• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian di atas, terdapat eberapa saran yang penulis berikan, antara lain:

1. Bagi guru dan calon guru, hendaknya guru-guru khususnya guru mata pelajaran matematika lebih meningkatkan semangat siswa untuk lebih menyukai belajar matematika dan dibiasakan agar siswa aktif dalam belajar matematika.

2. Hendaknya semua faktor yang mempengaruhi minat belajar siswa perlu diperhatikan, khususnya pada mata pelajaran matematika. Sehingga setiap guru harus mengetahui seberapa besar faktor-faktor tersebut untuk meningkatkan minat belajar siswa terhadap mata pelajaran matematika. Dengan mengetahui semua, maka akan menjadi tolak ukur bagi setiap guru untuk selalu meningkatkan minat yang ada pada diri siswa masing-masing.

3. Untuk peneliti selanjutnya, mungkin dapat melakukan penelitian yang sama namun pada subjek dan sekolah yang berbeda, untuk mengetahui faktor-faktor yang menpengaruhi minat siswa dalam pembelajaran matematika. Agar minat belajar siswa terhadap pelajaran matematika semakin meningkat.

4. Bagi dunia pendidikan, peneliti berharap sebagai seorang guru hendaknya menemukan metode mengajar yang menarik agar siswa dapat terlibat aktif dalam kegiatan belajar mengajar sehingga

matematika menjadi pelajaran yang menyenangkan dikalangan siswa demi meningkatkan minat belajar siswa terhadap matematika. 5. Bagi orang tua siswa, agar bisa memperhatikan dan mengontrol pola belajar siswa di rumah maupun di sekolah yang lebih teratur lagi, minat belajar siswa pada pelajaran matematika semakin meningkat.

DAFTAR PUSTAKA

Amir, Zubaidah & Risnawati. (2014). Psikologi Pembelajaran Matematika. Yogyakarta : Aswaja Pressindo

Daryanto. (2014). Penelitian Tindakan Kelas dan Penelitian Tindakan Sekolah. Yogyakarta : Gava Media

Dimyati dan mudjiono. (2009). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Rineka Cipta Djamarah, Syaiful Bahri dan Aswan. (2006). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta :

PT Rineka Cipta

Djamarah, Syaiful Bahri. (2011). Psikologi Belajar. Jakarta : Rineka Cipta

Familia, Tim Pustaka. (2006). Warna-wa rni Kecerdasan Anak dan Pendampingannya. Yogyakarta : Kanisius

Hamalik, Oemar. (2007). Proses Belajar Mengaja r. Jakarta : Bumi Askara

Hamalik, Oemar. (2009). Psikologi Belajar dan Mengajar. Bandung : Sinar Baru Algensindo

Hudojo, Herman. (1988). Mengajar Belajar Matematika. Yogyakarta : P2LPTK Khairani, H. Makmum. (2014). Psikologi Belajar. Yogyakarta : Aswaja Pressindo Khodijah, Nyayu. (2014). Psikologi Pendidika n. Jakarta : PT Raja Grafindo

Persada

Mustafa, Zainal. (2009). Mengurai Variabel Hingga Instrumentasi. Yogyakarta : Ghana Ilmu

Pitadjeng. (2015). Pembelajaran Matematika Yang Menyenangkan. Yogyakarta : Graha Ilmu

Rohmah, Noer. (2012). P sikologi Pendidikan. Yogyakarta : Teras

Runtuhaku, J. Tombokan dan Selpius Kandau. (2014). Pembelajaran Matematika Dasar Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Yogyakarta : Ar-Ruzz Media Sardiman A.M. (2005). Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta : PT Raja

Grafindo Persada.

