• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori

9. Model Pembelajaran Berbasis Masalah

Dari beberapa pendapata para ahli pada intinya belajar merupakan suatu proses untuk mencapai suatu tujuan yaitu perubahan ke arah yang lebih baik.

Perubahan tersebut adalah perubahan pengetahuan, pemahaman, keterampilan dan sikap yang bersifat menetap. Tujuan utama dalam menerapkan pembelajaran berbasis masalah adalah penguasaan issi belajar dari disiplin hereustik dan pengembangan keterampilan pemecahan masalah.48

46 Ibid., hlm 80.

47 Ibid., hlm 13.

48 Rusman. Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru, Jakarta: Rajawali Pers, 2011, hlm 236.

Ada beberapa cara menerapkan PBL dalam pembelajaran. Secara umum penerapan model ini dimulai dengan adanya pemecahan masalah yang harus dipecahkan oleh peserta didik. Masalah tersebut dapat berasal dari peserta didik atau dari pendidik. Peserta didik akan memusatkan pembelajaran di sekitar masalah tersebut, dengan arti lain, peserta didik belajar teori dan metode ilmiah agar dapat memecahkan masalah yang menjadi pusat perhatiannya. Pemecahan masalah dalam PBL harus sesuai dengan langkah-langkah metode ilmiah. Dengan demikian peserta didik belajar memecahkan masalah secara sistematis dan terencana.

Pembelajaran berbasis masalah adalah sebuah cara memanfaatkan masalah untuk menimbulkan motivasi belajar. Pembelajaran berbasis masalah merupakan suatu rangkaian kegiatan belajar yang diharapkan dapat memberdayakan siswa untuk menjadi seseorang individu yang mandiri dan mampu menghadapi setiap permasalahan dalam hidupnya dikemudian hari. Pada model pembelajaran berdasarkan masalah kelompok-kelompok kecil siswa bekerjasama memecahkan suatu masalah yang disepakati oleh siswa dan guru.49

Pembelajaran Berbasis Masalah selain memiliki cara tersendiri untuk menimbulkan motivasi pada diri siswa, juga memiliki ciri-ciri dalam pembelajarn sebagai berikut; pembelajaran dimulai dengan pemberian ‘masalah’, biasanya ‘masalah’ memiliki konteks dengan dunia nyata, peserta didik secara berkelompk aktif merumuskan masalah dan mengidentifikasi

49 Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif, Jakarta: Prenada Media Group, 2009, hlm 92.

kesenjangan pengetahuan mereka, mempelajari dan mencari sendiri materi terkait dengan ‘masalah’, dan melaporkan solusi dari ‘masalah’. Sementara pendidik lebih banyak memfasilitasi.50

Pembelajaran berbasis masalah berfokus pada penyajian suatu permasalahan (nyata atau stimulasi) kepada siswa, kemudian siswa diminta mencari pemecahannya melalui serangkaian penelitian dan investigasi berdasarkan teori, konsep, prinsip yang dipelajarinya dari berbagai bidang ilmu.51 Karakteristik pembelajaran berbasis masalah adalah sebagai berikut:

1) Permasalahan menjadi starting point dalam belajar.

2) Permasalahan yang diangkat adalah permasalahan yang ada di dunia nyata yang tidak tersetruktur.

3) Permasalahan membutuhkan perspektif ganda.

4) Permsalahan menantang pengetahuan yang dimiliki oleh siswa, sikap dan kompetensi yang kemudian membutuhkan identifikasi kebutuhan belajar dan bidang baru dalam belajar.

5) Belajar pengarahan diri menjadi hal utama.

6) Pemanfaatan sumber pengetahuan yang beragam penggunaannya dan evaluasi sumber informasi merupakan proses yang esensial dalam PBM.

50 Taufiq Amir, Inovasi Pendidikan Melalui Problem Based Learning, Jakarta: Prenada Media Group, 2009, hlm, 12.

7) Belajar adalah kolaboratif, komunikasi, dan kooperatif.

8) Pengembangan keterampilan inquiri dan pemecahan masalah sama pentingnya dengan penguasaan isi pengetahuan untuk mencari solusi dari sebuah permasalahan.

9) Keterbukaan proses dalam PBM (Pembelajaran Berbasis Masalah) meliputi sintesis dan integrasi dari sebuah proses belajar.

