• Tidak ada hasil yang ditemukan

F. Manfaat Penelitian

III. Model Inkuiri

a) Pengertian dan Karakteristik Model Inkuiri

Inquiry berasal dari bahasa Inggris “inquiry”, yang berarti penyelidikan. Carin dan Sund (1975) mengemukakan bahwa inquiry adalah the process of investigating a problem. Adapun Piaget mengemukakan bahwa metode inquiri merupakan metode yang mempersiapkan peserta didik pada situasi untuk melakukan eksperimen sendiri secara luas agar melihat apa yang terjadi, ingin

23

melakukan sesuatu, mengajukan pertanyaan-pertanyaan, dan mencari jawabannya sendiri, serta menghubungkan penemuan yang satu dengan penemuan yang lain, membandingkan apa yang ditemukannya dengan yang ditemukan peserta didik lain.24

Menurut Hacket, inkuiri digunakan dalam dua terminologi yaitu sebagai pendekatan pembelajaran (scientific inquiry) oleh guru dan sebagai materi pembelajaran sains (science as inquiry) yang harus dipahami dan mampu dilakukan oleh siswa.25

Inkuiri sebenarnya berasal dari kata to inquire yang berarti ikut serta atau terlibat, dalam mengajukan pertanyaan-pertanyaan, mencari informasi, dan mencari tahu jawaban terhadap pertanyaan ilmiah yang diajukan.

Dengan kata lain, inkuiri adalah suatu proses untuk memperoleh dan mendapatkan informasi dengan melakukan observasi dan eksperiment untuk mencari jawaban atau memecahkan masalah terhadap pertanyaan atau rumusan masalah dengan menggunakan kemampuan berfikir kritis dan logis. Pembelajaran inkuiri ini bertujuan untuk memberikan cara bagi siswa untuk membangun kecakapan-kecakapan intelektual (kecakapan-kecakapan berfikir) terkait dngan proses-proses berfikir reflektif.

Secara umum, inkuiri merupakan proses yang bervariasi dan meliputi kegiatan-kegiatan mengobservassi, merumuskan pertanyaan yang relevan, mengevaluasi buku dan sumber-sumber informasi lain secara kritis, merencanakan penyelidikan atau eksperimen dengan menggunakan alat untuk memperoleh data, menganalisis dan

24

Dr. E. Mulyasa, M.Pd., Menjadi Guru Profsional, (Bandung : Remaja Rosdakarya, 2010),cet.1, h.108

25

Mohammad Jauhar, s.pd, Implementasi PAIKEM dari Behavioristik sampai Konstruktivistik, (Jakarta : Prestasi Pustaka 2011), cet 1, h.65)

mengiterpretasi data, serta membuat prediksi dan mengomunikasikan hasilnya.26

Metode inquiri merupakan metode penyelidikam yang melibatkan proses mental dengan kegiatan-kegiatan sebagai berikut: a. Mengajukan pertanyaan-pertanyaan tentang fenomena alam: b. Merumuskan masalah ysng ditemukan;

c. Merumauskan hipotesis;

d. Merancang dan melakukan eksperimen; e. Mengumpulkan dan menganalisis data

f. Menarik kesimpulan mengembangkan sikap ilmiah, yakni: objektif, jujur, hasrat ingin tahu, terbuka, berkemauan, dan bertanggung jawab.27

Meskipun sudah banyak bukti yang menunjukan keunggulan inkuiri sebagai model dan strategi pembelajaran, tetapi masih banyak guru yang merasa keberatan atau tidak mau menerapkannya didalam kelas. Kebanyakan guru masih tetap bertahan pada strategi pembelajaran tradisional, karena mengganggap inkuiri sebagai suatu strategi pembelajaran yang sulit diterapkan. Meskipun demikian, didalam kurikulum juga mencantumkan inkuiri dalam hal iniadalah metode ilmiah yang baik sebagai proses maupun sebagai produk yang diterapkan secara terintegrasi di kelas.