Slameto. (2010). Belajar dan Faktor-faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta : Rineka Cipta

Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta : Rineka Cipta

Sugiyono. (2015). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : Alfabeta cv

Sundayana, Rostina. (2015). Media Dan Alat Peraga Dalam Pembelajaran Matematika. Bandung : Alfabeta cv

Susanto, Ahmad. (2013). Teori Belajar dan P embelajaran di Sekolah Dasar. Jakarta : Prenadamedia Grup

Syah, Mushibbin. (2008). Psikologi Belajar. Jakarta : PT. RajaGrasido Persada Widoyoko, S. Eko. (2015). Tekniuk Penyusunan Instrumen Penilaian. Yogyakarta

: Pustaka Belajar

Wijaya, Ariyadi. (2006). Pendidikan Matematika Realistik. Yogyakarta : Graha Ilmu

Winkel, W. (1987). Psikologi Pengajaran. Jakarta : Gramedia

(https://suaranuraniguru.wordpress.com/2011/12/01/minat-dalam-belajar-siswa/ (Diakses pada tanggal 26 Juni 2016, waktu 13:41).

http://digilib.upi.edu/administrator/fulltext/t_mtk_019529_asep_kurnia_chapter1. pdf (Diakses pada tanggal 17 Februari 2016, waktu 16:13)

https://fadjarp3g.files.wordpress.com/2007/09/aa-litansiswa_wartaguru_.pdf (Diakses pada tanggal 18 Februari 2016, waktu 12:00)

https://kelas1.files.wordpress.com/2010/02/a4100402221.pdf (Diakses pada tanggal 3 Maret 2016, waktu 10:55)

1. Tabel 4.3. Hasil Transkip Wawancara Siswa 1 (PST 21 )

P : “Menurut kamu matematika pelajarannya seperti apa?”

PST 21 : “Matematika itu pelajaran yang sangat gampang dan mudah untuk dimengerti dan sangat baik. Sangat baik bermaanfaat bagi sekarang hingga kelak.”

P : “Kenapa kamu mengatakan matematika itu sangat mudah,

kira-kira kenapa?”

PST 21 : “Karena guru yang menjelaskan matematika itu baik dan cara menjelaskannya itu juga mudah dimengerti”.

P : “Apakah kamu menyukai matematika?”

PST 21 : “Ya, saya suka”.

P : “Kira-kira coba menjelaskan kenapa kamu menyukai

matematika?”

PST 21 : “Karena saya sudah menanamkan cita-cita saya sebagai guru matematika.”

P : “Kira-kira sejak kapan kamu mulai menyukai matematika?”

PST 21 : “Sejak kelas IV SD sampai sekarang.”

P : “Coba bisa diceritakan kenapa sejak SD kelas IV sampai

sekarang kamu menyukai matematika”.

PST 21 : “Karena sejak masuk SD kelas IV nilai matematika saya baik-baik semua.”

P : “Kenapa nilaimu bisa baik-baik semua?”

PST 21 : “Karena saya mudah mengerti rumus matematika.”

P : “Terus menurutmu, apakah pembelajaran yang dilakukan

oleh guru mudah dimengerti dan jelas?” PST 21 : “Mudah dimengerti dan jelas kak.”

P : “Terus gurunya bagaimana?”

PST 21 : “Gurunya baik, dan dia tidak suka memukul muridnya.”

P : “Itu dari SD. Terus kalau SMP bagaimana?”

PST 21 : “Gurunya sangat jahat.”

P : “Jahatnya seperti apa?”

PST 21 : “Jahat, suka memukul, dan jika kita belum mengerti kita bertanya tentang soal yang belum mengerti dia (guru) menyuruh kita bertanya kepada teman yang sudah mengerti.”

P : “Kira-kira kamu takut dengan guru matematikamu atau

tidak, yang SMP yang sekarang?” PST 21 : “Saya takut”

P : “Tetapi kamu tetap suka matematika.”

PST 21 : “Tetapsuka matematika.”

P : “Berarti dari SD kelas I sampai kelas III tidak menyukai

PST 21 : “Karena waktu itu gurunya sangat jahat.”

P : “Kok, SD gurunya sangat jahat?”

PST 21 : “Iya, waktu itu saya sekolah di Harubala.”

P : “Berarti gurunya sangat jahat sehingga kamu tidak

menyukai matematika.” PST 21 : “Iya, gurunya sangat jahat.”

