• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III. KATEKESE UMAT MODEL SHARED CHRISTIAN PRAXIS

B. Gambaran Umum tentang Katekese Umat

5. Model Katekese Umat

Model merupakan pola dasar yang digunakan dalam melaksanakan pewartaan Injil. Unsur pokok dalam pendalaman iman/katekese adalah pengalaman hidup, teks Kitab Suci, dan penerapan konkret. Pendalaman iman/katekese memiliki tiga model katekese umat, yaitu model pengalaman hidup, model biblis dan model campuran (Sumarno Ds, 2013: 11).

a. Model Pengalaman Hidup

Model pengalaman hidup bertitik tolak dari pengalaman hidup dan berpusat pada hidup peserta. Berdasarkan pengalaman dan tindakan hidup yang dialami maka umat semakin mengenal pribadinya. Model pengalaman hidup menekankan pengalaman konkret peserta sebagai pusat dari proses komunikasi iman. Oleh karena itu dalam berkatekese dibutuhkan suasana yang mendukung supaya umat berani mengungkapkan pengalaman hidup (Sumarno Ds, 2013: 11-12).

Langkah-langkah dalam model pengalaman hidup adalah pembukaan, penyajian pengalaman hidup, pendalaman pengalaman hidup, rangkuman pendalaman pengalaman hidup, bacaan Kitab Suci/Tradisi, pendalaman teks Kitab Suci/Tradisi, rangkuman pendalaman teks Kitab Suci/Tradisi dan penerapan dalam kehidupan sehari-hari (Sumarno Ds, 2013: 11-12).

Langkah awal katekese umat model pengalaman hidup adalah pembukaan yang berisikan lagu dan doa pembukaan sesuai tema. Kemudian katekis/pendamping menyajikan pengalaman hidup yang relevan, diambil dari surat kabar/cerita sesuai tema. Berdasarkan pengalaman hidup, peserta diajak untuk mendalaminya dan mengaktulisasikan pengalaman hidup konkret tersebut. Pendalaman pengalaman hidup dapat dilakukan dalam kelompok kecil dengan menggunakan pertanyaan bantuan untuk merangsang peserta mengambil sikap moral. Setelah mendalami pengalaman hidup katekis/pendamping membuat rangkuman sikap yang akan dilakukan peserta. Berdasarkan pengalaman hidup peserta merefleksikan nilai-nilai dalam Kitab Suci/Tradisi untuk mengukuhkan iman. Pada tahap ini katekis/pendamping berperan untuk membantu umat mengungkapkan pesan inti teks Kitab Suci/Tradisi. Setelah itu katekis/pendamping merangkum pendalaman teks Kitab Suci/Tradisi pesan intinya berdasarkan persiapan dari sumber-sumber yang mendukung. Berdasarkan hasil refleksi peserta diajak untuk menerapkan nilai/sikap yang diperoleh selama proses berkatekese dalam kehidupan konkret, dan mengambil kesimpulan praktis sesuai tema dalam hidup di masyarakat, Gereja, Lingkungan, Wilayah, maupun Paroki, keluarga. Peserta juga diajak untuk merenungkan dan mengungkapkan buah-buah pribadi yang diperoleh berupa niat yang dapat dilakukan dalam

kehidupan sehari-hari. Sebagai penutup dalam berkatekese peserta diajak untuk mengungkapkan doa spontan, dan dapat diakhiri doa penutup dengan merangkum keseluruhan tema, atau dengan doa bersama/nyanyian (Sumarno Ds, 2013: 11-12).

b. Model Biblis

Model biblis berpusat pada pengalaman Kitab Suci/Tradisi dan memiliki tiga hal pokok yang perlu diperhatikan yaitu mengamati, mengartikan dan menerapkan teks Kitab Suci. Ketiga hal pokok tersebut digunakan untuk membantu umat memahami isi Kitab Suci/Tradisi. Ketekese umat model biblis terdiri dari beberapa langkah yaitu pembukaan, teks Kitab Suci/Tradisi, pendalaman teks Kitab Suci/Tradisi, pendalaman pengalaman hidup, penerapan dalam hidup, dan penutup (Sumarno Ds, 2013: 12-13).

