• Tidak ada hasil yang ditemukan

Untuk mengelola suatu perseroan dibutuhkan suatu modal yang disebut modal dasar yang menjadi modal awal untuk melakukan segala kegiatan atau aktifitas perseroan.”Menurut Rudi Prasetya yang dimaksud dengan modal Perseroan adalah keseluruhan nilai nominal dari saham yang ada dalam Perseroan Terbatas”.48

Selanjutnya perlu dimengerti bahwa pengertian modal perseroan tidak ada sangkut pautnya dengan pengertian ekonomis dalam hubungan dengan harta kekayaan Perseroan Terbatas, karena pengertian harta kekayaan dalam hal ini adalah jumlah harta yang menjadi milik perseroan setelah dibayarkan hutang- hutang perseroan.

Menurut Achnad Ichsan, harta kekayaan itu merupakan modal dalam arti ekonomi, yang selalu mengalami perubahan tergantung pada kemajuan maupun kemunduran badan usaha yang bersangkutan, sedangkan modal perseroan itu tetap Menurut I.G. Rai Widjaya untuk mengelola suatu Perseroan diperlukan adanya modal yang disebut modal dasar Perseroan atau authorized capital,Modal Perseroan dibedakan antara lain:

1. Modal dasar (authorized capital)

adalah jumlah saham maksimum yang dapat dikeluarkan oleh perseroan, sehingga modal dasar terdiri atas seluruh nominal saham.

2. Modal ditempatkan (issued capital atau sub scribed capital)

adalah saham yang telah diambil dan sebenarnya telah terjual kepada pendiri maupun pemegang saham perusahaan. Jadi para pendiri demikian juga para pemegang saham perseroan telah menyanggupi untuk mengambil bagian sebesar

atau sejumlah tertentu dari saham perseroan. Oleh karena itu dia mempunyai kewajiban untuk membayar atau melakukan penyetoran kepada perseroan.

3. Modal yang disetor (paid up capital)

adalah saham yang telah dibayar penuh kepada Perseroan yang menjadi penyertaan atau penyetoran modal riil yang telah dilakukan oleh pendiri maupun para pemegang saham Perseroan.

Modal Perusahaan selain didapat dari modal dasar yang diperoleh dari para pemegang saham,juga dapat diperoleh dari modal yang berasal dari sumber external yakni berasal dari pihak-pihak diluar Perusahaan, seperti dengan cara menjadi pemegang saham Perusahaan tersebut, dengan menjual saham-saham Perusahaan lewat mekanisme yang disebut go public yaitu dengan melibatkan publik didalamnya untuk membeli saham-saham yang dijual oleh Perusahan.49

Mengenai besarnya modal dasar sudah ditentukan di dalam Pasal 32 ayat (1) 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah ), namun dalam Pasal 32 ayat (2) masih memberikan keleluasaaan yaitu dalam rangka “kegiatan usaha tertentu”50 dapat menentukan jumlah minimum modal perseroan yang lebih besar.

Hal lain yang penting yaitu seluruh saham harus disetor penuh pada saat pengesahan perseroan. Rumusan itu memberi pengertian bahwa angsuran modal ditempatkan hanya boleh dilakukan sebelum perseroan memperoleh status badan hukum.

Hal yang menarik dari Undang-Udang Perseroan Terbatas ialah mengenai larangan pengeluaran saham oleh perseroan untuk dimiliki sendiri maupun dimiliki perseroan lain. “Rumusan demikian dapat ditentukan dalam Pasal 36 ayat (1) Undang-Undang Perseroan Terbatas no. 40 tahun 2007 yang berbunyi: perseroan

49 Bagus Irawan, Aspek-Aspek Hukum Kepailitan; Perusahaan; dan Asuransi , PT. Alumni, Bandung, 2007, h.95-96.

50 Penjelasan Pasal 32 ayat (2), yang di maksud “kegiatan usaha tertentu” antara lain perbankan, asuransi dan freight forwarding.

dilarang mengeluarkan saham baik untuk dimiliki sendiri maupun dimiliki oleh perseroan lain, yang sahamnya secara langsung atau tidak langsung telah dimiliki oleh perseroan.51