Ada beberapa hal yang menjadi ciri utama strategi pembelajaran inkuiri. Pertama, strategi inkuiri menekankan kepada kepada aktivitas siswa secara maksimal untuk mencari dan menemukan kepada aktivitas secara maksimal untuk mencari dan menemukan, artinya pendekatan inkuiri menempatkan siswa sebagai subjek belajar. Kedua, seluruh aktivitas yang dilakukan siswa diarahkan unntuk mencari dan menemukan sendiri dari sesuatu yang dipertanyakan, sehingga

26

Ibid, h, 65 27

Dr. E. Mulyasa, M.Pd., Menjadi Guru Profsional, (Bandung : Remaja Rosdakarya, 2010),cet.1, h.109

diharapkan dapat menumbuhkan sikap percaya diri. Ketiga, tujuan dari penggunaan strategi pembelajaran inkuiri adalah mengembangkan kemampuanintelektual sebagai bagian dari proses mental, akibat dalam pembelajaran inkuiri siswwa tidak hanya dituntut agar menguasai pelajaran, akan tetapi bagaimana mereka dapat menggunakan potensi yang dimiliki.28

Dalam pengertian lebih luas, para siswa ingin mengetahui apa yang sedang terjadi, melakukan sesuatu, menggunakan symbol, menemukan jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan siswa, menghubungkan temuan-temuan dan membandingkannya. Adapun menurut Roestiyah, inkuiri merupakan suatu teknik atau cara pelaksanaannya yaitu : guru membagi tugas meneliti sesuatu masalah ke kelas. Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok dan masing-masing kelompok mendapat tugas tertentu yang harus dikerjakan. Kemudian, meneliti atau membahas tugasnya di dalam kelompok. Setelah hasil kerja mereka dalam kelompok didiskusikan, kemudian dbuat laporan yang tersusun dengan baik.29

Kemampuan inkuiri selalu dikaitkan dengan kegiatan penyelidikan atau eksperimen. Dalam proses belajar, pengetahuan yang bermakna tidak hanya cukup hanya melalui metode ceramah dan membaca buku. Pembelajaran atau siswa seharusnya mengkonstruksi pemahamannya melalui pertanyaan, mendesain dan menghubungkannya dalam bentuk investigasi, kemampuan analisis dan mengkomunikasikan penemuannya. Siswa membutuhkan kesempatan untuk dapat berfikir dari ide yang bersifat konkret menuju ide yang bersifat abstrak. Siswa pelu memikirkan kembali hipotesisnya. Mengadaptasi dan menguji coba pemahaman dan mampu menyelesaikan masalah.

28

Mohammad Jauhar, s.pd, Implementasi PAIKEM dari Behavioristik sampai Konstruktivistik, (Jakarta : Prestasi Pustaka 2011), cet 1, h.66)

29

Menurut National science Education Standards terdapat lima karakteristik kelas inkuiri yaitu, pertama, siswa dilibatkan secara ilmiah berorientasi pada pertanyaan-pertanyaan. Kedua, siswa mendapat prioritas bukti/fakta, yang memungkinkan mereka untuk menghasilkan dan mengevaluasi eksplanasi menyangkut pertanyaan-pertanyaan. Ketiga, siswa merumuskan eksplanasi dari bukti secara ilmiah berdasarkan pertanyaan-pertanyaan. Keempat, siswa mengevaluai eksplanasi mereka (eksplanasi alternative). Kelima, siswa mengkomunikasikan hasil dan memberikan alasan terhadap eksplanasi mereka.30

Berdasarkan beberapa definisi menurut para ahli, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa inkuiri adalah pembelajaran yang melibatkan siswa secara aktif dalam mengemukakan pengetahuan atau pemahaman, mulai dari merumuskan masalah, mengumpulkan data informasi, membuat pertanyaan, membuat hipotesis, melakukan percobaan, menganalisa hasil dan membuat kesimpulan.

