• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAJIAN PUSTAKA

2.2 Landasan Teori

2.2.8 Model Number Heads Together (NHT)

Model pembelajaran Numbered Heads Together merupakan salah satu model pembelajaran Cooperative Learning. Lie (2010: 59) menyatakan bahwa teknik belajar mengajar kepala bernomor memberikan kesempatan kepada siswa untuk saling membagikan ide-ide dan mempertimbangkan jawaban yang paling tepat. Selain itu, teknik ini juga mendorong siswa untuk meningkatkan semangat kerja sama mereka. Teknik ini bisa digunakan dalam semua mata pelajaran dan untuk semua tingkatan usia siswa.

penomoran berpikir bersama merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan sebagai alternatif struktur kelas tradisional. Pada dasarnya, Number Heads Together (NHT) merupakan varian dari diskusi kelompok. Number Heads Together merupakan model pembelajaran yang pertama kali dikembangkan oleh Kagen (1993) untuk melibatkan lebih banyak siswa dalam menelaah materi yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut.

Pendapat lain, menurut Huda (2013: 203) menjelaskan bahwa Number Heads Tohether merupakan varian dari diskusi kelompok. Tujuan dari model pembelajaran Number Heads Tohether adalah memberi kesempatan kepada siswa untuk saling berbagi gagasan dan mempertimbangkan jawaban yang paling tepat. Selain untuk meningkatkan kerjasama siswa Number Heads Tohether juga bisa diterapkan untuk semua mata pelajaran dan tingkatan kelas.

Selain beberapa pendapat para ahli di atas, Bawn (2007: 43-44) menjelaskan model pembelajaran Numbered Heads Together sebagai berikut:

Numbered Heads Together (NHT) is another small group learning method using student teams. NHT is similar to STAD because heterogeneous groupings of students are used. Arrangement of four students per learning team, with each team counting off from one to four is the beginning of Numbered Heads Together. There is one high achieving student, one low achieving student and two average achieving students on a learning team.

Model pembelajaran Numbered Heads Together (NHT) merupakan model pembelajaran kelompok kecil menggunakan tim siswa seperti yang dikonsepkan model pembelajaran kooperatif. NHT menggunakan kelompok beranggotakan siswa yang heterogen berjumlah 4-5 siswa dengan setiap kelompok menomori

anggotanya. Setiap siswa mengerjakan soal sesuai dengan nomor yang diperolehnya.

2.2.8.1Langkah-langkah penerapan model pembelajaran Number Heads Together (NHT)

Menurut Suprijono (2009: 92), pembelajaran ini diawali dengan Numbering. Guru membagi kelas menjadi kelompok-kelompok kecil. Setelah kelompok terbentuk guru mengajukan beberapa pertanyaan yang harus dijawab oleh tiap-tiap kelompok. Berikan kesempatan kepada setiap kelompok menemukan jawaban. Pada kesempatan ini tiap-tiap kelompok menyatukan kepalanya “Heads Together” berdiskusi memikirkan jawaban atas pertanyaan dari guru. Berikutnya guru memanggil peserta didik yang memiliki nomor yang sama dari tiap-tiap kelompok. Mereka diberi kesempatan untuk memberi jawaban. Berdasarkan jawaban itu guru dapat mengembangkan diskusi lebih mendalam, sehingga peserta didik dapat menemukan jawaban sebagai pengetahuan yang utuh.

Pelaksanaan model pembelajaran Numbered Heads Together (NHT) dalam pembelajaran secara sistematis dijelaskan oleh beberapa tokoh. Menurut Lie (2010: 60), langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam penerapan model Numbered Heads Together adalah sebagai berikut:

1) Siswa dibagi dalam kelompok.

2) Setiap siswa dalam setiap kelompok mendapatkan nomor. 3) Guru memberikan tugas dan masing-masing kelompok

mengerjakannya.

4) Kelompok memutuskan jawaban yang dianggap paling benar dan memastikan setiap anggota kelompok mengetahui jawaban ini.

6) Siswa dengan nomor yang dipanggil melaporkan hasil kerja sama mereka.