Ketentuan tentang larangan tersebut, Rudi Prasetya menafsirkan sebagai berikut :

1. Jika perseroan didirikan dan atas “saham-saham yang di tempatkan” di ambil sendiri oleh perseroan;

2. Atau perseroan mengadakan “emisi” (pengeluaran saham ), dan dari saham-saham yang diemisi itu dibeli sendiri oleh perseroan.52

Hal ini dapat dikatakan menurut penjelasan Pasal 36 ayat (1) Undang-Undang Perseroan Terbatas no.40 tahun 2007, alasan perseroan tidak mengeluarkan saham untuk dimiliki sendiri karena Perseroan Terbatas didirikan untuk menghimpun modal oleh karenanya perseroan membutuhkan pemasukan dari pihak lain.

Disamping untuk perlindungan modal, ketentuan Pasal 36 ayat (1) tersebut juga diperlukan sebagai perlindungan bagi kepentingan pihak ketiga (kreditur)

51 Penjelasan Pasal 36 ayat (1) Undang-Undang no. 40 tahun 2007, pada prinsipnya mengeluarkan upaya pengumpulan modal, maka kewajiban penyetoran atas saham seharusnya dibebankan kepada pihak lain. Demi kepastian Pasal ini menentukan bahwa perseroan tidak boleh mengeluarkan saham untuk dimiliki sendiri. Larangan tersebut termasuk juga larangan kepemilikan silang (cross holding) yang terjadi apabila perseroan memiliki saham yang dikeluarkan oleh perseroan lain yang memiliki saham perseroan tersebut, baik secara langsung maupun tidak langsung. Pengertian kepemilikan silang secara tidak langsung adalah apabila perseroan pertama memiliki saham pada perseroan kedua tanpa melalui kepemilikan pada satu “perseroan antara” atau lebih sebaliknya perseroan kedua memiliki saham pada perseroan pertama. Pengertian kepemilikan silang secara tidak langsung adalah kepemilikan perseroan pertama atas saham pada perseroan kedua melalui kepemilikan pada satu “perseroan antara” atau lebih dan sebaliknya perseroan kedua memiliki saham pada perseroan pertama.

.

perseroan, modal kekayaan perserseroan merupakan jaminan bagi kepentingan pihak ketiga (kreditur).

Dinyatakan pula bahwa larangan perseroan mengeluarkan saham untuk dimiliki sendiri juga dilarang untuk dimiliki perseroan lain, dapat dikatakan termasuk dimiliki anak perusahaan terhadap saham yang dikeluarkan oleh induk perusahaannya. Alasan larangan tersebut dikarenakan bahwa pemilikan saham oleh anak perusahaan tidak dapat dipisahkan dari pemilikan induk perusahaannya.

Menurut Rachmat Soemitro seperti dikutip Rudi Prasetya: pembelian kembali saham oleh perseroan merupakan salah satu cara untuk pengurangan modal perseroan. Dua cara lainnya yaitu dengan membayar kembali uang saham yang telah disetorkan atau dengan membebaskan harga saham yang masih terhutang serta cara yang ketiga dengan memperkecil nilai saham dengan cara penggelapan atas saham yang telah dikeluarkan.53

Tata cara pembelian kembali saham yang telah dikeluarkan dilakukan dengan ketentuan (Undang-Undang no.40 tahun 2007 Pasal 37 ayat 1):54

a. Pembelian kembali saham tersebut tidak menyebabkan kekayaan bersih perseroan menjadi lebih kecil dari jumlah modal yang ditempatkan, ditambah cadangan wajib yang telah disisihkan (penjelasan: yang dimaksud kekayaan bersih adalah seluruh harta kekayaan perseroan dikurangi seluruh kewajiban perseroan sesuai dengan laporan keuangan yang disahkan oleh Rapat Umum Pemegang saham secara Sah dalam

53 Rudi prasetya, op.cit, h.187-188.

54 penjelasannya: pembelian kembali saham perseroan tidak menyebabkan pengurangan modal kecuali apabila saham tersebut ditarik kembali.

waktu 6 (enam) bulan terakhir dan;

b. Jumlah nilai nominal seluruh saham yang dibeli kembali oleh perseroan dan gadai saham atau jaminan fidusia atas saham yang dipegang oleh perseroan lain yang sahamnya secara langsung atau tidak langsung dimiliki oleh perseroan tidak melebihi 10% (sepuluh persen) dari jumlah modal yang ditempatkan dalam perseroan.

