• Tidak ada hasil yang ditemukan

II. TINJAUAN PUSTAKA

3.1. Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani

3.1.4. Model Umum Ekonomi Rumahtangga Petani

Menurut Ellis (1988) model ekonomi pengambilan keputusan

rumahtangga pertama kali dikemukakan oleh Chayanov, yaitu teori maksimisasi

memfokuskan pada pengambilan keputusan rumahtangga yang berkenaan dengan

jumlah tenaga kerja keluarga yang menjalankan produksi untuk memenuhi

konsumsi. Keputusan menyangkut trade off antara pekerjaan dan pendapatan

(Gambar 3). Faktor utama yang mempengaruhi trade off tersebut adalah struktur

demografi rumahtangga yaitu ukuran dan komposisi anggota yang bekerja dan

tidak bekerja. Beberapa asumsi yang digunakan diantaranya adalah : 1) tidak ada

pasar tenaga kerja, dalam arti tidak ada tenaga kerja yang disewa maupun

menyewakan tenaga kerja, 2) output usahatani disimpan untuk konsumsi

rumahtangga atau dijual di pasar dan dinilai dengan harga pasar, 3) semua

rumahtangga mempunyai akses terhadap lahan untuk penanaman dan 4) setiap

komunitas petani mempunyai norma sosial untuk pendapatan minimum yang

diterima setiap orang .

Gambar 3 menunjukkan pengambilan keputusan rumahtangga model

Chayanov mencakup aspek produksi dan konsumsi. Aspek produksi ditunjukkan

oleh kurva fungsi produksi atau kurva pendapatan keluarga (kurva TVP) yang

menggambarkan respon output atau pendapatan keluarga terhadap berbagai

tingkat penggunaan input tenaga kerja. Perubahan pada fungsi produksi atau kurva

pendapatan keluarga dapat disebabkan perubahan teknologi produksi, harga

output atau sumberdaya lain yang berkombinasi dengan tenaga kerja. Aspek

konsumsi ditunjukkan oleh kurva indiferen (I) yang menggambarkan total utilitas

dari kombinasi leisure dan pendapatan. Keseimbangan rumahtangga petani

terjadi pada titik A yang merupakan persinggungan fungsi produksi dan kurva

indiferen. Sedangkan pada titik B, slope kurva indiferen menggambarkan

Gambar 3. Model Rumahtangga Petani Chayanov

Keterangan :

TVP : Total value product

OL : Total waktu yang tersedia bagi rumahtangga I : Kurva Indiferen

Y : Income

A : Keseimbangan rumahtangga

H : Waktu yang digunakan untuk leisure

L : Waktu yang digunakan untuk bekerja

Lmax : Waktu kerja maksimum dari anggota rumahtangga

Ymin : Standar hidup minimum

Beberapa variabel demografi yang menyangkut produksi dan konsumsi

adalah ukuran keluarga, jumlah pekerja dalam keluarga, standar hidup minimum

dan rasio konsumen/pekerja. Output/ income Y Ye Ymin I1 I2 A O Le Lmax L

Waktu kerja (L) Waktu Leisure (H)

Sumber : Ellis, 1988

TVP

B Y

Selanjutnya pengembangan model rumahtangga petani telah dilakukan

oleh Becker (1978) dengan menitikberatkan pada alokasi waktu (time allocation)

rumahtangga. Konsep alokasi waktu rumahtangga tersebut menjadi dasar dari

new home economics (Ellis, 1988). Gambar 4 menunjukkan bahwa alokasi waktu

yang tersedia bagi rumahtangga terdiri dari waktu kerja di rumah (home work

time), waktu kerja upahan (wage work time) dan waktu santai (leisure).

Sumber : Ellis, 1988

Gambar 4. Home Production Model

Keterangan :

TPP : Kurva total physical product

OF : Total pendapatan riel ww1 : Garis upah riel

T : Waktu yang tersedia bagi rumahtangga A : Keseimbangan dalam produksi

B : Keseimbangan dalam konsumsi

O Home work T1 Wage work T2 Leisure T

A B Home produc- tion Z C H w I1 Home produc- tion Z w1 F TPP

Keseimbangan rumahtangga dalam produksi ditunjukkan pada titik A

dimana marginal physical product dari kerja rumah (home work) sama dengan

tingkat upah riel. Sedangkan keseimbangan dalam konsumsi ditunjukkan pada

titik B dimana marginal rate of substitution leisure terhadap barang Z sama

dengan rasio opportunity cost leisure terhadap harga pasar.

