KELAS IX-B SMPS DHARMA NUSA FLORES TIMUR
TAHUN AJARAN 2016/2017
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)
Progran Studi Pendidikan Matematika
Disusun oleh:
Bernadus Bin Frans Resi
121414022
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SATANATA DHARMA
YOGYAKARTA
i
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MINAT BELAJAR SISWA TERHADAP MATA PELAJARAN MATEMATIKA
KELAS IX-B SMPS DHARMA NUSA FLORES TIMUR TAHUN AJARAN 2016/2017
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)
Program Studi Pendidikan Matematika
Disusun oleh:
Bernadus Bin Frans Resi
NIM : 121414022
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SATANATA DHARMA
YOGYAKARTA
iv
MOTTO HIDUP
Hidup adalah perjuangan
Kekayaan abadi adalah ilmu yang bermanfaat
Tak ada kata terlambat untuk belajar, belajar sampai tutup usia!
Generasi berilmu akan menciptakan bangsa yang cerdas
Jadilah kalah karena mengalah, bukan kalah karena menyerah
Jadilah pemenang karena kemampuan, bukan menang karena kecurangan
v
HALAMAN PERSEMBAHAN
Dengan penuh syukur, kupersembahkan karyaku ini kepada:
Kedua orang tuaku tercinta yaitu Bapak Frans Resi dan Ibu Theresia Lipat Liat
Kepada saudara-saudariku tersayang kakak Bernadeta Uba Sabon, kakak Damiana
Dai Suban, kakak (Alm.) Laurensius Bin Frans Resi, adik Yakobus Bin Frans
Resi, dan adik Margareta Bte Frans Resi
Kepada sahabatku Roy Marten, Vitus Modestus, Yopy Daton, Roman Waton
Kepada teman-teman seperjuangan Pendidikan Matematika Angkatan 2012
Kepada teman-teman Keluarga Mahasiswa Adonara Yogyakarta (KMAY)
Kepada teman-teman JB kecamatan Ile Boleng, Flores Timur Yogyakarta
Kepada teman-teman Gabungan Mahasiswa Flores Timur (GAMAFLORA)
Yogyakarta
Kepada teman-teman Himpunan Keluarga Flobamorata (HKF) Yogyakarta
Kepada keluarga besar suku Lamensa
Kepada Lewo tanahku tercinta Helanlangowuyo, Adonara
viii
ABSTRAK
Resi, Bernadus Bin Frans. (2016). F aktor-faktor Yang Mempengaruhi Minat Belajar Siswa Terhadap Pelajaran Matematika Kelas IX-B SMPS Dharma Nusa F lores Timur Tahun Ajaran 2016/207. Skripsi. Program Studi Pendidikan Matematika, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi minat belajar siswa terhadap pelajaran matematika kelas IX-B SMPS Dharma Nusa Flores Timur tahun ajaran 2016/2017.
Penelitian ini tergolong jenis penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Subjek penelitian pada penelitian ini adalah siswa-siswi kelas IX-B SMPS Dharma Nusa Flores Timur yang berjumlah 31 siswa. Instrumen dalam penelitian ini meliputi lembar kuesioner minat belajar siswa dalam pembelajaran matematika. Validasi instrumen diperoleh melalui validasi ahli yaitu dosen pembimbing.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa Minat belajar siswa terhadap pelajaran matematika kelas IX-B SMPS Dharma Nusa Flores Timur tahun ajaran 2016/2017 masih rendah yaitu sekitar 48,4%. Siswa yang menyukai matematika dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu: (a) Siswa mempunyai minat belajar matematika, (b) Siswa mempunyai motivasi belajar matematika, (c) Penjelasan guru mudah dimengerti oleh siswa, (d) Guru tidak memukul siswa (galak), (e) Suasan belajar yang nyaman, baik di sekolah maupun di rumah, (f) Keluarga selalu mendukung siswa dalam belajar matematika, (g) Teman yang selalu mendukung dalam belajar matematika, dan (h) Siswa mempunyai kelompok belajar di rumah. Sedangkan siswa yang tidak menyukai matematika dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu: (a) Siswa tidak mempunyai minat belajar matematika, (b) Siswa tidak mempunyai motivasi belajar matematika, (c) Guru yang mengajar sangat ‘galak’, (d) Penjelasan guru sulit dimengerti oleh siswa, (e) Suasana kelas yang ribut, (f) Orang tua kurang mendukung siswa dalam belajar matematika, (g) Siswa tidak mempunyai kelompok belajar di rumah, (h) Siswa sering bermain HP atau nonton TV di rumah.
ix
ABSTRACT
Resi, Bernadus Bin Frans. (2016). The F actors that Influence Students' Interest to Mathematics Subject Class IX-B SMPS Dharma Nusa, East Flores Academic Year 2016/2017. Thesis. Mathematics Education Study Program, Department of Mathematics and Natural Sciences, the Faculty of Teacher Training and Education, Sanata Dharma University Yogyakarta.
This research aims to determine the factors that affect students' interest to mathematics subject class IX-B SMPS Dharma Nusa, East Flores academic year 2016/2017.
This research is classified as descriptive research with a qualitative approach. The research subjects were students of class IX-B SMPS Dharma Nusa East Flores which amounts to 31 students. The instruments in this research is questionnaire sheet of student interest in mathematics learning. The validation of instruments obtained through expert validation that is supervisor.
The results of research show that students' interest to mathematics subject class IX-B SMPS Dharma Nusa East Flores academic year 2016/2017 was still low at around 48.4%. The students who like mathematics are influenced by several factors, such as: (a) Students have study interest in mathematics, (b) Students have motivation to learn mathematics, (c) Teacher’s explanations are easy to be undrerstood by students, (d) Teacher don’t hit students (teacher isn’t cruell), (e) The situation to study is comfortable either at the scholl or at the home, (f) Family always support students to study mathematics, (g) Friends always support students to study mathematics, and (h) Students have study group at home. Students who don’t like mathematics are influenced by several factors, such as: (a) Students doesn’t have interesting to study mathematics, (b) Students doesn’t have motivation to study mathematics, (c) Teacher’s explanations are hard to be understood by students, (d) Teacher who teach mathematics is cruel, (e) The class situation is noisy, (f) Parents’ supports to study mathematics are still less, (g) Students doesn’t have study group at home, and (h) Students often play HP or watching TV at home.
x
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas kasih dan karunia-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Minat Belajar Siswa Terhadap Pelajaran Matematika Kelas IX-B SMPS Dharma Nusa Flores Timur Tahun Ajaran 2016/2017” ini dengan baik.
Penulis dapat menyelesaikan skripsi ini atas doa, dukungan dan bimbingan
dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih
kepada berbagai pihak yang telah membantu mendukung, diantaranya:
1. Bapak Rohandi, Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan;
2. Bapak Dr. Marcellinus Andy Ruthito, S.Pd. selaku Ketua Jurusan
Pendidikan Matemnatika dan Ilmu Pengetahuan Alam;
3. Bapak Dr. Hongki Julie, M.Si. selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Matematika;
4. Bapak Thomas Sugiarto Pudjohartono, M.T. selaku dosen pembimbing
akademik Program Studi Pendidikan Matematika angkatan 2012 NIM
genap;
5. Bapak Dr. Marcellinus Andy Ruthito, S.Pd. selaku dosen pembimbing
yang telah banyak meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk
xi
6. Bapak Ingnasius Sili Taka, selaku Kepala sekolah di SMPS Dharma Nusa
yang telah memberikan ijin penelitian;
7. Bapak Paulus Plate Ola, S.Pd. selaku guru mata pelajaran matematika
kelas IX-B SMPS Dharma Nusa yang telah membimbing dan
mendampingi dalam pelaksanaan penelitian;
8. Siswa-siswi SMPS Dharma Nusa kelas IX-B, terima kasih atas partisipasi
dan kerjasamanya dalam membantu pelaksanaan penelitian;
9. Ibu Dra. Haniek Sri Pratini, M.Pd dan Ibu C. Novella Krisnamurti, M.Sc
selaku dosen penguji yang telah memberikan kritik dan saran dalam
penyempurnaan skripsi ini;
10. Segenap dosen dan karyawan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
yang telah memberikan dukungan selama penulis belajar di kampus USD;
11. Kepada orang tua, Bapak Frans Resi dan Ibu Theresia Lipat Liat, terima
kasih atas pengorbanan, doa, dorongan, motivasi, dan cinta kasih kalian
yang tak mengenal batas sehingga penulis bisa menyelesaikan skripsi ini;
