• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

B. Pembahasan

2. Minat Siswa

Pada siklus I yang dilaksanakan pada tanggal 31 Januari 2013 dan 4 Februari 2013. Pada pembelajaran pertemuan 1, minat belajar siswa kelas IV masih belum terlihat. Pada saat pembelajaran siswa masih terlihat pasif. Keadaan ini disebabkan kebiasaan siswa pada waktu pembelajaran tidak diberi kebebasan untuk mengutarakan pendapatnya. Sedangkan pada pembelajaran pertemuan 2, siswa belum terlihat antusias namun cukup aktif dalam mengikuti pembelajaran. Siswa tidak terlihat tegang seperti pada pertemuan 1. Hal tersebut terbukti dengan adanya peningkatan minat belajar siswa, dapat diperoleh rata-rata minat siswa siklus I adalah66,54

Berdasarkan pengamatan, minat belajar siswa pada siklus I masih rendah, karena minat belajarnya masih di bawah rata-rata. Hal itu dapat diperkuat dari hasil wawancara kepada guru mata pelajaran mengatakan bahwa:

“Dalam pembelajaran pada pertemuan 1 siswa masih belum terbiasa

untuk berdiskusi, sehingga membuat siswa cenderung pasif. Apalagi teknik pembelajaran yang digunakan masih baru bagi siswa. Sehingga minat siswa dalam pembelajaran IPS belum terlalu kelihatan. Sedangkan pada

pertemuan 2, siswa terlihat aktif karena sudah terbiasa bekerja secara berkelompok dan siswa juga sudah terlihat cukup aktif dalam menjawab

pertanyaan dari guru. Siswa merasa senang mengikuti pembelajaran IPS.”

Selain dari hasil wawancara dari guru, pernyataan yang bisa memperkuat hasil pengamatan di atas adalah hasil dari wawancara dari beberapa siswa mengatakan bahwa:

“Pada pembelajaran IPS siklus I, lebih menyenangkan dibandingkan dengan biasanya. Mereka merasa senang karena guru yang mengajar berbeda dari guru biasanya (ada dua guru). Ditambah lagi pada saat belajar

siswa bisa berdiskusi dengan temannya.”

Siklus II dilaksanakan pada tanggal 7 Februari 2013 dan 11 Februari 2013. Pada pembelajaran siklus II pertemuan 1, siswa terlihat lebih berminat dibandingkan pada siklus I. Siswa lebih aktif dalam mengikuti pembelajaran. Pada waktu siswa berdiskusi membuat bagan, siswa sangat antusias dalam membuat bagan.

Sedangkan pada pertemuan 2, semua siswa dapat mengikuti kegiatan belajar mengajar. Pada saat pembelajaran berlangsung, siswa terlihat sangat antusias dalam mengikuti pembelajaran. Siswa sudah terbiasa belajar secara berkelompok, sehingga dalam mengerjakan tugas mereka tidak individu tetapi sudah berkelompok. Dari rata-rata minat siswa pada pertemuan 1 dan 2, maka diperoleh rata-rata minat siswa siklus II adalah 75,96. Berdasarkan pengamatan, minat belajar siswa pada siklus I masih rendah, karena minat belajarnya sudah berada diatas rata-rata. Hal tersebut dapat diperkuat dengan hasil wawancara dengan guru mata pelajaran mengatakan

bahwa:“Minat belajar siswa pada siklus II sangat meningkat dibandingkan pada siklus I. Hal tersebut terbukti dengan keadaan siswa yang sudah terbiasa belajar secara berkelompok. Semua siswa aktif mengerjakan tugas terutama dalam membuat bagan susunan keorganisasian koperasi. Siswa terlibat dalam pembelajaran yang berlangsung, baik dalam membuat bagan

maupun mengerjakan tugas dari guru.”