Selanjutnya model rumahtangga (farm household model) Barnum dan

Squire (Ellis, 1988) bersumber sebagian dari model new home economic.

Rumahtangga mempunyai kebebasan menyewa tenaga kerja dari luar dan

menyewakan tenaga kerja dalam keluarga dengan tingkat upah tertentu. Selain itu

leisure dan produksi barang Z dari aktivitas rumah dikombinasikan sebagai

barang konsumsi dan rumahtangga dihadapkan pada pilihan antara konsumsi dan

menjual output untuk memenuhi konsumsi barang yang dibeli. Gambar 5

menunjukkan model rumahtangga Barnum - Squire.

Rumahtangga memanfaatkan total waktu untuk pekerjaan usahatani yang

berasal dari anggota keluarga (TF), tenaga kerja yang disewa (Tw) dan waktu

anggota keluarga di rumah (TZ). Adanya perubahan pada tingkat upah dan harga

secara terpisah akan mempengaruhi waktu kerja dalam usahatani, pendapatan,

konsumsi rumahtangga dan penjualan di pasar. Peningkatan upah akan

meningkatkan rasio harga atau upah riel (w/p) sehingga garis ww1 bergeser

dengan slope yang curam. Kondisi tersebut menyebabkan penurunan terhadap

ouput, pendapatan, penggunaan tenaga kerja yang disewa dan penjualan di pasar

serta menyebabkan peningkatan waktu kerja anggota keluarga pada usahatani dan

upah riel sehingga garis ww1 akan bergeser dengan slope yang datar dan

memberikan pengaruh yang berlawanan dengan peningkatan upah.

Sumber : Ellis, 1988

Gambar 5. Model Rumahtangga Petani Barnum-Squire

Keterangan :

QC : Penawaran output di pasar OF : Total biaya tenaga kerja

OT1 : Waktu anggota keluarga untuk pekerjaan usahatani

T1T2 : Waktu tenaga kerja sewa

T2T : Waktu anggota keluarga di rumah (leisure dan pekerjaan rumah)

Y : Output usahatani

T : Waktu yang tersedia bagi rumahtangga A : Keseimbangan konsumsi B : Keseimbangan produksi C : Konsumsi output F1 : Pendapatan Output Y Q C w I B A Y w1 TPP F1 F O T1 T2 T

Family TF Hired Tw Family TZ

Singh et al. (1986) telah mengembangkan model dasar perilaku

rumahtangga pertanian. Model rumahtangga pertanian tersebut mengasumsikan

rumahtangga memaksimumkan fungsi utilitas dari komoditas yang diproduksi dan

dikonsumsi oleh rumahtangga dan komoditas yang dibeli, serta waktu santai

(leisure). Adapun fungsi utilitas yang dihadapi sebagai berikut :

U = U(Xa, Xm , Xl )………..………..…………...[29]

dimana :

Xa = konsumsi komoditas pokok

Xm = konsumsi barang yang dibeli di pasar

Xl = konsumsi waktu santai

Adapun kendala yang dihadapi pendapatan tunai sebagai berikut :

pm Xm= pa (Q - Xa ) – w (L-F)………...[30]

dimana :

pm = harga barang yang dibeli di pasar

pa = harga komoditas pokok

Q = produksi rumahtangga dari komoditas pokok

w = tingkat upah tenaga kerja

L = total input tenaga kerja

F = input tenaga kerja keluarga

Q-Xa = market surplus

Selanjutnya rumahtangga petani juga menghadapi kendala waktu sebagai berikut :

Xl+ F = T atau F = T - Xl………...……….. [31]

dimana :

Selain kendala pendapatan tunai dan waktu, rumahtangga petani menghadapi

kendala teknologi produksi sebagai berikut :

Q = Q(L, A)………...[32] dimana A : Faktor produksi tetap

Adapun asumsi lain yang juga digunakan dalam model rumahtangga

pertanian tersebut diantaranya adalah penggunaan input variabel seperti pupuk

dan pestisida dihilangkan dalam model. Model rumahtangga pertanian tersebut

juga mengabaikan adanya pilihan antara tanaman yang bersaing, yang dihasilkan

rumahtangga. Selanjutnya untuk tenaga kerja dalam keluarga dengan tenaga kerja

luar keluarga yang disewa bersifat substitusi sempurna (perfect substitution) dan

dapat ditambahkan secara langsung. Hal ini menunjukkan apabila terjadi

kekurangan tenaga kerja dalam kegiatan produksi usahatani yang disebabkan

tenaga kerja dalam keluarga mengalokasikan curahan waktunya pada kegiatan off

farm atau non farm maka rumahtangga dapat menyewa tenaga kerja dari luar

keluarga untuk menggantikan tenaga kerja dalam keluarga tersebut dengan

memberikan upah. Kemudian model juga mengasumsikan bahwa rumahtangga

petani bersifat sebagai price taker untuk ketiga pasar, yaitu pasar barang pokok

(pm,), pasar barang yang dibeli di pasar (pa) dan pasar tenaga kerja (w ).

