• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORETIS

2.2 Landasan Teoretis

2.2.10 Model Investigasi kelompok

Model Investigasi Kelompok atau Group Investigation mengambil model yang berlaku dalam masyarakat, terutama mengenai anggota masyarakat melakukan proses mekanisme sosial melalui serangkaian kesepakatan sosial. Sebagaimana disarankan oleh Dewey (dalam Winataputra 2001:34) yang menyatakan bahwa

kehidupan sekolah harus diatur atau diorganisasikan sebagai bentuk kecil atau miniatur kehidupan demokrasi. Untuk itu siswa seyogyanya memperoleh kesempatan untuk berpartisipasi dalam pembangunan sistem sosial melalui pengalaman dan berangsur-angsur belajar

bagaimana menerapkan metode yang berwawasan keilmuan dalam memperbaiki kehidupan masyarakat.

Dalam model ini terdapat tiga konsep utama, yaitu penelitian, pengetahuan dan dinamika belajar kelompok. Penelitian adalah proses dimana siswa dihadapkan pada masalah. Pengetahuan adalah pengalaman yang tidak dibawa dari lahir, namun diperoleh melalui dan dari pengalamannya secara langsung dan tidak langsung. Sedangkan dinamika belajar kelompok menunjuk pada suasana yang menggambarkan sekelompok individu saling berinteraksi mengenai sesuatu yang sengaja dilihat atau dikaji bersama.

1) Sintakmatik

Model investigasi kelompok memiliki enam tahapan Tahap pertama

Siswa dihadapkan pada peristiwa yang problematis.

Tahap kedua

Siswa melakukan eksplorasi terhadap situasi yang problematis tersebut

Tahap ketiga

Siswa merumuskan tugas-tugas belajar dan mengorganisasikannya untuk membangun suatu proses penelitian.

Siswa melakukan kegiatan belajar individual dan kelompok.

Tahap kelima

Siswa menganalisis kemajuan dan prosesyang dilakukan dalam proses penelitian kelompok itu. Tahap keenam

Melakukan proses pengulangan kegiatan. 2) Sistem Sosial

Sistem sosial yang berlaku dan berlangsung dalam model ini bersifat demokratis yang ditandai oleh keputusan-keputusan yang dikembangkan dari atau setidaknya diperkuat oleh pengalaman kelompok dalam konteks masalah yang menjadi titik sentral kegiatan belajar. Kegiatan kelompok yang terjadi mungkin saja bertolak dari pengajar. Dengan demikian suasana kelas tidak begitu terstruktur. Pengajar dan siswa memiliki status yang sama dalam menghadapi masalah yang akan dipecahkan dengan peranan yang berbeda.

3) Prinsip Pengelolaan / Reaksi

Di dalam model ini pembelajar akan berperan sebagai konselor, konsultan, dan pemberi kritik, yang akan

mengarahkan ke pemecahan masalah, pengelolaan kelas, dan pemaknaan secara perseorangan.

4) Sistem Pendukung

Perpustakaan dapat digunakan sebagai sumber referensi atau rujukan yang komperehensif dengan alat bantu mengajar atau media yang relatif memadai pula. (Winataputra 2001: 36).

: Dampak instruksional

: Dampak pengiring

Gambar 2 Dampak Instruksional dan Pengiring dari Model Investigasi Kelompok (Joyce dan Weil dalam Winataputra, 2001)

Untuk kepentingan praktis model tersebut dapat diadaptasi dalam bentuk kerangka operasional sebagai berikut.

Gambar 3 Model Investigasi Kelompok (Joyce & Weil 1986 adaptasi Winataputra 2001)

KEGIATAN PENGAJAR LANGKAH POKOK KEGIATAN SISWA

Situasi Bermasalah

Eksplorasi

Perumusan Tugas Belajar

Kegiatan Belajar Analisis Kemajuan ƒ Amati Situasi  bermasalah  ƒ Belajar Individual  dan kelompok  ƒ Cek Tugas yang  Harus Dikerjakan  ƒ Jelajahi  Permasalahan  ƒ Temukan Kunci  Permasalahan  ƒ Cek proses dan  Hasil Penelitian  Kelompok  ƒ Lakukan Tindak  Lanjut  ƒ Rumuskan Apa  yang Harus  Dilakukan  ƒ Atur Pembagian  Tugas dalam  Kelompok  ƒ Sajikan Situasi  Bermasalah  ƒ Bimbing Proses  Eksplorasi  ƒ Pacu Diskusi  Kelompok  ƒ Pantau Kegiatan  Belajar  ƒ Cek Kemajuan  Belajar Kelompok  ƒ Dorong Tindakan 

2.2.11 Konservasi Karakter dan Budaya

Konservasi karakter dan budaya dalam penelitian ini tidak diimplementasikan langsung pada pembelajaran, namun, dipadukan dengan model investigasi kelompok.

2.2.11.1 Konsep Konservasi

Menurut Depdiknas (2011:726) menyatakan konservasi merupakan pemeliharaan dan perlindungan sesuatu secara teratur untuk mencegah kerusakan dan kemusnahan dengan jalan mengawetkan; pengawetan; pelestarian.

Roosevelt (dalam Pendakierror 2013) menyatakan konservasi merupakan kata yang berasal dari kata Conservation yang terdiri atas kata con (together) dan servare (keep/save) yang memiliki pengertian mengenai upaya memelihara apa yang kita punya (keep/save what you have), namun secara bijaksana (wise use).

Rijksen (dalam Pendakierror 2013) menyatakan konservasi merupakan suatu bentuk evolusi kultural dimana pada saat dulu, upaya konservasi lebih buruk daripada saat sekarang. Konservasi juga dapat dipandang dari segi ekonomi dan ekologi dimana konservasi dari segi ekonomi berarti mencoba mengalokasikan sumberdaya alam untuk sekarang, sedangkan dari segi ekologi, konservasi merupakan alokasi sumberdaya alam untuk sekarang dan masa yang akan datang.

