• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA 2.1.LANDASAN TEORI

2.1.1 Model Eliciting Activities (MEAs)

MEAs terbentuk pada pertengahan tahun 1970-an untuk memenuhi kebutuhan pengguna kurikulum. MEAs dibuat oleh para pendidik, professor dan lulusan di Amerika dan Australia, untuk digunakan oleh guru sains. Pembelajaran MEAs merupakan pembelajaran yang didasarkan pada situasi kehidupan nyata siswa, bekerja dalam kelompok kecil, dan menyajikan sebuah model sebagai solusi. MEAs disusun untuk membantu siswa membangun pemecahan masalah dunia nyata ke arah kontruksi matematis dan terbentuk karena adanya kebutuhan untuk membuat siswa menerapkan prosedur matematis yang telah dipelajari sehingga dapat membentuk model matematis.

Menurut Hamilton (2008) MEAs adalah “ MEAs is problem that simulates, real-world situations that small team 3-5 students work to solve over one or two class periods. The crucial problem-solving iteration of an MEAs is to express, test and revise models that will solve the problem”.

Sedangkan menurut Yildirim (2010) MEAs adalah “a Model-Eliciting Activity (MEAs) presents student teams with a thought-revealing, model-eliciting , open-ended, real-world, client-driven problem. meas are purported to improve conceptual learning and problem solving skills”.

Moore dan Heidi (2004) memaparkan enam prinsip MEAs tersebut sebagai berikut.

(1) Prinsip Realitas.

Prinsip ini disebut juga prinsip keberartian. Prinsip ini menyatakan bahwa skenario yang disajikan sebaiknya realistis dan dapat terjadi dalam kehidupan siswa. Prinsip ini bertujuan meningkatkan minat siswa dan mensimulasikan aktivitas yang nyata, menerapkan cara matematikawan ketika menyelesaikan permasalahan. Permasalahan yang lebih realitas lebih memungkinkan solusi kreatif dari siswa.

(2) Prinsip kontruksi model

Prinsip ini menyatakan bahwa respon yang sangat baik dari tuntutan permasalahan adalah penciptaan sebuah model. Sebuah model adalah sebuah sistem yang terdiri atas elemen-elemen, hubungan antar elemen, operasi yang menggambarkan interaksi antar elemen, dan pola atau aturan yang diterapkan pada hubungan-hubungan dan operasi-operasi. Sebuah model menjadi sangat penting ketika sebuah sistem menggambarkan sistem lainnya. Karakteristik MEAs yang paling penting ini mengusulkan desain aktivitas yang merangsang kreativitas dan tingkah berpikir yang lebih tinggi. Pembelajaran MEAs membiasakan siswa dengan siklus dari pemodelan: menyatakan, menguji, dan meninjau kembali. (3) Prinsip Self-assessment

Prinsip self-assessment menyatakan bahwa siswa harus mampu mengukur kelayakan dan kegunaan solusi tanpa bantuan guru. Siswa dapat menggunakan informasi untuk menghasilkan respon dalam interaksi berikutnya.

Prinsip ini menyatakan bahwa siswa harus mampu menyatakan pemikiran mereka sendiri selama bekerja dalam MEAs dan bahwa proses berpikir mereka harus didokumentasikan dalam solusi. Prinsip ini berhubungan dengan prinsip self-assessment, yang menghendaki siswa mengevaluasi beberapa dekat solusi mereka dengan dokumentasi.

(5) Prinsip Effective Prototype

Prinsip ini menyatakan bahwa model yang dihasilkan harus dapat ditafsirkan dengan mudah oleh orang lain. Siswa dapat menggunakan prototype pada situasi yang sama. Prinsip ini membantu siswa belajar bahwa solusi kreatif yang diterapkan pada permasalahan matematis adalah berguna dan dapat direalisasikan. Solusi terbaik dari masalah matematis non-rutin harus cukup kuat untuk diterapkan pada situasi berbeda dan mudah dipahami.

(6) Prinsip kontruksi Shareability dan Reusability

Prinsip ini menyatakan bahwa model harus dapat digunakan pada situasi serupa. Jika model yang dikembangkan dapat digeneralisasi pada situasi serupa, maka respon siswa dikatakan sukses. Prinsip ini berhubungan dengan prinsip Effective Prototype.. Berbagai respon dari siswa terhadap pembelajaran dalam MEAs dimungkinkan untuk memiliki berbagai tingkat ketepatan. Tugas-tugas dalam MEAs merupakan tugas yang berat jika diselesaikan sendiri oleh seorang siswa, karena itu tugas harus diselesaikan dalam kelompok. Kerja kelompok dalam MEAs bertujuan untuk mempersiapkan siswa memasuki dunia kerja yang menuntut individu lebih sering berinteraksi dengan teman sebayanya.

Chamberlin (2008) menyatakan bahwa MEAs diterapkan dalam beberapa langkah yaitu sebagai berikut.

1. Guru membaca sebuah simulasi artikel mengembangkan konteks siswa. 2. Siswa siap siaga terhadap pertanyaan berdasarkan artikel tersebut.

3. Guru membacakan pernyataan masalah bersama siswa dan memastikan bahwa setiap kelompok mengerti apa yang sedang ditanyakan.

4. Siswa berusaha untuk menyelesaikan masalah tersebut.

5. Siswa mempresentasikan model matematis mereka setelah membahas dan meninjau ulang solusi.

Sedangkan Leavitt (2007) memaparkan MEAs sebagai berikut:

Model Eliciting Activity (MEAs) is the model that students aim to create through “modeling”. "Modeling" is the process where students construct a symbolic system also l-tnown as mathematical model that is described by a sequence of steps. The model is the students„ translation of their interpretation of a real world dilemma posed within the MEA into a mathematical representation.

Selama pelaksanaan MEAs, siswa membuat kesan tentang situasi-situasi bermakna, menemukan, dan memperluas kontruksi matematis mereka sendiri. Salah satu tujuan dari pembelajaran MEAs adalah memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengontrol pembelajaran mereka sendiri dengan pengarahan proses. Menciptakan model matematis merupakan salah satu cara mencapai self-director learning. Langkah pembelajaran MEAs adalah sebagai berikut.

1. Guru menjelaskan materi.

3. Siswa dibagi menjadi kelompok-kelompok kecil dan setiap kelompok siap siaga terhadap pertanyaan berdasarkan permasalahan tersebut.

4. Guru membacakan pernyataan masalah bersama siswa dan memastikan bahwa setiap kelompok mengerti apa yang sedang ditanyakan.

5. Siswa berusaha untuk menyelesaikan masalah tersebut.

6. Siswa mempresentasikan model matematis mereka setelah membahas dan meninjau ulang solusi.

Dalam pelaksanaan MEAs juga sesuai dengan komponen penting dalam belajar yang menurut Gagne dalam Dimyati (2009: 11) yang meliputi tiga (3) komponen yakni (1) kondisi internal siswa, (2) kondisi eksternal belajar, dan (3) hasil belajar seperti yang terlihat dalam gambar berikut.

Hasil Belajar Keterampilan Intelek Keterampilan Motorik Sikap Siasat Kognitif Informasi Verbal Keadaan Internal dan Proses

Kognitif siswa

Stimulus dari Lingkungan Berinteraksi dengan Kondisi Internal Siswa

Acara Pembelajaran

Kondisi Eksternal Belajar