Pembelian kembali saham, baik secara langsung maupun tidak langsung yang bertentangan dengan Pasal 37 ayat (1) batal karena hukum (Undang-Undang no. 40 tahun 2007 Pasal 37 ayat 2). Apabila pemegang saham yang beritikad baik mengalami kerugian atas pembelian kembali saham maka direksi akan bertanggung jawab secara renteng atas kerugian tersebut (Undang-Undang no. 40 tahun 2007 Pasal 37 ayat 3). Dan saham yang dibeli kembali perseroan hanya boleh dikuasai perseroan paling lama 3 (tiga) tahun (Undang-Undang no. 40 tahun 2007 Pasal 37 ayat 4).55 Kewenangan untuk pembelian kembali saham atau pengalihannya hanya boleh dilakukan berdasarkan persetujuan Rapat Umum Pemegang Saham.

b. Saham

Saham adalah bagian pemegang saham didalam perusahaan yang dinyatakan

dengan angka dan bilangan yang tertulis pada surat saham yang dikeluarkan

55 penjelasan: ketentuan jangka waktu 3 (tiga) tahun pada ayat ini di maksudkan agar perseroan dapat menentukan apakah saham tersebut akan dijual atau ditarik kembali dengan cara pengurangan modal.

perseroan. Jumlah yang tertulis pada tiap-tiap lembar surat saham itu disebut nilai nominal saham. Kepada pemegang saham diberikan bukti pemilikan saham untuk saham atas nama diserahkan kepada pemegang saham dan ditetapkan dalam anggaran dasar sesuai dengan kebutuhan.56

Pemegang saham adalah baik orang perseorangan (manusia) maupun badan hukum yang adalah pemilik saham dalam modal Perseroan. Pada saat pendirian Perseroan kepemilikan saham dapat terjadi melalui pengambilan saham oleh pendiri berdasarkan perjanjian penyertaan (deelnemingsovereenkomst) dengan Perseroan sebagai akibat perbuatan hukum pendirian.57

Penyetoran atas modal saham dapat dilakukan dalam bentuk uang atau dalam bentuk lainnya (Undang-Undang no. 40 tahun 2007 Pasal 34 ayat 1).58 “Dalam hal

penyetoran modal saham dilakukan dalam bentuk lain/selain uang, penilaian setoran modal saham ditentukan berdasar nilai wajar yang ditetapkan sesuai dengan harga pasar atau ahli yang tidak terafiliasi dari perseroan (Undang-Undang no. 40 tahun 2007 Pasal 34 ayat 2).59 Dan “untuk penyetoran saham dalam bentuk benda tidak bergerak harus diumumkan dalam 1 (satu) surat kabar atau lebih, dalam jangka waktu 14 (empat belas) hari setelah akta pendirian ditanda-tangani atau setelah

56 I.G. Rai Widjaja, Hukum Perusahaan Perseroan Terbatas, megapoin, Jakarta, 1996,h. 193. 57 Editor Emmy Yuhasarie, Tri Harnowo, Prosidin g: Rangkaian Lokakarya Terbatas Masalah-Masalah Kepailitan dan Wawasan Hukum Bisnis Lainnya Tahun 2004, Perseroan Terbatas dan Good Corporate Governance (Jakarta 13-15 Juli 2004), Pusat Pengkajian Hukum, Jakarta h. 209. 58 penjelasan: pada umumnya penyetoran saham adalah dalam bentuk uang. Namun tidak ditutup kemungkinan penyetoran saham dalam bentuk lain, baik berupa benda berwujud maupun benda tidak berwujud yang dapat dinilai dengan uang dan secara nyata telah diterima oleh perseroan. Penyetoran saham dalam bentuk lain selain uang harus disertai rincian yang menerangkan nilai atau harga, jenis atau macam, status, tempat kedudukan, dan lain-lain yang dianggap perlu demi kejelasan mengenai penyetoran tersebut.