Sund and Trowbridge (1973) mengemukakan tiga macam metode Inquiry sebagai berikut.31

a. Inquiry terpimpin (Guide inquiry); peserta didik memperoleh pedoman sesuai dengan yang dibutuhkan. Pedoman-pedoman tersebut biasanya berupa pertanyaan-pertanyaan yang membimbing. Pendekatan ini digunakan terutama bagi para peserta didik yang belum berpengalaman belajar dengan metode inquiry, dalam hal ini guru memberikan bimbingan dan pengarahan yang cukup luas. Pada tahap awal bimbingan lebih banyak diberikan, dan sedikit demi sedikit dikurangi, sesuai dengan perkembangan pengalaman peserta didik. Dalam pelaksanaannya sebagian besar perencanaan dibuat oleh guru. Peserta didik tidak merumuskan permasalahan. Petunjuk

30

National Academy of Sciences, Inquiry and The National Science Education Standards

; A Guided For Teaching And Learning, h. 24-27

31

Dr. E. Mulyasa, M.Pd., Menjadi Guru Profsional, (Bandung : Remaja Rosdakarya, 2010),cet.1, h.109

yang cukup luas tentang bagaimana menyusun dan mencatat data diberikan oleh guru.

b. Inquiry bebas ( free inquiry), pada inkuiri bebas peserta didik melakukan penelitian sendiri bagaikan seorang ilmuwan. Pada pengajaran ini peserta didik harus dapat mengidentifikasikan dan merumuskan berbagai topik permasalahan yang hendak diselidiki. Metodenya adalah inquiry role approach yang melibatakan peserta didik dalam kelompok tertentu, setiap anggota kelompok memiliki tugas sebagai, misalnya koordinator kelompok, pembimbing teknis, pencatatan data, dan pengevaluasi proses.

c. Inquiry bebas yang dimodifikasi (modified free Inquiry); pada inkuiri ini guru memberikan permasalahan atau problem dan kemudian peserta didik diminta untuk memecahkan permasalahan tersebut melalui pengamatan, eksplorasi, dan prosedur penelitian. 32

b) Tingkatan Inkuiri

Berdasarkan komponen-komponen dalam proses inkuiri yang meliputi topik masalah, sumber masalah atau pertanyaan, bahan, produser atau rancangan kegiatan, pengumpulan dan analisis data serta pengambilan kesimpulan. Klasifikasi inkuiri menurut Bonnstetter didasarkan pada tingkat kesederhanaa kegiatan siswa dan dinyatakan sebaiknya penerapan inkuiri merupakan suatu kontinum yaitu dimulai dari yang paling sederhana terlebih dahulu diantaranya.

1) Traditional hands-on

Praktikum ( tradisional hands-on) adalah tipe inkuiri yang paling sederhana. Dalam pratikum guru menyediakan seluruh keperluan mulai dari topik sampai kesimpulan yang harus ditemukan siswa dalam bentuk buku petunjuk lengkap. Pada tingkatan ini komponen esensial dari inkuiri yakni pertanyaan atau masalah tidak muncul,

32

Dr. E. Mulyasa, M.Pd., Menjadi Guru Profsional, (Bandung : Remaja Rosdakarya, 2010),cet.1, h.109

oleh karena itu, Martikum-Hansen menyatakan bahwa pratikum tidak termasuk kegiatan inkuiri.

2) Pengalaman sains yang terstruktur

Tipe inkuiri berikutnya ialah pengalaman sains terstruktur (structured science experiences), yaitu kegiatan inkuiri dimana guru menentukan topik, pertanyaan, bahan dan prosedur. Sedangkan analisis hasil dan kesimpulan dilakukan oleh siswa. 3) Inkuiri Siswa Mandiri

Inkuiri siswa mandiri (student directed inquiry), dapat dikatakan sebagai inkuiri penuh karena pada tingkatan ini siswa bertanggung jawab secara penuh terhadap proses belajarnya,dan guru hanya memberikan bimbingan terbatas pada pemilihan topik dan pengembangan pertanyaan. Tipe inkuiri yang paling kompleks ialah penelitian siswa (student research). Dalam tipe ini, guru hanya berperan sebagai fasilitator dan pembimbing sedangkan penentuan atau pemilihan dan pelaksanaan proses dari seluruh komponen inkuiri menjadi tanggung jawab siswa.33

Sedangkan dalam Standard for Science Teacher Preparation terdapat 3 tingkatan inkuiri, yakni: 34

1) Discovery/Structured Inquiry.

