• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

B. Pembahasan

1. Penerapan Minat dan Prestasi Belajar

Penerapan model pembelajaran kooperatif metode jigsaw dalam upaya meningkatkan minat dan prestasi belajar siswa pada materi koperasi pada siswa kelas IV SD Negeri Kalongan Depok tahun ajaran 2012/2013 ditempuh dengan menggunakan PTK. Dimana penelitian dilaksanakan dalam 2 siklus. Setiap siklus melalui 4 tahap yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Perencanaan pada siklus I, peneliti mendalami Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar yang akan diteliti. Peneliti juga mempersiapkan perangkat pembelajaran dan media yang digunakan.Pertemuan I siklus I, siswa belajar tentang macam-macam kopoerasi berdasarkan jenis usahanya. Sebelum memulai pembelajaran,

guru memberi penjelasan singkat mengenai koperasi, hal ini dimaksudkan untuk memberi bekal atau memberikan pemahaman kepada siswa mengenai materi yang akan diberikan.

Sedangkan pada pertemuan 2 siklus I, siswa belajar tentang macam- macam koperasi berdasarkan keanggotaannya. Pada pertemuan 1, siswa dibagi dalam 4 kelompok secara heterogen dan dinamakan kelompok asal. Setiap kelompok siswa mendapatkan jenis-jenis koperasi yaitu; koperasi produksi, koperasi konsumsi, koperasi, simpan pinjam, dan koperasi serba usaha. Siswa yang mendapatkan jenis koperasi yang sama berkumpul menjadi satu kelompok dan kelompok tersebut dinamakan kelompok ahli.

Dalam kelompok ahli siswa berdiskusi tentang jenis koperasi yang mereka dapatkan. Sedangkan pada pertemuan 2, masih dengan kelompok yang sama, siswa berdiskusi tentang jenis-jenis koperasi berdasarkan keanggotaannya mereka dapatkan. Observasi pertemuan 1 siswa terlihat belum terbiasa belajar kelompok dan memilih-milih teman saat belajar. Sedangkan pada pertemuan 2, siswa mulai terbiasa dalam belajar secara kelompok. Dilanjutkan dengan refleksi pada pertemuan 1, siswa belum terbiasa belajar kelompok, karena dalam pembelajaran siswa belajar secara individu.

Pada pertemuan 2, siswa masih kebingungan dalam mengerjakan atau melaksanakan tugas yang diberikan guru. Setelah guru memberikan penjelasan singkat mengenai materi yang akan dipelajari, guru membagi siswa kedalam beberapa kelompok asal yang dipilih secara heterogen.

Gambar 4.1. Guru membagi siswa kedalam kelompok asal

Pada saat pembagian kelompok, sebagian dari siswa lebih memilih untukmemilih teman satu kelompok, namun guru tetap membagi siswa secara heterogen. Kemudian, siswa berkumpul dengan kelompok asal, guru membagikan materi-materi yang akan dibahas dalam kelompok. Setelah siswa mendapat masing-masing materi yang telah dibagikan, siswa berkumpul menjadi satu bersama dengan teman yang lain yang mendapatkan materi yang sama, kelompok tersebut dinamakan kelompok ahli.

Saat siswa berkumpul kedalam kelompok ahli, siswa mendiskusikan tentang materi yang mereka dapatkan, seusai berdiskusi dengan kelompok ahli, siswa mengerjakan LKS bersama, dengan maksud agar siswa dapat saling membatu dalam mengingat materi yang telah didiskusikan. setelah itu siswa kembali kedalam kelompok asal dan masing-masing siswa menceritakan dan mendiskusikan tentang apa yang telah mereka dapatkan dari kelompok ahli. Setelah itu, perwakilan tiap kelompok mempresentasikan hasil diskusi kelompok asal di depan kelas. Pada pertemuan pertama pada siklus I, banyak sekali memakan banyak waktu, karena kurang pemahaman guru terhadap metode yang di bawakan, sehingga membuat proses pembelajaran tidak berjalan sesuai rencana (tidak ada presentase perwakilan tiap kelompok).

Gambar 4.3. Guru memberikan penjelasan singkat terhadap materi sebelumnya dan materi yang akan diajarkan pada pertemuan kedua

Pada pertemuan kedua pada siklus I, guru mengawali pembelajaran dengan memberikan penjelasan singkat mengenai materi sebelumnya dan materi hari ini, agar siswa dapat lebih memahami materi koperasi.

