• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kabupaten Indramayu memiliki panjang pantai 147 km dengan kewenangan 4 mil laut dan memiliki 3 gugusan pulau-puau kecil. Potensi Kabupaten ini antara lain adalah areal untuk tambak 39.911,60 Ha dengan potensi perikanan sebesar 142.819 ton, areal untuk budidaya air tawar / kolam 25.000 Ha dengan potensi perikanan sebesar 125.000 ton, areal untuk mina padi 16.000 Ha dengan potensi perikanan sebesar 52.000 ton, areal untuk perairan umum 1.966 Ha dengan potensi perikanan sebesar 6.000 ton, dan areal untuk budidaya laut 752,57 Ha di Pulau Biawak, P. Gosong dan Pulau Candikian dengan potensi perikanan sebesar 13.116 ton [11].

Kabupaten Indramayu mempunyai komoditas unggulan antara lain Garam, Rumput laut jenis Gracilaria sp., dan kulit kerang merupakan limbah dari hasil tangkapan. Luas lahan produksi garam rakyat seluas 2.193,66 Ha dengan jumlah petambaknya yang terlibat PUGAR 2012 sebanyak 2.817 orang yang tergabung dalam 285 KUGAR. 97% dari total produksi garam di Kabupaten Indramayu merupakan produksi garam rakyat PUGAR 2012, potensi bitten cukup tinggi untuk dimanfaatkan menjadi produk yang bernilai ekonomi tinggi. Masyarakat pegaraman mendapatkan peningkatan pendapatan sebesar 240% dengan memanfaatkan bittern menjadi Mg padat. Kabupaten Indramayu mempunyai potensi komoditas rumput laut cukup besar di Desa Cangkring, Kecamatan Cantigi, apabila dilakukan diversifikasi usaha maka pembudidaya dapat mendapatkan tambahan pendapatan sekitar Rp 1,7 juta sampai Rp 2,5 juta pada setiap siklus panen (sekitar 45 hari) [12]. Kulit kerang cukup berlimpah di Desa Eretan Wetan, selama ini hanya dimanfaatkan untuk memperbaiki jalan yang berlubang atau tergenang air atau dijual harga yang sangat murah yaitu berkisar Rp. 1.000,-/kg, dan saat sekarang ini kulit kerang tersebut di pasarkan ke Bali.

Kegiatan pengawalan teknologi yang telah dilakukan oleh KIMBis pada tahun 2013-2014 antara lain adalah pengolahan rumput laut Gracilaria sp. menjadi agar kertas dan pemanfaatan limbah dari hasil pengolahan tersebut, Pembuatan Magnesium padat dari sisa air tua di tambak dan garam konsumsi tanpa yodium dari sisa garam krosok yang ada di gudang garam, serta pemafaatan limbah kulit kerang menjadi produk kerajinan tangan yang bernilai ekspor.

Permasalahan yang terjadi adalah cukup banyak limbah yang terbuang dan tidak dimanfaatkan untuk produksi, padahal hal ini merupakan peluang usaha yang cukup besar

limbah ini, maka apabila dilakukan usaha pemanfaatan limbah tersebut, biaya produksi menjadi rendah khususnya terkait dengan biaya bahan baku, sedangkan nilai jual produk yang dihasilkan akan bernilai tinggi. Dampak kegiatan peningkatan kapasitas masyarakat kelautan dan perikanan di wilayah KIMBis Indramayu melalui pengawalan teknologi, hanya berdampak terhadap tahapan peningkatan pengetahuan masyarakat saja, belum kepada tahapan mencoba untuk melakukan praktek tentang teknologi yang diintroduksikan. Apalagi mau menerapkan teknologi tersebut untuk diaplikasikan dalam kegiatan usaha masyarakat. Kondisi tersebut merupakan potret nyata, dan merupakan permasalahan yang perlu segera ditindaklanjuti.