12. Kakak Bernadeta Uba Sabon, kakak Damiana Dai Suban, kakak (Alm.)
Laurensius Bin Frans Resi, adik Yakobus Bin Frans Resi, dan adik
Margareta Bte Frans Resi, yang selalu memberikan semangat serta
dukungan dalam penyusunan skripsi;
13. Teman-teman satu dosen pembimbing dan teman-teman seperjuangan di
Program Studi Pendidikan Matematika angkatan 2012, yang telah
xii
14. Keluarga besar suku Lamensa dimanapun berada, yang selalu memberikan
dukungan secara langsung maupun dalam doa sejak awal perkuliahan
hingga penyusunan skripsi;
15. Teman-teman Keluarga Mahasiswa Adonara Yogyakarta (KMAY),
teman-teman JB kecamatan Ile Boleng Yogyakarta, teman-teman
Gabungan Mahasiswa Flores Timur (GAMAFLORA) Yogyakarta,
teman-teman Himpunan Keluarga Flobamorata (HKF) Yogyakarta, yang telah
memberikan dukungan serta doa dalam menyelesaikan skripsi;
16. Kepada sahabat Roy Marten, Vitus Modestus, Yopy Daton, Roman
Waton, Erlita Mega, dan Oa Leyn yang selalu memotivasi dan dukungan
selama penulis menyusun skripsi;
17. Kepada teman-teman kos Marcopolo, yang selalu mendukung penulis
selama perkuliahan;
18. Kepada yang teristimewa Erlita Mega Ananta, yang selalu memotivasi dan
memberikan dukungan penulis selama masa perkuliahan sampai
penyusunan skripsi;
19. Semua pihak yang telah memberikan dukungan dan doa secara langsung
maupun tidak langsung kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi.
Penulis mengharapkan kritik dan saran yang dapat membangun dan
menyempurnakan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat dimaanfaatkan dan
dikembangkan lebih lanjut sehingga skripsi ini dapat lebih bermaanfaat.
Yogyakarta, 27 Januari 2017
xiii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN MOTTO HIDUP ... iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ... v
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN ... vi
HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vii
ABSTRAK ... viii
C. Tujuan Penelitian ... 8
D. Batasan Istilah ... 9
BAB III METODE PENELITIAN ... 49
A. Jenis Penelitian ... 49
B. Subjek Penelitian ... 49
xiv
D. Waktu Dan Lokasi Penelitian ... 50
E. Bentuk Data ... 50
F. Metode Dan Instrumen Pengumpulan Data ... 51
G. Validitas Instrumen ... 54
H. Keabsahan Data ... 55
I. Metode Atau Teknik Analisis Data ... 55
J. Prosedur Penelitian Secara Keseluruhan ... 58
BAB IV PROFIL, PELAKSANAAN, ANALISIS, DAN PEMBAHASAN .. 60
A. Profil Siswa Kelas IX-B SMPS Dharma Nusa ... 60
B. Pelaksanaan Penelitian ... 60
C. Analisis Data ... 63
D. Pembahasan ... 77
E. Keterbatasan Penelitian ... 85
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 87
A. Kesimpulan ... 87
B. Saran ... 88
xv
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 3.1 Kisi-kisi Lembar Kuesioner ... 53
Tabel 3.2 Kategori Jawaban Siswa dalam Pengisisan Kuesioner ... 56
Tabel 4.1 Jadwal pelaksanaan penelitian di SMPS Dharma ... 61
Tabel 4.2 Kategori Jawaban Siswa dalam Pengisisan Kuesioner ... 64
Tabel 4.3 Hasil Transkip Wawancara Siswa 1 (PST 21) ... 101
Tabel 4.4 Hasil Transkip Wawancara Siswa 2 (PST 5) ... 103
Tabel 4.5 Hasil Transkip Wawancara Siswa 3 (PST 12) ... 105
Tabel 4.6 Hasil Transkip Wawancara Siswa 4 (PST 17) ... 108
Tabel 4.7 Hasil Transkip Wawancara Siswa 5 (PST 22) ... 110
Tabel 4.8 Hasil Transkip Wawancara Siswa 6 (PST 7) ... 112
Tabel 4.9 Hasil Transkip Wawancara Siswa 7 (PST 30) ... 114
Tabel 4.10 Hasil Transkip Wawancara Siswa 8 (PST 24) ... 117
Tabel 4.11 Hasil Transkip Wawancara Siswa 9 (PST 14) ... 119
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran A.1. Daftar Nama Siswa Kelas IX-B SMPS Dharma Nusa
Tahun Ajaran 2016/207 ... 92
Lampiran A.2. Daftar Hadir Siswa Kelas IX-B SMPS Dharma Nusa Saat Pengisian Kuesioner ... 93
Lampiran A.3. Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian di SMPS Dharma Nusa ... 94
Lampiran A.4. Surat Keterangan Ijin Melakukan Penelitian di SMPS Dharma Nusa ... 95
Lampiran A.5. Lembar Validasi Instrumen ... 96
Lampiran A.6 Kartu Bimbingan Skripsi ... 98
Lampiran A.7 Dokumentasi Penelitian ... 100
Lampiran B. Transkip Wawancara Siswa ... 101
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan aspek yang memegang peran penting dalam
kemajuan setiap bangsa, sudah seharusnya jika dunia pendidikan perlu
dicermati dan menjadi fokus perhatian pemerintah demi meningkatkan sumber
daya manusia yang berkualitas. Dunia pendidikan seperti sekolah formal
merupakan sistem pendidikan yang memang diatur sedemikian sehingga
diharapkan mampu menciptakan sumber daya manusia yang kelak ikut
berperan serta dalam memajukan bangsa. Pelaksanaaan proses mengajar di
sekolah, guru memiliki perang sangat penting demi mencapainya proses belajar
mengajar yang baik. Berhubungan dengan peranan ini, seorang guru dituntut
harus memiliki kompotensi yang memadai dalam hal kegiatan belajar mengajar
di sekolah.
Sekolah merupakan pendidikan yang berlangsung secara formal artinya
terkait oleh peraturan-peraturan tertentu yang harus diketahui dan
dilaksanakan. Di sekolah, anak tidak lagi diajarkan oleh orang tua, akan tetapi
gurulah sebagai pengganti orang tua. Oemar Hamalik (2001: 48), proses belajar
mengajar adalah suatu kegiatan yang didalamnya terjadi proses siswa belajar
dan guru mengajar dalam konteks interaktif, dan terjadi interaktif edukatif
antara guru dan siswa, sehingga terdapat perubahan pada tingkat pengetahuan,
Dalam kegiatan belajar, minat berperan sebagai kekuatan yang akan
mendorong siswa untuk belajar. Siswa yang berminat dalam belajar akan terus
tekun belajar, berbeda dengan siswa yang hanya menerima pelajaran tanpa ada
niat yang ada dalam dirinya, maka ia tidak tekun dalam belajar.
Matematika adalah salah satu ilmu pengetahuan yang sangat penting
yang diberikan di sekolah-sekolah. Mata pelajaran matematika perlu diberikan
kepada peserta didik agar memiliki kemampuan berfikir logis, analitis,
sistematis, kritis, dan kreatif serta mempunyai kemampuan bekerja sama.
Metematika merupakan salah satu pelajaran yang diajarkan di sekolah-sekolah
dengan frekuensi jam pelajaran lebih banyak dibandingkan dengan mata
pelajaran lainnya. Tetapi banyak siswa yang merasa kurang mampu dalam
mempelajari matematika karena dianggap sulit sehingga minat untuk
mempelajari kembali matematika diluar jam sekolah sangat kurang.
Matematika baik menurut sejarah maupun melihat fakta-fakta sekarang
memang memegang peran penting dalam kehidupan. Bahkan bagi generasi
mudah harapan bangsa yang tak lain adalah siswa, matematika merupakan ilmu
yang mempunyai keunggulan untuk membentuk pola pikir manusia. Sehingga
siswa yang mempelajari matematika maupun guru sebagai pengajar
matematika harus dapat memberikan timbal balik yang positif, interaksi yang
baik khususnya di kelas dengan harapan terwujudnya pemahaman matematika
sebagai pembentuk pola pikir dan sikap manusia. Hal ini sesuai dengan
pembimbing pola pikir maupun sebagai pembentuk sikap. Oleh sebab itu salah
satu tugas guru adalah untuk mendorong siswa agar dapat belajar dengan baik.
Sejalan dengan itu, Soedjadi (1999: 20), menyatakan matematika
sebagai salah satu ilmu dasar, baik aspek terapannya maupun aspek
penalarannya mempunyai peran sangat penting dalam upaya penguasaan ilmu
dan teknologi. Dengan pentingnya matematika tersebut, maka guru
mempunyai peran yang sangat penting untuk mendorong dan memotivasi siswa
agar lebih menyukai matematika. Seorang guru yang memiliki kompotensi
kurang baik maka dapat mengakibatkan siswa kurang menyukai pelajaran
tertentu, sehingga dapat menyebabkan hasil belajar yang menurun, hal ini
berdasarkan pengalaman beberapa anak yang kurang menyukai pelajaran
matematika di sekolah.