Gambar 4.4. Guru membagi materi kedalam kelompok asal

Gambar 4.5. Siswa berdiskusi dalam kelompok ahli

Pada pertemuan kedua ini, kelompok asal dan kelompok ahli siswa masih sama seperti pada pertemuan pertama. Pada pembelajaran kedua, siswa sudah terlihat terbiasa dalam belajar berkelompok. Seusai siswa berdiskusi dalam kelompok ahli, siswa kembali kedalam kelompok asal untuk mensharingkan dan mendiskusikan apa yang telah mereka dapatkan

dari kelompok ahli. Kemudian perwakilan kelompok mempresentasikan hasil diskusi kelompok asal di depan kelas.

Gambar 4.6. Salah satu perwakilan kelompok mempresentasikan hasil diskusi Pada akhir siklus I, siswa mengerjakan soal evaluasi secara individu. Hal ini dimaksudkan untuk melihat pemahaman siswa mengenai materi yang telah diajarkan.

Gambar 4.7. Siswa sedang mengerjakan soal evaluasi siklus I

Seusai pembelajaran, guru bersama siswa bertanya jawab dan menyimpulkan materi yang telah diajarkan pada pertemuan pertama dan pertemuan kedua pada siklus I, untuk mengetahui sampai dimana

pemahaman siswa mengenai pembelajaran pada pertemuan pertama dan kedua pada siklus I.

Gambar 4.8. Guru bersama siswa melakukan tanya jawab dan membuat kesimpulan terhadap materi pada pertemuan pertama dan kedua pada siklus I

Selain itu juga, peneliti melihat, bahwa pertemuan pertama dan kedua pada siklus I masih belum memuaskan dan belum berjalan sesuai rencana, maka dari itu peneliti memutuskan untuk melanjutkan pada siklus II dengan tujuan untuk memperbaiki minat dan prestasi belajar siswa agar menjadi lebih baik.

Perencanaan pembelajaran siklus II. Siklus II diawali dengan membuat perangkat pembelajaran, instrumen pembelajaran, dan media pembelajaran yang sudah diperbaiki dengan adanya refleksi siklus I. Pertemuan pertama siklus II, siswa mempelajari tentang tugas dari masing- masing organisasi koperasi. Pada awal pembelajaran, guru memberikan penjelasan singkat dan tanya jawab terhadap siswa mengenai materi sebelumnya yang telah diajarkan pada siklus I.

Gambar 4.9. Saat guru sedang memberi penjelasan singkat mengenai materi pembelajaran hari ini

Selanjutnya guru membagi siswa kedalam 4 kelompok secara heterogen, kelompok ini disebut kolompok asal, serta membagikan materi pada masing-masing siswa. Siswa yang mendapatkan materi yang sama, siswa berkumpul menjadi satu dan kelompok ini disebut kelompok ahli. Kelompok pada siklus II ini berbeda dari kelompok pada siklus I, hal ini dimaksudkan agar siswa dapat belajar bersama teman yang lain, bertoleransi, saling tolong menolong dengan orang lain.Dalam kelompok siswa mendapatkan macam-macam organisasi koperasi yaitu anggota, pengurus, pengawas dan rapat anggota. Setiap siswa yang mendapatkan macam-macam organisasi yang sama, berkumpul menjadi satu dan disebut dengan kelompok ahli. Pada kelompok ahli siswa berdiskusi tentang tugas- tugas dari organisasi yang mereka dapatkan dan siswa membuat struktur bagan tentang organisasi koperasi.

Gambar 4.10. Guru membagi siswa kedalam kelompok asal

Gambar 4.11. Siswa berdiskusi dengan kelompok ahli

Pada kelompok ahli siswa mendiskusi tentang materi yang telah mereka dapatkan. Seusai siswa mendiskusikan materi dalam kelompok ahli, siswa kembali berkumpul kedalam kelompok asal untuk menceritakan/ mensharingkan dan mendiskusikan tentang informasi yang telah didapatkan dari kelompok ahli.

Selanjutnya, seusai siswa mendiskusi didalam kelompok asal, siswa membuat struktur bagan organisasi koperasi dan hasilnya dipresentasikan di depan kelas oleh perwakilan kelompok.

