• Tidak ada hasil yang ditemukan

DAFTAR LAMPIRAN

1.3. PRAKIRAAN KELUARAN

Keluaran yang diharapkan dari kegiatan KIMBis pada tahun 2014 adalah:

1. Terbentuknya kelembagaan KIMBis sebagai fasilitator pengembangan bisnis masyarakat dengan terwujudnya Sekretariat KIMBIs sebagai pusat informasi bisnis dan penyebaran IPTEK

2. Tersusunnya rencana pembentukan inkubator bisnis pengembangan usaha masyarakat kelautan dan perikanan pada KIMBis Indramayu

3. Data dan informasi perubahan kondisi sosial ekonomi masyarakat KP karena pelaksanaan program KIMBis.

Program Rintisan Pengembangan KIMBis Kabupaten Indramayu, Jawa Barat | 7

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

Kelembagaan KIMBis pada dasarnya berbeda dengan kelembagaan yang telah ada di Pedesaan seperti PUMP, PUGAR dan lainnya.Kelembagaan yang terakhir tersebut dibentuk secara top down, Sementara KIMBis adalah Bottom – Up.Oleh sebab itu, KIMBis merupakan bentuk kelembagaan yang mencoba membangun sinergi dengan kelompok-kelompok yang telah ada di pedesaan untuk diperkuat dan dikembangkan.

Kelembagaan yang bersifat top-down itu menurut Syahyuti [2] memiliki beberapa karakteristik:

a. Pengorganisasian masyarakat dalam kelembagaan itu, akan memperkuat integrasi horizontal, karena dalam kelompok dikumpulkan orang-orang yang memiliki profesi yang sama.

b. Pengorganisasian tersebut dibentuk untuk mempermudah kontrol pelaksanaan program dan kegiatan, bukan untuk mengembangkan social capital masyarakat.

c. Setiap program pembangunan, pemerintah membentuk kelembagaan atau kelompok baru, dan secara soliter yang dibentuk pemerintah itu, mengabaikan kelembagaan yang sudah ada.

d. Kultur organisasi dalam lembaga atau kelompok yang dibangun itu, mengabaikan kebiasaan masyarakat setempat. Kultur itu, cenderung merusak intergrasi horizontal dan vertikal yang telah lama berkembang dalam masyarakat.

e. Persepsi masyarakat tentang kelembagaan atau organisasi itu, adalah sebagai persiapan untuk menerima bantuan (peralatan atau uang tunai) dari program pemerintah.

f. Pemerintah menganggap bantuan yang diberikan kepada masyarakat melalui kelembagaan itu dapat meningkatkan kapasitas dan kinerja mereka dalam perekonomian. Tetapi, kapasitas manajerial pengelolaan bantuan dan cara memanfaatkan bantuan itu tidak dilakukan pemerintah secara optimal.

g. Bantuan yang diberikan punya potensi menimbulkan konflik horizontal dalam masyarakat. Oleh sebab itu, pendekatan top – down dengan karakteristik yang diuraikan diatas, menyebabkan tidak tumbuhnya partisipasi masyarakat dalam berorganisasi, aspek ketepatgunaan teknologi dan keilmuan tidak menjadi prasyarat pelaksanaan program / kegiatan. Namun, tertib administrasi pertanggungjawaban kegiatan menjadi persyaratan utama dari program / kegiatan.

termasuk bantuan pemeritah.

Kelompok masyarakat di dalam KIMBis dijadikan sebagai agen pembangunan, yang akan merancang bantuan pemerintah sebagai pemicu kreativitas ekonomi masyarakat, agar kegiatan mereka menjadi berkembang. Masyarakat seperti ini memang sulit di dapat, namun dapat dipelajari pada Kelompok Usaha Garam Rakyat (Kugar) Sari segara dan Kelompok Garam Rebus Sari Rebus di Blok Ceulet , Desa Karang Anyar, Kecamatan Kandanghaur. Selain itu, juga Kelompok pembudidaya rumput laut Pancer Pindang di Desa Cangkring, Kecamatan Cantigi, Kabupaten Indramayu [3].

Jika demikian halnya, maka KIMBis itu dapat dikatakan sebagai lembaga pemberdayaan masyarakat dan penyebaran IPTEK yang juga dapat menghasilkan enterpreneur pada masyarakat pedesaan.

