B SMPS Dharma Nusa Flores Timur yang berjumlah 31 siswa. Instrumen dalam penelitian ini meliputi lembar kuesioner minat belajar siswa dalam pembelajaran matematika. Validasi instrumen diperoleh melalui validasi ahli yaitu dosen pembimbing.

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa Minat belajar siswa terhadap pelajaran matematika kelas IX-B SMPS Dharma Nusa Flores Timur tahun ajaran 2016/2017 masih rendah yaitu sekitar 48,4%. Siswa yang menyukai matematika dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu: (a) Siswa mempunyai minat belajar matematika, (b) Siswa mempunyai motivasi belajar matematika, (c) Penjelasan guru mudah dimengerti oleh siswa, (d) Guru tidak memukul siswa (galak), (e) Suasan belajar yang nyaman, baik di sekolah maupun di rumah, (f) Keluarga selalu mendukung siswa dalam belajar matematika, (g) Teman yang selalu mendukung dalam belajar matematika, dan (h) Siswa mempunyai kelompok belajar di rumah. Sedangkan siswa yang tidak menyukai matematika dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu: (a) Siswa tidak mempunyai minat belajar matematika, (b) Siswa tidak mempunyai motivasi belajar matematika, (c) Guru yang mengajar sangat ‘galak’, (d) Penjelasan guru sulit dimengerti oleh siswa, (e) Suasana kelas yang ribut, (f) Orang tua kurang mendukung siswa dalam belajar matematika, (g) Siswa tidak mempunyai kelompok belajar di rumah, (h) Siswa sering bermain HP atau nonton TV di rumah.

(10)

ix

ABSTRACT

Resi, Bernadus Bin Frans. (2016). The F actors that Influence Students' Interest to Mathematics Subject Class IX-B SMPS Dharma Nusa, East Flores Academic Year 2016/2017. Thesis. Mathematics Education Study Program, Department of Mathematics and Natural Sciences, the Faculty of Teacher Training and Education, Sanata Dharma University Yogyakarta.

This research aims to determine the factors that affect students' interest to mathematics subject class IX-B SMPS Dharma Nusa, East Flores academic year 2016/2017.

This research is classified as descriptive research with a qualitative approach. The research subjects were students of class IX-B SMPS Dharma Nusa East Flores which amounts to 31 students. The instruments in this research is questionnaire sheet of student interest in mathematics learning. The validation of instruments obtained through expert validation that is supervisor.

The results of research show that students' interest to mathematics subject class IX-B SMPS Dharma Nusa East Flores academic year 2016/2017 was still low at around 48.4%. The students who like mathematics are influenced by several factors, such as: (a) Students have study interest in mathematics, (b) Students have motivation to learn mathematics, (c) Teacher’s explanations are easy to be undrerstood by students, (d) Teacher don’t hit students (teacher isn’t cruell), (e) The situation to study is comfortable either at the scholl or at the home, (f) Family always support students to study mathematics, (g) Friends always support students to study mathematics, and (h) Students have study group at home. Students who don’t like mathematics are influenced by several factors, such as: (a) Students doesn’t have interesting to study mathematics, (b) Students doesn’t have motivation to study mathematics, (c) Teacher’s explanations are hard to be understood by students, (d) Teacher who teach mathematics is cruel, (e) The class situation is noisy, (f) Parents’ supports to study mathematics are still less, (g) Students doesn’t have study group at home, and (h) Students often play HP or watching TV at home.

(11)

x

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas kasih dan karunia-Nya

sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Minat Belajar Siswa Terhadap Pelajaran Matematika Kelas IX-B SMPS Dharma Nusa Flores Timur Tahun Ajaran 2016/2017” ini dengan baik.

Penulis dapat menyelesaikan skripsi ini atas doa, dukungan dan bimbingan

dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih

kepada berbagai pihak yang telah membantu mendukung, diantaranya:

1. Bapak Rohandi, Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan;

2. Bapak Dr. Marcellinus Andy Ruthito, S.Pd. selaku Ketua Jurusan

Pendidikan Matemnatika dan Ilmu Pengetahuan Alam;

3. Bapak Dr. Hongki Julie, M.Si. selaku Ketua Program Studi Pendidikan

Matematika;

4. Bapak Thomas Sugiarto Pudjohartono, M.T. selaku dosen pembimbing

akademik Program Studi Pendidikan Matematika angkatan 2012 NIM

genap;

5. Bapak Dr. Marcellinus Andy Ruthito, S.Pd. selaku dosen pembimbing

yang telah banyak meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk

(12)

xi

6. Bapak Ingnasius Sili Taka, selaku Kepala sekolah di SMPS Dharma Nusa

yang telah memberikan ijin penelitian;

7. Bapak Paulus Plate Ola, S.Pd. selaku guru mata pelajaran matematika

kelas IX-B SMPS Dharma Nusa yang telah membimbing dan

mendampingi dalam pelaksanaan penelitian;

8. Siswa-siswi SMPS Dharma Nusa kelas IX-B, terima kasih atas partisipasi

dan kerjasamanya dalam membantu pelaksanaan penelitian;

9. Ibu Dra. Haniek Sri Pratini, M.Pd dan Ibu C. Novella Krisnamurti, M.Sc

selaku dosen penguji yang telah memberikan kritik dan saran dalam

penyempurnaan skripsi ini;

10. Segenap dosen dan karyawan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

yang telah memberikan dukungan selama penulis belajar di kampus USD;

11. Kepada orang tua, Bapak Frans Resi dan Ibu Theresia Lipat Liat, terima

kasih atas pengorbanan, doa, dorongan, motivasi, dan cinta kasih kalian

yang tak mengenal batas sehingga penulis bisa menyelesaikan skripsi ini;

12. Kakak Bernadeta Uba Sabon, kakak Damiana Dai Suban, kakak (Alm.)

Laurensius Bin Frans Resi, adik Yakobus Bin Frans Resi, dan adik

Margareta Bte Frans Resi, yang selalu memberikan semangat serta

dukungan dalam penyusunan skripsi;

13. Teman-teman satu dosen pembimbing dan teman-teman seperjuangan di

Program Studi Pendidikan Matematika angkatan 2012, yang telah

(13)

xii

14. Keluarga besar suku Lamensa dimanapun berada, yang selalu memberikan

dukungan secara langsung maupun dalam doa sejak awal perkuliahan

hingga penyusunan skripsi;

15. Teman-teman Keluarga Mahasiswa Adonara Yogyakarta (KMAY),

teman-teman JB kecamatan Ile Boleng Yogyakarta, teman-teman

Gabungan Mahasiswa Flores Timur (GAMAFLORA) Yogyakarta,

teman-teman Himpunan Keluarga Flobamorata (HKF) Yogyakarta, yang telah

memberikan dukungan serta doa dalam menyelesaikan skripsi;

16. Kepada sahabat Roy Marten, Vitus Modestus, Yopy Daton, Roman

Waton, Erlita Mega, dan Oa Leyn yang selalu memotivasi dan dukungan

selama penulis menyusun skripsi;

17. Kepada teman-teman kos Marcopolo, yang selalu mendukung penulis

selama perkuliahan;

18. Kepada yang teristimewa Erlita Mega Ananta, yang selalu memotivasi dan

memberikan dukungan penulis selama masa perkuliahan sampai

penyusunan skripsi;

19. Semua pihak yang telah memberikan dukungan dan doa secara langsung

maupun tidak langsung kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi.

Penulis mengharapkan kritik dan saran yang dapat membangun dan

menyempurnakan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat dimaanfaatkan dan

dikembangkan lebih lanjut sehingga skripsi ini dapat lebih bermaanfaat.