Pendekatan yang dilakukan untuk mengkonstruksi model ini adalah dengan cara melakukan kegiatan. Sedangkan untuk melakukan kegiatan tersebut dilakukan dengan objek kegiatan, jenis kegiatan, instrumen pelaksanaan kegiatan, serta teknik penggunaan instrumen. Objek kegiatan disesuaikan dengan tujuan kajian yaitu masyarakat sasaran kegiatan yang mempunyai usaha di bidang Kelautan dan Perikanan sesuai dengan kegiatan yang dilaksanakan, Tenaga Penyuluh di Kabupaten Indramayu, tokoh masyarakat setempat dan Petugas Dinas Kelautan dan Perikanan. Jenis Kegiatan yang dilakukan berdasarkan tujuan penelitan antara lain adalah sosialisasi penerapan Teknologi Tepat Guna (TTG) sesuai dengan masing-masing kegiatan. Instrumen pelaksanaan semua kegiatan menggunakan modul dan kuesioner evaluasi pelaksanaan kegiatan, yang topiknya disesuaikan dengan materi kegiatan. Teknik Penggunaan Instrumen Kegiatan antara lain dengan cara: modul dan kuesioner dibagikan ke peserta untuk diisi oleh peserta pada saat awal sebelum dilakukan pemberian materi dan akhir kegiatan setelah penyampaian materi atau pelaksanaan praktek pelatihan. Tujuan model ini dibuat adalah untuk melakukan optimalisasi pengelolaan kelembagaan pengembangan usaha melalui penerapan iptek sehingga model ini bisa di terapkan pada lokasi KIMbis lainnya.

KOMPONEN DASAR MODEL PENERAPAN IPTEK

Komponen dasar model penerapan IPTEK terdiri dari proses penerapan IPTEK, Teknologi Tepat Guna (TTG), dan peningkatan pemberdayaaan masyarakat, sesuai dengan tujuan KIMBis adalah untuk menumbuhkan kewirausahaan dan mempercepat penerapan teknologi kelautan dan perikanan bagi kelompok sasaran.

Program Rintisan Pengembangan KIMBis Kabupaten Indramayu, Jawa Barat | 41

A. Penerapan IPTEK Teknologi Tepat Guna (TTG)

Penerapan IPTEK Teknologi Tepat Guna (TTG) dilakukan dalam rangka penyebarluasan hasil penelitian baik dari Badan Penelitian dan Pengembangan Kelautan dan Perikanan (Balitbang KP) maupun diluar Balitbang KP [13]. Tujuan dari penyebarluasan hasil penelitian ini adalah pemacuan adopsi dan penyebarluasan hasil penelitian atau aplikasi. TTG itu mempunyai ciri-ciri antara lain dapat meningkatkan produktivitas secara nyata; merupakan kesatuan utuh suatu teknologi bukan berupa komponen-komponen; sesuai dengan biofisik, sosial ekonomi dan budaya; disesuaikan dengan kemampuan dan pengetahuan pengguna; ada kelembagaan penunjang yang bertanggung jawab terharap pengadaan input, pemasaran, permodalan, serta kebijakan pemerintah yang mendukung hal tersebut. Penerapan TTG diharapkan menjadi peningkatan keterampilan kelompok yang mendapatkan introduksi teknologi sehingga diharapkan menjadi modal awal dan terus berlangsung hingga pada ujungnya dapat meningkatkan pendapatan. Pendekatan yang dilakukan adalah pendekatan techno-preneurship yaitu pendekatan pemanfaatan teknologi TTG dalam usaha kelautan dan perikanan untuk meningkatkan kapasitas ekonomi masyarakat nelayan.