P : “Terus penjelasan dari gurunya bagaimana?”

PST 21 : “Penjelasan gurunya sulit untuk dimengerti.”

P : “Senang belajar matematika di sekolah?”

PST 21 : “Senang, karena senang menghitung.”

P : “Selain senang menghitung....”

PST 21 : “Karena teman saya juga ada yang suka matematika saya juga ikut senang.”

P : “Senang belajar matematika di rumah?”

PST 21 : “Senang.”

P : “Kira-kira kenapa?”

PST 21 : “Karena kaka saya juga senang di matematika.”

P : “Sehingga ketika mengalami kesulitan selalu dibantu oleh

kaka?” PST 21 : “Iya...”

P : “Apakah orang tua sering mengingatkan untuk belajar

matematika?”

PST 21 : “Tidak pernah mengingatkan.”

P : “Kenapa, kira-kira orang tua terlalu sibuk atau bagaimana?”

PST 21 : “Mungkin terlalu sibuk.”

P : “Tetapi kamu sendiri punya kesadaran untuk belajar

matematika ya...?” PST 21 : “Iya...”

P : “Menurutmu matematika mudah atau sulit?”

PST 21 : “Mudah....karena guru yang menjelaskan mudah dimengerti. Tapi kalau guru yang menjelaskan itu sulit dimengerti, sampai kapanpun saya tidak akan mengerti.”

P : “Menurutmu matematika bermaanfaat atau tidak?”

PST 21 : “Sanagat bermaanfaat.”

P : “Tau maanfaatnya?”

PST 21 : “Karena jika suatu saat kita punya kios, kita bisa menghitung harga barang itu, dan bisa mengembalikan uang mereka dengan benar.”

P : “Bahgaimana nilai matematikamu dari SD hingga

sekarang?”

PST 21 : “Nilai matematika di SD baik, dan setelah masuk di SMP nilai saya sedang.”

PST 21 : “Sulit untuk dimengerti dimengerti.”

P : “Tetatpi kamu tetap belajar matematika, atau bagaimana?’

PST 21 : “Tetap belajar..”

P : “Kamu maunya pembelajaran matematika seperti apa

sehingga kamu tetap suka matematika, dan tetap semangat dalam belajar matematika baik di sekolah maupun di rumah?”

PST 21 : “Saya ingin guru matematika itu baik, dan cara menjelaskan mudah dimengerti”

2. Tabel 4.4. Hasil Transkip Wawancara Siswa 2 (PST 5)

P : “Menurut kamu matematika pelajarannya seperti apa?”

PST 5 : “Menurut saya pelajaran matematika itu ada yang susah dan ada yang gampang.”

P : “Kenapa ada yang susah dan ada yang mudah?”

PST 5 : “Karena kadang soalnya sangat mudah, dan soalnya sangat susah.”

P : “Oh...seperti itu....”

PST 5 : “Iya...”

P : “Apakah kamu menyukai matematika?”

PST 5 : “Tidak...”

P : “Kenapa tidak menyukai matematika?”

PST 5 : “Karena gurunya terlalu galak...”

P : “Apa lagi....?”

PST 5 : “Dan cara penjelasan (guru) dengan nada sangat perlahan....dan mukanya terlalu asam...”

P : “Mukanya terlalu serius...?”

PST 5 : “Asam...marah...”

P : “Jadi kamu menjadi takut...?”

PST 5 : “Iya takut....sangat takut...”

P : “Sejak kapan kamu tidak menyukai matematika?”

PST 5 : “Sejak SMP kelas 2 baru-baru ini.”

P : “Berarti dari SD kelas I sampai SMP kelas VII kamu

menyukai matematika...” PST 5 : “Iya....”

P : “Kenapa begitu..?”

PST 5 : “Karena cara gurunya mengajar sangat baik...”

mengerti.”

P : “Selain itu....?”

PST 5 : “Selain itu,...gurunya juga ya baik...”