Yogyakarta, 27 Januari 2017

(14)

xiii

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN MOTTO HIDUP ... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ... v

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN ... vi

HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vii

ABSTRAK ... viii

C. Tujuan Penelitian ... 8

D. Batasan Istilah ... 9

BAB III METODE PENELITIAN ... 49

A. Jenis Penelitian ... 49

B. Subjek Penelitian ... 49

(15)

xiv

D. Waktu Dan Lokasi Penelitian ... 50

E. Bentuk Data ... 50

F. Metode Dan Instrumen Pengumpulan Data ... 51

G. Validitas Instrumen ... 54

H. Keabsahan Data ... 55

I. Metode Atau Teknik Analisis Data ... 55

J. Prosedur Penelitian Secara Keseluruhan ... 58

BAB IV PROFIL, PELAKSANAAN, ANALISIS, DAN PEMBAHASAN .. 60

A. Profil Siswa Kelas IX-B SMPS Dharma Nusa ... 60

B. Pelaksanaan Penelitian ... 60

C. Analisis Data ... 63

D. Pembahasan ... 77

E. Keterbatasan Penelitian ... 85

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 87

A. Kesimpulan ... 87

B. Saran ... 88

(16)

xv

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1 Kisi-kisi Lembar Kuesioner ... 53

Tabel 3.2 Kategori Jawaban Siswa dalam Pengisisan Kuesioner ... 56

Tabel 4.1 Jadwal pelaksanaan penelitian di SMPS Dharma ... 61

Tabel 4.2 Kategori Jawaban Siswa dalam Pengisisan Kuesioner ... 64

Tabel 4.3 Hasil Transkip Wawancara Siswa 1 (PST 21) ... 101

Tabel 4.4 Hasil Transkip Wawancara Siswa 2 (PST 5) ... 103

Tabel 4.5 Hasil Transkip Wawancara Siswa 3 (PST 12) ... 105

Tabel 4.6 Hasil Transkip Wawancara Siswa 4 (PST 17) ... 108

Tabel 4.7 Hasil Transkip Wawancara Siswa 5 (PST 22) ... 110

Tabel 4.8 Hasil Transkip Wawancara Siswa 6 (PST 7) ... 112

Tabel 4.9 Hasil Transkip Wawancara Siswa 7 (PST 30) ... 114

Tabel 4.10 Hasil Transkip Wawancara Siswa 8 (PST 24) ... 117

Tabel 4.11 Hasil Transkip Wawancara Siswa 9 (PST 14) ... 119

(17)

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran A.1. Daftar Nama Siswa Kelas IX-B SMPS Dharma Nusa

Tahun Ajaran 2016/207 ... 92

Lampiran A.2. Daftar Hadir Siswa Kelas IX-B SMPS Dharma Nusa Saat Pengisian Kuesioner ... 93

Lampiran A.3. Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian di SMPS Dharma Nusa ... 94

Lampiran A.4. Surat Keterangan Ijin Melakukan Penelitian di SMPS Dharma Nusa ... 95

Lampiran A.5. Lembar Validasi Instrumen ... 96

Lampiran A.6 Kartu Bimbingan Skripsi ... 98

Lampiran A.7 Dokumentasi Penelitian ... 100

Lampiran B. Transkip Wawancara Siswa ... 101

(18)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan aspek yang memegang peran penting dalam

kemajuan setiap bangsa, sudah seharusnya jika dunia pendidikan perlu

dicermati dan menjadi fokus perhatian pemerintah demi meningkatkan sumber

daya manusia yang berkualitas. Dunia pendidikan seperti sekolah formal

merupakan sistem pendidikan yang memang diatur sedemikian sehingga

diharapkan mampu menciptakan sumber daya manusia yang kelak ikut

berperan serta dalam memajukan bangsa. Pelaksanaaan proses mengajar di

sekolah, guru memiliki perang sangat penting demi mencapainya proses belajar

mengajar yang baik. Berhubungan dengan peranan ini, seorang guru dituntut

harus memiliki kompotensi yang memadai dalam hal kegiatan belajar mengajar

di sekolah.

Sekolah merupakan pendidikan yang berlangsung secara formal artinya

terkait oleh peraturan-peraturan tertentu yang harus diketahui dan

dilaksanakan. Di sekolah, anak tidak lagi diajarkan oleh orang tua, akan tetapi

gurulah sebagai pengganti orang tua. Oemar Hamalik (2001: 48), proses belajar

mengajar adalah suatu kegiatan yang didalamnya terjadi proses siswa belajar

dan guru mengajar dalam konteks interaktif, dan terjadi interaktif edukatif

antara guru dan siswa, sehingga terdapat perubahan pada tingkat pengetahuan,

(19)

Dalam kegiatan belajar, minat berperan sebagai kekuatan yang akan

mendorong siswa untuk belajar. Siswa yang berminat dalam belajar akan terus

tekun belajar, berbeda dengan siswa yang hanya menerima pelajaran tanpa ada

niat yang ada dalam dirinya, maka ia tidak tekun dalam belajar.

Matematika adalah salah satu ilmu pengetahuan yang sangat penting

yang diberikan di sekolah-sekolah. Mata pelajaran matematika perlu diberikan

kepada peserta didik agar memiliki kemampuan berfikir logis, analitis,

sistematis, kritis, dan kreatif serta mempunyai kemampuan bekerja sama.

Metematika merupakan salah satu pelajaran yang diajarkan di sekolah-sekolah

dengan frekuensi jam pelajaran lebih banyak dibandingkan dengan mata

pelajaran lainnya. Tetapi banyak siswa yang merasa kurang mampu dalam

mempelajari matematika karena dianggap sulit sehingga minat untuk

mempelajari kembali matematika diluar jam sekolah sangat kurang.

Matematika baik menurut sejarah maupun melihat fakta-fakta sekarang

memang memegang peran penting dalam kehidupan. Bahkan bagi generasi

mudah harapan bangsa yang tak lain adalah siswa, matematika merupakan ilmu

yang mempunyai keunggulan untuk membentuk pola pikir manusia. Sehingga

siswa yang mempelajari matematika maupun guru sebagai pengajar

matematika harus dapat memberikan timbal balik yang positif, interaksi yang

baik khususnya di kelas dengan harapan terwujudnya pemahaman matematika

sebagai pembentuk pola pikir dan sikap manusia. Hal ini sesuai dengan

(20)

pembimbing pola pikir maupun sebagai pembentuk sikap. Oleh sebab itu salah

satu tugas guru adalah untuk mendorong siswa agar dapat belajar dengan baik.

Sejalan dengan itu, Soedjadi (1999: 20), menyatakan matematika

sebagai salah satu ilmu dasar, baik aspek terapannya maupun aspek

penalarannya mempunyai peran sangat penting dalam upaya penguasaan ilmu

dan teknologi. Dengan pentingnya matematika tersebut, maka guru

mempunyai peran yang sangat penting untuk mendorong dan memotivasi siswa

agar lebih menyukai matematika. Seorang guru yang memiliki kompotensi

kurang baik maka dapat mengakibatkan siswa kurang menyukai pelajaran

tertentu, sehingga dapat menyebabkan hasil belajar yang menurun, hal ini

berdasarkan pengalaman beberapa anak yang kurang menyukai pelajaran

matematika di sekolah.

Begitu pun sebagai guru matematika yang pada umumnya mata

pelajaran matematika dianggap sebagai mata pelajaran yang cukup

menakutkan bagi sebagian besar siswa. Seorang guru matematika harus

mempunyai persiapan dan perencanaan mengajar yang matang dalam

melakukan pengajaran di kelas. Seorang guru dituntut untuk bisa

memperhatikan bagaimana kondisi lingkungan dan budaya kelas yang ada di

setiap kelas yang diampuhnya.

Seorang guru matematika juga harus mempunyai kemampuan untuk

menjadi motivator siswanya dalam belajar matematika. Ketika seorang guru

(21)

untuk belajar. Cara yang digunakan guru untuk memotivasi siswa agar mau

belajar matematika. Menurut Mike Ollerton (2010: 25), menyatakan cara yang

digunakan oleh guru untuk memotivasi siswa agar mereka mau mempelajari

matematika tampaknya tergantung pada karateristik guru yang diantaranya

adalah hubungan antara guru dengan siswa di kelas, kepercayaan diri guru

dalam menggunakan stimuli yang berasal dari kehidupan nyata dalam

pengajaran tersebut, aksebilitas yang dimiliki guru terhadap materi yang dipilih

sesuai kebutuhan siswa, penggunaan kontek-konteks yang berkaitan langsung

dengan kehidupan sehari-hari, dan kesadaran guru yang bersangkutan terhadap

konsep atau prinsip matematika yang perlu diperoleh siswa.

Peserta didik (siswa) adalah induvidu yang mempunyai karateristik

yang berbeda-beda, misalnya dalam hal minat. Oemar Hamalik (2011: 105),

mengatakan bahwa, guru perlu mengenal minat murid-muridnya agar dapat

memilih bahan pelajaran, merencanakan pengalaman belajar, menuntun kearah

pengetahuan dan untuk mendorong motivasi belajar peserta didiknya.

Pendidikan matematika memiliki peran sangat penting karena

matematika adalah ilmu dassar yang digunakan secara luas dalam berbagai

bidang kehidupan. Melalui pembelajaran matematika siswa diharapkan dapat

menumbuhkan kemampuan berpikir kritis, logis, sistematis, cermat, efektif,

dan efisien dalam memecahkan masalah. Oleh sebab itu, penguasaan materi

(22)

Dalam kenyataan matematika masih merupakan pelajaran yang sulit

dipelajari oleh siswa bahkan merupakan pelajaran yang sulit, tidak

menyenangkan dan menakutkan bagi sebagian besar siswa. Sehingga

matematika menjadi momok bagi para siswa dan pelajaran paling tidak di sukai

siswa. Reseffendi (1984: 15), mengemukakan bahwa matematika (ilmu pasti)

bagi anak-anak pada umumnya merupakan mata pelajaran yang tidak

disenangi, atau bahkan paling dibenci.