B. Pemberdayaan Masyarakat

Pengembangan model kelembagaan penerapan IPTEK menganut konsep “pemberdayaan masyarakat” (empowerment). Pemberdayaan merupakan upaya pemberian kesempatan dan atau memfasilitasi kelompok kurang mampu (miskin) agar memiliki aksesibilitas terhadap sumberdaya yang dapat berupa: modal, teknologi, informasi, jaminan pemasaran dan lainnya agar mampu memajukan dan mengembangkan usahanya, sehingga memperoleh perbaikan pendapatan serta perluasan kesempatan kerja demi perbaikan kehidupan dan kesejahteraannya (Sumohadiningrat, 2003 dalam Mardikanto [4]). Pendekatan utama dalam konsep pemberdayaan adalah bahwa masyarakat tidak dijadikan obyek dari berbagai obyek pembangunan, tetapi merupakan subyek dari upaya pembangunannya sendiri [4].

MODEL AWAL KIMBIS 2013

Tahun 2013 KIMBis Indramayu telah menghasilkan Model Kelembagaan Diseminasi Teknologi Budidaya pada Tambak Hasil Introduksi Program Iptekmas di Kabupaten Indramayu, model ini dibuat dalam rangka meningkatan pemberdayaan masyarakat kelautan dan perikanan khususnya pembudidaya udang. Model ini membutuhkan empat komponen dasar, yaitu Sumber Teknologi dari Balitbang KP, litbang non KKP, universitas maupun

dan pengguna teknologi. Bagi pengguna teknologi, model ini sangat bermanfaat untuk meningkatkan kegiatan usahanya sekaligus sebagai sarana untuk mendapatkan umpan balik yang sangat diperlukan oleh sumber teknologi. Pada tahun 2014, model ini diterapkan pada pengembangan kelembagaan usaha melalui penerapan Iptek.

Permasalahan dalam penerapan model tahun 2013 antara lain adalah:

1. Teknologi IPTEKMAS sebagian besar belum dikemas dalam bentuk Teknologi Tepat Guna (TTG),

2. Sebagian besar teknologi yang dihasilkan oleh Sumber Teknologi merupakan teknologi yang cukup mahal dan belum bisa dimanfaatkan langsung oleh masyarakat,

3. Teknologi yang di hasilkan oleh Sumber Teknologi masih merupakan teknologi yang membutuhkan biaya cukup mahal untuk direplikasi serta belum memberikan manfaat secara ekonomi kepada masyarakat pengguna.

Akibat dari adanya permasalahan ini adalah :

 Sebagian besar dari hasil introduksi Program IPTEKMAS tidak dapat digunakan oleh masyarakat dan memerlukan perbaikan yang cukup besar .

 Masyarakat mengharapkan adanya batuan teknologi yang di dihasilkan oleh sumber teknologi dari Balitbang KP, Non Balitbang KP, universitas maupun masyarakat.

Pengolahan rumput laut Gracilaria sp belum diterapkan oleh masyarakat, masih perlu adanya pendampingan teknologi secara intensif.

OPSI KEBIJAKAN KELEMBAGAAN PENGEMBANGAN USAHA MELALUI PENERAPAN IPTEK

Opsi kebijakan pengembangan kelembagaan usaha melalui penerapan Iptek adalah perbaikan dari model yang pernah dibuat pada tahun 2013 yaitu Model Kelembagaan Diseminasi Teknologi Budidaya Di Tambak Hasil Introduksi Program Iptekmas Di Kabupaten Indramayu. Model tersebut diterapkan pada tahun 2014 diharapkan dapat dievaluasi kembali, untuk mendapatkan umpan balik terkait permasalahan yang masih mungkin terjadi pada penerapan model tersebut, harapannya akan menjadi model kelembagaan pengembangan usaha melalui penerapan IPTEK. Model ini merupakan hasil

Program Rintisan Pengembangan KIMBis Kabupaten Indramayu, Jawa Barat | 43

rancang bangun KIMBis Indramayu tahun 2014, selanjutnya akan diterapkan kembali pada tahun 2015. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 7.

