• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I. PENDAHULUAN

B. Katekese bagi Kaum Muda sebagi salah satu Upaya Meningkatkan

3. Model Katekese

Dalam PKKI III menyebutkan beberapa unsur dalam ketekese antara lain: proses penyadaran pengalaman hidup, hal ini menjadi pokok dalam suatu katekese karena proses katekese berpangkal dari kenyataan hidup yang dialami oleh umat. Proses penyadaran pengalaman hidup dengan terang Kitab Suci dan Tradisi Gereja, dimana umat memadukan pengalamnnya dengan pengalaman iman dalam Kitab Suci, dengan artian bahwa umat melihat campur tangan Tuhan dalam setiap pengalamannya. Yang terakhir ialah proses penyadaran akan keterlibatan untuk pembaharuan masyarakat atau keterlibatan baru, setelah umat menyadari pangilana sebagai murid maka mereka pun siap untuk menjalankan perutusan. Katekese dibagi menjadi tiga model yaitu model pengalaman hidup, model blibis, dan model campuran (Sumarno DS, 2005:11). Model-model tersebut merupakan alternatif yang digunakan dalam berkatekese seturut dengan perkembangan zaman. Dalam menyusun program yang akan dilaksanakan bagi umat di Stasi Kemranggen menggunakan model Shered Christian Praxis (SCP). Model ini bermula dari model pengalaman hidup umat yang kemudian direfleksikan secara kritis dengan pengalaman iman dan visi misi kristiani supaya muncul sikap kesadaran baru. Katekese model SCP mengutamakan peserta sebagai subyek yang senantiasa akan membagikan pengalaman hidupnya untuk saling menguatkan yang kemudian diteguhkan melalui kitab suci atau Tradisi Gereja.

a. Tiga komponen utama dalam Shered Christian Praxis (SCP). 1) Praxis

Praxis dalam Shared Shristian Praxis diartikan sebagai suatu tindakan yang sudah direfleksikan. Praxis sebagai tindakan meliputi seluruh keterlibatan manusia dalam dunia, segala sesuatu yang diperbuat oleh manusia dengan tujuan tertentu, yaitu suatu perubahan hidup yang meliputi kesatuan praktek dan teori, antara refleksi kritis dan histori yang mengarah kepada keterlibatan baru. Praxis merupakan suatu praktek yang didukung oleh refleksi teoritis dan sekaligus refleksi teoritis yang didukung oleh praktek. Yang merupakan ungkapan pribadi meliputi fisik, emosional, intelektual, spiritualitas dari hidup kita. Menyangkut 3 unsur pembentuk yang saling berkaitan yaitu: aktivitas, refleksi dan kreativitas (Sumarno DS, 2005:15).

2) Christian

Corak kehidupan Kristiani terdapat dalam Tradisi Gereja, yaitu: Kitab Suci tertulis, ajaran Gereja resmi, tafsir, ajaran para teolog, praktek suci, ibadat, sakramen, simbol, ritus, peringatan, lukisan atau hiasan yang menjadi ekspresi iman akan pengalamannya kepada Allah, peristiwa historis khususnya kehadiran Allah dalam peristiwa hidup, mati dan kebangkitan Kristus. Tradisi dalam Gereja Katolik merupakan pengalaman iman dalam bentuk apapun dan telah dibakukan oleh Gereja dalam menanggapi pewahyuan Allah didunia. Tidak semua tradisi dapat di sebut Tradisi, bahkan Tradisi tidak dapat diciptakan begitu saja oleh seseorang. Setiap orang

memiliki pengalaman dan sejarah masing-masing serta memiliki tradisinya sendiri. Dalam hal ini setiap orang mencipakan tradisinya sendiri sebagai orang beriman. Pengalamn kontrit yang dialami oleh setiap orang inilah yang dimaksud dengan tradisi (dengan huruf t kecil).

3) Shared

Sharing mengungkapkan berbagai rasa, pengalaman, pengetahuan serta saling mendengarkan pengalaman orang lain, shared bukan berarti peserta terus menerus harus berbicara. Dalam dialog ini meliputi untuk penting (to tell) membicarakan yang tidak sama dengan berbicara yang didasari oleh sikap keterbukaan dan kejujuran serta kerendahan hati untuk mengungkapkan pengalaman nyata yang terjadi. Dan (to listen) mendengarkan dengan hati dan rasa tentang apa yang dikomunikasikan oleh orang lain. Ketentuan sharing dalam berkatekese model SCP ialah rasa cinta kasih kepada dunia dan manusia yang menjadi dasar dalam berkomunikasi, sikap kerendahan hati dan mau menerima dan menghargai pribadi yang lain, suasana saling berharap akan kekuatan dan dukungan dengan peserta yang lain, bijaksana atas apa yang akan disharingkan. Sehingga dalam sharing diharapkan terjadinya dialog antar peserta dengan Tuhan bukan hanya anatar peserta yang lain.

b. Langkah-langkah Model Shered Christian Praxis (SCP). 1) Langkah 0 (Awal) : Pemusatan Aktivitas

Langkah awal ini dimaksudkan agar mendorong peserta untuk menemukan topik pertemuan yang bertolak dari kehidupan konkret yang

selanjutnya diangkat menjadi tema pertemuan. Dengan demikian tema yang diangkat sungguh-sungguh mencerminkan kehidupan umat sendiri. Langkah awal ini tidak selalu dan bahkan jarang digunakan karena sebagian besar pemandu katekese umat sudah mempersiapkan tema yang akan digunakan dalam berkatekese. Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh data bahwa kaum muda kurang menghayati Perayaan Ekaristi bahasa Jawa. Maka, tema sudah ditentukan sesuai dengan keprihatinan tersebut, supaya kaum muda dapat meningkatkan penghayatan akn Perayaan Ekaristi bahasa Jawa.