2.2.8.2Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Number Heads Together (NHT)

Setiap model pembelajaran pasti memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing, tidak terkecuali model pembelajaran Numbered Heads Together (NHT). Hamdani (2011: 90) memaparkan beberapa kelebihan. Diantara kelebihannya yaitu: 1) Setiap siswa menjadi siap semua. 2) Siswa dapat melakukan diskusi dengan sungguh-sungguh. 3) Siswa yang pandai dapat mengajari siswa yang kurang pandai.

Hamdani (2011) juga memaparkan kekurangan model pembelajaran NHT sebagai berikut: 1) Kemungkinan nomor yang dipanggil, akan dipanggil lagi oleh guru. 2) Tidak semua anggota kelompok dipanggil oleh guru.

Damayanti (2012) mengemukakan kelebihan model pembelajaran NHT yang dikutip dari Hill sebagai berikut:

(1) Dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. (2) Mampu memperdalam pamahaman siswa. (3) Menyenangkan siswa dalam belajar. (4) Mengembangkan sikap positif siswa. (5) Mengembangkan sikap kepemimpinan siswa. (6) Mengembangkan rasa ingin tahu siswa. (7) Meningkatkan rasa percaya diri siswa. (8) Mengembangkan rasa saling memiliki. serta (9) Mengembangkan keterampilan untuk masa depan.

Kekurangan dari model pembelajaran Numbered Heads Together (NHT) menurut Damayanti (2012) yaitu kelas cenderung jadi ramai, terutama untuk kelas dengan jumlah siswa lebih dari 33 orang. Kekurangan ini harus disiasati oleh guru kelas dengan sebaik-baiknya. Guru harus bisa mengkondisikan siswa agar kelas terkendali. Jika kondisi kelas ramai, akan mengganggu kegiatan pembelajaran

tidak hanya di kelas sendiri, tetapi bisa juga menganggu kelas lain. 2.2.9 Hasil Belajar

Menurut Rifa’i dan Anni (2009: 85), “hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh siswa setelah mengalami kegiatan belajar”. Menurut Suprijono (2012:5) hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, sikap-sikap, apresiasi, dan ketrampilan. Merujuk pada pemikiran Gagne (1979) dalam Suprijono (2012: 5) yang menyatakan hasil belajar berupa:

(1) Informasi verbal yaitu kapabilitas mengungkapkan pengetahuan dalam bentuk bahasa, baik lisan maupun tertulis. Kemampuan yang diperlukan untuk merespons secara spesifik terhadap rangsangan spesifik. Kemampuan tersebut tidak memerlukan manipulasi simbol, pemecahan masalah maupun penerapan aturan.

(2) Ketrampilan intelektual yaitu kemampuan dalam mempresentasikan konsep dan lambang. Kemampuan tersebut terdiridari kemampuan mengategorisasikan, kemampuan analisis-sintesis fakta-konsep, dan mengembangkan prinsip-prinsip keilmuan.

(3) Strategi kognitif yaitu kecakapan menyalurkan dan mengarahkan aktivitas kognitifnya sendiri. Aktivitas kognitf tersebut meliputi penggunaan konsep dan kaidah dalam memecahkan masalah.

(4) Kemampuan motorik yaitu kemampuan melakukan serangkaian gerak jasmani dalam urusan dan koordinasi sehingga terwujud otomatisme gerak jasmani.

(5) Sikap adalah kemampuan menerima atau menolak objek berdasarkan penilaian terhadap objek tersebut. Sikap berupa kemampuan menginternalisasi dan eksternalisasi nilai-nilai sebagai standar perilaku.

Dari sisi guru, tindakan mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar, dan dari sisi siswa hasil belajar merupakan puncak proses belajar. Jadi, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah perubahan yang terjadi sebagai akibat telah dilaksanakannya kegiatan pembelajaran.

materi membaca pemahaman, peneliti akan mengetahui ranah kognitif siswa. Ranah kognitif yang diukur berupa hasil belajar siswa dalam pembelajaran materi membaca pemahaman.