Kebanyakan siswa tidak menyukai pelajaran matematika, karena

mereka memandang matematika sebagai pelajaran yang paling sulit. Penyebab

dari kesulitan belajar siswa bisa berasal dari faktor guru, lingkungan dan bisa

juga berasal dari siswa itu sendiri. Salah satu penyebab kesulitan belajar siswa

yang muncul dari guru adalah ketidaktepatan pendekatan pengajaran yang

dilakukan oleh guru. Kebanyakan guru mengajar masih menggunakan

pendekatan konvensional. Siswa hanya menerima materi sebatas yang

diberikan sehingga siswa cenderung pasif dan keaktifan siswa kurang

diperhatikan. Hal ini yang menyebabkan rendahnya kreativitas siswa dalam

belajar matematika karena mereka tidak diberi kesempatan untuk

mengembangkan potensi yang ada pada diri mereka.

Martin (dalam H. Rostina Sundayana, 2015: 2), mengemukakan bahwa

meskipun matematika dianggap memiliki tingkat kesulitan yang tinggi, namun

setiap orang harus mempelajarinya karena merupakan sarana untuk

memecahkan masalah sehari-hari. Pemecahan masalah tersebut meliputi

(23)

penggunaan pengetahuan tentang menghitung dan yang terpenting adalah

kemampuan melihat serta menggunakan hubungan-hubungan yang ada. Secara

garis besar menurut Suryabrata (dalam Nyayu Khodijah, 2014: 58),

menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi belajar dapat

digolongkan menjadi dua yaitu : (1) faktor yang berasal dari dalam diri

pembelajar yang meliputi faktor-faktor fisiologis dan faktor-faktor psikologis,

(2) faktor yang berasal dari luar diri pembelajar yamg meliputi

faktor-faktor sosial dan faktor-faktor-faktor-faktor non-sosial. Adapun beberapa faktor-faktor yang

mempengaruhi belajar menurut Muhibbin (2008: 144), yaitu minat yang

merupakan kecenderungan atau keinginan yang besar terhadap sesuatu, dan

motivasi yaitu dorongan terdapat dalam diri seseorang untuk berusaha

mengadakan perubahan tingkah laku yang lebih baik dalam memenuhi

kebutuhannya. Sehingga minat dan motivasi belajar dapat mempengaruhi

siswa menyukai dan tidak menyukai matematika.

SMP Swasta Dharma Nusa merupakan salah satu SMP Swasta ada di

pulau Adonara tepatnya berada desa Helanlangowuyo, kecamatan Ile Boleng,

kabupaten Flores Timur-NTT. Dalam pembelajaran matematika di sekolah,

siswa menganggap bahwa pelajaran matematika berbeda dengan pelajaran

lainnya. Pelajaran matematika mempunyai kesulitan dan kerumitan tersendiri.

Sehingga bagi siswa, pelajaran matematika digambarkan sebagai pelajaran

yang paling menyeramkan dan sulit untuk dipelajari.

Di SMPS Dharma Nusa sering terjadi kekerasan fisik yang dilakukan

(24)

peneliti selama melakukan penelitian di sekolah tersebut, ketika guru masuk

kelas sering membawa rotan. Siswa yang melanggar peraturan sekolah, tidak

mengerjakan tugas, atau tidak bisa menjawab pertanyaan dari guru, maka siswa

tersebut dipukul dengan menggunakan rotan. Berdasarkan hasil wawancara

yang dilakukan pada tanggal 23 Juli 2016, guru mengatakan bahwa siswa harus

di didik dengan cara kekerasan agar mereka bisa mentaati peraturan sekolah

atau bisa serius dalam belajar matematika. Namun pada kenyataannya, siswa

justru takut dengan sikap guru tersebut. Hal ini membuat siswa merasa takut

ketika pada jam kegiatan belajar mengajar (KBM) yang sedang berlangsung di

kelas. Oleh karena itu, ketika mengalami sulit dalam belajar matematika di

kelas, siswa takut untuk bertanya kepada guru bahkan siswa tidak suka dengan

matematika. Sebagian besar siswa menganggap matematika adalah pelajaran

yang sulit. Siswa mengatakan guru yang mengajar matematika di kelas sangat

galak. Selain itu, siswa kurang aktif pada saat pelajaran matematika.

Siswa SMPS Dharma Nusa masih menganggap matematika adalah

pelajaran yang rumit. Banyak siswa yang memilih untuk menyontek hasil

pekerjaan teman daripada mengerjakan dengan hasil kemampuan sendiri

dengan alasan tidak ingin berusaha dalam mencari jawaban yang memang

memerlukan ketelitian dan kecermatan dalam penyelesaiannya. Dari hal

tersebut, kita bisa melihat bahwa minat belajar siswa terhadap matematika

masih sangat kurang.

Sebagaimana yang telah dijelaskan di atas, bahwa minat merupakan

(25)

apabila seorang senang terhadap sesuatu maka ia akan berusaha untuk

mendapatkannya. Demikian pula minat siswa terhadap pelajaran matematika,

apabila siswa mempunyai minat belajar terhadap matematika maka siswa pun

akan tekun mempelajari mata pelajaran tersebut yang akhirnya prestasi akan

tercapai dengan memuaskan.

Berdasarkan permasalahan di atas, kita dapat melihat bahwa ada

beberapa faktor penyebab siswa menyukai atau tidak menyukai matematika.

Sehingga peneliti ingin mengetahui langsung kegiatan pembelajaran yang

terjadi dan ingin membandingkan dengan keadaan siswa sebenarnya dengan

melakukan penelitian di SMPS Dharma Nusa, dengan judul penelitian adalah

“Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Minat Belajar Siswa Terhada p

Pelajaran Matematika Kelas IX-B SMPS Dharma Nusa Flores Timur Tahun

Ajaran 2016/2017.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dari latar belakang di atas, maka rumusan

masalahnya adalah “faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi minat belajar

siswa terhadap pelajaran matematika kelas IX-B SMPS Dharma Nusa Flores

Timur tahun ajaran 2016/2017 ?”

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor

yang mempengaruhi minat belajar siswa terhadap pelajaran matematika kelas

(26)

D. Batasan Istilah

Untuk menghindari kesalahan dalam memahami hasil penelitian, maka

perlu penjelasan tentang istilah dengan batasan istilah sebagai berikut.

1. Belajar adalah suatu proses usaha dalam melaksanakan perubahan tingkah

laku yang lebih baik dengan cara berinteraksi dan memiliki pengalaman

dengan lingkungannya baik induvidu dengan induvidu maupun induvidu

dengan pendidik.

2. Matematika adalah bahasa simbol, ilmu deduktif, ilmu tentang pola

keteraturan, dan struktur terorganisasi yang mempelajari tentang logika

mengenai bentuk, susunan, besaran, konsep-konsep yang berhubungan satu

dengan lainnya, dan terbagi dalam tiga bidang, yaitu aljabar, analitik, dan

geometri.

3. Minat adalah keterlibatan sepenuhnya seseorang dengan segenap kegiatan

pikiran secara penuh perhatian untuk memperoleh pengetahuan dan

mencapai pemahaman tentang ilmu pengetahuan dan mencapai

pemahaman tentang ilmu pengatahuan yang dituntutnya.

E. Maanfaat Penelitian

Berikut ini adalah beberapa maanfaat dari penelitian yang dilakukan

sebagai berikut:

1. Untuk orang tua, sebagai bahan acuan dalam memberikan arahan

kepada anaknya serta memberikan perhatian dalam belajar matematika

(27)

membentuk kelompok belajar dengan temannya yang mampu dalam

matematika.

2. Untuk pihak sekolah, diharapkan mampu memperbaiki sarana dan

prasarana dalam menunjang proses pembelajaran, sehingga akan timbul

minat dalam diri siswa untuk terus belajar.

3. Untuk guru, dapat dijadikan bahan refleksi bahwa dalam memberikan

pembelajaran bukan hanya sebatas memberikan materi saja, namun

perlu memotivasi siswa agar minat belajar siswa terhadap matematika

terus meningkat.