10) Pembelajaran berbasis masalah melibatkan evaluasi dan review pengalaman siswa dan proses belajar.52

Pembelajaran berbasis masalah terdiri dari 7 langkah yaitu:53

1) Mengklarifikasi istilah dan konsep yang belum jelas

Memastikan setiap anggota memahami berbagai istilah dan konsep yang ada dalam masalah.

2) Merumuskan masalah

Fenomena yang ada dalam masalah menuntut penjelasan hubungan-hubungan apa yang terjadi diantara fenomena itu. Kadan-kadang ada hubungan yang belum nyata antara fenomenanya, atau ada yang sub-sub masalah yang harus diperjelas dahulu.

3) Menganalisis masalah

Anggota mengeluarkan pengetahuan terkait apa yang sudah dimiliki anggota tentang masalah. Terjadi diskusi yang membahas

52 Rusman. Model-model Pembelajaran (mengembangkan profesionalisme guru). Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. 2010. Hlm 232-233.

informasi faktual (yang tercantum pada masalah), dan juga informasi yang ada di dalam pikiran anggota. Brainstorming (curah gagasan) dilakukan dalam tahap ini. Anggota kelompok mendapatkan kesempatan melatih bagaimana mejelaskan, melihat alternatif atau hipotesis yang terkait dengan masalah.

4) Menata gagasan dan secara sistematis, serta menganalisisnya. Bagian yang sudah dianalisis dilihat dari keterkaitannya satu sama lain dikelompokkan: mana yang saling menunjang dan mana yang bertentangan dan sebagainya. Analisis adalah upaya memilah-milah sesuatu menjadi bagian yang membentuknya.

5) Memformulasikan tujuan pembelajaran

Kelompok dapat merumuskna tujuan pembelajaran karena kelompok sudah tahu pengetahuan mana yang masih kurang dan mana yang masih belum jelas. Tujuan pembelajaran akan dikaitikan dengan menganalisis masalah yang dibuat.

6) Mencari informasi tambahan dari sumber yang lain (di luar diskusi kelompok)

Saat ini kelompok sudah tahu informasi apa yang tidak dimiliki dan sudah punya tujuan pembelajaran. Kini saatnya mereka mencari informasi tambahan itu dan menentukan dimana hendak mencarinya. Mereka harus mengatur jadwal, menentukan sumber informasi. Setiap anggota harus mampu belajar sendiri dengan efektif untuk tahapan ini agar mendapatkan informasi yang relevan

seperti menentukan kata kunci dalam pemilihan, memperkirakan topik, penulis, publikasi, dan sumber pembelajaran.

7) Mensintesa (menggabungkan) dan menguji informasi baru dan membuat laporan untuk kelas.

Berdasarkan laporan-laporan individu atau sub kelompok yang dipresentasikan dihadapan kelompok lain, kelompok akan mendapatkan informasi-informasi baru. Anggota yang mendengar laporan haruslah kristis tentang laporan yang disajikan (laporan diketik dan diserahkan ke setiap anggota). Kadang-kadang laporan yang dibuat menghasilkan pertanyaan-pertanyaan baru yang harus disikapi oleh kelompok untuk mendiskusikan. Dalam tahap ini, keterampilan yang dibutuhkan adalah meringkas dan mendiskusikan.

Persepsi pengalaman pembelajaran berbasis masalah sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Huang yang dikutip dalam W. Sanjaya yaitu berupa persepsi positif dan persepsi negatif yang ditunjukkan sebagai berikut:

1) Persepsi positif pembelajaran berbasis masalah

a) Responden merasa luas ketika ide-ide mereka diterima oleh anggota-anggota kelas

b) Pembelajaran Berbasis Masalah lebih interaktif dari gaya belajar yang lain.

c) Pembelajaran Berbasis Masalah memenuhi kebutuhan siswa dalam belajar.

2) Persepsi negatif Pembelajaran Berbasis Masalah a) Pengetahuan yang didapatkan siswa tidak akurat

b) Siswa tidak tentu memahami bahan pelajaran dan tidak tentu tentang apa yang dikerjakan terhadap masalah.

c) Banyak waktu kelas yang sia-sia dan dirasakan oleh beberapa guru tidak fokus.

d) Beban kerja menjadi lebih berat dan menimbulkan usaha ekstra untuk memenuhinya.