P : “Kenapa sejak SMP kelas 2 kamu tidak menyukai

matematika?”

PST 5 : “Karena ketemu gurunya....sudah jahat...”

P : “Sudah jahat, apa lagi...?”

PST 5 “Penjelasannya tidak mudah dimengerti....”

P : “Menurut kamu matematika itu bermaanfaat atau tidak?”

PST 5 : “Sangat bermaanfaat...”

P : “Coba ceritakan, kenapa sangat bermaanfaat...?”

PST 5 : “Karena, ya jika cita-cita kita ingin jadi pedagang terkenal.”

P : “Terus bagaimana?”

PST 5 : “Nah...secara matematika orang yang membeli kita punya barang, kembalian uangnya itu harus benar dan pas...”

P : “Bagaimana nilai matematikamu dari SD hingga

sekarang?”

PST 5 : “Ada yang baik, ada yang sedang.”

P : “Terus...?”

PST 5 : “Kalau baik dari 70 samapai 80....”

P : “Kenapa bisa baik...?”

PST 5 : “Kan... belajar...”

P : “Belajar....?”

PST 5 : “Iya...kan sejak SD kelas 1 sampai SMP kelas 1 saya memang suka matematika, sehingga saya belajar. Tetapi sejak masuk SMP kelas 2 nilainya kurang”

P : “Karena malas belajar..?”

PST 5 : “Karena malas belajar, karena penjelasan gurunya sulit dimengerti.”

P : “Kamu senang belajar matematika di sekolah?”

PST 5 : “Tidak...”

P : “Tidak senang...apakah suasananya terlalu ribut?”

PST 5 : “Iya terlalu ribut...”

P : “Terus apa lagi?”

PST 5 : “Dan kebanyakan jika saya panggil teman untuk mengajar saya mereka tidak mau.”

P : “Kenapa tidak mau tanya guru..?”

PST 5 : “Aiiii...gurunya itu malas...”

P : “Takut bertanya..?”

PST 5 : “Iya takut....”

P : “Senang belajar matematika di rumah?”

P : “Karena tidak punya teman, jadi malas belajar matematika di rumah..?”

PST 5 : “Iya...”

P : “Apakah orang tua pernah mengingatkan belajar di

rumah?” PST 5 : “Pernah....”

P : “Apakah kamu ikut...?”

PST 5 : “Tidak...”

P : “Kenapa tidak ikut?”

PST 5 : “Ya....karena tidak ada teman di rumah, untuk mengajar matematika”

P : “Kamu maunya pembelajaran matematika seperti apa

sehingga kamu tetap suka matematika, dan tetap semangat dalam belajar matematika baik di sekolah maupun di rumah?”

PST 5 : “Kalau di sekolah saya mau teman yang otaknya pintar bisa membimbing saya, dan teman jagan sombong dengan kepintarannya itu.

P : “Selain itu apa lagi...?”

PST 5 : “Saya juga suka kalau teman yang otaknya pintar itu mengajak saya belajar matematika.”

P : “Kalau dari gurunya bagaimana?”

PST 5 : “Gurunya...?”

P : “Iya, maunya gurunya bagaimana agar kamu senang

belajar matematika...”

PST 5 : “Ya...gurunya itu harus baik, penjelasannya harus jelas.”

P : “Jadi mau gurunya harus senyum....banyak senyum?”

PST 5 : “Iya,,,harus senyum....”

P : “Kalau di rumah maunya bagaimana?”

PST 5 : “Kalau di rumah teman dari luar mengajar saya.”

P : “Mau ada perhatian dari orang tua agar kamu belajar

matematika?” PST 5 : “Iya...mau...”

3. Tabel 4.5. Hasil Transkip Wawancara Siswa 3 (PST 12)

P : “Menurut kamu matematika pelajarannya seperti apa?”

PST 12 : “Menurut saya pelajaran matematika itu gampang -gampang sulit.”

P : “Kenapa gampang-gampang sulit?”

PST 12 : “Karena karena materi yang diberikan sesuai kemampuan kita?”

dikerjakan.”