Begitu pun sebagai guru matematika yang pada umumnya mata
pelajaran matematika dianggap sebagai mata pelajaran yang cukup
menakutkan bagi sebagian besar siswa. Seorang guru matematika harus
mempunyai persiapan dan perencanaan mengajar yang matang dalam
melakukan pengajaran di kelas. Seorang guru dituntut untuk bisa
memperhatikan bagaimana kondisi lingkungan dan budaya kelas yang ada di
setiap kelas yang diampuhnya.
Seorang guru matematika juga harus mempunyai kemampuan untuk
menjadi motivator siswanya dalam belajar matematika. Ketika seorang guru
untuk belajar. Cara yang digunakan guru untuk memotivasi siswa agar mau
belajar matematika. Menurut Mike Ollerton (2010: 25), menyatakan cara yang
digunakan oleh guru untuk memotivasi siswa agar mereka mau mempelajari
matematika tampaknya tergantung pada karateristik guru yang diantaranya
adalah hubungan antara guru dengan siswa di kelas, kepercayaan diri guru
dalam menggunakan stimuli yang berasal dari kehidupan nyata dalam
pengajaran tersebut, aksebilitas yang dimiliki guru terhadap materi yang dipilih
sesuai kebutuhan siswa, penggunaan kontek-konteks yang berkaitan langsung
dengan kehidupan sehari-hari, dan kesadaran guru yang bersangkutan terhadap
konsep atau prinsip matematika yang perlu diperoleh siswa.
Peserta didik (siswa) adalah induvidu yang mempunyai karateristik
yang berbeda-beda, misalnya dalam hal minat. Oemar Hamalik (2011: 105),
mengatakan bahwa, guru perlu mengenal minat murid-muridnya agar dapat
memilih bahan pelajaran, merencanakan pengalaman belajar, menuntun kearah
pengetahuan dan untuk mendorong motivasi belajar peserta didiknya.
Pendidikan matematika memiliki peran sangat penting karena
matematika adalah ilmu dassar yang digunakan secara luas dalam berbagai
bidang kehidupan. Melalui pembelajaran matematika siswa diharapkan dapat
menumbuhkan kemampuan berpikir kritis, logis, sistematis, cermat, efektif,
dan efisien dalam memecahkan masalah. Oleh sebab itu, penguasaan materi
Dalam kenyataan matematika masih merupakan pelajaran yang sulit
dipelajari oleh siswa bahkan merupakan pelajaran yang sulit, tidak
menyenangkan dan menakutkan bagi sebagian besar siswa. Sehingga
matematika menjadi momok bagi para siswa dan pelajaran paling tidak di sukai
siswa. Reseffendi (1984: 15), mengemukakan bahwa matematika (ilmu pasti)
bagi anak-anak pada umumnya merupakan mata pelajaran yang tidak
disenangi, atau bahkan paling dibenci.
Kebanyakan siswa tidak menyukai pelajaran matematika, karena
mereka memandang matematika sebagai pelajaran yang paling sulit. Penyebab
dari kesulitan belajar siswa bisa berasal dari faktor guru, lingkungan dan bisa
juga berasal dari siswa itu sendiri. Salah satu penyebab kesulitan belajar siswa
yang muncul dari guru adalah ketidaktepatan pendekatan pengajaran yang
dilakukan oleh guru. Kebanyakan guru mengajar masih menggunakan
pendekatan konvensional. Siswa hanya menerima materi sebatas yang
diberikan sehingga siswa cenderung pasif dan keaktifan siswa kurang
diperhatikan. Hal ini yang menyebabkan rendahnya kreativitas siswa dalam
belajar matematika karena mereka tidak diberi kesempatan untuk
mengembangkan potensi yang ada pada diri mereka.
Martin (dalam H. Rostina Sundayana, 2015: 2), mengemukakan bahwa
meskipun matematika dianggap memiliki tingkat kesulitan yang tinggi, namun
setiap orang harus mempelajarinya karena merupakan sarana untuk
memecahkan masalah sehari-hari. Pemecahan masalah tersebut meliputi
penggunaan pengetahuan tentang menghitung dan yang terpenting adalah
kemampuan melihat serta menggunakan hubungan-hubungan yang ada. Secara
garis besar menurut Suryabrata (dalam Nyayu Khodijah, 2014: 58),
menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi belajar dapat
digolongkan menjadi dua yaitu : (1) faktor yang berasal dari dalam diri
pembelajar yang meliputi faktor-faktor fisiologis dan faktor-faktor psikologis,
(2) faktor yang berasal dari luar diri pembelajar yamg meliputi
faktor-faktor sosial dan faktor-faktor-faktor-faktor non-sosial. Adapun beberapa faktor-faktor yang
mempengaruhi belajar menurut Muhibbin (2008: 144), yaitu minat yang
merupakan kecenderungan atau keinginan yang besar terhadap sesuatu, dan
motivasi yaitu dorongan terdapat dalam diri seseorang untuk berusaha
mengadakan perubahan tingkah laku yang lebih baik dalam memenuhi
kebutuhannya. Sehingga minat dan motivasi belajar dapat mempengaruhi
siswa menyukai dan tidak menyukai matematika.
SMP Swasta Dharma Nusa merupakan salah satu SMP Swasta ada di
pulau Adonara tepatnya berada desa Helanlangowuyo, kecamatan Ile Boleng,
kabupaten Flores Timur-NTT. Dalam pembelajaran matematika di sekolah,
siswa menganggap bahwa pelajaran matematika berbeda dengan pelajaran
lainnya. Pelajaran matematika mempunyai kesulitan dan kerumitan tersendiri.
Sehingga bagi siswa, pelajaran matematika digambarkan sebagai pelajaran
yang paling menyeramkan dan sulit untuk dipelajari.
Di SMPS Dharma Nusa sering terjadi kekerasan fisik yang dilakukan
peneliti selama melakukan penelitian di sekolah tersebut, ketika guru masuk
kelas sering membawa rotan. Siswa yang melanggar peraturan sekolah, tidak
mengerjakan tugas, atau tidak bisa menjawab pertanyaan dari guru, maka siswa
tersebut dipukul dengan menggunakan rotan. Berdasarkan hasil wawancara
yang dilakukan pada tanggal 23 Juli 2016, guru mengatakan bahwa siswa harus
di didik dengan cara kekerasan agar mereka bisa mentaati peraturan sekolah
atau bisa serius dalam belajar matematika. Namun pada kenyataannya, siswa
justru takut dengan sikap guru tersebut. Hal ini membuat siswa merasa takut
ketika pada jam kegiatan belajar mengajar (KBM) yang sedang berlangsung di
kelas. Oleh karena itu, ketika mengalami sulit dalam belajar matematika di
kelas, siswa takut untuk bertanya kepada guru bahkan siswa tidak suka dengan
matematika. Sebagian besar siswa menganggap matematika adalah pelajaran
yang sulit. Siswa mengatakan guru yang mengajar matematika di kelas sangat
galak. Selain itu, siswa kurang aktif pada saat pelajaran matematika.
Siswa SMPS Dharma Nusa masih menganggap matematika adalah
pelajaran yang rumit. Banyak siswa yang memilih untuk menyontek hasil
pekerjaan teman daripada mengerjakan dengan hasil kemampuan sendiri
dengan alasan tidak ingin berusaha dalam mencari jawaban yang memang
memerlukan ketelitian dan kecermatan dalam penyelesaiannya. Dari hal
tersebut, kita bisa melihat bahwa minat belajar siswa terhadap matematika
masih sangat kurang.
Sebagaimana yang telah dijelaskan di atas, bahwa minat merupakan
apabila seorang senang terhadap sesuatu maka ia akan berusaha untuk
mendapatkannya. Demikian pula minat siswa terhadap pelajaran matematika,
apabila siswa mempunyai minat belajar terhadap matematika maka siswa pun
akan tekun mempelajari mata pelajaran tersebut yang akhirnya prestasi akan
tercapai dengan memuaskan.
Berdasarkan permasalahan di atas, kita dapat melihat bahwa ada
beberapa faktor penyebab siswa menyukai atau tidak menyukai matematika.