4. Untuk siswa, dapat lebih meningkatkan minat belajarnya terutama

pembelajaran matematika, sehingga melalui faktor-faktor minat belajar

siswa akan mudah memahami materi, meningkatkan aktifitas siswa,

dan memberi dorongan belajar siswa dalam pelajaran matematika.

5. Untuk JPMIPA Universitas Sanata Dharma, penelitian ini dapat

digunakan sebagai tambahan wawasan bagi para pembaca khususnya

dikalangan Universitas Sanata Dharma, dan juga penelitian bisa

dijadikan sebagai salah satu bahan referensi untuk melakukan

penelitian berikutnya.

6. Untuk Penulis, penelitian ini merupakan suatu kesempatan bagi penulis

untuk mengaplikasikan teori yang diperoleh selama perkuliahan ke

dunia praktis. Selain itu, dengan penelitian ini penulis dapat mengetahui

faktor-faktor yang mempengaruhi minat siswa pada matematika,

(28)

meningkatkan wawasan penulis selaku calon guru ketika terjun ke

(29)

12

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Belajar

a. Pengertian Belajar

Menurut Kingskey (dalam Djamarah, 2011: 13), belajar adalah suatu

proses dimana tingkah laku (dalam arti luas) ditimbulkan atau diubah

melalui praktek atau latihan. Menurut Slameto (dalam Djamarah, 2011: 13),

merumuskan pengertian belajar sebagai suatu proses usaha yang dilakukan

induvidu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara

keseluruhan, sebagai hasil pengalaman induvidu intu sendiri dalam interaksi

dengan lingkungannya. Menurut Djamarah (2011: 13), jika hakekat belajar

adalah perubahan tingkah laku, maka ada beberapa perubahan tertentu yang

dimasukkan kedalam ciri belajar yaitu : perubahan yang terjadi secara sadar,

perubahan dalam belajar bersifat fungsional, perubahan dalam belajar

bersifat positif dan aktif, perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara,

perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah, dan perubahan mencangkup

seluruh aspek tingkah laku. Menurut Hamalik (2013: 27), belajar dapat

dirumuskan menjadi dua yaitu belajar adalah modifikasi atau memperteguh

keelakuan melalui pengalaman dan belajar adalah suatu proses perubahan

tingkah laku induvidu melalui interaksi dengan lingkungan.

Menurut Roestiyah (1982: 149), belajar itu sendiri adalah suatu

(30)

Lester (dalam Roestiyah, 1982: 149), perubahaan induvidu dalam

kebiasaan, pengetahuan dan sikap.

Menurut Hudojo (1988: 1), seorang dikatakan belajar bila dapat

diasumsikan dalam diri orang itu menjadi suatu proses kegiatan yang

mengakibatkan suatu perubahan tingkah laku. Menurut Winkel (1987: 36),

belajar adalah suatu aktivitas mental/psikis yang berlangsung dalam

interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan

dalam pengetahuan pemahaman, keterampilan dan nilai sikap. Perubahan

tersebut bersifat konstan dan berbekas. Lebih lanjut Winkel (1987: 38),

perubahan-perubahan itu dapat berupa suatu hasil yang baru atau pula

penyempurnaan terhadap hasil yang telah diperoleh.

Syah (2008: 63), mendefenisikan belajar adalah kegiatan yang

berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam

penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang pendidikan. Ini berarti bahwa

berhasil atau gagalnya pencampaian tujuan pemndidikan itu amat

tergantung pada proses belajar yang dialami oleh siswa baik ketika berada

di sekolah maupun berada dilingkungan rumah atau keluarhganya sendiri.

Gagne didalam Mudjiono (2009: 10), mendefenisikan belajar merupakan

kegiatan yang kompleks. Hasil belajar berupa kapabilitas, setelah belajar

orang memiliki keterampilan, pengetahuan, sikap, dan nilai. Timbulnya

kapabilitas tersebut adalah dari (i) stimulus yang berasal dari lingkungan,

dan (ii) proses kongnitif yang dilakukan oleh pebelajar. Dengan demikian,

(31)

stimulus lingkungan, melewati pengolahan informasi, menjadi kapabilitas

baru.

Dari pendapat beberapa ahli di atas, maka dapat disimpulkan bahwa

belajar adalah suatu proses usaha dalam melaksanakan perubahan tingkah

laku yang lebih baik dengan cara berinteraksi dan memiliki pengalaman

dengan lingkungannya baik induvidu dengan induvidu maupun induvidu

dengan pendidik.

b. Prinsip-prinsip Belajar

Prinsip-prinsip belajar menurut Slameto (20101: 27-28), adalah

sebagai berikut.

1. Berdasarkan prasyarat yang diperlukan untuk belajar

 Dalam belajar setiap siswa diharuskan partisipasi aktif, meningkatkan minat dan membimbing untuk mencapai tujuan

instruksional.

 Belajar harus dapat menimbulkan reinforcement dan motivasi yang kuat pada siswa untuk mencapai tujuan instruksional.

 Belajar perlu lingkungan yang menantang dimana anak dapat mengembangkan kemampuannya bereksprolasi dan belajar yang

efektif.

2. Sesuai hakekat belajar

 Belajar adalah proses kontinyu, maka harus tahap demi tahap menurut perkembangannya.

(32)

 Belajar adalah proses kontinguitas (hubungan antara pengertian satu dengan pengertian lain) sehingga mendapatkan pengertian yang

diharapkan.

3. Sesuai materi atau bahan yang harus dipelajari

 Belajar bersifat keseluruhan dan materi itu harus memiliki struktur, penyajian yang sederhana, sehingga siswa mudah menangkap

pengertiannya.

 Belajar harus dapat mengembangkan kemampuan tertentu sesuai dengan tujuan instruksional yang harus dicapai.

4. Syarat keberhasilan belajar

 Belajar memerlukan sarana yang cukup, sehingga siswa dapat belajar dengan tenang.

 Repetisi, dalam proses belajar perlu ulangan berkali-kali agar pengertian/keterampilan/sikap itu mendalam pada siswa.

c. Tahap-tahap Dalam Belajar

Menurut Albert Bandura (dalam Nyanyu Khodijah, 2014: 56-57),

dalam proses belajar siswa menempuh empat tahap, yaitu :

1. Tahap perhatian

Pada tahap perhatian, siswa memusatkan perhatian pada objek

materi. Pada umumnya siswa lebih memusatkan perhatian pada

stimulus yang menonjol atau menarik bagi mereka. Pada tahap ini

(33)

pada materi yang disajikan, maka mereka akan mengalami kesulitan

untuk melanjutkan ke tahap selanjutnya.

2. Tahap penyimpanan dalam ingatan

Pada tahap penyimpanan dalam ingatan, informasi materi yang

disajikan ditangkap, diproses, dan kemudian disimpan dalam memori.

Setiap siswa mempunyai strategi penyimpanan informasi yang

berbeda-beda, tergantung pada modalitas belajr masing-masing. Guru

nbisa memberikan visualisasi atau pengulangan terhadap informasi

yang dianggap penting.

3. Tahap reproduksi

Pada tahap reproduksi, semua informasi dalam bentuk kode-kode

simbolis yang tersimpan dalam memori diproduksi atau dimunculkan

kembali. Sulit atau mudahnya pemunculan kembali memori ini bukan

hanya tergantung pada strategi penyimpanan yang digunakan pada

tahap penyimpanan, akan tetapi juga tergantung pada stimulus yang

digunakan untuk memunculkan informasi tersebut.

4. Tahap motivasi

Pada tahap motivasi, semua informasi yang tersimpan dalam

memori diberi penguatan. Untuk itu, guru dianjurkan memberikan

pujian, hadiah atau nilai tertentu pada siswa yang berprestasi,

sebaliknya siswa yang kurang berprestasi perlu diberikan kesadaran

tentang pentingnya penguasaan materi, dan jika emang diperlukan guru

(34)

tugas tambahan yang memdorong mereka untuk mempelajarinya

kembali.

B. Matematika

1. Pengertian matematika

Menurut Jhonson & Rising (dalam Runtukahu, 2014: 28),

mengatakan pengertian sebagai berikut.

a. Matematika adalah pengetahuan terstruktur, dimana sifat dan teori

dibuat secara deduktif berdasarkan unsur-unsur yang didefinisikan dan

berdasarkan aksioma, sifat, atau teori yang telah dibuktikan kebenaran.

b. Matematika ialah bahasa simbol tentang berbagai gagasan dengan

menggunakan istilah-istilah yang didefinisikan secara cermat, jelas, dan

akurat.

c. Matematika ialah seni, dimana keindahannya terdapat dalam

keterurutan dan keharmonisan.