P : “Oww....jadi itu menurut kamu, jadi kalau itu sulit berarti

sulit dikerjakan.” PST 12 : “Iyaa...”

P : “Apakah kamu menyukai matematika?”

PST 12 : “Tidak suka....”

P : “Kenapa tidak suka?”

PST 12 : “karena saya tidak suka menghitung.”

P : “Sejak kapan kamu tidak menyukai matematika?”

PST 12 : “Sejak SMP...”

P : “Bisa diceritakan kenapa sejak SMP kamu tidak menyukai

matematika?”

PST 12 : “Sejak bertemu dengan guru matematikanya....”

P : “Kenapa....?”

PST 12 : “Karena guru matematikanya itu jahat...”

P : “Sehingga kamu takut dengan guru matematikanya...?”

PST 12 : “Iya....”

P : “Bagaimana dengan penjelasan gurunya..?”

PST 12 : “Penjelasan gurunya sedikit, dan tidak mudah dimengerti...”

P : “Sejak SMP kelas berapa kamu tidak menyukai

matematika..?”

PST 12 : “Sejak SMP kelas 2...”

P “Kenapa sejak SMP kelas 2 tidak menyukai matematika,

bisa diceritaka...?” PST 12 : “Bisa....”

P : “oke...coba ceritakan!”

PST 12 “Karena pertama kali ketemu guru matematika pas dia mengajar mukanya sangat galak.”

P : “sehingga kamu taku...?”

PST 12 : “Iya...takut...”

P : “Tapi orangnya galak atau tidak..?”

PST 12 : “Saat di luar orangnya baik, tapi saat pembelajaran galak.”

P : “Menurutmu matematika bermaanfaat atau tidak?”

PST 12 : “Matematika itu bermaanfaat juga untuk kita.”

P : “Terus...?”

PST 12 : “Karena dalam matematika itu teknik menghitung, jadi membuat kita itu cepat berpikir.”

P : “Bagaimana dengan nilai matematikamu dari SD hingga

sekarang?”

PST 12 : “Nilai SD saya memuaskan....”

P : “Kenapa menurun...?”

PST 12 : “Tergantung dari gurunya....”

P : “Kalau mudah dimengerti berarti nilai baik...?”

PST 12 : “Iya...”

P : “Apakah senang belajar matematika di sekolah?”

PST 12 : “Tidak...”

P : “Kenapa...?”

PST 12 : “Karena tidak ada teman yang membantu belajar.”

P : “Kenapa tidak mautanya guru?”

PST 12 : “Karena takut.”

P : “Senang belajar matematika di rumah?”

PST 12 : “Tidak senang...”

P : “Kenapa tidak senang...?”

PST 12 : “Karena jaman sekarang ini banyak elektronik.”

P “ “Terus....?”

PST 12 : “Jadi belajar itu kurang, lebih fokus ke alat elektronik seperti HP, TV...”

P : “kamu maunya pembelajaran matematika seperti apa

sehingga kamu tetap suka matematika, dan tetap semangat dalam belajar matematika baik di sekolah maupun di rumah?”

PST 12 : “Gurunya yang baik, penjelasannya mudah dimengerti dan jelas.”

P : “Oke...apa lagi...?”

PST 12 : “Hanya itu.”

P : “Kalau di rumah.”

PST 12 : “Maunya membentuk kelompok belajar...”

P : “Kalau dari orang tua bagaimana?”

PST 12 : “Tidak juga...”

P : “Tapi senang belajar matematika di rumah atau tidak?”

PST 12 : “Kadang-kadang...”

P : “Terus maunya bagaimana agar kamu senang belajar

matematika dirumah?”

PST 12 : “Maunya belajar bareng orang tua...”

P : “Belajar bersama orang tua...?”

PST 12 : “Iya...kalau belum ada kelompok belajar maunya belajar bareng orang tua.”

P : “Menurut kamu pelajaran matematika itu seperti apa?” PST 17 : “Matematika itu menurut saya pelajaran yang mudah.”