Sedangkan presepsi Pembelajaran menurut Sanjaya yaitu berupa keunggulan dan kelemahan yang ditunjukan sebagai berikut54:

1) Keunggulan Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based

Learnig) sebagai berikut:

a) Pemecahan masalah (problem solving) merupakan teknik yang cukup bagus untuk lebih memahami isi pelajaran.

b) Menantang kemampuan siswa serta memberikan kepuasan untuk menemukan pengetahuan baru bagi siswa.

c) Meningkatkan motivasi dan aktifitas pembelajaran siswa. d) Membantu siswa untuk mengembangkan pengetahuan barunya

dan bertanggung jawab dalam pembelajaran yang mereka lakukan. selain itu juga pemecahan masalah juga dapat mendorong untuk melakukan evaluasi sendiri baik terhadap hasil maupun proses belajarnya.

e) Melalui pemecahan masalah bisa memperlihatkan kepada siswa bahwa setiap mata pelajaran pada dasarnya merupakan cara berifikir, dan sesuatu yang harus dimengerti oleh siswa, bukan hanya sekedar belajar dari guru atau dari buku-buku saja. f) Mengembagnkan kemampuan siswa untuk berfikir kritis dan

mengembangkan kemampuan mereka menyesuaikan dengan pengetahuan baru.

g) Pemecahan masalah dapat mengembangkan kemampuan berfikir kritis siswa dan mengembangkan kemampuan mereka untuk menyesuaikan dengan pengetahuan baru.

h) Memberikan kesempatan pada siswa untuk mengaplikasikan pengetahuan yang mereka miliki dalam dunia nyata.

i) Mengembangkan minat siswa untuk secara terus menerus belajar sekalipun belajar pada pendidikan formal telah berkahir. j) Memudahkan siswa dalam menguasai konsep-konsep yang

dipelajari guna memcahkan masalah dunia nyata.

2) Kelemahan Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem-Based

Learning)

54 W. Sanjaya, Strategi Pembelajran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, Jakarta: Kencana, Pedana Media Group, hlm 220-221.

Disamping keunggulan yang dimiliki Pembelajaran Berbasis Masalah, tentunya Pembelajaran Berbasis Masalah sebagai sebuah strategi pembelajaran juga memiliki kelemahan diantaranya:

a) Masalah siswa tidak memiliki minat atau kepercayaan, maka mereka akan enggan untuk mencoba.

b) Keberhasilan strategi pembelajaran melalui problem solving membutuhkan cukup waktu untuk persiapan.

c) Tanpa pemahaman mengapa mereka berusaha untuk memecahkan masalah yang sedang dipelajari, maka mereka tidak akan belajar apa yang mereka ingin pelajari.55

10. Pengertian Media Audio-Visual a. Media

Apabila dilihat dari etimologi “kata media berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk jamak dari kata “medium” yang secara harafiah berati perantara atau pengatar, maksudnya sebagai perantara atau alat menyampaikan sesuatu”. Media adalah sebuah alat yang berfungsi dan dapat digunakan untuk menyampaikan pesan pembelajaran. Pembelajaran adalah proses komunikasi antara pembelajaran, pengajar, dan bahan ajar. Maka dapat dikatakan bahwa, bentuk komunikasi tidak akan berjalan tanpa bantuan sarana untuk menyampaikan pesan. Bentuk-bentuk stimulus dapat dipergunakan sbagai media, diantaranya adalah hubungan atau interaksi manusia, realitas, gambar bergerak atau tidak, tulisan dan suara

yang direkam. Dengan kelima bentuk stimulus ini, akan membantu pembelajar mempelajari bahan ajaran. Atau dapat disimpulkan bahwa bentuk-bentuk stimulus dapat dipergunakan sebagai media adalah suara, lihat, dan gerakan.56

Azhar Arsyad berpendapat bahwa, media berasal dari bahasa latin

medius yang secara harafiah berarti tengah, ‘perantara’ atau ‘pengantar’.

Dalam bahasa Arab, media adalah perantara atau pengatar pesan dari pengirim kepada penerima pesan.57

b. Media Pembelajaran

Kata media berasal dari bahasa latin, yang merupakan bentuk jamak dari kata medium, yang berarti sesuatu yang terletak di tengah (antara dua pihak atau kutub) atau suatu alat. Oleh karena itu media pembelajaran dapat diartikan sebagai suatu yang mengantarkan pesan pembelajaran antara pemberi pesan kepada penerima pesan.58

Konsep media pembelajaran mempunyai dua segi yang satu sama lain saling menunjang, yaitu perangkat keras (hardware) dan materi atau bahan yang disebut perangkat lunak (software).59

1. Ciri-ciri Media Pembelajaran.

Pada dasarnya fungsi utama media pembelajaran adalah sebagai sumber belajar. Fungsi-fungsi yang lain merupakan hasil pertimbangan pada kajian ciri-ciri umum yang dimilikinya, bahasa

56 Hujair AH Sanaky, Media Pembelajaran Interaktif-Inovatif, Yogyakarta : Kaukaba Dipantara, 2013, hlm 3.

57 Azhar Arsyad, Media Pembelajaran, Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2010, hlm 3.

58 Sri Anitah, Media Pembelajaran, Surakarta : Yuma Pustaka, 2010, hlm 4.

yang dipakai menyampaikan pesan dan dampak atau efek yang ditimbulkannya. Ciri-ciri (karakteristik) umum media yang dimaksud adalah kemampuan merekam, menyimpan, melestarikan, merekonstruksi, dan mentransportasikan suatu peristiwa atau obyek. Kemudian yang dipakai menyampaikan pesan adalah bahasa verbal dan bahasa nonverbal. Terakhir adalah tentang efek yang ditimbulkannya, bentuk kongkrit dari efek ini adalah terjadinya perubahan tingkah laku dan sikap siswa sebagai akibat interaksi antara dia dengan pesan; baik perubahan itu secara individu maupun secara kelompok.60

2. Tujuan Media Pembelajaran.

Untuk tujuan informasi, media pembelajaran dapat digunakan dalam rangka penyajian informasi di hadapan siswa. Isi dan bentuk penyajian bersifat amat umum, berfungsi sebagai pengantar, ringkasan laporan, atau pengetahuan latar belakang. Penyajian dapat pula berbentuk hiburan, drama, atau teknik motivasi. Media berfungsi untuk tujuan instruksi dimana informasi yang terdapat dalam media itu harus melibatkan siswa baik dalam benak atau mental maupun dalam bentuk aktivitas yang nyata sehingga pembelajaran dapat terjadi.61

60 Yudhi Munadi, Media Pembelajaran (sebuah pendekatan baru), Jakarta : Referensi, 2013, hlm 36.

3. Maanfaat Media Pembelajaran.

Berbagai manfaat media pembelajaran seperti, penyampaian pelajaran menjadi lebih baku. Setiap pelajar yang melihat atau mendengar penyajian melalui media menerima pesan yang sama. Meskipun para guru menafsirkan isi pelajaran dengan cara yang berbeda-beda, dengan penggunaan media ragam hasil tafsiran itu dapat dikurangi sehingga informasi yang sama dapat disampaikan kepada siswa sebagai landasan untuk pengkajian, latihan, dan aplikasi lebih lanjut.62

Arief S. Sadiman, membagi pemanfaatan media pembelajaran pada dua pola, yakni pemanfaatan media dalam situasi belajar-mengajar di dala kelas atau ruang (seperti auditorium) dan pemanfaatan media di luar kelas. Dalam konteksnya pemaanfaatan media di dalam kelas, kehadiranya dimaksudkan untuk menunjang tercapainya tujuan tertentu. Pemanfaatan media secara kontrol, yakni media itu digunakan dalam suatu rangkaian kegiatan yang diatur secara sistematik untuk mencapai tujuan tertentu, seperti pemanfaatannya di dalam kelas dan pada program pendidikan jarak jauh.63

c. Media Audio

Pembahasan tentang proses komunikasi pembelajaran dengan menggunakan media audio tidak lepas dari pembahasan aspek

62 Ibid, hlm 25.

pendengaran itu sendiri. Pendengaran adalah alat untuk mendengarkan. Sebelum Johannes Gutenberg menemukan mesin cetak pada tahun 1440-an, kebanyakan informasi disampaikan dari generasi ke generasi secara lisan. Epos, mitos, dan dongeng dalam semua kebudayaan kuno disampaikan melalui tradisi lisan.64

Karakteristik media pembelajaan yang menjadi pembahasan kita kali ini adalah karakteristik berdasarkan kemampuan media dalam membangkitkan rangsangan indera pendengaran. Ciri utama dari media ini adalah pesan yang disalurkan melalui audio dituangkan dalam lambang-lambang auditif, baik verbal (bahasa lisan/kata-kata) maupun nonverbal (bunyi-bunyian dan vokalisasi, seperti geruntuan, guman, musik, dll).65

d. Media Visual

Media visual adalah media yang melibatkan indera penglihatan. Terdapat dua jenis pesan yang dimuat dalam media visual, yakni pesan verbal dan nonverbal. Pesan verbal visual terdiri atas kata-kata (bahasa verbal) dalam bentuk tulisan; dan pesan nonverbal-visual adalah pesan yang dituangkan ke dalam simbol nonverbal-visual. Posisi simbol-simbol nonverbal-visual yakni sebagai pengganti bahasa verbal, maka ia bisa disebut sebagai bahasa visual. Bahasa visual inilah yang kemudian menjadi software-nya media visual.66

Media berbasis visual (image atau perumpamaan) memegang peran yang sangat penting dalam proses belajar. Media visual dapat

64 Ibid,hlm 58.

65 Ibid, hlm 64.

memperlancar pemahaman (misalnya melalui elaborasi struktur dan organisasi) dan memperkuat ingatan. Visual dapat pula menimbulkan minat siswa dan dapat memberikan hubungan antara isi materi pelajaran dengan dunia nyata.67

e. Media Audio-visual

Media visual yang menggabungkan penggunaan suara memerlukan pekerjaan tambahan untuk memproduksinya. Salah satu perkerjaan penting yang diperlukan dalam media audio-visual adalah penulisan naskah dan

storyboard yang memerlukan persiapan yang banyak, rancangan, dan

penelitian. Narasi ini merupakan penuntun bagi tim produksi untuk memikirkan bagaimana video menggambarkan atau visualisasi materi pelajaran. Pada awal pelajaran media harus mempertunjukan sesuatu yang dapat menarik perhatian semua siswa.68

Media audio-visual dalam kegunaannya dapat dilihat sebagai berikut yakni, media yang dilengkapi dengan fungsi peralatan suara dan gambar dalam satu unit, dinamakan media audio-visual murni. Seperti film

(movie) , LCD, dan video.69

Dalam pembelajaran dimasa sekarang ini, pemanfaatan video dalam proses pembelajaran hendaknya memperhatikan hal-hal berikut:

1. Program video harus dipilih agar sesuai dengan tujuan pembelajaran.

67 Ibid, hlm 89.

68 Ibid, hlm 94.

2. Pemakaian video untuk tujuan kognitif dapat digunakan utuk hal-hal yang menyangkut kemampuan mengenal kembali dan kemampuan memberikan rangsangan berupa gerak yang serasi. 3. Dengan menggunakan berbagai teknik dan efek video dapat menjadi media yang sangat ampuh untuk mempengaruhi sikap dan emosi siswa dalam situasi belajar.70

f. Pengertian Multimedia

Multimedia, bisa punya makna berlainan bagi orang lain. Bagi sekalangan orang lain, multimedia bisa berarti presentasi ‘‘live’’ saat sekelompok orang duduk dalam suatu ruangan sambil memandang gambar-gambar yang disajikan dalam satu atau lebih layar lebar dan mendengar music suara lain yang disampaikan oleh pembicara. Saya sendiri mendefenisikan ‘multimedia’ sebagai ‘presentasi materi dengan menggunakan kata-kata sekaligus gambar-gambar’. Yang dimaksud dengan ‘kata’ disini adalah materinya disajikan dalam verbal form atau bentuk verbal, misalnya menggunakan teks kata-kata yang tercetak atau terucapkan.71

Dapat ditinjau bahwa kasus yang mendukung multimedia learning ini didasarkan pada ide bahwa pesan-pesan instruksional harus dirancang sejalan dengan bagaimana otak manusia bekerja. Jadi istilah ‘‘multimedia’’ bisa dilihat dari tiga pandangan; didasarkan pada alat-alat yang digunakan untuk mengirimkan pesan instruksional (yakni, media pengirimannya), format-format representasional yang digunakan untuk

70 Ibid, hlm 127-128.

menyajikan pesan instruksional (yakni, model-model presentasinya), dan modalitas indrawi yang digunakan murid untuk menerima pesan instruksional itu (yakni, pancaindra).72

Dokumen terkait