Dalam tingkatan ini, tindakan utama guru ialah mengedifikasi permasalahan dan proses, sementara siswa mengidentifikasi alternative hasil.

2) Guided Inquiry

Tahapan Guided inquiry mengacu pada tindakan utama guru ialah mengajukan masalah, siswa menentukan proses dan penyelesaian masalah.

33

Mohammad Jauhar, s.pd, Implementasi PAIKEM dari Behavioristik sampai Konstruktivistik, (Jakarta : Prestasi Pustaka 2011), cet 1, h.71)

34

3) Open Inquiry

Tindakan utama pada open inquiry ialah guru memaparkan konteks penyelesaian masalah kemudian siswa mengidentifikasi dan menyelesaikan masalah.

Tabel 2.1 Tiga tingkatan inkuiri

Structured Inquiry/Discovery

Guided Inquiry Open Inquiry

Siswa mengikuti dengan tepat instruksi guru untuk

menyelesaikan hands on dengan sempurna

Siswa mengembang- kan cara kerja untuk menyelidiki

pertanyaan yang dipilih atau diberikan guru

Siswa menurun- kan petanyaan tentang topic yang dipilih guru dan

merencanakan sendiri

penyelidikannya

c) Langkah-langkah Pelaksanaan Model Inkuiri.

Dalam proses inkuiri siswa dituntut bertanggung jawab penuh terhadap proses belajarnya, sehingga guru harus menyesuaikan diri dengan kegiatan yang dilakukan oleh siswa. Adapun langkah-langkah yang perlu diikuti dalam pembelajaran inkuiri adalah sebagai berikut :35

1) Orientasi

Langkah orientasi adalah langkah untuk membina suasana atau iklim pembelajaran yang responsive. Pada langkah ini guru mengondisikan agar siswa siap melaksanakan proses pembelajaran. Beberapa hal yang dapat dilakukan dalam tahapan orientasi:

35

Mohammad Jauhar, s.pd, Implementasi PAIKEM dari Behavioristik sampai Konstruktivistik, (Jakarta : Prestasi Pustaka 2011), cet 1, h.67-68)

a) Menjelaskan Topik, tujuan dan hasil belajar yang diharapkan dapat dicapai oleh siswa.

b) Menjelaskan pokok-pokok kegiatan yang harus dilakukan oleh siswa untuk mencapai tujuan. Pada tahap ini dijelakan langkah-langkah inkuiri serta tujuan setiap langkah, mulai dari langkah merumuskan masalah sampai dengan merumuskan kesimpulan.

c) Menjelaskan pentingnya topik dalam kegiatan belajar. Hal ini dilakukan dalam rangka memberikan motivasi belajar siswa. 2) Merumuskan masalah

Merumuskan masalah merupakan langkah membawa siswa pada suatu persoalan yang disajikan adalah persoalan yang menantang siswa untuk berfikir memecahkan teka-teki tersebut. Dikatakan teka-teki dalam rumusan yang ingin dikaji disebabkan masalah itu tentu ada jawabannya, dan siswa didorong untuk mencari jawaban yang tepat. 3) Merumuskan Hipotesis

Hipotesis adalah jawaban sementara dari suatu permaslahan yang sedang dikaji. Sebagai jawaban sementara, hipotesis perlu diuji kebenarannya. Salah satu cara yang dapat guru lakukan untuk mengembangkan kemampuan berhipotesis pada setiap anak adalah dengan mengajukan berbagai pertanyaan yang dapat mendorong untuk dapat merumuskan jawaban sementara atau dapat merumuskan berbagai perkiraan kemungkinan jawaban dari suatu permaslahan yang dikaji.

4) Mengumpulkan data

Mengumpulkan data adalah aktivitas menjaring informasi yang dibutuhkan untuk menguji hipotesis yang diajukan. Dalam pembelajaran inkuiri, mengumpulkan data merupakan proses mental yang sangat penting dalam pengembangan intelektual. Proses pengumpulan data bukan hanya memerlukan motivasi yang kuat dalam

belajar, akan tetapi juga membutuhkan ketekunan dan kemampuan menggunakan potensi berfikirnya.