P : “Kira-kira kenapa mudah?”

PST 17 : “Karena kalau kita belajar dan terus berusaha kita pasti bisa dan bisa dimengerti. Soalnya pelajaran matematika mudah dipahami, bukan sulit.”

P : “Apakah kamu menyukai matematika?”

PST 17 : “Saya suka.”

P : “Suka matematika...kira-kira kenapa suka matematika?”

PST 17 : “Karena dengan belajar dengan tekun kita bisa belajar matematika dengan baik, dan aku suka gurunya bahwa gurunya itu mengajarkannya sangat baik sehingga cepat untuk dimengerti.”

P : “Apakah penjelasan gurunya jelas?”

PST 17 : “Ya,... jelas.”

P : “Sejak kapan kamu menyukai matematika?”

PST 17 : “Sejak aku SMP..”

P : “Sejak SMP..? Berati sejak SD kamu tidak menyukai..?”

PST 17 : “Iya....”

P : “Oke, sekarang coba kamu ceritakan kenapa di SMP kamu

menyukai matematika?”

PST 17 : “Karena waktu di SD aku tidak belajar, tapi selama masuk SMP aku belajar sehingga aku tau pelajaran matematika itu gampang bukan sulit.”

P : “Selain itu apa lagi?”

PST 17 : “Karena guru yang mengajarkan mudah dipahami.”

P : “Gurunya galak atau tidak?”

PST 17 : “Sebenarnya galak sihhh...”

P : “Tetapi kamu tetap menyukai matematika...?”

PST 17 : “Iya....”

P : “Suka gurunya...?”

PST 17 : “Iyaa....”

P : “Kalau SD kenapa tidak suka matematika?”

PST 17 : “Karena banyak rumus dan sulit dimengerti.”

P : “Penjelasan gurunya bagaimana?”

PST 17 “Sulit dimengerti, karena terlalu cepat.”

P : “Menurut kamu matematika sulit atau gampang?”

PST 17 : “Gampang.”

P : “Kenapa gampang?”

PST 17 : “Karena kalau kita berusaha kita pasti bisa mengerjakannya.”

P : “Menurut kamu matematika bermaanfaat atau tidak?”

menghitung.”

P : “Apalagi....?”

PST 17 : “Dan kelak nanti bisa jadi seorang guru matematika.”

P : “Cita-cita jadi guru matematika?”

PST 17 : “Tidak...”

P : “Bagaimana nilai matematikamu dari SD hingga

sekarang?”

PST 17 : “Nilai matematikaku dari SD hingga sekarang ada perubahannya.”

P : “Perubahannya bagaimana?”

PST 17 : “Di SD nilai matematikaku sangat jelek, bahkan aku bisa dapat nilai Nol.”

P : “Kira-kira kenapa?”

PST 17 : “Malas belajar, dan rumus-rumusnya belum memahami”

P : “Kenapa nilaimu mengalami perubahan dari jelek jadi

baik?”

PST 17 : “Karena aku waktu SD malas belajar, tapi sejak SMP rajin belajar jadi nilainya baik.”

P : “Apakahkah kamu senang belajar matematika di Sekolah?”

PST 17 : “Senang...”

P : “Kenanpa senang?”

PST 17 : “Karena gurunya baik, dan penjelasan gurunya mudah dimengerti.”

P : “Senang belajar matematika di rumah?”

PST 17 : “Tidak.”

P : “Punya kelompok belajar matematika di Rumah?”

PST 17 : “Punya.”

P : “Tapi tidak pernah belajar...?”

PST 17 : “Iya,,, kalau kami belajar itu main-main saja.”

P : “Kenapa saat belajar main-main saja?”

PST 17 : “Karena kurang ada dukungan.”

P : “Dukungan dari mana?”

PST 17 : “Dari teman-teman, karena cuman main-main saja.”

P : “Orang tua pernah mengingatkan belajar?”

PST 17 : “Pernah..”

P : “Kenapa tidak mau ikut?”