59 penjelasannya : ahli yang tidak terafiliasi adalah ahli yang tidak mempunyai :

a.Hubungan keluarga karena perkawinan atau keturunan sampai derajat kedua, baik secara horizontal maupun vertical dengan pegawai, anggota direksi, dewan komisaris atau pemegang saham;

b.Hubungan dengan perseroan karena adanya kesamaan satu atau lebih anggota direksi atau dewan komisaris;

c. Hubungan pengendalian dengan perseroan baik langsung maupun tidak langsung; dan/atau

Rapat Umum Pemegang Saham memutuskan penyetoran saham tersebut (Undang- Undang no. 40 tahun 2007 Pasal 34 ayat 3).60

Ditinjau dari segi yuridis, saham mempunyai fungsi sebagai bagian dari modal perseroan dan juga dapat dijadikan sebagi bukti bagi pemegang saham atas bagian yang ditanamkannya. Berdasarkan bukti pemegang saham tersebut maka pemegang saham berhak atas deviden yang didapat oleh Perseroan Terbatas tersebut sesuai dengan proporsi saham yang dimiliki. Selain itu keuntungan yang diperoleh oleh pemegang saham atas bukti yang dimiliki adalah bahwa beban tanggung jawab yang dibebankan kepadanya hanyalah sebatas nilai saham yang dimiliki.

Saham dalam Undang-Undang dipandang sebagai benda bergerak sebagaimana halnya dengan benda bergerak lainnya, saham memberikan hak kebendaan pada pemiliknya yang dapat dipertahankan terhadap setiap orang, sehingga pemegang saham dapat melakukan apa saja yang dikehendakinya seperti menjual, menggadaikan sebagai jaminan hutang ataupun mengalihkannya.

Dalam dunia ilmu hukum perseroan kita mengenal beberapa jenis saham, sebagai berikut:

1) Saham atas nama (op naam)

2) Saham atas tunjuk (on bearer, aan toonder) 3) Saham biasa (ordinary share, common share)

60 penjelasan: maksud diumumkannya penyetoran saham dalam bentuk benda tidak bergerak dalam surat kabar, adalah agar diketahui umum dan memberikan kesempatan kepada pihak yang berkepentingan untuk dapat mengajukan keberatan atas penyerahan benda tersebut sebagai setoran modal saham, misalnya diketahui benda tersebut bukan milik penyetor.

4) Saham preferens (preferred shares,common share) 5) Saham preferens kumulatif.

6) Saham preferens kumulatif profit sharing. 7) Saham preferens non kumulatif.

8) Saham prioritas.

9) Saham pendiri (founder’s share) 10) Saham bonus.

11) Saham konversi.

12) Saham disetujui (assented share)

13) Saham tidak disetujui (non assented share) 14) saham yang dinilai (assessable share) 15) Saham dibayar penuh (paid up share) 16) Saham dinaikkan (watered share) 17) Saham donasi (donated share)

18) Saham tebusan (redeemable/callable share) 19) Saham treasury.

20) Saham terjamin (guaranteed share).

Untuk lebih jelasnya, berikut penjelasan dari masing-masing jenis saham yang dimaksud:

(1) Saham atas nama (op naam)

Saham atas nama merupakan jenis saham dimana diatas lembar saham tertulis nama pemegang saham. Cara peralihan saham atas nama dilakukan dengan akta pemindahan hak mana atau salinannya mesti disampaikan secara tertulis kepada perseroan.

(2) Saham atas tunjuk (on bearer, aan toonder)

Di samping saham atas nama, Undang-Undang tentang Perseroan Terbatas juga membuka kemungkinan bagi suatu perusahaan untuk mengeluarkan saham atas tunjuk. Yaitu saham dengan mana setiap pemegang saham tersebut secara fisik dianggap sebagai pemiliknya. Sehingga peralihan saham tersebut kepada pihak lain cukup hanya dengan menyerahkan fisik surat saham tersebut.