Apabila merujuk pada pengertiannya, konservasi didefinisikan dalam beberapa batasan, seperti yang diungkap Pendakierror (2013) sebagai berikut.

1) Konservasi adalah menggunakan sumber daya alam untuk memenuhi keperluan manusia dalam jumlah yang besar dalam waktu yang lama. 2) Konservasi adalah alokasi sumber daya alam antar waktu (generasi)

yang optimal secara social.

3) Konservasi merupakan manajemen udara, air, tanah, mineral ke organisme hidup termasuk manusia sehingga dapat dicapai kualitas kehidupan manusia yang meningkat termasuk dalam kegiatan manajemen adalah survai, penelitian, administrasi, preservasi, pendidikan, pemanfaatan dan latihan.

4) Konservasi adalah manajemen penggunaan biosfer oleh manusia sehingga dapat memberikan atau memenuhi keuntungan yang besar dan dapat diperbaharui untuk generasi-generasi yang akan datang.

2.2.11.2 Konsep Konservasi Karakter dan Budaya

Konservasi karakter dan budaya merupakan usaha penanaman kembali nilai-nilai atau kebajikan yang berasal dari pandangan hidup atau ideologi bangsa Indonesia, agama, budaya, dan nilai-nilai yang terumuskan dalam tujuan pendidikan nasional.

Hal ini sesuai dengan pendapat Wahyuni (2012: 3) yang menyatakan bahwa pendidikan budaya dan karakter bangsa pada dasarnya adalah pengembangan nilai-nilai yang berasal dari pandangan hidup atau ideologi bangsa Indonesia, agama, budaya, dan nilai-nilai yang terumuskan dalam tujuan pendidikan nasional.

2.2.11.3 Fungsi dan Tujuan Konservasi Karakter dan Budaya Bangsa

Fungsi pendidikan karakter bangsa adalah sebagai bahan (1) pengembangan, (2) perbaikan, dan (3) penyaring. Pengembangan yang dimaksud adalah pendidikan karakter dapat berfungsi sebagai alat pengembangan potensi peserta didik untuk menjadi pribadi berperilaku baik; ini bagi peserta didik yang telah memiliki sikap dan perilaku yang mencerminkan budaya dan karakter bangsa. Perbaikan yang dimaksud bahwa dengan pendidikan karakter dapat memperbaiki perilaku peserta didik dalam pengembangan yang lebih bermartabat. Penyaring yang dimaksud adalah bahwa pendidikan karakter dapat digunakan sebagai alat untuk menyaring budaya bangsa sendiri dan budaya bangsa lain yang tidak sesuai dengan nilai-nilai budaya dan karakter bangsa yang bermartabat.

Tujuan pendidikan budaya dan karakter bangsa adalah (1) mengembangkan potensi kalbu atau nurani atau afektif peserta didik sebagai manusia dan warga negara yang memiliki nilai-nilai budaya dan karakter bangsa; (2) mengembangkan kebiasaan dan perilaku peserta didik yang terpuji dan sejalan dengan nilai-nilai universal dan tradisi budaya bangsa yang religius; (3) menanamkan jiwa kepemimpinan dan tanggung jawab peserta didik sebagai generasi penerus bangsa; (4) mengembangkan kemampuan peserta didik menjadi manusia yang mandiri, kreatif, berwawasan kebangsaan; dan (5) mengembangkan lingkungan kehidupan sekolah sebagai lingkungan belajar yang aman, jujur, penuh kreativitas, dan persahabatan, serta dengan rasa kebangsaan yang tinggi dan penuh kekuatan (Wahyuni, 2012:3-4).

2.2.11.4 Substansi Nilai/Karakter pada Basis Konservasi Karakter dan Budaya

Dalam penerapan pembelajaran untuk meningkatkan keterampilan menulis teks berita dengan menggunakan model investigasi kelompok berbasis konservasi karakter dan budaya maka akan memunculkan nilai yang diharapkan akan menjadi karakter bagi siswa. Nilai yang diupayakan untuk ditanamkan kembali dengan menggunakan model investigasi kelompok berbasis konservasi karakter dan budaya dapat dilihat dalam tabel 1 berikut. Tabel 1 Substansi Nilai/Karakter pada Penerapan Basis Konservasi

Karakter dan Budaya

Substansi nilai karakter pada penerapan basis konservasi karakter dan budaya pada pembelajaran menulis teks berita menggunakan model investigasi kelompok berbasis konservasi karakter dan budaya yang diadaptasi dari Wahyuni (2012) sebagai berikut.

No Rumusan SKL Nilai/Karakter 1 Menunjukkan sikap yakin akan kemampuan

diri sendiri terhadap terciptanya pemenuhan keinginan dan harapan

Percaya diri

2 Memahami keberagaman agama, budaya, suku, ras, dan golongan sosial ekonomi serta perbedaan pendapat dalam lingkup kelas hingga masyarakat

Demokratis

3 Mencari dan menerapkan informasi dari lingkungan sekitar dan sumber-sumber lain secara logis, kritis dan kreatif

4 Menghargai tugas pekerjaan dan memiliki kemampuan untuk berkarya

Tanggung jawab

5 Menunjukkan sikap tidak bergantung pada orang lain dalam menyelesaikan tugas pekerjaan

Mandiri

6 Mematuhi aturan-aturan sosial yang berlaku dalam lingkungan yang lebih luas

Disiplin

7 Berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dan santun

Santun

2.2.12 Penerapan Model Investigasi Kelompok Berbasis Konservasi

Dokumen terkait