Secara taktis, kehadiran KIMBis pada desa-desa tersebut diharapkan dapat berperan untuk:

a. Membangun dan memperkuat relasi quasy integrasi antar pemangku kepentingan: masyarakat, SKPP, SKPD dan pengusaha. Dengan demikian, KIMBis tidak soliter dan akan memperkuat hubungan horizontal dan vertikal seluruh pemangku kepentingan dalam mensukseskan pelaksanaan program dan tujuan pembangunan nasional.

b. Meningkatkan social capital masyarakat. Peningkatan tersebut difasilitasi oleh peneliti, penyuluh dan pengurus KIMBis melalui pendampingan dan pengawalan teknologi. Tujuannya adalah untuk meningkatkan kemampuan manajerial masyarakat dalam mengoptimalkan pemanfaatan sumberdaya alam yang tersedia serta meraih peluang yang ada pada masyarakat.

c. Mengoptimalkan pemanfaatkan bantuan (peralatan dan permodalan) yang telah dibagikan kepada masyarakat oleh berbagai SKPP dan SKPD, serta swasta. Oleh sebab itu, KIMBis merupakan wadah kerjasama antar pemangku kepentingan itu untuk mencapai tujuan yang direncanakan.

d. Membentuk struktur organisasi dan koordinasi dalam masyarakat dengan atau tanpa pemerintah dalam rangka membangun kontruksisosial untuk mengembangkan perekonomian mereka secara mandiri.

Kemandirian yang diharapkan itu adalah dalam bentuk, berkembangnya kewirausahaan dalam masyarakat. Kemandirian tersebut dapat dicapai, jika kelembagaan KIMBis dibangun melalui partisipasi berbagai pemangku kepentingan.

Program Rintisan Pengembangan KIMBis Kabupaten Indramayu, Jawa Barat | 9

Pendekatan utama dalam konsep pemberdayaan adalah [4] bahwa masyarakat tidak dijadikan obyek dari berbagai obyek pembangunan, tetapi merupakan subyek dari upaya pembangunannya sendiri. Berdasarkan konsep demikian, maka pemberdayaan masyarakat harus mengikuti pendekatan sebagai berikut: pertama, upaya itu harus terarah dengan ditujukan langsung kepada yang memerlukan, yaitu dengan cara merancang program yang mengatasi masalah dan sesuai kebutuhannya. Kedua, program harus mengikut sertakan bahkan dilaksanakan oleh masyarakat yang menjadi sasaran, dengan tujuan agar program tersebut efektif karena sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan mereka, disamping juga agar kelompok sasaran dapat meningkat kemampuan dan pengalamannya dalam merancang, melaksanakan, mengelola, upaya peningkatan diri dan ekonominya. Ketiga, menggunakan pendekatan kelompok agar lebih mudah dalam memecahkan masalah dan lebih efektif dan efisien dalam penggunaan sumberdaya. Dengan demikian, aspek penting dalam suatu program pemberdayaan masyarakat adalah: (1) program tersebut disusun sendiri oleh masyarakat, (2) mampu memenuhi kebutuhan masyarakat, (3) mendukung keterlibatan kaum miskin (kurang mampu) dan kelompok lainnya, (4) dibangun dari sumberdaya lokal, (5) mempertimbangkan nilai budaya lokal, (6) keterlibatan berbagai pihak terkait, dan (7) memperhatikan dampak lingkungan dan dilaksanakan secara berkelanjutan.

Pada gilirannya diharapkan dengan terbentuk dan berfungsinya KIMBis tersebut dapat menjadi bagian atau cikal bakal dari pengembangan kegiatan sinegisme peneliti, penyuluh dan pelaku usaha (nelayan/pembudidaya ikan, pengolah, pedagang dan investor) melakukan kegiatan untuk memperbaiki kehidupan masyarakat melalui intervensi paket teknologi Balitbang KP yang terpilih, membangun jaringan kerja, dan difusi paket teknologi yang diintroduksi. Hal tersebut dapat dikembangkan di Kabupaten Indramayu berdasarkan potensi sumberdaya perikanan yang ada.

BAB III. METODOLOGI