PST 17 : “Maunya kemauan sendiri.”

P : “Menurutmu pembelajaran matematika itu seperti apa,

agar kamu tetap suka belajar matematika baik di rumah maupun di sekolah?”

PST 17 : “Gurunya yang mengajar tidak terlalu keras.”

P : “Apalagi...?”

5. Tabel 4.7. Hasil Transkip Wawancara Siswa 5 (PST 22)

P : “Menurut kamu pelajaran matematika seperti apa?”

PST 22 : “Kalau pelajaran matematika bagi saya itu pelajaran yang sangat sulit.”

P : “Kira-kira kenapa sangat sulit?”

PST 22 : “Karena saya takut dengan gurunya, karena gurunya sangat galak.”

P : “Gurunya sangat galak...?”

PST 22 : “Gurunya sangat galak sehingga saya tidak bisa mengerti.”

P : “Apakah kamu menyukai matematika?”

PST 22 : “Saya tidak menyukai matematika karena gurunya jelas terlalu cepat dan saya tidak mengerti.”

P : “Sejak kapan kamu tidak menyukai matematika?”

PST 22 : “Sejak masuk SMP.”

P : “Berarti SD suka?”

PST 22 : “Iya...”

P : “Bisa diceritakan kenapa masuk SMP kamu tidak

menyukai matematika?”

PST 22 : “Karena gurunya itu jahat jadi saya tidak menyukai matematika.”

P : “Penjelasan gurunya bagaimana?”

PST 22 : “Penjelasan gurunya saya tidak terlalu dengar.”

P : “Suara gurunya pelan...?”

PST 22 : “Iya...”

P : “SD suka matematika?”

PST 22 : “Iya....”

P : “Kira-kira kenapa SD kamu suka matematika?”

PST 22 : “Karena SD gurunya menjelaskan pelan, kasih contohnya itu bagus.”

P : “Kasih contoh mudah dimengerti?”

PST 22 : “Iya...”

P : “Apa lagi..?”

PST 22 : “Gurunya baik...jadi saya suka”

P : “Jadi kamu suka matematika.”

PST 22 : “Iya...”

P “Menurut kamu matematika sulit atau gampang?”

PST 22 : “Menurut saya matematika sulit.”

P : “Kenapa?”

P : “Menurut kamu matematika bermaanfaat atau tidak?” PST 22 : “Matematika sangat bermaanfaat”

P : “Kenapa?”

PST 22 : “Karena kita bisa menghitung, bisa jadi guru.”

P : “Ingin jadi guru?”

PST 22 : “Tidak.”

P : “Bagaimana nilai matematikamu dari SD sampai

sekarang?”

PST 22 : “Sejak SD nilai saya lumayan baik, tapi sejak masuk SMP saya tidak pernah mendapat nilai 5 keatas.”

P : “Kira-kira kenapa begitu?”

PST 22 : “Karena kurang belajar.”

P : “Kenapa?”

PST 22 : “Malas...”

P : “Kenapa malas?”

PST 22 : “Karena saya tidak suka dengan gurunya.”

P : “Apakah kamu senang belajar matematika di sekolah?”

PST 22 : “Tidak...”

P : “Kenapa tidak?”

PST 22 : “Suasananya ribut...”

P : “Selain itu...?”

PST 22 : “Gurunya sangat jahat.”

P : “Penjelasannya mudah dimengerti?”

PST 22 : “Tidak..”

P : “Senang belajar matematika di rumah?”

PST 22 : “Tidak....”

P : “Kenapa tidak?”

PST 22 : “Karena di rumah banyak ade, jadi ribut.”

P : “Apakah orang tua pernah mengingatkan belajar?”

PST 22 : “Pernah...”

P : “Apakah kamu ikut?”

PST 22 : “Tidak, karena di rumah ribut, jadi belajar diluar.”

P : “Jadi kamu senang belajar pada suasana yang tenang ?”

PST 22 : “Iya...”