Sehingga peneliti ingin mengetahui langsung kegiatan pembelajaran yang
terjadi dan ingin membandingkan dengan keadaan siswa sebenarnya dengan
melakukan penelitian di SMPS Dharma Nusa, dengan judul penelitian adalah
“Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Minat Belajar Siswa Terhada p
Pelajaran Matematika Kelas IX-B SMPS Dharma Nusa Flores Timur Tahun
Ajaran 2016/2017.”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dari latar belakang di atas, maka rumusan
masalahnya adalah “faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi minat belajar
siswa terhadap pelajaran matematika kelas IX-B SMPS Dharma Nusa Flores
Timur tahun ajaran 2016/2017 ?”
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor
yang mempengaruhi minat belajar siswa terhadap pelajaran matematika kelas
D. Batasan Istilah
Untuk menghindari kesalahan dalam memahami hasil penelitian, maka
perlu penjelasan tentang istilah dengan batasan istilah sebagai berikut.
1. Belajar adalah suatu proses usaha dalam melaksanakan perubahan tingkah
laku yang lebih baik dengan cara berinteraksi dan memiliki pengalaman
dengan lingkungannya baik induvidu dengan induvidu maupun induvidu
dengan pendidik.
2. Matematika adalah bahasa simbol, ilmu deduktif, ilmu tentang pola
keteraturan, dan struktur terorganisasi yang mempelajari tentang logika
mengenai bentuk, susunan, besaran, konsep-konsep yang berhubungan satu
dengan lainnya, dan terbagi dalam tiga bidang, yaitu aljabar, analitik, dan
geometri.
3. Minat adalah keterlibatan sepenuhnya seseorang dengan segenap kegiatan
pikiran secara penuh perhatian untuk memperoleh pengetahuan dan
mencapai pemahaman tentang ilmu pengetahuan dan mencapai
pemahaman tentang ilmu pengatahuan yang dituntutnya.
E. Maanfaat Penelitian
Berikut ini adalah beberapa maanfaat dari penelitian yang dilakukan
sebagai berikut:
1. Untuk orang tua, sebagai bahan acuan dalam memberikan arahan
kepada anaknya serta memberikan perhatian dalam belajar matematika
membentuk kelompok belajar dengan temannya yang mampu dalam
matematika.
2. Untuk pihak sekolah, diharapkan mampu memperbaiki sarana dan
prasarana dalam menunjang proses pembelajaran, sehingga akan timbul
minat dalam diri siswa untuk terus belajar.
3. Untuk guru, dapat dijadikan bahan refleksi bahwa dalam memberikan
pembelajaran bukan hanya sebatas memberikan materi saja, namun
perlu memotivasi siswa agar minat belajar siswa terhadap matematika
terus meningkat.
4. Untuk siswa, dapat lebih meningkatkan minat belajarnya terutama
pembelajaran matematika, sehingga melalui faktor-faktor minat belajar
siswa akan mudah memahami materi, meningkatkan aktifitas siswa,
dan memberi dorongan belajar siswa dalam pelajaran matematika.
5. Untuk JPMIPA Universitas Sanata Dharma, penelitian ini dapat
digunakan sebagai tambahan wawasan bagi para pembaca khususnya
dikalangan Universitas Sanata Dharma, dan juga penelitian bisa
dijadikan sebagai salah satu bahan referensi untuk melakukan
penelitian berikutnya.
6. Untuk Penulis, penelitian ini merupakan suatu kesempatan bagi penulis
untuk mengaplikasikan teori yang diperoleh selama perkuliahan ke
dunia praktis. Selain itu, dengan penelitian ini penulis dapat mengetahui
faktor-faktor yang mempengaruhi minat siswa pada matematika,
meningkatkan wawasan penulis selaku calon guru ketika terjun ke
12
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Belajar
a. Pengertian Belajar
Menurut Kingskey (dalam Djamarah, 2011: 13), belajar adalah suatu
proses dimana tingkah laku (dalam arti luas) ditimbulkan atau diubah
melalui praktek atau latihan. Menurut Slameto (dalam Djamarah, 2011: 13),
merumuskan pengertian belajar sebagai suatu proses usaha yang dilakukan
induvidu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara
keseluruhan, sebagai hasil pengalaman induvidu intu sendiri dalam interaksi
dengan lingkungannya. Menurut Djamarah (2011: 13), jika hakekat belajar
adalah perubahan tingkah laku, maka ada beberapa perubahan tertentu yang
dimasukkan kedalam ciri belajar yaitu : perubahan yang terjadi secara sadar,
perubahan dalam belajar bersifat fungsional, perubahan dalam belajar
bersifat positif dan aktif, perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara,
perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah, dan perubahan mencangkup
seluruh aspek tingkah laku. Menurut Hamalik (2013: 27), belajar dapat
dirumuskan menjadi dua yaitu belajar adalah modifikasi atau memperteguh
keelakuan melalui pengalaman dan belajar adalah suatu proses perubahan
tingkah laku induvidu melalui interaksi dengan lingkungan.
Menurut Roestiyah (1982: 149), belajar itu sendiri adalah suatu
Lester (dalam Roestiyah, 1982: 149), perubahaan induvidu dalam
kebiasaan, pengetahuan dan sikap.
Menurut Hudojo (1988: 1), seorang dikatakan belajar bila dapat
diasumsikan dalam diri orang itu menjadi suatu proses kegiatan yang
mengakibatkan suatu perubahan tingkah laku. Menurut Winkel (1987: 36),
belajar adalah suatu aktivitas mental/psikis yang berlangsung dalam
interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan
dalam pengetahuan pemahaman, keterampilan dan nilai sikap. Perubahan
tersebut bersifat konstan dan berbekas. Lebih lanjut Winkel (1987: 38),
perubahan-perubahan itu dapat berupa suatu hasil yang baru atau pula
penyempurnaan terhadap hasil yang telah diperoleh.
Syah (2008: 63), mendefenisikan belajar adalah kegiatan yang
berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam
penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang pendidikan. Ini berarti bahwa
berhasil atau gagalnya pencampaian tujuan pemndidikan itu amat
tergantung pada proses belajar yang dialami oleh siswa baik ketika berada
di sekolah maupun berada dilingkungan rumah atau keluarhganya sendiri.
Gagne didalam Mudjiono (2009: 10), mendefenisikan belajar merupakan
kegiatan yang kompleks. Hasil belajar berupa kapabilitas, setelah belajar
orang memiliki keterampilan, pengetahuan, sikap, dan nilai. Timbulnya
kapabilitas tersebut adalah dari (i) stimulus yang berasal dari lingkungan,
dan (ii) proses kongnitif yang dilakukan oleh pebelajar. Dengan demikian,
stimulus lingkungan, melewati pengolahan informasi, menjadi kapabilitas
baru.
Dari pendapat beberapa ahli di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
belajar adalah suatu proses usaha dalam melaksanakan perubahan tingkah
laku yang lebih baik dengan cara berinteraksi dan memiliki pengalaman
dengan lingkungannya baik induvidu dengan induvidu maupun induvidu
dengan pendidik.
b. Prinsip-prinsip Belajar
Prinsip-prinsip belajar menurut Slameto (20101: 27-28), adalah
sebagai berikut.
1. Berdasarkan prasyarat yang diperlukan untuk belajar
Dalam belajar setiap siswa diharuskan partisipasi aktif, meningkatkan minat dan membimbing untuk mencapai tujuan
instruksional.
Belajar harus dapat menimbulkan reinforcement dan motivasi yang kuat pada siswa untuk mencapai tujuan instruksional.
Belajar perlu lingkungan yang menantang dimana anak dapat mengembangkan kemampuannya bereksprolasi dan belajar yang
efektif.
2. Sesuai hakekat belajar
Belajar adalah proses kontinyu, maka harus tahap demi tahap menurut perkembangannya.
Belajar adalah proses kontinguitas (hubungan antara pengertian satu dengan pengertian lain) sehingga mendapatkan pengertian yang
diharapkan.
3. Sesuai materi atau bahan yang harus dipelajari
Belajar bersifat keseluruhan dan materi itu harus memiliki struktur, penyajian yang sederhana, sehingga siswa mudah menangkap
pengertiannya.
Belajar harus dapat mengembangkan kemampuan tertentu sesuai dengan tujuan instruksional yang harus dicapai.
4. Syarat keberhasilan belajar
Belajar memerlukan sarana yang cukup, sehingga siswa dapat belajar dengan tenang.
Repetisi, dalam proses belajar perlu ulangan berkali-kali agar pengertian/keterampilan/sikap itu mendalam pada siswa.
c. Tahap-tahap Dalam Belajar
Menurut Albert Bandura (dalam Nyanyu Khodijah, 2014: 56-57),
dalam proses belajar siswa menempuh empat tahap, yaitu :
1. Tahap perhatian
Pada tahap perhatian, siswa memusatkan perhatian pada objek
materi. Pada umumnya siswa lebih memusatkan perhatian pada
stimulus yang menonjol atau menarik bagi mereka. Pada tahap ini
pada materi yang disajikan, maka mereka akan mengalami kesulitan
untuk melanjutkan ke tahap selanjutnya.