Gambar 4.13. Salah satu perwakilan kelompok mempresentasikan hasil diskusi kelompok

Pada pertemuan kedua sikus II siswa menyimpulkan tentang keseluruhan koperasi. Sebelum memulai pelajaran, guru memberi penjelasan mengenai materi yang akan diajarkan, membahas materi-materi sebelumnya dan melakukan tanya jawab singkat.

Setelah itu, siswa berkumpul kedalam kelompok asal untuk membahas materi yang diberikan. Selanjutnya siswa yang mendapat materi yang sama berkumpul kedalam kelompok ahli untuk mendiskusikan materi yang telah diberikan dan mengerjakan lembar kerja siswa bersama dengan kelompok ahli.

Gambar 4.15. Siswa sedang mengerjakan lembar kerja siswa

Setelah berdiskusi, siswa kembali kedalam kelompok asal untuk mensharingkan apa yang mereka dapatkan dari kelompok ahli. Kemudian perwakilan kelompok mempresentasikan hasil diskusi di depan kelas. Setelah itu siswa mengerjakan soal evaluasi siklus II.

Gambar 4.17. Siswa sedang mengerjakan soal evaluasi akhir sikus II

Pada akhir pertemuan guru bersama siswa membuat kesimpulan mengenai koperasi secara keseluruhan yang sudah diajarkan pada siklus I dan siklus II.

Gambar 4.18. Saat guru bersama siswa membuat kesimpulan mengenai materi pembelajaran

Pada pertemuan pertama dan kedua pada siklus II, siswa mulai terbiasa belajar secara berkelompok.Semua kelompok membuat bagan dengan baik dan hanya terdpat sedikit kesalahan dibandingkan pada siklus I. Dalam penelitian ini diperoleh minat dan prestasi belajar siswa mengalami peningkatan setelah diberi tindakan.

Penelitian siklus I pada prestasi belajar, terdapat 4 siswa dari 20 siswa yaitu Deo (68), Tika (24), Fadhel (58) dan Febri (32), masih mendapat nilai dibawah KKM yang dilihat dari hasil nilai akhir siswa dari nilai kognitif, nilai afektif, dan nilai psikomotorik. Namun, setelah diberi tindakan pada siklus II, terdapat beberapa perubahan yang terjadi, seperti Deo mengalami peningkatan yang drastis pada prestasi belajar dan mendapat nilai akhir yaitu 91. Hal ini dikarenakan ia aktif dalam mengikuti proses pembelajaran di kelas. Deo mampu berkonsentrasi dalam mengerjakan soal evaluasi, sehingga ia mendapat nilai yang baik. Selain itu Deo mampu membagi tugas bersama teman-temannya saat menggambarkan struktur organisasi koperasi dalam kelompoknya.

Peningkatan prestasi belajarpun terjadi pada Tika. Tika mengalami peningkatan secara drastis pada prestasi belajar dan mendapat nilai akhir yaitu 84. Hal ini dikarenakan ia mampu berkonsentrasi dan mampu memahami soal dengan baik, sehingga ia mendapat nilai yang baik yaitu 70. Hal ini juga terjadi pada fadhel, pada nilai akhir siklus I, fadhel mendapatkan nilai 58, namun pada nilai akhir siklus II, fadhel mendapat nilai baik yaitu 67. Namun peningkatan prestasi belajar tidak terjadi pada febri, dikarenakan febri tidak pernah fokus terhadap proses pembelajaran baik siklus I maupun siklus II. Febri mengalami penurunan yang cukup drastis, pada nilai akhir pada siklus I, febri mendapat nilai 32, sedangkan pada nilai akhir pada siklus II, febri mendapatkan nilai 20.

Penelitian siklus I pada minat belajar siswa, terdapat 1 siswa dari 20 siswa yaitu Firly (91). Setelah diberi tindakan pada siklus II, Firly

mengalami peningkatan secara drastis, dikarenakan ia selalu aktif dan berpartisipasi dengan baik terhadap proses pembelajaran, sehingga mendapat total akhir 108. Penilaian terhadap minat belajar siswa pada penelitian ini menggunakan skala likert, dimana yang dinilai berdasarkan nomor item soal bukan nilai per siswa, sehingga Firly mendapatkan total nilai yang paling tinggi.

Dokumen terkait