(3) Saham biasa (ordinary share, common share)

Saham biasa ini merupakan saham yang kepada pemegangnya tidak diberikan syarat-syarat khusus, dan tidak didahulukan dari yang lainnya.

(4) Saham preferens (preferred shares,preference shares)

Saham preferens merupakan saham yang kepada pemegangnya diberikan hak terlebih dahulu dalam hal pembagian deviden dan/atau dalam hal likuidasi perusahaan. Pembagian deviden atau pembagian dalam hal

likuidasi yang diutamakan tersebut, bisa diberikan dengan presentase tertentu dari keuntungan atau asset, misalnya diberikan 8% untuk tiap satu saham. Atau bisa juga berupa kelebihan sejumlah persentase tertentu dari saham biasa. Misalnya, jika saham biasa nantinya mendapat 7%, maka untuk saham preferens bisa mendapat 2%, jadi berjumlah 9% per saham.Berapa besarnya persentase tersebut akan ditentukan dalam anggaran dasar perusahaan yang bersangkutan. Meskipun bersifat preferens, tetapi dalam hal voting, terhadap saham preferens biasanya tidak diberikan kekhususan apa-apa. Jadi dalam hal tersebut diperlakukan sama dengan saham biasa.

(5) Saham preferens kumulatif

Ini adalah saham preferens, yang disamping diutamakan dalam hal pemberian deviden dan dalam likuidasi, tetapi juga jika dalam satu tahun tidak dapat diberikan deviden penuh karena alasan apapun, maka deviden untuk satu tahun tersebut dapat diberikan pada tahun-tahun berikutnya.

Misalnya,dalam setahun terhadap pemegang saham preferens harus diberikan deviden sejumlah n. Maka jika pada tahun A terpaksa harus diberikan n-x, di tahun B dia harus diberikan n + x. Jika belum mampu diberikan ditahun B, bisa diberikan ditahun-tahun berikutnya lagi, demikian seterusnya.

(6) Saham preferens kumulatif profit sharing

Untuk saham seperti ini, kadang-kadang disebut juga sebagai “Saham Preferens Kumulatif Partisipasi”. Ini merupakan saham preferens,yang setelah mendapat hak-hak istimewa sebagai saham preferens,pemegangnya masih berhak atas deviden seperti haknya pemegang saham biasa.

(7) Saham preferens non kumulatif

Saham seperti ini merupakan saham preferens yang jika dalam satu tahun tidak dapat diberikan keistimewaannya terhadap deviden, maka hak keutamaan tersebut akan hangus, jadi tidak bisa diperhitungkan untuk tahun setelah itu. (8) Saham prioritas

Saham prioritas merupakan saham dengan mana pemegangnya mempunyai hak-hak khusus pada Rapat Umum Pemegang Saham atau pada dewan direksi. Keistimewaan seperti ini sering disebut dengan Kontrol oligarkis. Biasanya saham prioritas ini diberikan kepada para pendiri atau dewan komisaris.

Keistimewaan pemegang saham prioritas untuk melakukan kontrol terhadap perusahaan, dapat dilakukan misalnya melalui:

(a) Pemberian hak veto terhadap perubahan anggaran dasar.

(b) Pemberian rekomendasi yang mengikat oleh pemegang saham prioritas terhadap pengangkatan, suspensi atau pemberhentian direktur.

(9) Saham pendiri (founder’s share)

Saham pendiri merupakan saham yang diberkan kepada para pendiri atas jasa-jasanya itu. Dengan demikian untuk mendapatkan saham pendiri tersebut, para pendiri tidak perlu menyerahkan sejumlah uang kepada perusahaan, tetapi cukup dengan jasa-jasanya yang telah diberikan sebagai pendiri.

(10) Saham bonus

Saham bonus merupakan saham yang diberikan kepada pemegang saham yang sudah ada tanpa harus membayar apapun kepada perseroan. Saham bonus ini diberikan sebagai pengganti hak menagih dari pemegang saham kepada perseroan atas dana lebih (surplus) dari modal yang ditempatkan. Surplus tersebut dapat terjadi karena ada keuntungan, hasil yang sangat baik operasional, penilaian kembali aktiva tetap, dan sebagainya.