2. Tahap penyimpanan dalam ingatan
Pada tahap penyimpanan dalam ingatan, informasi materi yang
disajikan ditangkap, diproses, dan kemudian disimpan dalam memori.
Setiap siswa mempunyai strategi penyimpanan informasi yang
berbeda-beda, tergantung pada modalitas belajr masing-masing. Guru
nbisa memberikan visualisasi atau pengulangan terhadap informasi
yang dianggap penting.
3. Tahap reproduksi
Pada tahap reproduksi, semua informasi dalam bentuk kode-kode
simbolis yang tersimpan dalam memori diproduksi atau dimunculkan
kembali. Sulit atau mudahnya pemunculan kembali memori ini bukan
hanya tergantung pada strategi penyimpanan yang digunakan pada
tahap penyimpanan, akan tetapi juga tergantung pada stimulus yang
digunakan untuk memunculkan informasi tersebut.
4. Tahap motivasi
Pada tahap motivasi, semua informasi yang tersimpan dalam
memori diberi penguatan. Untuk itu, guru dianjurkan memberikan
pujian, hadiah atau nilai tertentu pada siswa yang berprestasi,
sebaliknya siswa yang kurang berprestasi perlu diberikan kesadaran
tentang pentingnya penguasaan materi, dan jika emang diperlukan guru
tugas tambahan yang memdorong mereka untuk mempelajarinya
kembali.
B. Matematika
1. Pengertian matematika
Menurut Jhonson & Rising (dalam Runtukahu, 2014: 28),
mengatakan pengertian sebagai berikut.
a. Matematika adalah pengetahuan terstruktur, dimana sifat dan teori
dibuat secara deduktif berdasarkan unsur-unsur yang didefinisikan dan
berdasarkan aksioma, sifat, atau teori yang telah dibuktikan kebenaran.
b. Matematika ialah bahasa simbol tentang berbagai gagasan dengan
menggunakan istilah-istilah yang didefinisikan secara cermat, jelas, dan
akurat.
c. Matematika ialah seni, dimana keindahannya terdapat dalam
keterurutan dan keharmonisan.
Sedangkan menurut Berth & Piaget (dalam Runtukahu, 2014: 28)
mengatakan bahwa yang dimaksudkan dengan matematika adalah
pengetahuan yang berkaitan dengan struktur abstrak dan hubungan antar
struktur tersebut sehingga terorganisasi dengan baik. Di pihak lain, Reys
(dalam dalam Runtukahu, 2014: 28) mengatakan bahwa, matematika
adalah studi tentang pola dan hubungan, cara berpikir dan strategi
organisasi, analisis dan sintesis, seni, bahasa, dan alat untuk memecahkan
masalah-masalah abstrak dan praktis. Sedangkan, menurut Russeffendi
dengan berfikir (bernalar). Matematika lebih menekankan pada kegiatan
dalam dunia rasio (penalaran), bukan menekankan dari hasil eksperimen
atau hasil observasi matematika terbentuk karena pikiran-pikiran manusia,
yang berhubungan dengan ide, proses, dan penalaran.
Pengertian matematika menurut kamus besar Bahasa Indonesia
adalah ilmu tentang bilangan-bilangan, hubungan antar bilangan dan
prosedur operasional yang digunakan dalam penyelesaian masalah
bilangan.
Dari beberapa pendapat para ahli diatas maka dapat disimpulkan
bahwa pengertian matematika adalah suatu ilmu yang mempelajari
bilangan dan bangun serta konsep-konsep yang berkenaan dengan
kebenarannya secara logika menggunakan simbol-simbol yang umum serta
aplikasi dalam bidang lainnya.
2. Pembelajaran Matematika
Menurut Amir & Risnawati (2015: 8), pembelajaran matematika
adalah suatu proses belajar mengajar yang dibangun oleh guru untuk
mengembangkan kreatifitas berpikir siswa yang dapat meningkatkan
kemampuan berpikir siswa, serta dapat mengembangkan kemampuan
mengkonstruksi pengetahuan baru sebagai upaya meningkatkan penguasaan
yang baik terhadap materi matematika. Dalam proses pembelajaran
matematika, baik guru maupun siswa bersama-sama menjadi pelaku
ini akan mencapai hasil maksimal apabila pembelajaran berjalan secara
efektif.
Menurut Orton (dalam Pitadjeng, 2015: 35), untuk mengajar
matematika diperlukan teori, yang digunakan antara lain untuk membuat
keputusan di kelas. Sedangkan teori belajar matematika juga diperlukan
untuk dasar mengobservasi tingkah laku anak didik didalam belajar.
Kemampuan untuk mengambil keputusan di kelas dengan tepat dan cepat,
dan kemampuan untuk mengobservasi tingkah laku anak didik dalam
belajar, merupakan sebagian dari faktor-faktor yang mempengaruhi
keberhasilan guru dalam menentukan pendekatan pembelajaran yang tepat,
sehingga pembelajaran menjadi efektif, bermakna dan menyenangkan.
Menurut Bruner (dalam Hudojo, 1988: 56), belajar matematika adalah
belajar tentang konsep-konsep dan struktur-struktur matematika yang
terdapat didalam materi yang dipelajari serta mencari hubungan-hubungan
antara konsep-konsep dan struktur-struktur matematika itu.
Pemahaman terhadap konsep dan terstruktur suatu materi
menjadikan materi itu mudah dipahami secara lebih komprehensif. Selain
itu anak didik lebih mudah mengingat materi bila yang dipelajari
mempunyai pola terstruktur. Dengan memahami konsep dan struktur akan
mempermudah terjadinya transfer.
Menurut Bruner (dalam Pitadjeng, 2015: 38-39), melukiskan
anak-anak berkembang melalui tiga tahap perkembangan mental, yaitu
a. Tahap Enaktif
Pada tahap ini, dalam belajar anak didik menggunakan atau
memanipulasi objek-objek kongret secara langsung. Misalnya guru
menyuruh siswa untuk menghitung jumlah buah kelapa keseluruhan
yang berada di dalam lima buah keranjang, di mana tiap keranjang berisi
tiga buah kelapa. Maka anak tersebut akan menghitung dengan
menggabungkan buah kelapa pada tiap keranjang sebanyak lima
keranjang.
b. Tahap Ikonik
Pada tahap ini kegiatan anak didik mulai menyangkut mental
yang merupakan gambaran dari objek-objek konkret. Anak didik tidak
memanipulasi langsung objek-objek konkret seperti pada tahap enaktif,
melainkan sudah dapat memanipulasi dengan memakai gambaran dari
objek-objek yang dimaksud. Misalnya guru menyuruh siswa menghitung
jumlah gambar buah kelapa yang terdapat dalam lima keranjang, dimana
tiap keranjang berisih tiga buah kelapa. Maka siswa tersebut
menjumlahkan gambar buah kelapa yang terdapat dalam keranjang
sebanyak lima kali.
c. Tahap Simbolik
Tahap ini merupakan tahap memanipulasi simbol-simbol secara
langsung dan tidak ada lagi kaitannya dengan objek-objek. Misalnya
guru menyuruh siswa menghitung jumlah buah kelapa yang terdapat
Maka, siswa membuat pemisalan yaitu � = buah kelapa, sehingga
kalimat matematika tersebut secara simbolik menjadi 3� × 5.
3. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Anak Dalam Belajar Matematika
Menurut Slameto (dalam Pitadjeng, 2015: 81), ada banyak faktor
yang mempengaruhi belajar anak, tetapi dapat digolongkan menjadi dua
golongan, yaitu faktor intern dan ekstern. Faktor intern adalah faktor yang
berada didalam diri anak didik yang sedang belajar, sedangkan faktor
ekstern adalah faktor yang berada diluar diri anak didik tersebut. pengaruh
positif yang ditimbulkan misalnya anak menjadi senang belajar,
meningkatkan minat anak terhadap minat yang sedang dipelajari,
meningkatkan semangat anak untuk belajar, bergairah, dan sebagainya.
Sedangkan pengaruh negatif yang ditimbulkan misalnya menghilangkan
minat anak untuk belajar, menumbuhkan rasa tidak suka, dan sebagainya.
a. Faktor Intern
1) Faktor jasmani (tubuh)
Menurut Slameto (dalam Pitadjeng, 2015: 82), faktor jasmani
yang dapat mempengaruhi anak dalam belajar matematika ditinjau
dari faktor kesehatan dan cacat tubuh.
a) Faktor kesehatan
Menurut Pitadjeng (2015: 82), sehat berarti dalam
keadaan baik segenap badan beserta bagian-bagiannya, atau
Sehingga kesehatan seorang anak sangat berpengaruh pada
pembelajarannya.