P : “Menurutmu pembelajaran matematika itu seperti apa,

agar kamu tetap suka belajar matematika baik di rumah maupun di sekolah?”

PST 22 : “Gurunya baik sedikit,...ramah..”

P : “Menurutmu selama ini gurunya kurang ramah?”

PST 22 : “Iya...”

P : “Apa lagi...?”

P : “Menurutmu pelajarn matematika Seperti apa?” PST 7 : “Menurut saya pelajaran matematika sangat menarik.”

P : “Kira-kira-apanya yang menarik.”

PST 7 : “Karena dengan belajar matematika itu kita bisa mencari tau apa yang belum kita tau menjadi tau.”

P : “Itu yang membuatmu menarik dengan matematika...?”

PST 7 : “Iya...”

P : “Apakah kamu menyukai matematika?”

PST 7 : “Menyukai.”

P : “Kira-kira kenapa menyukai matematika.”

PST 7 : “Saya menyukai matematika itu saya bisa mencari rumus, menghitung dengan baik.”

P : “Bagaimana cara guru mengajar matematika di kelas?”

PST 7 : “Cara mengajar matematika di kelas itu ada 2 guru...”

P : “Iya....”

PST 7 : “Kalau bu X mengajar kita belum mengerti di tanya bilang tanya aja diteman, tapi kita kan belum mengerti tanya juga dia bilang kerja jadi kita kerja saja. Tapi kalau pa Y kalau kita tanya belum mengerti dia jelaskan ulang lagi dari awal sampai kita mengerti dulu”

P : “Terus kalau mengalami kesulitan belajar, apakah diam

saja atau bertanya pada teman.... atau guru...?”

PST 7 : “Kalau saya mengalami kesulitan saya bisa bertanya pada bapak ibu guru atau teman.”

P : “Berani bertanya?”

PST 7 : “Iya...”

P : “Apakah metode yang digunakan guru menarik?”

PST 7 : “Kadang menarik kadang tidak.”

P : “Kalau menarik itu seperti apa?”

PST 7 : “Kalau materi yang diberikan cepat mengerti berarti saya senang, tapi kalau tidak cepat dimengerti saya tidak suka.”

P : “Apakah senang belajar matematika di sekolah?”

PST 7 : “Di sekolah suka.”

P : “Kenanpa...?”

PST 7 : “Suasana aman, rumus-rumus mudah mengerti dimengerti.”

P : “Kalau di rumah?”

PST 7 : “Kadang-kadang.”

P : “Dirumah punya teman atau kelompok belajar?”

PST 7 : “Tidak...”

P : “Tidak punya...?”

PST 7 : “Iya....”

sebelum dibahas?” PST 7 : “Belum...”

P : “Belum pernah?”

PST 7 : “Iya...”

P : “Sejak kapan kamu mulai menyukai matematika?”

PST 7 : “Sejak kelas 2 SD.”

P : “Kenapa sejak kelas 2 SD mwnyukai? Gurunya

bagaimana?”

PST 7 : “Karena gurunya baik, menariki dan mudah dimengerti.”

P : “Berarti dari kelas 2 SD sampai sekarang tetap menyukai

matematika?”

PST 7 : “Tetap menyukai matematika.”

P : “Menurutmu apakah matematika sangat bermaanfaat bagi

pribadimu?”

PST 7 : “Sangat bermaanfaat.”

P : “Maanfaatnya seperti apa?”

PST 7 : “Maanfaatnya kita belajar matematika, kita bisa mencari nilai mata uang, bisa mencari kesulitan-kesulitan.”

P : “Bagaimana kamu belajar matematika di rumah?”

PST 7 : “Mencari rumus...”

P : “Mencari tau sendiri...?”

PST 7 : “Kadang cari tau sendiri, kadang tanya di kaka...”

P : “Kaka suka membantu dalam belajar matematika?”

PST 7 : “Kadang suka membantu kadang tidak....”

P : “Kalau cara belajar matematika di sekolah?”

PST 7 : “Guru kasi pelajaran ikut dengan baik agar mudah

Dokumen terkait