Sedangkan menurut Berth & Piaget (dalam Runtukahu, 2014: 28)

mengatakan bahwa yang dimaksudkan dengan matematika adalah

pengetahuan yang berkaitan dengan struktur abstrak dan hubungan antar

struktur tersebut sehingga terorganisasi dengan baik. Di pihak lain, Reys

(dalam dalam Runtukahu, 2014: 28) mengatakan bahwa, matematika

adalah studi tentang pola dan hubungan, cara berpikir dan strategi

organisasi, analisis dan sintesis, seni, bahasa, dan alat untuk memecahkan

masalah-masalah abstrak dan praktis. Sedangkan, menurut Russeffendi

(35)

dengan berfikir (bernalar). Matematika lebih menekankan pada kegiatan

dalam dunia rasio (penalaran), bukan menekankan dari hasil eksperimen

atau hasil observasi matematika terbentuk karena pikiran-pikiran manusia,

yang berhubungan dengan ide, proses, dan penalaran.

Pengertian matematika menurut kamus besar Bahasa Indonesia

adalah ilmu tentang bilangan-bilangan, hubungan antar bilangan dan

prosedur operasional yang digunakan dalam penyelesaian masalah

bilangan.

Dari beberapa pendapat para ahli diatas maka dapat disimpulkan

bahwa pengertian matematika adalah suatu ilmu yang mempelajari

bilangan dan bangun serta konsep-konsep yang berkenaan dengan

kebenarannya secara logika menggunakan simbol-simbol yang umum serta

aplikasi dalam bidang lainnya.

2. Pembelajaran Matematika

Menurut Amir & Risnawati (2015: 8), pembelajaran matematika

adalah suatu proses belajar mengajar yang dibangun oleh guru untuk

mengembangkan kreatifitas berpikir siswa yang dapat meningkatkan

kemampuan berpikir siswa, serta dapat mengembangkan kemampuan

mengkonstruksi pengetahuan baru sebagai upaya meningkatkan penguasaan

yang baik terhadap materi matematika. Dalam proses pembelajaran

matematika, baik guru maupun siswa bersama-sama menjadi pelaku

(36)

ini akan mencapai hasil maksimal apabila pembelajaran berjalan secara

efektif.

Menurut Orton (dalam Pitadjeng, 2015: 35), untuk mengajar

matematika diperlukan teori, yang digunakan antara lain untuk membuat

keputusan di kelas. Sedangkan teori belajar matematika juga diperlukan

untuk dasar mengobservasi tingkah laku anak didik didalam belajar.

Kemampuan untuk mengambil keputusan di kelas dengan tepat dan cepat,

dan kemampuan untuk mengobservasi tingkah laku anak didik dalam

belajar, merupakan sebagian dari faktor-faktor yang mempengaruhi

keberhasilan guru dalam menentukan pendekatan pembelajaran yang tepat,

sehingga pembelajaran menjadi efektif, bermakna dan menyenangkan.

Menurut Bruner (dalam Hudojo, 1988: 56), belajar matematika adalah

belajar tentang konsep-konsep dan struktur-struktur matematika yang

terdapat didalam materi yang dipelajari serta mencari hubungan-hubungan

antara konsep-konsep dan struktur-struktur matematika itu.

Pemahaman terhadap konsep dan terstruktur suatu materi

menjadikan materi itu mudah dipahami secara lebih komprehensif. Selain

itu anak didik lebih mudah mengingat materi bila yang dipelajari

mempunyai pola terstruktur. Dengan memahami konsep dan struktur akan

mempermudah terjadinya transfer.

Menurut Bruner (dalam Pitadjeng, 2015: 38-39), melukiskan

anak-anak berkembang melalui tiga tahap perkembangan mental, yaitu

(37)

a. Tahap Enaktif

Pada tahap ini, dalam belajar anak didik menggunakan atau

memanipulasi objek-objek kongret secara langsung. Misalnya guru

menyuruh siswa untuk menghitung jumlah buah kelapa keseluruhan

yang berada di dalam lima buah keranjang, di mana tiap keranjang berisi

tiga buah kelapa. Maka anak tersebut akan menghitung dengan

menggabungkan buah kelapa pada tiap keranjang sebanyak lima

keranjang.

b. Tahap Ikonik

Pada tahap ini kegiatan anak didik mulai menyangkut mental

yang merupakan gambaran dari objek-objek konkret. Anak didik tidak

memanipulasi langsung objek-objek konkret seperti pada tahap enaktif,

melainkan sudah dapat memanipulasi dengan memakai gambaran dari

objek-objek yang dimaksud. Misalnya guru menyuruh siswa menghitung

jumlah gambar buah kelapa yang terdapat dalam lima keranjang, dimana

tiap keranjang berisih tiga buah kelapa. Maka siswa tersebut

menjumlahkan gambar buah kelapa yang terdapat dalam keranjang

sebanyak lima kali.

c. Tahap Simbolik

Tahap ini merupakan tahap memanipulasi simbol-simbol secara

langsung dan tidak ada lagi kaitannya dengan objek-objek. Misalnya

guru menyuruh siswa menghitung jumlah buah kelapa yang terdapat

(38)

Maka, siswa membuat pemisalan yaitu � = buah kelapa, sehingga

kalimat matematika tersebut secara simbolik menjadi 3� × 5.

3. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Anak Dalam Belajar Matematika

Menurut Slameto (dalam Pitadjeng, 2015: 81), ada banyak faktor

yang mempengaruhi belajar anak, tetapi dapat digolongkan menjadi dua

golongan, yaitu faktor intern dan ekstern. Faktor intern adalah faktor yang

berada didalam diri anak didik yang sedang belajar, sedangkan faktor

ekstern adalah faktor yang berada diluar diri anak didik tersebut. pengaruh

positif yang ditimbulkan misalnya anak menjadi senang belajar,

meningkatkan minat anak terhadap minat yang sedang dipelajari,

meningkatkan semangat anak untuk belajar, bergairah, dan sebagainya.

Sedangkan pengaruh negatif yang ditimbulkan misalnya menghilangkan

minat anak untuk belajar, menumbuhkan rasa tidak suka, dan sebagainya.

a. Faktor Intern

1) Faktor jasmani (tubuh)

Menurut Slameto (dalam Pitadjeng, 2015: 82), faktor jasmani

yang dapat mempengaruhi anak dalam belajar matematika ditinjau

dari faktor kesehatan dan cacat tubuh.

a) Faktor kesehatan

Menurut Pitadjeng (2015: 82), sehat berarti dalam

keadaan baik segenap badan beserta bagian-bagiannya, atau

(39)

Sehingga kesehatan seorang anak sangat berpengaruh pada

pembelajarannya.

Berdasarkan Pitadjeng (2015: 82), dari hasil angket

terbuka diajukan kepada 38 mahasiswa PGSD UPPI UNNES

Semarang pada tanggal 1 Juni 2004 tentang faktor-faktor yang

menyebabkan mereka tidak suka matematika, 11 mahasiswa

(28,9%) menyatakan bahwa dia tidak suka belajar matematika

kalau kesehatannya sedang terganggu (sakit).

b) Cacat tubuh

Menurut Pitadjeng (2015: 83), cacat tubuh adalah sesuatu

yang menyebabkan kurang baik atau kurang sempurna mengenai

tubuh atau badan. Cacat tubuh bisa berupa buta, setengah buta,

tuli, setengah tuli, patah kaki atau tangan, lumpuh, dan

sebagainya. Sehingga anak tersebut sulit mengikuti

pembelajaran, interaksi dengan guru, dan interaksi dengan

sesama temannya.

2) Faktor psikologi

a) Intelegensi

Menurut J.P. Chaplin (dalam Slameto, 2010: 54),

intelegensi adalah kecakapan yang terdiri dari tiga jenis yaitu

kecakapan untuk menghadapi dan menyesuaikan kedalam situasi

(40)

menggunakan konsep-konsep yang abstrak secara efektif,

mengetahui relasi dan mempelajarinya dengan cepat.

Intelengensi besar pengaruhnya terhadap kemajuan

belajar. Agar faktor intelegensi dapat berkembang menjadi

pengaruh positif bagi anak dalam pelajaran matematika, guru

harus bijaksana dalam menangani perbedaan intelegensi tiap-tiap

anak. Misalnya memberikan pengayaan bagi anak yang cepat

menguasai materi (punya intelegensi tinggi), dan memberikan

kegiatan tambahan atau kesempatan belajar lebih lama bagi anak

yang lamban (punya intelegensi rendah).

b) Perhatian

Perhatian menurut Gazali (dalam Slameto, 2010: 56),

adalah keaktifan jiwa yang dipertinggi, jiwa itu semata-mata

tertuju kepada suatu objek (benda atau hal) atau sekumpulan

objek. Jika dalam pembelajaran matematematika perhatian anak

tinggi, maka dia akan berhasil (hasil belajar tinggi). Sebaliknya

jika perhatian rendah dalam belajar matematika, mungkin bosan

atau tidak suka, maka dia tidak berhasil (hasil belajarnya rendah).