Selain dari hasil wawancara dari guru, pernyataan yang bisa memperkuat hasil pengamatan di atas adalah hasil dari wawancara dari

beberapa siswa mengatakan bahwa:“Dalam pembelajaran IPS siklus II lebih

menyenangkan dari pada siklus I, karena sudah tidak kebingungan dalam pembagian kelompok, suasana kelas yang berbeda dan mereka lebih terbiasa belajar secara berkelompok. Siwa merasa lebih memahami materi IPS

secara berdiskusi dan bertanya kepada teman kelompoknya.”

Hasil peningkatan minat belajar siswa dari kondisi awal, siklus I, dan siklus II dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 4.1. Hasil Peningkatan Minat Siswa Kelas IV SD Negeri Kalongan Depok

Variabel Indikator Kondisi Awal Akhir Siklus I Akhir Siklus II Minat Rata-rata seluruh minat belajar siswa 38,12 66,54 75,96

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa terdapat peningkatan minat siswa kelas IV SDNegeri Kalongan Depok. Ditunjukkan dengan perolehan hasil rata-rata minat siswa pada mata pelajaran IPS, materi koperasi mensejahterakan rakyat dipertemuan 1 dan pertemuan 2 pada siklus I, diperoleh rata-rata minat belajar siswa adalah 66,54. Sedangkan pertemuan

1 dan pertemuan 2 pada siklus II, diperoleh rata-rata minat belajar siswa 75,96.Dari data tersebut dapat digambarkan pada grafik di bawah ini.

Gambar 4.19. Peningkatan Minat Belajar Siswa Kelas IV SD Negeri Kalongan Depok tahun ajaran 2012/2013

Sehingga dapat disimpulkan bahwa terjadi peningkatan minat sesuai dengan hipotesis, bahwa menggunakan model pembelajaran kooperatif metodejigsaw dapat meningkatkan minat belajar siswa pada mata pelajaran IPS.

3. Prestasi Belajar

Pembelajaran IPS dilakukan dalam dua siklus. Siklus I dilaksanakan dua pertemuan, pertemuan 1 pada hari Kamis tanggal 31 Januari 2013 dan pertemuan 2 pada hari Senin tanggal 4 Februari 2013. Pada siklus I dengan sub materi macam-macam koperasi berdasarkan jenis usahanya dan keanggotaannya. Pada saat pembelajaran siswa kelas IV yang berjumlah 20 siswa dibagi dalam empat kelompok. Setiap kelompok terdiri dari lima siswa. Kelompok tersebut disebut kelompok asal. Dari kelompok asal, siswa

38,12 66,54 75,96 0 10 20 30 40 50 60 70 80

Kond_Awal Siklus I Siklus II

Rat

a-

rat

a

masuk kedalam kelompok ahli yang terdiri dari empat kelompok. Setiap kelompok berjumlah lima siswa. Secara kelompok siswa mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru. Selesai mengerjakan tugas dikelompok ahli, siswa kembali ke kelompok asal dan mensharingkan apa yang mereka dapatkan dari kelompok ahli. Kemudian perwakilan kelompok mempresentasikan hasil pekerjaan di depan kelas.

Pada siklus I, prestasi belajar siswa SDNegeri Kalongan mengalami peningkatan dibandingkan kondisi awal sebelum menggunakan model pembelajaran kooperatif teknik jigsaw. Setelah dilakukan tes evaluasi dan pengamatan mengenai aspek afektif dan aspek psikomotorik pada siklus I, diperoleh nilai rata-rata kelas 75,95. Jumlah siswa yang mencapai KKM dari kondisi awal adalah 22%, setelah dikenai tindakan pada siklus I jumlah siswa yang mencapai KKM ada 12 siswa atau 60% dari 20 siswa. Sedangkan jumlah siswa yang belum mencapai KKM adalah 8 siswa atau 40% dari 20 siswa.