PERBAIKAN MODEL KIMBIS INDRAMAYU TAHUN 2013

Melihat permasalahan pada penerapan model KIMBis 2013, maka tahun 2014 ini dilakukan perbaikan model KIMBis 2013. Perbaikan pada model ini adalah Sumber Teknologi yang digunakan tidak hanya berasal dari IPTEKMAS yang bersumber dari Balitbang KP saja, akan tetapi sumber teknologi yang bersumber litbang lainnya, universitas maupun masyarakat dalam bentuk Teknologi Tepat Guna (TTG) yang akan digunakan untuk masyarakat melakukan bisnis dibidang kelautan dan perikanan (Tabel 11).

Tabel 11. Perbaikan Model KIMBis Indramayu Tahun 2013

KIMBis sebagai Fasilitator Bisnis KIMBis sebagai Inkubator Bisnis

 Pertimbangkan kebutuhan pengguna teknologi

 Melakukan pengembangan usaha dengan teknologi yang diterapkan

 Pendampingan dan penguatan kelembagaan

 Melakukan evaluasi dan umpan balik kepada sumber teknologi

 Evaluasi teknologi yang diterapkan oleh pengguna

 Melakukan adaptasi dan replikasi teknologi

 Memberikan umpan balik kepada sumber teknologi jika teknologi tersebut tidak aplikatif

 Membutuhkan atau mendirikan kelembagaan input, pemasaran, dan kelembagaan permodalan

 Mendorong pengguna untuk adaptasi dan replikasi teknologi, kemudian di

implementasikan

 Penghubung dengan kelembagaan input, pemasaran, dan kelembagaan permodalan Sumber: data primer diolah, 2014.

Pengembangan Model Kelembagaan Usaha KIMBIS Indramayu

Model pengembangan pada KIMBis Indramayu adalah model Kelembagaan Pengembangan usaha melalui penerapan iptek, memfokuskan pada komoditas rumput laut, garam dan kulit kerang (Gambar 7). Beberapa perbaikan yang dilakukan antara lain adalah:

 Teknologi yang digunakan adalah Teknologi Tepat Guna (TTG) yang bersumber dari Balitbang KP, litbang non Balitbang KP, universitas maupun masyarakat.

 Saluran teknologi melalui penyuluh.

 Pemilihan teknologi yang diintroduksikan harus murah dan mudah diaplikasikan sehingga dapat meningkatkan produktivitas.

 Sumber teknologi harus bersedia mendapatkan umpan balik dari pengguna teknologi, selain itu pengguna teknologi juga dapat melakukan pengembangan teknologi agar teknologi yang diintroduksikan dapat dimanfaatkan secara optimal.

Program Rintisan Pengembangan KIMBis Kabupaten Indramayu, Jawa Barat | 45

Gambar 7. Model Kelembagaan Pengembangan Usaha Berbasis Penerapan Iptek KIMBis INDRAMAYU

KEMANDIRIAN EKONOMI

UMPAN BALIK (perbaikan kinerja teknologi dan kinerja kelembagaan)

Kebutuhan teknologi Karakteristik pengguna Kategori pengguna PROGRAM PENGEMBANGAN TEKNOLOGI BERKELAN JUTAN Paket Teknologi PENGGUNA

TEKNOLOGI

Ketepatgunaan Teknologi

Ketepatan Penentuan

Kelompok Penerima Iptekmas Diseminasi Sifat teknologi Penyuluh/ Kelembagaan Penyuluhan SALURAN: Media/Metoda

Sarana dan Prasaranan

Teknologi SUMBER TEKNOLOGI Balitbang KP Non Balitbang KP Perencanaan Kerjasama Penelitian

Proses. Penerapan Teknologi Program Iptekmas Koordinasi Kelembagaan (SKPP, SKPD. Universitas, LSM) Koordinasi dgn KIMBis Umpan Balik Kelembagaan Pemasaran Kelembagaan Input Produksi Kelembagaan Permodalan FASILITATOR BISNIS INKUBATOR BISNIS