Dan jika hal ini terjadi, maka anak tersebut menjadi tidak suka

pada matematika.

c) Minat

Hilgard (dalam Slameto, 2010: 57), memberikan rumusan

(41)

tendency to pay attention to and enjoy some activity or content”.

Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan

dan mengenang beberapa kegiatan.

Kegiatan yang diminati seseorang diperhatikan

terus-menerus yang disertai dengan rasa senang. Minat mempunyai

pengaruh besar dalam belajar matematika, karena jika pelajaran

matematika tidak sesuai dengan minat siswa, maka siswa tersebut

tidak akan belajar dengan sebaik-baiknya bahkan tidak menyukai

dengan matematika.

d) Bakat

Munandir (2001: 15-16), bakat adalah kemampuan yang

dibawah sejak lahir, dengan kata lain bersifat keturunan.

Sedangkan menurut Makmum Khairani (2014: 126), bakat adalah

kemampuan bawaan yang merupakan potensi yang masih perlu

dikembangkan atau dilatih untuk mencapai suatu kecakapan,

pengetahuan, dan keterampilan khusus, misalnya kemampuan

berbahasa, bermain musik, melukis, dan lain-lain.

Jika ada siswa yang dalam belajar matematika sesuai

dengan bakatnya, maka hasil belajarnya lebih baik karena ia

menyukai matematika dan selanjutnya ia lebih giat lagi dalam

(42)

e) Motivasi

Petri (dalam Nyayu Khodijah, 2014: 150),

menggambarkan motivasi sebagai kekuatan yang bertindak pada

organisme yang mendorong dan mengarahkan perilakunya. Mc

Donald (dalam Nyayu Khodijah, 2014: 150), mengatakan bahwa

motivasi adalah sesuatu perubahan energi di dalam pribadi

seseorang yang ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi

untuk mencapai tujuan.

Eggen (dalam Nyayu Khodijah, 2014: 150),

mendefenisikan matematika sebagai kekuatan yang memberikan

energi dalam diri seseorang ke dalam bentuk aktivitas nyata untuk

mencapai tujuan tertentu. Dengan kata lain, motivasi adalah

kondisi psikologi yang mendorong seseorang untuk melakukan

sesuatu.

f) Kematangan

Menurut Slameto (2010: 58), kematangan adalah suatu

tingkat atau fase dalam pertumbuhan seseorang, di mana alat-alat

tubuhnya sudah siap untuk melaksanakan kecakapan baru.

g) Kesiapan

Menurut Hamalik (2008: 94), kesiapan adalah tingkatan

atau keadaan yang harus dicapai dalam proses perkembangan

perorangan pada tingkatan pertumbuhan mental, fisik, sosial, dan

(43)

3) Faktor kelelahan

Slameto (2010: 58), mengatakan kelelahan dibedakan

menjadi dua macam, yaitu kelelahan jasmani dan kelelahan rohani

(bersifat psikis). Kelelahan jasmani terlihat dengan lemah lunglainya

tubuh dan timbul kecenderungan untuk membaringkan tubuh dan

kelelahan rohani dilihat dengan adanya kelesuan dan kebosanan,

sehingga minat dan dorongan untuk menghasilkan sesuatu hilang.

Untuk itu guru hendaknya memperhatikan banyaknya tugas

yang diberikan kepada siswa, jangan sampai terlalu banyak hingga

melelahkan anak. Ketika anak lelah dalam mengerjakan tugas maka

hasilnya juga kurang optimal. Jika anak merasa hasil belajarnya

kurang baik, maka anak menjadi kecewa dan bisa menyebabkan anak

tidak menyukai pelajaran matematika.

b. Faktor Ekstern

1) Faktor keluarga

a) Cara mendidik orang tua

Menurut Wirowidjojo (dalam Slemato, 2010: 61), keluarga

adalah lembaga pendidikan pertama dan utama. Orang tua yang

bersikap acuh tak acuh terhadap pendidikan anak berakibatnya

pendidikan anak dijenjang sekolahan.

Sikap acuh tak acuh ini bisa dinyatakan dengan sikap tidak

mau tahu terhadap cara belajar anak, tidak mengatur waktu belajar

(44)

Sebaliknya orang tua yang sangat memperhatikan pendidikan

anaknya berpengaruh pada keberhasilan pendidikan anak. Misalnya

orang tua yang membantu, menunggu, memperhatikan dan

memenuhi fasilitas anaknya untuk belajar matematika akan

membuat anak tersebut merasa senang dan nyaman dalam belajar

matematika.

b) Relasi antara anggota keluarga

Hubungan yang menunjang dalam belajar anak adalah

hubungan yang poisitif antara orang tua dan anak maupun saudara.

Contohnya hubungan saling mengasihi, saling mengerti, dan saling

memperhatikan.

Hal ini dapat mengupayakan agar anak senang belajar

matematika dan berhasil dalam belajar matematika, anggota

keluarga (orang tua dan saudara), memberika dukungan kepada anak

dalam belajar (dengan kasih, pengertian, dan perhatian) kepada anak

dalam belajar matematika, yang berupa kesempatan, fasilitas,

pantauan, dorongan, bimbingan, motivasi positif, dan bantuan bila

diperlukan. Dan ketika anak mendapatkan nilai jelek pada pelajaran

matematika, orang tua dan saudara jangan memarahi melainkan

berusaha membantu anak untuk memahami topik matematika

(45)

c) Suasana rumah

Suasana rumah bisa menjadi faktor yang mendukung atau

tidak mendukung anak dalam belajar matematika. suasana yang

tidak mendukung belajar anak adalah rumah yang kacau, dan ribut

sehingga hasil belajar anak tidak maksimal.

Agar anak bisa belajar matematika dirumah, hendaklah

suasana rumah mendukung untuk belajar matematika. Untuk itu,

suasana rumah harus diusahkan tenang, tentram, tidak bising, dan

tidak ada pertengkaran. Dengan suasana rumah yang sehat dan

mendukung anak dalam belajar matematika, maka anak menjadi

betah belajar matematika dan akhirnya menjadi senang belajar

matematika.

2) Faktor sekolah

1) Motode mengajar

Metode mengajar adalah suatu cara atau jalan yang harus

dilalui didalam mengajar. Mengajar menurut Ulih (dalam Slameto,

2010: 65), adalah menyajikan bahan pengajaran oleh orang kepada

orang lain agar orang lain itu menerima, menguasai, dan

mengembangkannya. Oleh karena itu metode mengajar sangat

mempengaruhi dalam belajar matematika.

Metode mengajar guru yang kurang baik akan mempengaruhi

belajar siswa tidak baik pula. Metode mengajar guru kurang baik

(46)

pelajaran sehingga guru tersebut menyajikan tidak jelas. Selain itu,

misalnya guru mengajar dengan metode ceramah saja. Siswa akan

menjadi bosan, mengantuk, pasif, dan hanya mencatat saja. Hal ini

dapat mengakibatkan siswa kurang menyukai matematika dan malas

belajar matematika.

2) Metode belajar

Metode belajar anak sangat berpengaruh pada hasil belajar.

Oleh karena itu, agar berhasil dalam belajar matematika, guru harus

membiasakan anak didiknya menggunakan metode belajar yang

baik, dikelas maupun dirumah.

Selama anak belajar dikelas, selalu berada dalam pantauan

guru. Untuk membiasakan anak belajar di rumah , dapat dilakukan

dengan setiap hari memberikan PR dan tugas belajar di rumah, atau

memberikan tugas kelompok untuk belajar bersama

teman-temannya yang berdekatan rumahnya. Ketika anak menerapkan

metode belajar matematika yang baik, maka ia semakin menyukai

matematika.

3) Media pengajaran

Media pengajaran yang lengkap dan tepat akan memperlancar

dan mempermudah anak dalam belajar matematika. karena media

belajar yang berbentuk alat peraga yang tepat maupun benda-benda

yang kongkret yang dimanipulasi anak dalam memahami suatu

(47)

Guru perlu menyediakan alat peraga sebagai alat bantu dalam

pembelajaran matematika, sehingga konsep matematika yang pada

awalnya dianggap abstrak akan menjadi lebih mudah. Ketika siswa

senang belajar matematika maka ia akan semakin menyukai

matematika.