Penyelesaian dalam memaksimumkan fungsi utilitas rumahtangga petani

tersebut di atas dilakukan dengan mensubstitusikan kendala pada persamaan [31]

dan persamaan [32] ke dalam kendala persamaan [30] sehingga diperoleh

persamaan kendala sebagai berikut :

pm Xm= paQ(L,A) - pa Xa – w (L-T+Xl)

pm Xm+ pa Xa + w Xl = paQ(L,A) - wL + wT………..………...[33]

Pada persamaan [33] tingkat keuntungan usahatani ditunjukkan oleh paQ(L,A) -

wL. Dengan demikian untuk memaksimumkan fungsi utilitas pada persamaan

[29] dengan kendala persamaan [33] maka fungsi Lagrangian sebagai berikut :

G = U(Xa, Xm , Xl ) + (pa Q(L,A) – wL+ wT - pm Xm - pa Xa - w Xl ).[34]

Selanjutnya First Order Conditions (FOC) dari fungsi Lagrangian tersebut di atas

menghasilkan sebagai berikut :

pa ∂Q/∂L = w………...……...[35]

∂U/∂ Xa = pa……..….………...………. ……...[36]

∂U/∂ Xm = pm……….………..………...[37]

∂U/∂ Xl = w………....………[38]

pa Q(L,A) – wL+ wT - pm Xm - pa Xa - w Xl= 0……..…………..……[39]

Selanjutnya tingkat permintaan tenaga kerja (L*) sebagai fungsi dari harga output

(pa) dan harga input (w), parameter teknologi dari fungsi produksi dan areal lahan

yang tetap sebagai berikut:

L* = L* (pa , w, A)………... [40]

Persamaan [40] disubstitusikan ke dalam RHS persamaan [33] untuk

mendapatkan nilai full income (Y*). Persamaan [33] menjadi :

pm Xm+ pa Xa + w Xl = Y*………...…[41]

yang merupakan kondisi standar dari teori permintaan konsumen.

Solusi persamaan [41] menghasilkan permintaan sebagai berikut :

Xa= Xi (pa, pm , w, Y*). ….………..………. …..[42]

Xm= Xi (pa, pm , w, Y*)……….………..………. [43]

Persamaan di atas menunjukkan bahwa permintaan tergantung pada harga (output

dan input) dan full income. Pada kasus rumahtangga pertanian, full income

ditentukan oleh aktivitas produksi rumahtangga baik pada usahatani (on farm), off

farm maupun non farm.

Apabila diasumsikan harga bahan pokok pertanian mengalami

peningkatan, maka efeknya pada konsumsi bahan pokok dapat dilihat pada

persamaan [45] sebagai berikut :

a a a a a a p Y Y X p X p X ∂ ∂ ∂ ∂ + ∂ ∂ = ∂ ∂ * * ………...[45]

Model rumahtangga pertanian tersebut di atas dapat dimodifikasi dengan

mengakomodasi adanya input variabel lain yang digunakan dalam kegiatan

usahatani seperti penggunaan pupuk dan benih. Khususnya untuk input tenaga

kerja juga dapat dibedakan berdasarkan jenis kelamin. Selain itu model

rumahtangga pertanian juga dapat dimodifikasi dengan adanya keputusan

pinjaman, tabungan dan investasi. Selama pemerintah dan lembaga lain

menyediakan program kredit pedesaan dalam jumlah yang besar, pengembangan

tersebut akan membuat kemungkinan untuk menerapkan model rumahtangga

pertanian.

Selain itu juga model perilaku rumahtangga petani antar waktu seperti

yang dilakukan Mazzocco (2001) dan Iqbal (1986) dengan dua periode waktu

yaitu periode pertama rumahtangga meminjam dan investasi dalam memperbaiki

usahatani, dan periode kedua adalah pinjaman harus dibayar dengan tingkat bunga

dan rumahtangga memperoleh profit usahatani yang tinggi sebagai hasil dari

3.1.5. Pendekatan Model Ekonomi Rumahtangga Petani pada Kondisi

Dokumen terkait