Pembelajaran pada siklus II dilaksanakan selama dua kali pertemuan yaitu pada tanggal 7 Februari 2013 dan 11 Februari 2013 dengan sub materi struktur keorganisasian dan koperasi secara keseluruhan. Pada siklus II, siswa dibentuk dalam kelompok yang berbeda dari kelompok siklus I. Pada siklus II siswa dibagi dalam empat kelompok asal, setiap kelompok terdiri dari lima siwa. Pembelajaran antara siklus I dan siklus II berbeda, perbedaan siklus I dan siklus II yaitu pada submateri yang diberikan dan perbedaan anggota kelompok. Perbedaan itu supaya tingkat pemahaman siwa dalam

kerja kelompok lebih mendalam, selain itu dapat belajar menerima kelebihan dan kekurangan dari teman-temannya.

Pada pembelajaran siklu II setiap siwa belajar dengan aktif dan terlihat tenanng. Semua kelompok mengerjakan tugas membuat bagan dan mengerjakan LKS sesuai dengan petunjuk yang diberikan. Siswa juga tidak mengerjakan secara individu tetapi sudah berdiskusi. Setelah selesai mengerjakan LKS dan membuat bagan. Pada pertemuan kedua, semua siswa dapat mengikuti kegiatan pembelajaran. Siswa berdiskusi mengerjakan tugas, perwakilan kelompok mempresentasikan hasil pekerjaannya di depan kelas.

Prestasi belajar siswa kelas IV SDN Kalongan pada materi koperasi siklus II mengalami kenaikan dibandingkan prestasi belajar siswa siklus I. Hal itu terbukti dengan dengan hasil tes evaluasi yang dilakukan setelah selesai pertemuan di akhir siklus. Terdapat beberapa siswa yang mengalami kenaikan. Akan tetapi terdapat beberapa siswa yang mengalami penurunan. Hal ini dikarenakan submateri pada siklus II cenderung agak sulit dibandingkan submateri siklus I. Selain itu, mungkin siswa kurang teliti dalam mengerjakan soal siklus II. Sehingga perolehan nilai sebagaian siswa dari siklus I ke siklus II menurun.

Peningkatan prestasi belajar siswa tersebut diperkuat dengan nilai rata-rata kelas pada siklus II adalah 83,05. Jumlah siswa yang mencapai KKM pada siklus II yaitu 16 siswa atau 80% dari 20 siswa. Sedangkan jumlah siswa yang belum mencapai KKM ada 4 siswa atau 20% dari 20 siswa.

Tabel 4.2. Hasil Peningkatan Prestasi Belajar Siswa Kelas IV SD Negeri Kalongan Depok

Variabel Indikator Kondisi Awal Akhir Siklus I Akhir Siklus II Prestasi Belajar Rata-rata nilai ulangan/evaluasi 65,37 75,95 83,05

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat diketahui bahwa prestasi belajar siswa kelas IV SDN Kalongan materi koperasi mengalami peningkatan. Dapat dilihat dari nilai rata-rata kelas pada kondisi awal 65,37 Setelah diberi tindakan pada siklus I mengalami kenaikan menjadi 75,95 dan diberi tindakan menggunakan model pembelajaran metode jigsaw pada siklus II menarik kesimpulan menjadi 83,05. Dari data tersebut dapat digambarkan pada grafik di bawah ini.

Gambar 4.20. Peningkatan Nilai Rata-rata Siswa Kelas IV SD Negeri Kalongan Persentase siswa yang mencapai KKM dari kondisi awal adalah 44%, pada siklus I adalah 60%, sedangkan pada siklus II adalah 80%. Sehingga dapat disimpulkan bahwa terjadi peningkatan prestasi belajar sesuai dengan

65,37 75,95 83,05 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90

Pres_Awal Pres_1 Pres_2

Nilai Rata-rata Kelas

hipotesis, bahwa model pembelajaran kooperatif metodejigsaw dapat meningkatkan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran IPS. Dari data tersebut dapat digambarkan pada grafik di bawah ini:

Gambar 4.21. Persentase pencapaian KKM Siswa Kelas IV SD Negeri Kalongan Depok 44% 60% 80% 56% 40% 20% 0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90%

Pres_Awal Pres_ I Pres_ II

P er se ntas e Persentase Capaian KKM Tuntas KKM Tidak Tuntas KKM

100 BAB V PENUTUP A.Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan, maka dapat disimpulkan bahwa:

1. Penerapan model pembelajaran kooperatif metode jigsawdalam upaya meningkatkan minat dan prestasi belajar siswa pada materi koperasi pada siswa kelas IV SD Negeri Kalongan Depok tahun ajaran 2012/2013 ditempuh dengan menggunakan PTK dengan langkah: (1) siswa dibagi kedalam kelompok asal dan kelompok ahli. (2) siswa yang mendapatkan materi yang sama berkumpul menjadi satu kelompok, yang disebut kelompok ahli. (3) saat siswa berkumpul dalam kelompok ahli, mereka mendiskusikan tentang materi yang ia dapatkan. (4) setelah itu siswa kembali kedalam kelompok asal dan mensharingkan apa yang telah ia dapat dari kelompok ahli. (5) kemudian perwakilan tiap kelompok mempresentasikan hasil diskusi dari kelompok asal.

2. Penerapan model pembelajaran kooperatif metode jigsaw dapat meningkatkan minat belajar siswa kelas IV SD Negeri Kalongan Depok tahun ajaran 2012/2013. Hal ini terbukti dari hasil pengamatan minat pada kondisi awal dengan rata-rata 38,12 .Setelah dikenai mengalami tindakan pada siklus I, rata-rata minat siswa mengalami peningkatan menjadi 66,54. Sedangkan setelah mengalami tindakan pada siklus II rata-rata minat siswa meningkat menjadi 75,96.

3. Prestasi belajar siswa pada mata pelajaran IPS siswa kelas IV tahun ajaran 2012/2013 mengalami peningkatan. Hal ini dapat dilihat dari data kondisi awal siswa pada tahun ajaran 2011/2012 66,37 dengan persentase siswa yang mencapai KKM sebesar 44%. Setelah dikenai tindakan pada siklus I nilai rata-rata siswa menjadi 75,95 denga persentase siswa yang mencapai KKM 60%. Sedangkan setelah dikenai tindakan pada siklus II nilai rata- rata siswa menjadi 83,05 dengan persentase siswa yang mencapai KKM 80%.

B.Keterbatasan Penelitian

Penelitian yang dilakukan di kelas IV SD Negeri Kalongan Depok tahun ajaran 2012/2013 memiliki keterbatasan antara lain:

1. Dalam pelaksanaan proses pembelajaran, guru kurang menguasai langkah- langkah model pembelajaran kooperatif metode jigsaw, sehingga ketika di dalam proses pembelajaran guru selalu bertanya dan dibantu oleh peneliti. Hal ini mengakibatkan proses pembelajaran menjadi terhambat dikarenakan di dalam kelas menjadi ramai dan membuat siswa menjadi kebingungan.

2. Alokasi waktu yang tidak sesuai dengan perencanaan pembelajaran, sehingga membuat proses pembelajaran berjalan kurang maksimal.

3. Kurangnya persiapan yang matang dalam hal media pembelajaran pada saat proses pembelajaran berlangsung.

4. Teknik penghitungan yang digunakan penulis tidak menggunakan teknik korelasi point biserial. Dalam teknik penghitungan, penulis memakai

teknik korelasi product-moment, sehingga data yang diperoleh peneliti tidak dapat dikatakan dikotomi.