4) Guru

Guru merupakan salah satu faktor pengaruh besar bagi siswa

dalam belajar matematika. Berdasarkan Pitadjeng (2015: 100), dari

hasil angket yang diberikan pada mahasiswa PGSD tentang faktor

penyebab mereka benci pelajaran matematika, semua (100%)

menyatakan kalau sikap guru yang menyebabkan mereka menjadi

benci pada pelajaran matematika, disamping faktor-faktor penyebab

lainnya, sebaliknya dari hasil angket tentang penyebab mereka

menjadi senang pada pelajaran matematika, semua (100%) juga

menyatakan bahwa sikap guru menjadikan mereka senang pada

pelajaran matematika disamping faktor-faktor lainnya. Hal ini

menyatakan kalau pengaruh guru sangat besar terhadap belajar anak.

Jika anak senang pada guru matematika, maka ia akan senang

pada pelajaran amtematika, serta aktif dan giat mengikuti segala

proses pembelajaran matematika dan sebaliknya. Oleh karena itu,

agar guru menjadi faktor pengaruh positif atau yang menyenangkan

bagi belajar anak, maka guru harus berusaha agar anak senang

(48)

maupun diluar kelas, serta menjadikan dirinya guru matematika

yang ideal bagi anak didiknya.

5) Interaksi dikelas atau di sekolah

Menurut Pitadjeng (2015: 111), interaksi dengan guru

maupun dengan teman di kelas atau di sekolah juga mempengaruhi

belajar anak. Anak yang takut pada guru matematikanya juga juga

takut pada pelajaran matematika. Di kelas tidak berani maju

mengerjakan soal matematika di papan tulis, atau mengeluarkan

pendapatnmya, karena takut salah atau dimarahi.

Hal ini menyebabkan prestasi belajar anak semakin turun.

Penurunan prestasi belajar matematika berlanjut pada penurunan

minat anak pada matematika yang menyebabkan anak tidak suka

pada pelajaran matematika. oleh karena itu hendaknya guru dapat

menciptakan interaksi yang baik diluar atau didalam kelas terutama

interaksi pada pembelajaran matematika agar anak semakin

menyukai matematika.

6) Materi pelajaran

Berdasarkan Pitadjeng (2015: 114), dari hasil angket terhadap

mahasiswa PGSD tentang pengalaman mereka belajar matematika

waktu SD, semuanya (100%) menyatakan mereka menjadi senang

belajar matematika jika materi yang sedang dipelajari mudah

dipahami, masalah yang diberikan dapat dikerjakan, materi yang

(49)

menyenangkan, tugas yang diberikan tidak terlalu banyak, materi

yang dipelajari merupakan kunci atau rumus praktis untuk

menyelesaikan masalah, dan tidak harus menghafalkan. Sedangkan

97,4% menyatakan mereka menjadi tidak suka belajar matematika

kalau dirasakan materi yang sedang diajarkan sulit, masalah yang

diberikan tidak dapat diselesaikannya, atau materi sering

ulang-ulang, banyak rumus yang harus dihafalkan, materinya tidak

menarik dan tidak menyenangkan, dan terlalu banyak tugas.

Dari hasil angket tersebut dapat disimpulkan bahwa anak

senang belajar matematika karena kebutuhan terpenuhi, terutama

kebutuhan untuk mencapai hasil dan kebutuhan untuk mengatasi

kesulitan. Oleh karena itu guru harus bisa mengelolah materi

matematika sehingga dapat menyenangkan, tidak sulit untuk

dipahami dan semakin menyukai dengan matematika.

3) Faktor masyarakat

a) Kegiatan siswa dalam masyarakat

Kegiatan siswa dalam masyarakat sangat mempengaruhi

belajarnya. Ketika anak terlalu sibuk dalam mengikuti kegiatan

misalnya, berorganisasi, kegiatan-kegiatan sosial dan sebagainya

jika telah menyita banyak waktu maka ini sangat mengganggu waktu

(50)

Sebaiknya siswa mengikuti kegiatan berupa kursus

matematika atau kelompok diskusi matematika, agar anak semakin

menyukai dan mencintai matematika.

b) Mass Media

Menurut Slameto (2010: 70), yang dimaksud dengan mass

media adalah bioskop, radio, TV, surat kabar, majalah, buku-buku,

komik-komik dan lain-lain. Mass media yang baik memberi

pengaruh yang baik terhadap belajarnya. Sebaliknya mass media

yang jelek juga mempengaruh jelek terhadap siswa.

c) Teman Bergaul

Agar siswa dapat belajar dengan baik, perlu diusahkan agar

siswa memiliki teman bergaul yang baik dan pembinaan pergaulan

yang baik serta pengawasan dari orang tua dan pendidik cukup harus

bijaksana.

Anak semakin menyukai matematika, sebaiknya teman

sepergaulan anak dengan anak-anak yang senang belajar

matematika pula.

d) Bentuk Kehidupan Masyarakat

Ketika anak hidup dilingkungan masyarakat yang baik maka

anak akan menjadi baik, dan sebaliknya jika anak hidup pada

masyarakat yang tidak baik maka anak juga akan menjadi tidak baik.

(51)

senang belajar matematika maka ia juga akan senang belajar

matematika.

4. Faktor Penyebab Siswa Tidak Menyukai Matematika

Fadjar Shadiq

(https://fadjarp3g.files.wordpress.com/2007/09/aa-litansiswa_wartaguru_.pdf diakses pada tanggal 18-02-2016, pukul 12:00),

ada beberapa faktor yang menyebabkan siswa tidak menyukai matematika

diantaranya:

a. Persepsi umum tentang sulitnya matematika berdasarkan pendapat

orang lain.

b. Pengalaman belajar di kelas yang diakibatkan proses pembelajaran

yang kurang menarik hati siswa.

c. Pengalaman di kelas sebagai hasil perlakuan guru (contohnya, guru

yang selalu mencooh dirinya).

d. Persepsi yang dibentuk oleh ketidak berhasilan mempelajari

matematika.

e. Tidak mengetahui kegunaan matematika.

C. Minat

1. Pengertian Minat

Minat menurut Muhibbin Syah (2008: 151), adalah kecenderungan

dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu.

Minat merupakan salah satu faktor internal siswa yang termasuk psikologis

yang dapat mempengaruhi kuantitas dan kualitas perolehan pembelajaran

(52)

kecenderungan subjek yang mantap untuk merasa tertarik pada bidang studi

atau pokok bahasan tertentu dan merasa senang mempelajari materi itu. Hal

ini sependapat dengan yang dikemukakan oleh Slameto (1995: 57), bahwa

minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan

mengenang beberapa kegiatan. Kegiatan yang diminati seseorang

diperhatikan terus menerus yang disertai dengan rasa senang. Jika ada

siswa yang kurang berminat terhadap belajar, maka diusahakan agar ia

mempunyai minat yang lebih besar dengan cara menjelaskan hal-hal yang

berhubungan dengan cita-cita serta kaitannya dengan bahan pelajaran yang

dipelajari.

Slameto (1995: 180), minat pada dasarnya adalah penerimaan akan

suatu hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu di luar diri. Semakin kuat

atau dekat hubungan tersebut, maka semakin besar minat yang akan

tumbuh. Suatu minat dapat diekspresikan melalui suatu pernyataan yang

menunjukkan bahwa siswa lebih menyukai suatu hal dari pada hal lainnya,

dapat pula dimanifestasikan melalui partisipasi dalam suatu aktivitas siswa

yang memiliki minat terhadap subjek tersebut. Minat terhadap sesuatu

dipelajari dan mempengaruhi terhadap belajar selanjutnya serta

mempengaruhi penerimaan minat-minat baru. Jadi, minat terhadap sesuatu

merupakan hasil belajar dan menyokong belajar selanjutnya. Minat

memegang peranan penting dalam proses belajar mengajar, karena bila

bahan pelajaran yang dipelajari tidak sesuai dengan minat siswa, siswa

(53)

berpengaruh terhadap belajar, sebab bila bahan pelajaran yang dipelajari

tidak sesuai dengan minat siswa, maka siswa tidak akan belajar dengan

sebaik-baiknya. Karena tidak ada daya tarik baginya (Slameto, 1995: 57).

Kondisi belajar mengajar yang efektif adalah adanya minat dan perhatian

siswa dalam belajar. Minat merupakan suatu sifat yang relatif menetap pada

diri seseorang. Minat ini besar sekali pengaruhnya terhadap belajar sebab

dengan minat seseorang akan melakukan sesuatu yang diminatinya.

Sebaliknya, tanpa minat seseorang tidak mungkin melakukan sesuatu.