5) Menguji hipotesis

Menguji hipotesis adalah proses menentukan informasi yang dianggap diterima sesuai dengan data atau informasi yang diperoleh berdasarkan pengumpulan data, yang terpenting dalam menguji hipotesis adalah mencari tingkat keyakinan siswa atas jawaban yang diberikan.

6) Merumuskan kesimpulan

Merumuskan kesimpulan adalah proses mendeskripsikan temuan yang diperoleh berdasarkan hasil pengujian hipotesis. Sering terjadi, oleh karena banyaknya data yang diperoleh , menyebabkan kesimpulan yang dirumuskan tidak focus terhadap masalah yang hendak dipecahkan Karena itu, untuk mencapai kesimpulan yang akurat sebaiknya guru mampu menunjukkan pada siswa data mana yang relevan.

Alasan rasional menggunakan pembelajaran dengan pendekatan inkuiri yakni siswa akan mendapatkan pemahaman yang lebih baik mengenai matematika dan akan lebih tertarik terhadap matematika jika mereka dilibatkan secara aktif dalam “ melakukan “ penyelidikan. Investigasi yang dilakukan siswa merupakan tulang punggung pembelajaran dengan pendekatan inkuiri. Investigasi ini difokuskan untuk memahami konsep-konsep matematika dan meningkatkan keterampilan proses berfikir ilmiah siswa. Sehingga diyakini bahwa pemahaman konsep merupakan hasil dari proses berfikir ilmiah tersebut.

d) Keunggulan dan Kelemahan Inkuiri

Menurut Wina Sanjaya pembelajaran inkuiri memiliki keunggulan dan kelemahan yang dapat dikemukakan sebagai berikut :36 1) Inkuiri merupakan pembelajaran yang menekankan kepada

pengembangan aspek kognitif, afektif dan psikomorik secara seimbang, sehingga pembelajaran ini di anggap lebih bermakna. 2) Inkuiri dapat memberikan ruang kepada siswa untuk belajar sesuai

dengan gaya belajar mereka.

3) Inkuiri merupakan pembelajaran yang dianggap sesuai dengan perkembangan psikologi belajar modern yang menganggap belajar adalah proses perubahan tingkah laku berkat adanya pengalaman. 4) Keuntungan lain dari pembelajaran inkuiri ini adalah dapat melayani

kebutuhan siswa yang memiliki kemampuan di atas rata-rata. Artinya, siswa yang memiliki kemampuan belajar bagus tidak akan terhambat oleh siswa yang lemah dalam belajar.

Berdasarkan keunggulan inkuiri yang diungkapkan oleh Wina Sanjaya penulis dapat menarik kesimpulan bahwa pengajaran secara inkuiri merupakan pembelajaran yang bermakna yang menekankan pengembangan aspek kognitif, afektif dan psikomotorik. Setiap siswa diperbolehkan merencanakan sebuah jalan dari penemuan yang dapat dijadikan sebagai petunjuk untuk menanamkan sebuah konsep yang berharga.

Selain keunggulan juga terdapat kelemahan dari pembelajaran inkuiri. Adapun kelemahan pembelajaran inkuiri menurut Wina Sanjaya adalah :

1) Pembelajaran inkuiri sulit mengontrol kegiatan dan keberhasilan siswa 2) Inkuiri sulit dalam merencanakan pembelajaran oeh karena terbentur

kebiasaan siswa dalam belajar.

36

Prof. Dr. H. Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi standar Proses

3) Kadang-kadang dalam mengimplementasikannya, memerlukan waktu yang panjang sehingga guru sering sulit menyesuaikannya dengan waktu yang telah ditentukan.

4) Selama kriteria keberhasilan belajar ditentukan oleh kemampuan siswa menguassai pelajaran, maka inkuiri akan sulit diimplementasikan oleh setiap guru.37

IV. Belajar dan Hasil Belajar

Dokumen terkait