2) Langkah 1 (Pertama) : Mengungkapkan Pengalaman Hidup Peserta Dalam langkah awal telah dibahas tentang bagaimana membuat tema yang mencerminkan hidup umat sendiri sehingga mereka mampu tersapa dengan tema yang diambil. Pada langkah pertama ini pendamping bisa membagikan teks cerita yang sesuai dengan tema ataupun video yang mampu mengantar umat, sehingga umat dapat lebih terlibat aktif untuk mensharingkan pengalamannya. Dalam langkah ini pendamping tidak boleh menanggapi sebagai suatu laporan tetapi dengan sabar, ramah dan hormat untuk mendengarkan sharing dari umat sekalian tentang pengalaman hidup yang mereka alami. Dalam langkah ini peserta mengungkapkan pengalaman kenyataan hidup yang dialami sesuai dengan tema yang dibahas. Sesuai dengan tema yang telah dipilih, peserta diharapkan dapat mengungkapkan pengalaman selama mengikuti Perayaan Ekaristi.

3) Langkah II (Kedua) : Mendalami Pengalaman Hidup Peserta.

Dalam Langkah pertama telah mendengar sharing dari umat mengenai pengalaman hidup yang mereka alami. Pada Langkah kedua ini tidak terlepas dari langkah pertama dimana para peserta diajak untuk lebih mendalami pengalaman yang mereka alami dengan panduan pertanyaan yang mampu membawa umat untuk lebih mendalami pengalaman tersebut. Supaya lebih memperdalam pada saat refleksi dan mengantar peserta untuk sampai kepada kesadaran kritis akan pengalaman hidup dan tindakannya. Dalam langkah ini peserta diajak untuk dapat mensharingkan dan saling menguatkan satu sama lain dengan bantuan pertanyaan untuk menggali pengalaman, namun tidak memaksa peserta untuk berbicara. Setelah peserta mengungkapkan pengalaman konkrit mengenai keterlibatan dalam Perayaan Ekaristi kemudian peserta diajak untuk mendalami dan merefleksikan pengalamannya tersebut.

4) Langkah III (Ketiga) : Menggali Pengalaman Iman Kristiani

Dalam langkah ini bertujuan untuk mengkomunikasikan nilai-nilai Tradisi dan visi kristiani supaya lebih terjangkau dan lebih mengena kepada kehidupan peserta yang memiliki latarbelakang yang berbeda. Dalam setiap pengalaman yang kita alami Tuhan selalu ada bersama kita. Oleh karena itu, pada langkah ketiga ini peserta diajak untuk mampu memaknai dan merefleksikan pengalaman yang dialami dengan terang Injil maupun Tradisi Gereja sehingga peserta mampu menemukan makna hidup sejati. Pemandu kateseke sebagai fasilitator memberikan tafsiran Kitab Suci untuk lebih

menguatkan apa yang telah dibahas dalam katekese, sehingga iman umat semakin diteguhkan. Pengalaman peserta yang sudah direfleksikan kemudian dihubungan dengan Tradisi Gereja. Hal ini dimaksudkan supaya peserta diteguhkan, sehingga mulai muncul kesadaran sehingga mampu menggunakan unsur budaya setempat dapat digunakan untuk membantu menghayati Perayaan Ekaristi.

5) Langkah IV (Keempat) : Menerapkan Iman Kristiani dalam situasi peserta konkrit.

Mengajak peserta untuk menemukan bagi dirinya sendiri nilai hidup yang hendak di garisbawahi, sikap-sikap pribadi yang picik di hilangkan dan nilai-nilai baru yang hendak di perkembangkan. Dalam langkah keempat peserta mendialogkan apa yang telah diperoleh selama berkatekese dari langkah pertama hingga langkah ketiga, dan fasilitator mengundang umat untuk melangkah kepada kehidupan yang lebih baik dengan semangat dan iman yang baru. Langkah keempat ini peserta mereflesikan kembali sambil merenungkan selama proses yang telah berlangsung dan diarahkan untuk menemukan sikap baru berkaitan dengan tema yang telah didalami, sehingga peserta semakin mampu untuk belajar untuk mempelajari dan tidak begitu saja kehilangan Bahasa Jawa.

6) Langkah V (Kelima) : Mengusahakan suatu aksi konkrit

Mengajak peserta agar sampai pada keputusan praksis yang dipahami sebagai tanggapan jemaat terhadap pewahyuan Allah dan nantinya mereka mampu untuk membuat aksi baik dalam bentuk kelompok/komunitas maupun secara individu sehingga mereka mampu menjawab kebutuan masyarakat disekitar dan terlibat didalamnya. Bertolak dari keprihatinan yang dialami oleh kaum muda sebagai peserta, dan setelah menemukan niat baru secara pribadi, kemudian peserta secara bersama-sama mengusahakan aksi yang akan dilakukan guna meningkatkan penghayatan akan Perayaan Ekaristi dengan menggunakan Bahasa Jawa.

C. Usulan Program Katekese dengan Model SCP