Langkah pertama dalam model biblis yang berisikan doa dan atau nyanyian pembukaan. Pada langkah pembukaan peran katekis/pendamping menghubungkan tema katekese sekarang dengan tema sebelumnya. Setelah itu pembacaan teks Kitab Suci yang dibacakan oleh salah satu peserta langsung dari Kitab Suci dan peserta diajak merefleksikannya. Pendalaman teks Kitab Suci, diawali dengan masuk dalam kelompok kecil untuk mengungkapkan hasil refleksi pribadi. Sedangkan katekis/pendamping berperan merangkum pesan inti dari peserta dengan menghubungkan penjelasan pribadi berdasarkan persiapan pribadi. Katekis/pendamping menjadi sumber yang penting karena menampilkan isi/pesan inti Kitab Suci yang relevan dan mudah dipahami peserta. Kemudian peserta diajak untuk mendalami pengalaman hidup dengan menghubungkan pesan inti teks Kitab Suci. Dari pendalaman hidup peserta diajak merefleksikan dan

menemukan sikap yang bisa dilakukan dalam hidup. Peserta dapat menemukan semangat, jiwa, serta kekuatan baru dari teks Kitab Suci yang dapat diwujudkan. Kemudian peserta masuk dalam keheningan merenungkan pesan yang diperoleh, menemukan sarana, dan cara menghadapi kesulitan, serta menemukan hal-hal yang mendukung dalam kehidupan sehari-hari. Sebagai penutup proses katekese peserta mengungkapkan doa spontan dan katekis/pendamping menutup dengan doa penutup, doa bersama atau nyanyian bersama (Sumarno Ds, 2013: 12-13).

c. Model Campuran: Biblis dan Pengalaman Hidup

Katekese umat model campuran merupakan gabungan antara model biblis dan model pengalaman hidup. Model campuran bertitik tolak pada hubungan antara Kitab Suci/Tradisi dengan pengalaman hidup konkret peserta (Sumarno Ds, 2013: 13-14). Katekese umat model campuran memiliki beberapa langkah penting yaitu pembukaan, pembacaan Kitab Suci/Tradisi, penyajian pengalaman hidup, pendalaman pengalaman hidup dengan teks Kitab Suci/Tradisi, penerapan meditatif, evaluasi singkat, dan doa penutup (Sumarno Ds, 2013: 13-14).

Langkah pembukaan model campuran adalah doa dan nyanyian pembuka. Langkah kedua, pembacaan teks Kitab Suci/Tradisi, dibacakan peserta secara langsung dan pendamping mengulanginya kemudian peserta diberi kesempatan merenungkannya. Setelah itu peserta diajak menyimak pengalaman hidup dengan sarana pendukung untuk membangkitkan semangat peserta. Peserta diajak mengungkapkan kesan pribadi dalam penyajian pengalaman hidup, mencari apa yang terjadi dalam pengalaman hidup secara objektif, menemukan tema dan pesan pokok. Berdasarkan pengalaman hidup peserta diajak merefleksikan dan

mendalami pesan yang diperoleh dan menghubungkan pengalaman pribadi dengan pesan Kitab Suci. Peran pendamping adalah merangkum reflekis pengalaman hidup dan mengajak peserta membangun niat bersama/pribadi. Langkah lima, penerapan meditatif katekis membuat pertanyaan pembantu sebagai bahan reflektif pengalaman hidup, dan refleksi-pemikiran muncul selama pendalaman pengalaman dihubungkan dengan Kitab Suci. Kemudian Katekis mengajak peserta menemukan nilai baru dalam hidup pribadidan bersama. Langkah keenam adalah evaluasi jalannya katekese umat berupa isi, tema, langkah-langkah dan proses sharing pengalaman iman. Dengan evaluasi diharapkan pertemuan berikutnya menjadi lebih baik, sesuai, dan relevan. Sebagai penutup dilakukan doa umat spontan dan doa penutup dan menyanyikan lagu penutup sesuai tema (Sumarno Ds, 2013: 13-14).

Dokumen terkait