C.Saran

Berdasarkan uraian di atas, maka beberapa saran yang dapat penulis sampaikan sebagai berikut:

1. Saran untuk peneliti selanjutnya:

a. Perlu adanya komunikasi yang intensif antara guru mitra dan peneliti untuk menghindari adanya penyimpangan-penyimpangan pelaksanaan tindkan dari rencana tindakan yang telah ditetapkan.

b. Pentingnya alokasi waktu yang efektif dan efisien untuk menghindari adanya penggunaan waktu yang berlebihan maupun pemadatan waktu yang tidak seharusnya dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung. Pengelolaan atau manajemen kelas yang baik oleh guru merupakan alah satu faktor pendukung keberhasilan pelaksanaan proses pembelajaran.

c. Perlu adanya persiapan yang matang dalam hal media pembelajaran yang akan digunakan untuk menghindari kesalahan-kesalahan selama pross pembelajaran berlangsung.

d. Dalam penghitungan validitas soal, sebaiknya digunakan teknik korelasi

point biserial, karena teknik tersebut digunakan untuk mencari korelasi

2. Saran untuk Guru:

a. Guru dapat menggunakan model pembelajaran kooperatif metode

jigsaw untuk menghindari siswa dari kejenuhan terhadap metode

ceramah yang sering digunakan guru dalam proses pembelajaran. b. Selama jalannya proses pembelajaran, sebaiknya guru tetap mengawasi

kegiatan diskusi siswa. Sehingga tahu dimana letak kesulitan dan perkembangan siswa.

c. Selesai pembelajaran, sebaiknya guru dan siswa melakukan refleksi, karena refleki dapat memberikan masukan pada guru agar pada pembelajaran berikutnya menjadi lebih baik.

3. Saran untuk Pembaca:

a. Model pembelajaran kooperatif metodejigsaw dapat diterapkan dalam proses pembelajaran untuk meningkatkan minat dan prestasi belajar siswa.

b. Kegiatan belajar menggunakan model pembelajaran kooperatif metode

jigsaw bercirikan kelompok, guru harus membagi kelompok secara

heterogen dan tidak monoton dengan kelompok yang sama setiap pembelajaran sehingga kelompok harus bervariasi.

DAFTAR PUSTAKA

Abdul, Wahid. 1998. Menumbuhkan Minat dan Bakat Anak. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Agus, Suprijono.2009. Cooperative Learning Teori & Aplikasi Paikem. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Arikunto,Suharsimi.2009. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

. 2010. Penelitian Tindakan. Yogyakarta: Aditya Media.

Asma, Nur. 2006. Model Pembelajaran Kooperatif. Depdiknas Direktoral Jendral Pendidikan Tinggi.

Azwar, Saifuddin. 1997. Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Best, W John.1982. Metodologi Penelitian Pendidikan. Bandung: Usaha

Nasional.

Degeng, I.N.S. 1998. Kumpulan Bahan Pembelajaran. Malang: LP3 UM.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1991. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Depdiknas. 2006. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Tingkat SD, MI,

dan SDLB. Jakarta: Depdiknas.

HurlockB. Elizabeth,1995. Perkembangan Anak Jilid 2 Edisi Keenam. Jakarta: PT Gelora Aksara Pratama.

Hamalik, Oemar. 1983. Metoda Belajar dan Kesulitan-kesulitan Belajar. Bandung: Tarsito.

Isjoni, H. 2009. Pembelajaran Kooperatif Meningkatkan Kecerdasan Komunikasi

Antar Peserta Didik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Ismajanti.dan Huni Abdullah 2012. “Jurnal Penelitian PGSD Universitas Negeri

Surabaya”.http://ejournal.unesa.ac.id/index.php/jurnal-penelitian- pgsd/article/view/2230/baca-artikel 29 Juni 2013.

Kasihani, Kasbolah.2001. Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Malang: UNM. Kunandar. 2008. Guru profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan dan Sukses Dalam Sertifikasi Guru. Jakarta: Raja Grafindo

, 2009. Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Lie, Anita. 2002. Cooperative Learning : Mempraktikan Cooperative Learning di

Ruang-Ruang Kelas. Jakarta: PT. Grasindo.

Madya, S. 2006. Penelitian Tindakan. Bandung: Alfabeta.

Masidjo. 2006. Penelitian Pencapaian Hasil Belajar Siswa di Sekolah. Yogyakarta: Kanisius.

Pasaribu, I.L & Simanjuntak.1983. Proses Belajar Mengajar. Bandung: Tarsito. Purnomo, Puji dkk. 2008. Menjadi Ilmuan yang Guru dan Guru yang Ilmuwan.

Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.

Putra, Widyoko Eko. 2009. Evaluasi Program Pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Sardiman. A.M. 1986. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: CV.Rajawali

Sarwiji, S. 2008. Pelaksanaan Tindakan Kelas & Penulisan Karya Ilmiah.

Penilaian Sertifikasi Guru Rayon 13.Surakarta.

Siskandar. 2009. Keefektifan Pendekatan Cooperative Learning Dalam

Meningkatkan Aktivitas Dan Hasil Belajar Mahasiswa 2007/2008. Jakarta.

Jurnal Penelitian Pendidikan.

Slameto. 2010. Belajar Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.

Slavin, Robert E. 2008. Cooperative Learning. Bandung: Nusa Media.

Solihatin Etin & Raharjo. 2007. Coopertive Learning Analisis Model

Pembelajaran IPS. Jakarta: Bumi Aksara.

Suetomo, samuel. 1982. Psikologi Pendidikan, Jakarta:Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi UI.

Sugiyanto. 2009. Model-Model Pembelajaran Inovatif. Surakarta: Yuina Pustaka. Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif,

Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Sukmadinata, Nana Syaodih. 2009. Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Syaiful, Bahri Djamarah, dkk. 1995. Strategi Belajar Mengajar. Banjarmasin: PT. Rineka Cipta.

Syah, Muhibbin. 2000. Psikologi Pendidikan Suatu Pendekatan Baru. Bandung: Remaja Rosdakarya.

The Liang Gie. 1994. Cara Belajar Yang Efisien Jilid I. Yogyakarta: Liberty Yogya.

Wina, Sanjaya. 2006. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses

Pendidikan. Jakarta: Kencana.

Winkel. 1984. Psikologi Pendidikan dan Evaluasi Belajar. Jakarta: PT Gramedia. . 2004. Psikologi Pengajaran. Yogyakarta: Media Abadi.

Yuni Nurhaeni. 2011.Meningkatkan Pemahaman Siswa Pada Konsep

ListrikMelalui Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Pada Siswa Kelas IX SMPN 43 Bandung.Bandung.Jurnal Penelitian Pendidikan

Zainal, Arifin. 1990. Evaluasi Instruksional Prinsip-Teknik-Prosedur. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

SILABUS Satuan Pendiidkan : SD Negeri Kalongan Depok

Mata Pelajaran : Ilmu Pengetahuan Sosial Kelas/Semester : IV/ II

Standar Kompetensi : 4. Mengenal Sumber Daya Alam, Kegiatan Ekonomi, dan Kemajuan Teknologi di Lingkungan Kabupaten/KotaProvinsi.

Kompetensi Dasar

Materi

Pokok Indikator Kegiatan Belajar Penilaian

Alokasi

Waktu Sumber Belajar 4.2. Mengenal pentingnya koperasi dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat Koperasi dan kesejahteraan rakyat  Menjelaskan pengertian koperasi  Menjelaskan lambang koperasi  Menyebutkan macam-macam koperasi berdasarkan jenis usahanya.  Menjelaskan macam-macam koperas  Menjelaskan pengertian koperasi beserta lambang koperasi menggunakan model pembelajaran kooperatif metodejigsaw.  Menyebutkan dan menjelaskan macam- macam koperasi berdasarkan jenis usahanya dengan menggunakan model Tes Tertulis 2 x 35 menit A. Media:  LKS (Lembar Kerja Siswa)  Gambar lambang koperasi  Strukur bagan organisasi koperasi B. Sumber belajar

 Pujiati dan Retno

Dokumen terkait