Berdasarkan Pitadjeng (2015: 82), dari hasil angket
terbuka diajukan kepada 38 mahasiswa PGSD UPPI UNNES
Semarang pada tanggal 1 Juni 2004 tentang faktor-faktor yang
menyebabkan mereka tidak suka matematika, 11 mahasiswa
(28,9%) menyatakan bahwa dia tidak suka belajar matematika
kalau kesehatannya sedang terganggu (sakit).
b) Cacat tubuh
Menurut Pitadjeng (2015: 83), cacat tubuh adalah sesuatu
yang menyebabkan kurang baik atau kurang sempurna mengenai
tubuh atau badan. Cacat tubuh bisa berupa buta, setengah buta,
tuli, setengah tuli, patah kaki atau tangan, lumpuh, dan
sebagainya. Sehingga anak tersebut sulit mengikuti
pembelajaran, interaksi dengan guru, dan interaksi dengan
sesama temannya.
2) Faktor psikologi
a) Intelegensi
Menurut J.P. Chaplin (dalam Slameto, 2010: 54),
intelegensi adalah kecakapan yang terdiri dari tiga jenis yaitu
kecakapan untuk menghadapi dan menyesuaikan kedalam situasi
menggunakan konsep-konsep yang abstrak secara efektif,
mengetahui relasi dan mempelajarinya dengan cepat.
Intelengensi besar pengaruhnya terhadap kemajuan
belajar. Agar faktor intelegensi dapat berkembang menjadi
pengaruh positif bagi anak dalam pelajaran matematika, guru
harus bijaksana dalam menangani perbedaan intelegensi tiap-tiap
anak. Misalnya memberikan pengayaan bagi anak yang cepat
menguasai materi (punya intelegensi tinggi), dan memberikan
kegiatan tambahan atau kesempatan belajar lebih lama bagi anak
yang lamban (punya intelegensi rendah).
b) Perhatian
Perhatian menurut Gazali (dalam Slameto, 2010: 56),
adalah keaktifan jiwa yang dipertinggi, jiwa itu semata-mata
tertuju kepada suatu objek (benda atau hal) atau sekumpulan
objek. Jika dalam pembelajaran matematematika perhatian anak
tinggi, maka dia akan berhasil (hasil belajar tinggi). Sebaliknya
jika perhatian rendah dalam belajar matematika, mungkin bosan
atau tidak suka, maka dia tidak berhasil (hasil belajarnya rendah).
Dan jika hal ini terjadi, maka anak tersebut menjadi tidak suka
pada matematika.
c) Minat
Hilgard (dalam Slameto, 2010: 57), memberikan rumusan
tendency to pay attention to and enjoy some activity or content”.
Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan
dan mengenang beberapa kegiatan.
Kegiatan yang diminati seseorang diperhatikan
terus-menerus yang disertai dengan rasa senang. Minat mempunyai
pengaruh besar dalam belajar matematika, karena jika pelajaran
matematika tidak sesuai dengan minat siswa, maka siswa tersebut
tidak akan belajar dengan sebaik-baiknya bahkan tidak menyukai
dengan matematika.
d) Bakat
Munandir (2001: 15-16), bakat adalah kemampuan yang
dibawah sejak lahir, dengan kata lain bersifat keturunan.
Sedangkan menurut Makmum Khairani (2014: 126), bakat adalah
kemampuan bawaan yang merupakan potensi yang masih perlu
dikembangkan atau dilatih untuk mencapai suatu kecakapan,
pengetahuan, dan keterampilan khusus, misalnya kemampuan
berbahasa, bermain musik, melukis, dan lain-lain.
Jika ada siswa yang dalam belajar matematika sesuai
dengan bakatnya, maka hasil belajarnya lebih baik karena ia
menyukai matematika dan selanjutnya ia lebih giat lagi dalam
e) Motivasi
Petri (dalam Nyayu Khodijah, 2014: 150),
menggambarkan motivasi sebagai kekuatan yang bertindak pada
organisme yang mendorong dan mengarahkan perilakunya. Mc
Donald (dalam Nyayu Khodijah, 2014: 150), mengatakan bahwa
motivasi adalah sesuatu perubahan energi di dalam pribadi
seseorang yang ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi
untuk mencapai tujuan.
Eggen (dalam Nyayu Khodijah, 2014: 150),
mendefenisikan matematika sebagai kekuatan yang memberikan
energi dalam diri seseorang ke dalam bentuk aktivitas nyata untuk
mencapai tujuan tertentu. Dengan kata lain, motivasi adalah
kondisi psikologi yang mendorong seseorang untuk melakukan
sesuatu.
f) Kematangan
Menurut Slameto (2010: 58), kematangan adalah suatu
tingkat atau fase dalam pertumbuhan seseorang, di mana alat-alat
tubuhnya sudah siap untuk melaksanakan kecakapan baru.
g) Kesiapan
Menurut Hamalik (2008: 94), kesiapan adalah tingkatan
atau keadaan yang harus dicapai dalam proses perkembangan
perorangan pada tingkatan pertumbuhan mental, fisik, sosial, dan
3) Faktor kelelahan
Slameto (2010: 58), mengatakan kelelahan dibedakan
menjadi dua macam, yaitu kelelahan jasmani dan kelelahan rohani
(bersifat psikis). Kelelahan jasmani terlihat dengan lemah lunglainya
tubuh dan timbul kecenderungan untuk membaringkan tubuh dan
kelelahan rohani dilihat dengan adanya kelesuan dan kebosanan,
sehingga minat dan dorongan untuk menghasilkan sesuatu hilang.
Untuk itu guru hendaknya memperhatikan banyaknya tugas
yang diberikan kepada siswa, jangan sampai terlalu banyak hingga
melelahkan anak. Ketika anak lelah dalam mengerjakan tugas maka
hasilnya juga kurang optimal. Jika anak merasa hasil belajarnya
kurang baik, maka anak menjadi kecewa dan bisa menyebabkan anak
tidak menyukai pelajaran matematika.
b. Faktor Ekstern
1) Faktor keluarga
a) Cara mendidik orang tua
Menurut Wirowidjojo (dalam Slemato, 2010: 61), keluarga
adalah lembaga pendidikan pertama dan utama. Orang tua yang
bersikap acuh tak acuh terhadap pendidikan anak berakibatnya
pendidikan anak dijenjang sekolahan.
Sikap acuh tak acuh ini bisa dinyatakan dengan sikap tidak
mau tahu terhadap cara belajar anak, tidak mengatur waktu belajar
Sebaliknya orang tua yang sangat memperhatikan pendidikan
anaknya berpengaruh pada keberhasilan pendidikan anak. Misalnya
orang tua yang membantu, menunggu, memperhatikan dan
memenuhi fasilitas anaknya untuk belajar matematika akan
membuat anak tersebut merasa senang dan nyaman dalam belajar
matematika.
b) Relasi antara anggota keluarga
Hubungan yang menunjang dalam belajar anak adalah
hubungan yang poisitif antara orang tua dan anak maupun saudara.
Contohnya hubungan saling mengasihi, saling mengerti, dan saling
memperhatikan.
Hal ini dapat mengupayakan agar anak senang belajar
matematika dan berhasil dalam belajar matematika, anggota
keluarga (orang tua dan saudara), memberika dukungan kepada anak
dalam belajar (dengan kasih, pengertian, dan perhatian) kepada anak
dalam belajar matematika, yang berupa kesempatan, fasilitas,
pantauan, dorongan, bimbingan, motivasi positif, dan bantuan bila
diperlukan. Dan ketika anak mendapatkan nilai jelek pada pelajaran
matematika, orang tua dan saudara jangan memarahi melainkan
berusaha membantu anak untuk memahami topik matematika
c) Suasana rumah
Suasana rumah bisa menjadi faktor yang mendukung atau
tidak mendukung anak dalam belajar matematika. suasana yang
tidak mendukung belajar anak adalah rumah yang kacau, dan ribut
sehingga hasil belajar anak tidak maksimal.
Agar anak bisa belajar matematika dirumah, hendaklah
suasana rumah mendukung untuk belajar matematika. Untuk itu,
suasana rumah harus diusahkan tenang, tentram, tidak bising, dan
tidak ada pertengkaran. Dengan suasana rumah yang sehat dan
mendukung anak dalam belajar matematika, maka anak menjadi
betah belajar matematika dan akhirnya menjadi senang belajar
matematika.