(11) Saham konversi

Ini merupakan saham yang dikonversi dari satu jenis saham ke jenis saham lainnya. misalnya saham preferens yang dapat diubah menjadi saham biasa. (12) Saham disetujui (assented share)

Merupakan saham-saham yang disetujui untuk ditukar dengan saham-saham baru jika perusahaan tersebut direorganisasi.

(13) Saham tidak disetujui (non assented share)

Ini merupakan kebalikan dari saham disetujui tersebut diatas. Dalam hal ini saham-saham tersebut tidak disetujui oleh pemiliknya untuk ditukar dengan saham baru jika terjadi reorganisasi perusahaan.

(14) Saham yang dinilai (assessable share)

Merupakan saham-saham yang dapat dinilai/dibebani kepada pemiliknya untuk membayar kewajiban-kewajiban perusahaan dalam hal perusahaan pailit. Misalnya dinilai dengan harga minimal saham tersebut.

(15 Saham dibayar penuh (paid up share)

Saham seperti ini disebut juga “saham tidak dinilai (non assessable share)”. Saham seperti ini telah dibayar penuh oleh pemegangnya sehingga tidak lagi merupakan saham yang dinilai (assessable share). Saham yang telah dibayar penuh tersebut tidak boleh lagi dibebankan kepada pemiliknya kewajiban membayar hutang-hutang perusahaan dalam hal perusahaan pailit.

(16) Saham dinaikkan (watered share)

Adalah saham yang nilai nominalnya dinaikkan sehingga menjadi lebih besar dari apa yang sebenarnya disetor oleh pemegangnya.

(17) Saham donasi (donated share)

Merupakan saham-saham yang oleh pemiliknya diserahkan kembali kepada perusahaan, dimana akibatnya perusahaan dapat menjual kembali saham- saham tersebut kepada pihak lain. Ini biasanya dilakukan agar perusahaan tersebut dapat memperoleh tambahan dana.

(18) Saham tebusan (redeemable/callable share)

Merupakan saham yang dapat ditarik kembali oleh perseroan yang Mengeluarkannya atas kehendak perusahaan sendiri setelah dipenuhi syarat- syarat tertentu. Misalnya dapat ditebus kembali dengan nilai nominal.

Pengeluaran saham seperti ini biasanya dimaksudkan untuk mendapatkan dana dari pihak pemegang saham untuk perseroan, dimana pada suatu saat dana tersebut dibayar kembali dengan cara menebus saham-saham tersebut.

(19) Saham treasury

Adalah merupakan saham-saham yang pernah dikeluarkan oleh perusahaan, tetapi kemudian dibeli kembali oleh perusahaan dan kemudian tetap dimiliki oleh perusahaan bersangkutan. Saham-saham tersebut kelak dapat dibagi-bagikan kepada karyawan atau dapat pula dijadikan saham bonus misalnya.

(20) Saham terjamin (guaranteed share)

Saham terjamin tidak lain dari saham-saham yang dikeluarkan oleh perusahaan A tetapi dengan jaminan dari perusahaan B, yang dijamin dalam hal ini adalah pembagian deviden terhadap para pemegang saham.61

Karena saham PT merupakan barang bergerak maka saham dapat digadaikan. Saham atas tunjuk dapat digadaikan oleh pemegangnya, sedangkan saham atas nama hanya dapat di gadaikan jika dalam anggaran dasar perseroan tidak ditentukan lain.

Acara penggadaian saham ini mensyaratkan bahwa harus dicatat dalam daftar pemegang saham dan daftar khusus, ini dimaksudkan agar perseroan atau pihak lain yang berkepentingan dapat mengetahui status sahamnya. Juga ditentukan bahwa hak suara atas saham yang digadaikan tetap berada pada pemegang saham. Jadi dengan menggadaikan sahamnya hak suaranya tidak hilang.

6. Organ Perseroan Terbatas

Dokumen terkait