Dari beberapa pendapat para ahli di atas, maka dapat disimpulan

bahwa, minat adalah keterlibatan sepenuhnya seseorang dengan segenap

kegiatan pikiran secara penuh perhatian untuk memperoleh pengetahuan

dan mencapai pemahaman tentang ilmu pengetahuan dan mencapai

pemahaman tentang ilmu pengatahuan yang dituntutnya.

2. Ciri-ciri Minat

Ciri-ciri minat menurut Elizabeth Hurlock (dalam Ahmad Susanto,

2013: 62), adalah sebagai berikut.

a. Minat tumbuh bersamaan dengan perkembangan fisik dan mental.

Minat di semua bidang berubah selama terjadi perubahan fisik dan

mental.

b. Minat tergantung pada kegiatan belajar. Kesiapan belajar merupakan

(54)

c. Minat tergantung pada kesempatan belajar. Kesempatan belajar

merupakan faktor yang sangat berharga sebab tidak semua orang dapat

menikmatinya.

d. Perkembangan minat mungkin terbatas. Keterbatasan ini dikarenakan

keadaan fisik yang tidak memungkinkan.

e. Minat dipengaruhi budaya. Budaya sangat mempengaruhi, sebab jika

budaya sudah mulai luntur mungkin minat juga ikut luntur.

f. Minat berbobot emosional. Minat berhubungan dengan perasaan,

maksudnya bila suatu objek dihayati sebagai sesuatu yang sangat

berharga, maka akan timbul perasaan senang yang akhirnya dapat

diminatinya.

3. Macam-macam Minat

Menurut Rosyidah (dalam Ahmad Susanto, 2013: 60), timbulnya

minat pada diri seseorang pada prinsipnya dapat dibedakan menjadi dua

jenis, yaitu:

a. Minat yang berasal dari pembawaan, timbul dengan sendirinya dari

setiap induvidu, hal ini biasanya dipengaruhi oleh faktor keturunan atau

bakat alamiah.

b. Minat yang timbul karena adanya pengaruh dari luar diri induvidu,

timbul seiring proses perkembangan induvidu bersangkutan. Minat ini

sangat dipengaruhi oleh lingkungan, dorongan orang tua, dan kebiasaan

(55)

Gagne (dalam Ahmad Susanto, 2013: 60), membedakan sebab

timbulnya minat pada diri seseorang menjadi dua macam, yitu minat

spontan yang ditimbulkan secara spontan dari dalam diri seseorang tabnpa

dipengaruhi oleh pihak luar, dan minat terpola adalah minat yang timbul

sebagai akibat adanya pengaruh dari kegiatan-kegiatan yang terencana dan

terpola, misalnya dalam kegiatan belajar mengajar, baik di lembaga

sekolah maupun di luar sekolah.

4. Fungsi Minat Dalam Belajar

Peranan atau fungsi minat menurut Makmun Khairani (2014:

146-147), adalah sebagai berikut.

a. Minat memudahkan terciptanya konsentrasi

Minat mempermudahkan terciptanya konsentrasi dalam pikiran

seseorang. Perhatian serta merta yang diperoleh secara wajar dan tanpa

pemaksaan tenaga kemampuan seseorang memudahkan

berkembangnya konsentrasi, yaitu memusatkan pemikiran terhadap

sesuatu pelajaran. Jadi tanpa minat konsentrasi terhadap pelajaran sulit

untuk diperhatikan. Minat memudahkan terciptanya konsentrasi dalam

pikiran seseorang. Winkel (1996: 183), mengatakan bahwa konsentrasi

merupakan pemusatan tenaga dan energi psikis dalam menghadapi suatu

objek, dalam hal ini peristiwa belajar mengajar di kelas. Konsentrasi

dalam belajar berkaitan dengan kamauan dan hasrat untuk belajar,

namun konsentrasi dalam belajar dipengaruhi oleh perasaan siswa dan

(56)

b. Minat mencegah ganguan perhatian di luar

Minat belajar mencegah terjadinya gangguan perhatian dari

sumber luar, misalnya orang berbicara. Seseorang mudah terganggu

perhatiannya atau sering mengalami pengalihan perhatian dari

pelajaran kepada suatu hal lain.

c. Minat memperkuat melekatnya bahan pelajaran dalam ingatan

Daya mengingat bahan pelajaran hanya mungkin terlaksana kalau

seseorang berminat terhadap pelajarannya. Berkaitan erat dengan

konsentrasi terhadap pelajaran yaitu daya mengingat bahan pelajaran.

Pengingatan itu hanya mungkin terlaksana kalau seseorang berminat

terhadap pelajarannya. Seseorang kiranya pernah mengalami bahwa

bacaan atau isi ceramah sangat mencekam perhatiannya atau

membangkitkan minat seantiasa teringat walaupun hanya dibaca atau

disimak sekali. Sebaliknya, sesuatu bahan pelajaran yang

berulang-ulang dihafal mudah terlupakan, apabila tanpa minat. Anak yang

mempunyai minat dapat menyebut bunyi huruf, dapat mengingat

kata-kata, memiliki kemampuan membedakan dan memiliki perkembangan

bahasa lisan dan kosa kata yang memadai.

Hal ini menunjukkan terhadap belajar memiliki peranan

memudahkan dan menguatkan melekatnya bahan pelajaran dalam

(57)

d. Minat memperkecil kebosanan belajar dalam diri sendiri

Segala sesuatu yang membosankan, sepeleh dan terus menerus

berlangsung secara otomatis tidak akan bisa memikat perhatian.

Kebosanan melakukan suatu hal lebih sering berasal dari dalam diri

seseorang daripada dari luar. Oleh karena itu, penghapusan kebosanan

dalam belajar dari seseorang hanya bisa terlaksana dengan

menumbuhkan minat belajar.

5. Faktor-faktor Yang Dapat Menumbuhkan Minat Dalam Belajar

Pada dasarnya faktor-faktor yang mempengaruhi terhadap minat

belajar ada dua, yaitu faktor internal dan eksternal

(https://suaranuraniguru.wordpress.com/2011/12/01/minat-dalam-belajar-siswa/ diakses pada tanggal 26 Juni 2016 pukul 13:41):

a. Faktor Internal

Manusia merupakan makhluk hidup yang lebih sempurna bila

dibandingkan dengan makhluk hidup lainnya. Akibat dari unsur

kehidupan yang ada pada manusia, manusia berkembang dan

mengalami perubahan-perubahan, baik perubahan-perubahan dalam

segi fisiologis maupun perubahan-perubahan dalam segi psikologis.

Perubahan-perubahan tersebut dapat dipengaruhi dari dalam dan dari

luar diri manusia itu sendiri.

Faktor dari dalam yang dapat mempengaruhi minat belajar

dapat berupa perkembangan kejiwaan siswa. Andi Mappiare (1982:

Gambar

Tabel 3.1 Kisi-kisi Lembar Kuesioner faktor yang mempengaruhi minat belajar siswa terhadap pemlajaran matematika
Tabel 3.2. Kategori Jawaban Siswa dalam Pengisisan Kuesioner Keterangan
Tabel 4.1. Jadwal pelaksanaan penelitian di SMPS Dharma Nusa No Hari/Tanggal Waktu Tempat Kegiatan
Tabel 4.2.  Kategori jawaban siswa dalam pengisian kuesioner Keterangan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk: (1) mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi minat siswa kelas x dalam memilih Jurusan Tata Boga di SMK N 1 Sewon meliputi

Berdasarkan hasil penelitian (1) faktor internal termasuk dalam katergori tinggi sebesar 45,71%, dan indikator dari faktor internal yang paling mempengaruhi minat belajar

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh sembilan faktor dominan yang mempengaruhi prestasi belajar mata pelajaran matematika yaitu faktor guru mengajar (18,09%), faktor perhatian

Faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya minat belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) di SMP Negeri 2 Banyudono yaitu faktor kurangnya

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh sembilan faktor dominan yang mempengaruhi prestasi belajar mata pelajaran matematika yaitu faktor guru mengajar (18,09%), faktor perhatian

meneliti : ” Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar Mahasiswa Dalam Mata Kuliah Pemeriksaan Akuntansi II (Studi Empiris Pada Mahasiswa Akuntansi UPN ”Veteran”

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRESTASI BELAJ AR MAHASISWA AKUNTANSI DALAM MATA KULIAH PEMERIKSAAN AKUNTANSI II DI UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”.. J

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRESTASI BELAJ AR MAHASISWA DALAM MATA KULIAH PEMERIKSAAN AKUNTANSI II.. (Studi Empir is Pada Mahasiswa Akuntansi UPN “Veteran” J