2) Faktor sekolah
1) Motode mengajar
Metode mengajar adalah suatu cara atau jalan yang harus
dilalui didalam mengajar. Mengajar menurut Ulih (dalam Slameto,
2010: 65), adalah menyajikan bahan pengajaran oleh orang kepada
orang lain agar orang lain itu menerima, menguasai, dan
mengembangkannya. Oleh karena itu metode mengajar sangat
mempengaruhi dalam belajar matematika.
Metode mengajar guru yang kurang baik akan mempengaruhi
belajar siswa tidak baik pula. Metode mengajar guru kurang baik
pelajaran sehingga guru tersebut menyajikan tidak jelas. Selain itu,
misalnya guru mengajar dengan metode ceramah saja. Siswa akan
menjadi bosan, mengantuk, pasif, dan hanya mencatat saja. Hal ini
dapat mengakibatkan siswa kurang menyukai matematika dan malas
belajar matematika.
2) Metode belajar
Metode belajar anak sangat berpengaruh pada hasil belajar.
Oleh karena itu, agar berhasil dalam belajar matematika, guru harus
membiasakan anak didiknya menggunakan metode belajar yang
baik, dikelas maupun dirumah.
Selama anak belajar dikelas, selalu berada dalam pantauan
guru. Untuk membiasakan anak belajar di rumah , dapat dilakukan
dengan setiap hari memberikan PR dan tugas belajar di rumah, atau
memberikan tugas kelompok untuk belajar bersama
teman-temannya yang berdekatan rumahnya. Ketika anak menerapkan
metode belajar matematika yang baik, maka ia semakin menyukai
matematika.
3) Media pengajaran
Media pengajaran yang lengkap dan tepat akan memperlancar
dan mempermudah anak dalam belajar matematika. karena media
belajar yang berbentuk alat peraga yang tepat maupun benda-benda
yang kongkret yang dimanipulasi anak dalam memahami suatu
Guru perlu menyediakan alat peraga sebagai alat bantu dalam
pembelajaran matematika, sehingga konsep matematika yang pada
awalnya dianggap abstrak akan menjadi lebih mudah. Ketika siswa
senang belajar matematika maka ia akan semakin menyukai
matematika.
4) Guru
Guru merupakan salah satu faktor pengaruh besar bagi siswa
dalam belajar matematika. Berdasarkan Pitadjeng (2015: 100), dari
hasil angket yang diberikan pada mahasiswa PGSD tentang faktor
penyebab mereka benci pelajaran matematika, semua (100%)
menyatakan kalau sikap guru yang menyebabkan mereka menjadi
benci pada pelajaran matematika, disamping faktor-faktor penyebab
lainnya, sebaliknya dari hasil angket tentang penyebab mereka
menjadi senang pada pelajaran matematika, semua (100%) juga
menyatakan bahwa sikap guru menjadikan mereka senang pada
pelajaran matematika disamping faktor-faktor lainnya. Hal ini
menyatakan kalau pengaruh guru sangat besar terhadap belajar anak.
Jika anak senang pada guru matematika, maka ia akan senang
pada pelajaran amtematika, serta aktif dan giat mengikuti segala
proses pembelajaran matematika dan sebaliknya. Oleh karena itu,
agar guru menjadi faktor pengaruh positif atau yang menyenangkan
bagi belajar anak, maka guru harus berusaha agar anak senang
maupun diluar kelas, serta menjadikan dirinya guru matematika
yang ideal bagi anak didiknya.
5) Interaksi dikelas atau di sekolah
Menurut Pitadjeng (2015: 111), interaksi dengan guru
maupun dengan teman di kelas atau di sekolah juga mempengaruhi
belajar anak. Anak yang takut pada guru matematikanya juga juga
takut pada pelajaran matematika. Di kelas tidak berani maju
mengerjakan soal matematika di papan tulis, atau mengeluarkan
pendapatnmya, karena takut salah atau dimarahi.
Hal ini menyebabkan prestasi belajar anak semakin turun.
Penurunan prestasi belajar matematika berlanjut pada penurunan
minat anak pada matematika yang menyebabkan anak tidak suka
pada pelajaran matematika. oleh karena itu hendaknya guru dapat
menciptakan interaksi yang baik diluar atau didalam kelas terutama
interaksi pada pembelajaran matematika agar anak semakin
menyukai matematika.
6) Materi pelajaran
Berdasarkan Pitadjeng (2015: 114), dari hasil angket terhadap
mahasiswa PGSD tentang pengalaman mereka belajar matematika
waktu SD, semuanya (100%) menyatakan mereka menjadi senang
belajar matematika jika materi yang sedang dipelajari mudah
dipahami, masalah yang diberikan dapat dikerjakan, materi yang
menyenangkan, tugas yang diberikan tidak terlalu banyak, materi
yang dipelajari merupakan kunci atau rumus praktis untuk
menyelesaikan masalah, dan tidak harus menghafalkan. Sedangkan
97,4% menyatakan mereka menjadi tidak suka belajar matematika
kalau dirasakan materi yang sedang diajarkan sulit, masalah yang
diberikan tidak dapat diselesaikannya, atau materi sering
ulang-ulang, banyak rumus yang harus dihafalkan, materinya tidak
menarik dan tidak menyenangkan, dan terlalu banyak tugas.
Dari hasil angket tersebut dapat disimpulkan bahwa anak
senang belajar matematika karena kebutuhan terpenuhi, terutama
kebutuhan untuk mencapai hasil dan kebutuhan untuk mengatasi
kesulitan. Oleh karena itu guru harus bisa mengelolah materi
matematika sehingga dapat menyenangkan, tidak sulit untuk
dipahami dan semakin menyukai dengan matematika.
3) Faktor masyarakat
a) Kegiatan siswa dalam masyarakat
Kegiatan siswa dalam masyarakat sangat mempengaruhi
belajarnya. Ketika anak terlalu sibuk dalam mengikuti kegiatan
misalnya, berorganisasi, kegiatan-kegiatan sosial dan sebagainya
jika telah menyita banyak waktu maka ini sangat mengganggu waktu
Sebaiknya siswa mengikuti kegiatan berupa kursus
matematika atau kelompok diskusi matematika, agar anak semakin
menyukai dan mencintai matematika.
b) Mass Media
Menurut Slameto (2010: 70), yang dimaksud dengan mass
media adalah bioskop, radio, TV, surat kabar, majalah, buku-buku,
komik-komik dan lain-lain. Mass media yang baik memberi
pengaruh yang baik terhadap belajarnya. Sebaliknya mass media
yang jelek juga mempengaruh jelek terhadap siswa.
c) Teman Bergaul
Agar siswa dapat belajar dengan baik, perlu diusahkan agar
siswa memiliki teman bergaul yang baik dan pembinaan pergaulan
yang baik serta pengawasan dari orang tua dan pendidik cukup harus
bijaksana.
Anak semakin menyukai matematika, sebaiknya teman
sepergaulan anak dengan anak-anak yang senang belajar
matematika pula.
d) Bentuk Kehidupan Masyarakat
Ketika anak hidup dilingkungan masyarakat yang baik maka
anak akan menjadi baik, dan sebaliknya jika anak hidup pada
masyarakat yang tidak baik maka anak juga akan menjadi tidak baik.
senang belajar matematika maka ia juga akan senang belajar
matematika.
4. Faktor Penyebab Siswa Tidak Menyukai Matematika
Fadjar Shadiq
(https://fadjarp3g.files.wordpress.com/2007/09/aa-litansiswa_wartaguru_.pdf diakses pada tanggal 18-02-2016, pukul 12:00),
ada beberapa faktor yang menyebabkan siswa tidak menyukai matematika
diantaranya:
a. Persepsi umum tentang sulitnya matematika berdasarkan pendapat
orang lain.
b. Pengalaman belajar di kelas yang diakibatkan proses pembelajaran
yang kurang menarik hati siswa.
c. Pengalaman di kelas sebagai hasil perlakuan guru (contohnya, guru
yang selalu mencooh dirinya).
d. Persepsi yang dibentuk oleh ketidak berhasilan mempelajari
matematika.
e. Tidak mengetahui kegunaan matematika.
C. Minat
1. Pengertian Minat
Minat menurut Muhibbin Syah (2008: 151), adalah kecenderungan
dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu.
Minat merupakan salah satu faktor internal siswa yang termasuk psikologis
yang dapat mempengaruhi kuantitas dan kualitas perolehan pembelajaran
kecenderungan subjek yang mantap untuk merasa tertarik pada bidang studi
atau pokok bahasan tertentu dan merasa senang mempelajari materi itu. Hal
ini sependapat dengan yang dikemukakan oleh Slameto (1995: 57), bahwa
minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan
mengenang beberapa kegiatan. Kegiatan yang diminati seseorang
diperhatikan terus menerus yang disertai dengan rasa senang. Jika ada
siswa yang kurang berminat terhadap belajar, maka diusahakan agar ia
mempunyai minat yang lebih besar dengan cara menjelaskan hal-hal yang
berhubungan dengan cita-cita serta kaitannya dengan bahan pelajaran yang
dipelajari.
Slameto (1995: 180), minat pada dasarnya adalah penerimaan akan
suatu hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu di luar diri. Semakin kuat
atau dekat hubungan tersebut, maka semakin besar minat yang akan
tumbuh. Suatu minat dapat diekspresikan melalui suatu pernyataan yang
menunjukkan bahwa siswa lebih menyukai suatu hal dari pada hal lainnya,
dapat pula dimanifestasikan melalui partisipasi dalam suatu aktivitas siswa
yang memiliki minat terhadap subjek tersebut. Minat terhadap sesuatu
dipelajari dan mempengaruhi terhadap belajar selanjutnya serta
mempengaruhi penerimaan minat-minat baru. Jadi, minat terhadap sesuatu
merupakan hasil belajar dan menyokong belajar selanjutnya. Minat
memegang peranan penting dalam proses belajar mengajar, karena bila
bahan pelajaran yang dipelajari tidak sesuai dengan minat siswa, siswa
berpengaruh terhadap belajar, sebab bila bahan pelajaran yang dipelajari
tidak sesuai dengan minat siswa, maka siswa tidak akan belajar dengan
sebaik-baiknya. Karena tidak ada daya tarik baginya (Slameto, 1995: 57).
Kondisi belajar mengajar yang efektif adalah adanya minat dan perhatian
siswa dalam belajar. Minat merupakan suatu sifat yang relatif menetap pada
diri seseorang. Minat ini besar sekali pengaruhnya terhadap belajar sebab
dengan minat seseorang akan melakukan sesuatu yang diminatinya.
Sebaliknya, tanpa minat seseorang tidak mungkin melakukan sesuatu.
Dari beberapa pendapat para ahli di atas, maka dapat disimpulan
bahwa, minat adalah keterlibatan sepenuhnya seseorang dengan segenap
kegiatan pikiran secara penuh perhatian untuk memperoleh pengetahuan
dan mencapai pemahaman tentang ilmu pengetahuan dan mencapai
pemahaman tentang ilmu pengatahuan yang dituntutnya.
2. Ciri-ciri Minat
Ciri-ciri minat menurut Elizabeth Hurlock (dalam Ahmad Susanto,
2013: 62), adalah sebagai berikut.
a. Minat tumbuh bersamaan dengan perkembangan fisik dan mental.
Minat di semua bidang berubah selama terjadi perubahan fisik dan
mental.
b. Minat tergantung pada kegiatan belajar. Kesiapan belajar merupakan
c. Minat tergantung pada kesempatan belajar. Kesempatan belajar
merupakan faktor yang sangat berharga sebab tidak semua orang dapat
menikmatinya.
d. Perkembangan minat mungkin terbatas. Keterbatasan ini dikarenakan
keadaan fisik yang tidak memungkinkan.
e. Minat dipengaruhi budaya. Budaya sangat mempengaruhi, sebab jika
budaya sudah mulai luntur mungkin minat juga ikut luntur.
f. Minat berbobot emosional. Minat berhubungan dengan perasaan,
maksudnya bila suatu objek dihayati sebagai sesuatu yang sangat
berharga, maka akan timbul perasaan senang yang akhirnya dapat
diminatinya.
3. Macam-macam Minat
Menurut Rosyidah (dalam Ahmad Susanto, 2013: 60), timbulnya
minat pada diri seseorang pada prinsipnya dapat dibedakan menjadi dua
jenis, yaitu:
a. Minat yang berasal dari pembawaan, timbul dengan sendirinya dari
setiap induvidu, hal ini biasanya dipengaruhi oleh faktor keturunan atau
bakat alamiah.
b. Minat yang timbul karena adanya pengaruh dari luar diri induvidu,
timbul seiring proses perkembangan induvidu bersangkutan. Minat ini
sangat dipengaruhi oleh lingkungan, dorongan orang tua, dan kebiasaan
Gagne (dalam Ahmad Susanto, 2013: 60), membedakan sebab
timbulnya minat pada diri seseorang menjadi dua macam, yitu minat
spontan yang ditimbulkan secara spontan dari dalam diri seseorang tabnpa
dipengaruhi oleh pihak luar, dan minat terpola adalah minat yang timbul
sebagai akibat adanya pengaruh dari kegiatan-kegiatan yang terencana dan
terpola, misalnya dalam kegiatan belajar mengajar, baik di lembaga
sekolah maupun di luar sekolah.
4. Fungsi Minat Dalam Belajar
Peranan atau fungsi minat menurut Makmun Khairani (2014:
146-147), adalah sebagai berikut.
a. Minat memudahkan terciptanya konsentrasi
Minat mempermudahkan terciptanya konsentrasi dalam pikiran
seseorang. Perhatian serta merta yang diperoleh secara wajar dan tanpa
pemaksaan tenaga kemampuan seseorang memudahkan
berkembangnya konsentrasi, yaitu memusatkan pemikiran terhadap
sesuatu pelajaran. Jadi tanpa minat konsentrasi terhadap pelajaran sulit
untuk diperhatikan. Minat memudahkan terciptanya konsentrasi dalam
pikiran seseorang. Winkel (1996: 183), mengatakan bahwa konsentrasi
merupakan pemusatan tenaga dan energi psikis dalam menghadapi suatu
objek, dalam hal ini peristiwa belajar mengajar di kelas. Konsentrasi
dalam belajar berkaitan dengan kamauan dan hasrat untuk belajar,
namun konsentrasi dalam belajar dipengaruhi oleh perasaan siswa dan
b. Minat mencegah ganguan perhatian di luar
Minat belajar mencegah terjadinya gangguan perhatian dari
sumber luar, misalnya orang berbicara. Seseorang mudah terganggu
perhatiannya atau sering mengalami pengalihan perhatian dari
pelajaran kepada suatu hal lain.
c. Minat memperkuat melekatnya bahan pelajaran dalam ingatan
Daya mengingat bahan pelajaran hanya mungkin terlaksana kalau
seseorang berminat terhadap pelajarannya. Berkaitan erat dengan
konsentrasi terhadap pelajaran yaitu daya mengingat bahan pelajaran.
Pengingatan itu hanya mungkin terlaksana kalau seseorang berminat
terhadap pelajarannya. Seseorang kiranya pernah mengalami bahwa
bacaan atau isi ceramah sangat mencekam perhatiannya atau
membangkitkan minat seantiasa teringat walaupun hanya dibaca atau
disimak sekali. Sebaliknya, sesuatu bahan pelajaran yang
berulang-ulang dihafal mudah terlupakan, apabila tanpa minat. Anak yang
mempunyai minat dapat menyebut bunyi huruf, dapat mengingat
kata-kata, memiliki kemampuan membedakan dan memiliki perkembangan
bahasa lisan dan kosa kata yang memadai.
Hal ini menunjukkan terhadap belajar memiliki peranan
memudahkan dan menguatkan melekatnya bahan pelajaran dalam
d. Minat memperkecil kebosanan belajar dalam diri sendiri
Segala sesuatu yang membosankan, sepeleh dan terus menerus
berlangsung secara otomatis tidak akan bisa memikat perhatian.
Kebosanan melakukan suatu hal lebih sering berasal dari dalam diri
seseorang daripada dari luar. Oleh karena itu, penghapusan kebosanan
dalam belajar dari seseorang hanya bisa terlaksana dengan
menumbuhkan minat belajar.
5. Faktor-faktor Yang Dapat Menumbuhkan Minat Dalam Belajar
Pada dasarnya faktor-faktor yang mempengaruhi terhadap minat
belajar ada dua, yaitu faktor internal dan eksternal
(https://suaranuraniguru.wordpress.com/2011/12/01/minat-dalam-belajar-siswa/ diakses pada tanggal 26 Juni 2016 pukul 13:41):
a. Faktor Internal
Manusia merupakan makhluk hidup yang lebih sempurna bila
dibandingkan dengan makhluk hidup lainnya. Akibat dari unsur
kehidupan yang ada pada manusia, manusia berkembang dan
mengalami perubahan-perubahan, baik perubahan-perubahan dalam
segi fisiologis maupun perubahan-perubahan dalam segi psikologis.
Perubahan-perubahan tersebut dapat dipengaruhi dari dalam dan dari
luar diri manusia itu sendiri.
Faktor dari dalam yang dapat mempengaruhi minat belajar
dapat berupa perkembangan kejiwaan siswa. Andi Mappiare (1982: