• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peningkatan prestasi dan motivasi belajar Sejarah melalui model pembelajaran berbasis masalah dan pemanfaatan media Audio-Visual pada siswa kelas XI IPA 1 SMAN 10 Yogyakarta

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Peningkatan prestasi dan motivasi belajar Sejarah melalui model pembelajaran berbasis masalah dan pemanfaatan media Audio-Visual pada siswa kelas XI IPA 1 SMAN 10 Yogyakarta"

Copied!
167
0
0

Teks penuh

(1)PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. PENINGKATAN PRESTASI DAN MOTIVASI BELAJAR SEJARAH MELALUI MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DAN PEMANFAATAN MEDIA AUDIO-VISUAL PADA SISWA KELAS XI IPA 1 SMAN 10 YOGYAKARTA SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Sejarah. Disusun Oleh: Johanis M.V. Lakesubun 121314033. PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2016.

(2) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. PENINGKATAN PRESTASI DAN MOTIVASI BELAJAR SEJARAH MELALUI MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DAN PEMANFAATAN MEDIA AUDIO-VISUAL PADA SISWA KELAS XI IPA 1 SMAN 10 YOGYAKARTA SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Sejarah. Disusun Oleh: Johanis M.V. Lakesubun 121314033. PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2016. i.

(3) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. ii.

(4) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. iii.

(5) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. HALAMAN PERSEMBAHAN Skripsi ini kupersembahkan untuk keluarga (Bpk. Bruno Lakesubun (alm), Ibu Natalia Janjaan, Kakak Karolus Lakesubun, Kristina Lakesubun, dan Bapak Wenslaus Janjaan.. iv.

(6) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. HALAMAN MOTTO Barangsiapa meninggikan diri akan direndahkan, barangsiapa merendahkan diri akan ditinggihkan (Lukas 14:1.7-14). v.

(7) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. vi.

(8) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. vii.

(9) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. ABSTRAK PENINGKATAN PRESTASI DAN MOTIVASI BELAJAR SEJARAH MELALUI MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DAN PEMANFAATAN MEDIA AUDIO VISUAL PADA SISWA KELAS XI IPA 1 SMA NEGERI 10 YOGYAKARTA Johanis M.V Lakesubun Universitas Sanata Dharma 2016 Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan (1) peningkatan prestasi belajar sejarah siswa, (2) peningkatan motivasi belajar sejarah setelah penerapan model pembelajaran berbasis masalah dan pemanfaatan media audio-visual. Penelitian menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan model penelitian Targart dan Kemmis dengan tahapan perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA 1 SMAN 10 Yogyakarta yang berjumlah 30 siswa terdiri dari 12 laki-laki dan 18 perempuan. Obyek penelitian adalah pembelajaran sejarah melalui model pembelajaran berbasis masalah dan pemanfaatan media audio-visual, motivasi dan prestasi belajar siswa. Data dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner, tes prestasi, observasi, wawancara, dan dokumentasi. Untuk mengetahui peningkatan prestasi dan peningkatan motivasi dianalisis dengan menggunakan persentase. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) Adanya peningkatan prestasi belajar sejarah. Pada keadaan awal 74,83%, pada siklus I menjadi 77,66%, dan pada siklus II 92,33%. (2) Adanya peningkatan motivasi. Pada motivasi awal 70,187% kemudian meningkat menjadi 72,641%.. viii.

(10) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. ABSTRACT IMPROVED PERFORMANCE AND LEARNING HISTORY THROUGH MOTIVATION MODEL-BASED LEARNING PROBLEMS AND AUDIO VISUAL MEDIA USE IN CLASS XI IPA 1 SMA STATE 10 YOGYAKARTA. Johanis M.V Lakesubun Universitas Sanata Dharma 2016 This study aimed to describe (1) the increase of students’ achievement in learn history, (2) increas of their motivation to learn history after the application of problem based learning and the use of audio-visual media. This research used Action Research (PTK) with a research model by Targart and Kemmis with the stages of planning, action, observation, and reflection. Subjects in this study were students of class XI IPA 1 SMAN 10 Yogyakarta totaling 30 students consisting of 12 men and 18 women. Object of research were studying history through problem-based learning model and use of audio-visual media, motivation and students’ achievement. Data were collected using a questionnaire, achievement tests, observations, interviews, and documentation. To find improved performance and increased motivation the data were analyzed using percentages. The results showed that there where an (1) increast of achievement in learn history. 74.83% on the initial state, the first cycle to 77.66%, and 92.33% in the second cycle. (2) An increase in motivation, from 70,187% the initial motivation to 72.641%.. ix.

(11) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kepad Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat, berkat, dan karunia-Nya sehingga skripsi yang berjudul PENINGKATAN PRESTASI DAN MOTIVASI BELAJAR SEJARAH MELALUI MODEL PEMBELAJARAN. BERBASIS. MASALAH. DAN. PEMANFAATAN. MEDIA AUDIO VISUAL PADA SISWA KELAS XI IPA 1 SMA NEGERI 10 YOGYAKARTA ini dapat terselesaikan dengan baik. Dalam penyusunan skripsi ini telah memberikan banyak ilmu dan pengalaman bagi penulis dalam menyusun sebuah karya ilmiah. Penulis menyadari bahwa terselesaikannya skripsi ini tidak terlepas dari perhatian, bantuan, dukungan, dan masukan dari berbagai pihak, oleh karena itu penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada pihak yang telah membantu dalam penyusunan laporan ini terutama kepada: 1. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma. 2. Ketua Program Studi Pendidikan Sejarah Uneversitas Sanata Dharma yang telah memberikan kesempatan penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. 3. Drs.Y.R. Subakti, M.Pd. selaku dosen pembimbing I yang telah memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. 4. Dra. Theresia Sumini, M.Pd. selaku dosen pembimbing II yang telah memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis.. x.

(12) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 5. Drs. A Kardiyat Wiharyanto, M.M. selaku dosen pembimbing akademik yang telah membimbing, membantu dan memberikan banyak pengarahan kepada penulis selama proses studi. 6. Seluruh dosen dan sekretariat Program Studi Pendidikan Sejarah yang telah memberikan dukungan dan bantuan selama penulis menyelesaikan studi di Universitas Sanata Dharma. 7. Drs. Basuki. Selaku Kepalas Sekolah SMAN 10 Yogyakarta, yang telah memberikan waktu dan kesempatan yang berupa ijin kepada penulis untuk melaksanakan penelitian di sekolah. 8. Siswa-siswi SMAN 10 Yogyakarta khususnya kelas XI IPA 1 yang sangat membantu dalam melaksanakan kegiatan penelitian ini. 9. Keluarga saya, Bapak. Bruno Lakesubun (alm), Ibu Natalia Janjaan, kakak Karolus Lakesubun, Kristina Lakesubun, dan Bapak Wenslaus Janjaan. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih banyak halhal yang perlu diperbaiki dan dilengkapi, untuk itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat diharapkan demi kesempurnaan skripsi ini.. Yogyakarta 30 Desember 2016 Penulis. Johanis M.V Lakesubun NIM : 121314033. xi.

(13) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ................................................................................... i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ......................................... ii HALAMAN PENGESAHAN ..................................................................... iii HALAMAN PERSEMBAHAN .................................................................. iv HALAMAN MOTTO ................................................................................. v PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ...................................................... vi PERYATAAN PUBLIKASLIAN KARYA ................................................ vii ABSTRAK................................................................................................... viii ABSTRACT.................................................................................................. ix KATA PENGANTAR ................................................................................. xi DAFTAR ISI ............................................................................................... xv DAFTAR TABEL ....................................................................................... xvi DAFTAR GAMBAR ................................................................................... xvii DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... xviii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang .................................................................................. 1 B. Identifikasi Masalah .......................................................................... 7 C. Batasan Masalah................................................................................ 8 D. Rumusan Masalah ............................................................................. 8 E. Tujuan Penelitian .............................................................................. 8 F. Manfaat Penelitian............................................................................. 8. xii.

(14) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori ...................................................................................... 10 1. Pengertian Tindakan Kelas .......................................................... 10 2. Pengertian Prestasi Belajar .......................................................... 11 3. Pengertian Motivasi Belajar ......................................................... 14 4. Pengertian Belajar ....................................................................... 21 5. Pendekatan Konstruktivisme ........................................................ 23 6. Pengertian Belajar Sejarah ........................................................... 26 7. Prestasi Belajar Sejarah ............................................................... 26 8. Motivasi Belajar Sejarah .............................................................. 27 9. Model Pembelajaran Berbasis Masalah ........................................ 27 10. Pengertian Media Audio-Visual ................................................... 34 11. Materi Pokok ............................................................................... 41 B. Kerangka Berpikir ............................................................................. 45 C. Hipotesis Penelitian ........................................................................... 47 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Seting Penelitian................................................................................ 48 1. Tempat Penelitian ........................................................................ 48 2. Subyek Penelitian ........................................................................ 48 B. Ojek Penelitian .................................................................................. 48 C. Populasi dan Sampel ......................................................................... 48 D. Defenisi Operasional Variabel ........................................................... 48 1. Prestasi Belajar Sejarah ............................................................... 48 2. Motivasi Belajar Sejarah .............................................................. 49 3. Model Pembelajaran Berbasis Masalah ........................................ 49 4. Media Audio-Visual .................................................................... 49 E. Model Penelitian .............................................................................. 50 F. Metode dan Instrumen Pengumpulan Data......................................... 50 G. Validitas dan Reliabilitas Instrumen .................................................. 54. xiii.

(15) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. H. Desain Penelitian ............................................................................... 56 I. Teknik Analisis Data ......................................................................... 57 J. Prosedur Penelitian ............................................................................ 59 K. Indikator Keberhasilan ...................................................................... 62 BAB IV HASIL PENELITIAN A. Hasil Penelitian ................................................................................. 63 1. Kondisi Awal Belajar Sejarah ...................................................... 63 a. Motivasi Awal Belajar Sejarah ............................................... 63 b. Keadaan Awal Prestasi Belajar Sejarah .................................. 65 2. Siklus I ........................................................................................ 68 a. Perencanaan Tindakan ........................................................... 68 b. Pelaksanaan Penelitian Siklus I .............................................. 68 c. Observasi Tindakan ............................................................... 69 1) Partisipasi ........................................................................ 69 2) Prestasi Belajar siklus I .................................................... 70 d. Refleksi Siklus I..................................................................... 73 3. Siklus II ....................................................................................... 74 a. Perencanaan Tindakan ........................................................... 74 b. Pelaksanaan Penelitian Siklus II ............................................. 74 c. Observasi Tindakan ............................................................... 74 1) Partisipasi ....................................................................... 74 2) Prestasi Belajar ................................................................ 76 3) Motivasi Belajar ............................................................... 78 d. Refleksi Siklus II ................................................................... 81 B. Komparasi ......................................................................................... 81 1. Motivasi Belajar Sejarah Siswa.................................................... 81 2. Prestasi Belajar Sejarah Siswa ..................................................... 83 3. Partisipasi Belajar Sejarah Siswa ................................................ 84 C. Pembahasan ...................................................................................... 86. xiv.

(16) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ...................................................................................... 90 B. Saran ................................................................................................. 91 Daftar Pustaka .............................................................................................. 93 Lampiran ...................................................................................................... 96. xv.

(17) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. DAFTAR TABEL 1. Tabel 1. : Persentase PAP II .................................................................. 52. 2. Tabel 2. : Indikator Keberhasilan ........................................................... 62. 3. Tabel 3. : Data Motivasi Awal Belajar Siswa......................................... 63. 4. Tabel 4. : Frekuensi Motivasi Awal Belajar Siswa ................................. 64. 5. Tabel 5. : Data Prestasi Awal Siswa ...................................................... 66. 6. Tabel 6. : Frekuensi Prestasi Awal Belajar Siswa .................................. 67. 7. Tabel 7. : Data Partisipasi Siswa Pada Siklus 1 ...................................... 69. 8. Tabel 8. : Data Prestasi Belajar Siswa Pada Siklus 1.............................. 71. 9.. Tabel 9 : Frekusensi Prestasi Belajar Siswa Pada Siklus 1 .................... 72. 10. Tabel 10 : Data Partisipasi Siswa Pada Siklus II ..................................... 74 11. Tabel 11 : Data Prestasi Belajar Siswa Pada Siklus II ............................. 76 12. Tabel 12 : Frekuensi Prestasi Belajar Siswa Pada Siklus II .................... 77 13. Tabel 13 : Data Motivasi Akhir Belajar Siswa ........................................ 78 14. Tabel 14 : Frekuensi Motivasi Akhir Belajar Siswa ................................ 80 15. Tabel 15 : Data Motivasi Belajar Siswa .................................................. 82 16. Tabel 16 : Data Prestasi Belajar Siswa.................................................... 83 17. Tabel 17 : Data Partisipasi Belajar Siswa ............................................... 84. xvi.

(18) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. DAFTAR GAMBAR 1. Gambar 1 : Kerangka Berpikir ................................................................ 46 2. Gambar 2 : Desain Penelitian Tindakan Kelas ......................................... 57 3. Gambar 3 : Diagram Motivasi awal Belajar Siswa .................................. 65 4. Gambar 4 : Diagram Prestasi Awal Belajar siswa ................................... 67 5. Gambar 5 : Diagram Prestasi Belajar Siswa Pada Siklus I ...................... 73 6. Gambar 6 : Diagram Prestasi Belajar Siswa Pada Siklus II ...................... 78 7. Gambar 7 : Diagram Motivasi Akhir Belajar Siswa ................................. 80 8. Gambar 8 : Grafik Peningkatan Jumlah Ketuntasan Siswa ....................... 84 9. Gambar 9 : Grafik Partisipasi Siswa Siklus I dan II ................................. 85. xvii.

(19) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. DAFTAR LAMPIRAN 1. Lampiran 1 : Surat izin dari Universitas Sanata Dharma ....................... 96 2. Lampiran 2 : Silabus ........................................................................... 97 3. Lampiran 3 : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ................................. 99 4. Lampiran 4 : Kisi-kisi Kuesioner .......................................................... 108 5. Lampiran 5 : Data Reliabilitas .............................................................. 109 6. Lampiran 6 : Signifikansi ..................................................................... 115 7. Lampiran 7 : Rumus Belah dua ............................................................ 118 8. Lampiran 8 : Relibilitas Motivasi Belajar ............................................. 119 9. Lampiran 9 : Perhitungan Distribusi Frekuensi ..................................... 120 10. Lampiran 10 : Contoh Kuesioner ............................................................ 126 11. Lampiran 11 : Lembar Observasi Partisipasi Siswa ................................ 131 12. Lampiran 12 : Kisi-kisi Soal................................................................... 134 13. Lampiran 13 : Soal Ulangan Siklus 1 dan 2 ............................................ 137 14. Lampiran 14 : Kunci Jawaban ................................................................ 143 15. Lampiran 15 : Dartar Nilai ..................................................................... 144 16. Lampiran 16 : Foto-foto ......................................................................... 175. xviii.

(20) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Pendidikan adalah usaha sadar yang dilakukan oleh keluarga, masyarakat, dan pemerintah, melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan/atau latihan, yang berlangsung di sekolah dan di luar sekolah sepanjang hayat, untuk mempersiapkan peserta didik agar dapat memainkan peranan dalam berbagai lingkungan hidup secara tepat di masa yang akan datang. Pendidikan adalah pengalaman-pengalaman belajar terprogram dalam bentuk formal, non-formal, dan informal di sekolah, dan di luar sekolah, yang berlangsung seumur hidup yang bertujuan optimalisasi pertimbangan kemampuan-kemampuan individu, agar di kemudian hari dapat memainkan peranan hidup secara tepat.1 Pandangan. yang. sudah. berlangsung. lama. yang. menempatkan. pembelajaran sebagai proses transfer ilmu informasi dari guru kepada siswa semakin banyak mendapat kritikan. Penempatan guru sebagai satu-satunya sumber informasi menempatkan siswa atau peserta didik tidak sebagai individu yang dinamis, akan tetapi lebih sebagai obyek yang pasif sehingga potensi-potensi individualnya tidak dapat berkembang secara optimal. Ketidaktepatan pandangan ini juga semakin terasa jika dikaji dari pesatnya perkembangan arus informasi dan media komunikasi yang sangat memungkinkan siswa secara aktif mengakses berbagai informasi yang mereka butuhkan. Dalam keadaan ini guru hendaknya dapat memberikan dorongan dan arahan kepada siswa untuk mencari berbagai. 1. Redja Mudyahardjo, Pengantar Pendidikan, Jakarta: Grafindo Persada, 2006, hlm 3-11. 1.

(21) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 2. sumber yang dapat membantu peningkatan pengetahuan dan pemahaman mereka tentang aspek-aspek yang dipelajari. 2 Cukup lama diterima bahwa pengetahuan harus merupakan representasi (gambaran atau ungkapan) kenyataan dunia yang terlepas dari pengamat (objektivisme). Konstruktivisme adalah salah satu filsafat pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan kita adalah konstruksi (bentukan) kita sendiri. Para konstruktivisme menjelaskan bahwa satu-satunya alat/sarana yang tersedia bagi seseorang untuk mengetahui sesuatu adalah indranya. Seseorang berinteraksi dengan objek dan lingkungan dengan melihat, mendegar, menjamah, mencium, dan merasakan. Konstruktivisme menyatakan bahwa semua pengetahuan yang kita peroleh adalah konstruksi kita sendiri, maka mereka menolak kemungkinan transfer pengetahuan dari seseorang kepada yang lain bahkan secara prinsipiil. 3 Dalam kegiatan belajar-mengajar, apabila ada seseorang siswa, misalnya tidak berbuat sesuatu yang seharusnya dikerjakan, maka perlu diselidiki sebabsebabnya. Sebab-sebab itu biasanya bermacam-macam, mungkin ia tidak senang, mungkin sakit, lapar, ada masalah pribadi dan lain-lain. Hal ini berarti pada diri anak tidak terjadi perubahan energi, tidak terangsang efeksinya untuk melakukan sesuatu, karena tidak memiliki tujuan atau kebutuhan belajar. Keadaan semacam ini perlu dilakukan daya upaya yang dapat menemukan sebab-musababnya dan kemudian mendorong seseorang siswa itu mau melakukan pekerjaan yang seharusnya dilakukan, yakni belajar. Dengan kata siswa itu perlu diberikan. Anurrahman. Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Alfabeta, 2012. hlm 9. Paul Suparno. Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan. Yogyakarta : Kanisius, 1997. hlm 1820. 2 3.

(22) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 3. rangsangan agar tumbuh motivasi pada dirinya. Atau singkatnya perlu diberikan motivasi. 4 Dari dimensi siswa, masalah-masalah belajar yang muncul sebelum kegiatan belajar dapat berhubungan dengan karakteristik/ciri siswa, baik bekenan dengan minat, kecakapan, maupun pengalaman-pengalaman. Selama proses belajar, masalah belajar sering kali berkaitan dengan sikap terhadap belajar, motivasi, konsentrasi, pengolahan pesan pembelajaran, menyimpan pesan, menggali kembali pesan yang telah tersimpan, untuk hasil belajar. Sesudah belajar, masalah belajar dimungkinkan berkaitan dengan penerapan prestasi keterampilan yang sudah diperoleh melalui proses belajar sebelumnya. Sedangkan dari dimensi guru, masalah belajar dapat terjadi sebelum kegiatan belajar, selama proses belajar dan evaluasi hasil belajar. Sebelum belajar masalah belajar seringkali berkaitan dengan pengorganisasian belajar. Selama proses belajar, masalah belajar seringkali berkenan dengan bahan belajar dan sumber belajar. Sedangkan sesudah kegiatan belajar, masalah belajar yang dihadapi guru kebanyakan berkaitan dengan evaluasi hasil belajar. 5 Keberhasilan belajar siswa di samping ditentukan oleh faktor-faktor internal juga turut dipengaruhi oleh faktor-faktor eksternal yang memberikan pengaruh terhadap aktivitas dan hasil belajar yang dicapai siswa. 6 Seiring dengan perkembangan zaman proses pembelajaran saat ini membutuhkan sebuah strategi belajar mengajar yang baru serta menarik motivasi. Sardiman A.M. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: CV Rajawali. 1986. hlm 7475. 5 Ibid., hlm 177-178. 6 Ibid., hlm 187-188. 4.

(23) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 4. siswa untuk berpartisipasi dalam proses belajar. Penggunaan media pendidikan secara tepat dan bervariasi dapat mengatasi sikap pasif anak didik. Dalam hal ini media pendidikan berguna untuk: (a) menimbulkan kegairahan belajar, (b) memungkinkan interaksi yang lebih langsung antara anak didik dengan lingkungan dan kenyataan, (c) memungkinkan anak didik belajar sendiri-sendiri menurut kemampuan dan minatnya. 7 Dalam hal ini, kenbayakan orang menganggap penggunaan alat-alat audiovisual sebagai hiburan dan pemborosan waktu semata-mata. Ini disebabkan karena di dalamnya termasuk penggunaan slide dan film. Keduanya dianggap hiburan. Tidak ada alasan untuk tidak membuat pengajaran, penerangan atau penyuluhan menjadi menyenangkan. Oleh karena itu dapat ditegaskan, bahwa : Penggunaan alat-alat audio-visual bukan terutama hiburan melainkan suatu metode mengajar yang efektif. 8 Alat-alat itu hanya perkakas dit angan guru yang harus digunakan pada saat yang tepat untuk tujuan tertentu dalam suatu program pengajaran. Dengan segala daya alat-alat itu harus diusahakan untuk terpadu dalam keseluruhan program pengajaran. Untuk menjawab masalah-masalah dalam proses pembelajaran sejarah diperlukan cara atau metode yang tepat dan menarik sehingga dapat menciptakan suasana belajar yang menarik dan tentunya tidak membosankan. Dalam penelitian ini, menggunakan model pembelajaran berbasis masalah (PBM). Pembelajaran Berbasis Masalah didasarkan pada kajian seorang filsuf pendidikan John Dewey.. 7 8. Arief S. Sadiman, dkk. Media Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada. 2008, hlm 17-18. Amir Hamzah Suleiman, Media audio-visual, Jakarta : Gramedia, 1981, hlm 19.

(24) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 5. Pada dasarnya Dewey dalam David A, Jacobsen9, percaya bahwa anakanak merupakan para pembelajaran aktif secara sosial yang belajar dengan cara mengeksplorasi lingkungan mereka, Dewey juga percaya bahwa pengetahuan yang dipelajari siswa seharusnya bukan informasi lembam yang banyak terdapat di buku-buku pelajaran atau banyak disampaikan dalam ceramah-ceramah. Dalam penggunaan model pembelajaran berbasis masalah ini, peneliti mencoba memanfaatkan media audio-visual dalam usaha untuk memecahkan masalah yang ada dalam pembelajaran. Pembelajaran berbasis masalah memiliki tiga tujuan yang saling berhubungan satu sama lain. Dalam tiga tujuan tersebut adalah mengembangkan kemampuan siswa, mengembangkan pembelajaran yang self-directed (mandiri), pemerolehan penguasaan konten.10 Berdasarkan masalah-masalah yang telah dipaparkan di atas, dalam penelitian ini, peneliti berusaha untuk merubah cara pandang para siswa atau peserta didik terhadap pembelajaran sejarah dengan model Pembelajarn Berbasis Masalah (Problem Based Learning) dan pemanfaatan media audio-visual. Dengan berubahnya cara pandang siswa atau peserta didik terhadap pembelajaran sejarah diharapkan juga berpengaruh pada motivasi dan dan prestasi siswa dalam pembelajaran sejarah di kelas. Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning), merupakan salah satu model pembelajaran inovatif yang dapat memberikan kondisi belajar aktif kepada siswa. Menurut Howard, PBL adalah kurikulum dan proses pembelajaran. dalam kurikulumnya dirancang masalah-masalah yang menurut David A. Jacobsen, dkk. Metode-metode Pengajaran Meningkatkan Belajar Siswa TK-SMA. Yogyakarta : Pustaka Pelajar. 2009. hlm 242. 10 Op.cit., hlm 242-243. 9.

(25) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 6. siswa mendapatkan pengetahuan yang penting, membuat mereka mahir dalan memecahkan dan memiliki strategi belajar sendiri serta kacakapan berpartisipasi dalam tim. Menurut Ducth yang dikutip oleh Taufiq Amir 11, PBL merupakan metode instruksional yang menantang siswa agar belajar untuk belajar, bekerjasama dan kelompok untuk mencari solusi bagi masalah-masalah yang nyata. Masalah ini digunakan untuk mengaitkan rasa keingintahuan serta kemampuan analisis siswa dan inisiatif atas materi pelajaran. Dalam usaha mengatasi permasalahan yang seringkali. muncul dan membuat. proses. pembelajaran menjadi tidak kondusif. Usaha yang dilakukan agar dapat mengatasi permasalahan tersebut adalah melakukan observasi terlebih dahulu dengan cara mengamati proses pembelajaran sebelum melakukan penelitian tindakan di dalam kelas tersebut. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan peneliti di SMA Negeri 10 Yogyakarta pada kelas XI IPA 1. Permasalahan dalam proses pembelajaran sejarah di kelas XI IPA 1, diketahui motivasi dan prestasi belajar sejarah masih rendah. Terbukti saat pembelajaran sedang berlangsung, banyak siswa yang kurang aktif dalam mengikuti pembelajaran. Hal ini terlihat dari aktivitas siswa selama proses belajar mengajar, siswa banyak bercerita sendiri dengan temanya dan ada siswa yang mengerjakan tugas mata pelajaran lain sewaktu gurunya menerangkan. Berdasarkan nilai ujian sisipan terakhir yang diberikan oleh guru bidang studi sejarah pada siswa kelas XI IPA 1 dari 30 jumlah keseluruhan siswa, hanya Taufiq Amir. Inovasi Pendidikan Melalui Problem Based Learning. Jakarta: Kencana. 2010.hlm 21. 11.

(26) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 7. 19 siswa yang mencapai KKM, sedangkan siswa yang tidak mencapai KKM berjumlah 11 siswa. Hal ini menunjukan bahwa, prestasi belajar sejarah siswa cukup rendah bila dilihat dari jumlah siswa yang tidak mencapai KKM. Rendahnya prestasi siswa tersebut dikarenakan pada saat proses pembelajaran berlangsung, sebagian besar siswa tidak mendengarkan penjelasan guru di depan, siswa kurang memanfaatkan waktu yang di dalam kelas, dan mengerjakan tugas mata pelajaran lain di dalam kelas saat proses pembelajaran sejarah sedang berlangsung. Terkait dengan permasalahan tersebut maka peneliti tertarik untuk meningkatkan. prestasi dan motivasi belajar sejarah siswa melalui model. pembelajaran berbasis masalah dan media audio-visual. Untuk itu, dengan pembelajaran berbasis masalah dan pemanfaatan media audio visual pengajaran s yang hendaknya mewujudkan inti dan tujuan pembelajaran sejarah dalam proses belajar mengajar yang dibuat menarik, dan siswa tidak bosan dalam mempelajari pelajaran sejarah. Dalam usaha tersebut diharapkan dapat meningkatkan prestasi dan motivasi belajar sejarah siswa kelas XI IPA 1 SMA N 10 Yogyakarta. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah disampaikan, maka masalah yang dapat diidentifikasi adalah sebagai berikut : 1. Guru masih terlihat kurang inovatif dalam menggunakan model pembelajaran, dan selalu terpaku dengan model ceramah. 2. Guru masih terlihat kurang memanfaatkan media audio visual dalam proses pembelajaran sejarah di kelas..

(27) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 8. 3. Motivasi belajar siswa terhadap pembelajaran sejarah rendah. 4. Prestasi belajar sejarah siswa rendah. 5. Kurangnya. partisipasi. siswa. di. dalam. kelas. selama. proses. pembelajaran sejarah berlangsung. C. Batasan Masalah Dalam penelitian ini peneliti membatasi permasalahan pada, usaha peningkatan prestasi dan motivasi belajar sejarah siswa melalui model pembelajaran berbasis masalah dan pemanfaatan media audio-visual pada siswa kelas XI IPA 1 SMAN 10 Yogyakarta. D. Rumusan Masalah 1. Apakah penerapan pembelajaran berbasis masalah dan pemanfaatan media audio-visual dapat meningkatkan prestasi belajar sejarah ? 2. Apakah penerapan pembelajaran berbasis masalah dan pemanfaatan media audio visual dapat meningkatkan motivasi belajar sejarah ? E. Tujuan Penelitian Mendeskripsikan Peningkatan Prestasi dan Motivasi. Belajar sejarah. melalui model pembelajaran berbasis masalah dan pemanfaatan media audiovisual pada siswa kelas XI IPA 1 SMAN 10 Yogyakarta. F. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat: a. Bagi Sekolah Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan masukan dalam memperbaiki pemanfaatan media dalam pembelajaran yang belum optimal.

(28) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 9. dan sebagai pertimbangan dalam meningkatkan prestasi dan motivasi belajar siswa. b. Bagi Guru Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi bagi guru, dalam mengembangkan model-model dan metode pembelajaran yang kreatif guna meningkatkan kualitas pembelajaran sejarah. Selain itu diharapkan dapat memberi inspirasi baru bagi guru-guru khususnya guru mata pelajaran sejarah, agar pengajarannya menarik dan tidak membosankan. c. Bagi Siswa Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan minat dan kesadaran akan pentingnya sejarah dalam pembelajaran.Penelitian ini diharapkan dapat membuat siswa menjadi aktif dalam proses pembelajaran sejarah sehingga berpengaruh terhadap peningkatan prestasi dan motivasi belajar siswa. d. Bagi Peneliti Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bekal bagi peneliti sebagai seorang calon guru sejarah, sehingga kelak dapat menjadi seorang guru sejarah yang berkualitas dan profesional dalam meningkatkan karya pendidikan..

(29) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Pengertian Penelitian Tindakan Kelas Penelitian tindakan kelas merupakan penelitian berdaur ulang yang dilakukan guru untuk melakukan perbaikan-perbaikan terhadap proses pembelajaran. Penelitian tindakan kelas adalah suatu jenis penelitian tindakan dengan akar permasalahan yang benar-benar dihadapi oleh peserta didik (masalah kongkret didalam kelas yang dirasakan sebagian besar peserta didik, sekaligus permsalahan yang muncul secara terus-menerus di kelas ketika guru mengajar. Penelitian tindakan kelas (PTK), merupakan penelitian tindakan yang umum dilakukan guru guna memperbaiki mutu praktik pembelajaran di dalam kelas. PTK berfokus pada kelas atau pada proses pembelajaran yang terjadi didalam kelas. 12 Menurut Wina Sanjaya, penelitian tindakan kelas berkembang dari penelitian tindakan. Menurut Kemis (1998), penelitian tindakan adalah suatu bentuk penelitian reflektif dan kolektif yang dilakukan oleh peneliti dalam situasi sosial untuk meningkatkan penelaran praktik sosial mereka.13 Menurut Wijaya Kusumah dan Dedi Dwitagama, penelitian tindakan kelas (PTK) adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di kelasnya sendiri dengan cara (1) merencanakan, (2) melaksanakan, dan (3) merefleksikan. Erna Febru Aries dan Ari Dwi Haryono, Penelitian Tindakan Kelas(Teori dan Aplikasi) , Malang : Aditya Media Publishing : 2012 hlm 1-2. 13 Wina Sanjaya, Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta : Kencana : 2011 hlm 24. 12. 10.

(30) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 11. tindakan secara kolaboratif dan partisipatif dengan tujuan memperbaiki kinerja sebagai guru, sehingga hasil belajar siswa dapat meningkat. 14 2. Pengertian Prestasi Belajar Menurut Winkel, prestasi belajar merupakan bukti keberhasilan yang telah dicapai oleh seseorang, maka prestasi belajar merupakan hasil maksimun yang dicapai oleh seseorang. setelah melaksanakan usaha-usaha belajar.. Sedangkan menurut Arif Gunarso, prestasi belajar adalah usaha maksimal yang dicapai oleh seseorang setelah melaksanakan usaha-usaha belajar. Prestasi belajar berasal dari kata “prestasi” dan “belajar”. Prestasi yang memiliki makna yang berarti hasil yang sudah dicapai. Sedangkan belajar adalah usaha untuk memperoleh kepandaian atau ilmu. Jadi arti dari prestasi belajar adalah penguasaan dan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran. Hasil dari mata pelajaran ini ditunjukkan dengan nilai atau angka oleh guru kepada siswanya sebagai bentuk penghargaan atas apa yang telah dikerjakan oleh siswanya. 15 Adapun faktorfaktor yang mempengaruhi prestasi belajar antara lain: 1) Faktor Intern Faktor intern adalah faktor yang timbul dari dalam diri individu itu sendiri. Adapun yang dapat digolongkan dalam faktor intern sebagai berikut:. Wijaya Kusumah dan Dedi Dwitagama, Mengenal Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta : PT Indeks, 2010 hlm 9. 15 Depdikbud. Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research). Jakarta: Direktorat Jederal Penddidikan Dasar dan Menengah. Direktorat Pendidikan Menegah Umum. 1999. Hlm, 787. 14.

(31) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 12. a) Kecerdasan Kecerdasan adalah kemampuan belajar disertai kecakapan untuk menyesuaikan diri dengan keadaan. yang. dihadapinya.. Tingkat. intelegensi yang tinggi akan lebih berhasil daripada yang mempunyai tingkat. intelegensi. yang. rendah. 16. Kecerdasan. atau. intelegensi. merupakan faktor yang penting seorang anak dalam usaha belajar. b) Bakat Bakat adalah kemampuan tertentu yang telah dimiliki seseorang sebagai kecakapan pembawaan. Bakat dalam hal ini lebih dekat pengertiannya dengan kata aptitude. yang. berarti kecakapan,. yaitu. mengenai. kesanggupan-kesanggupan tertentu.17 c) Minat Minat adalah kecenderunngan yang tetap untuk memperlihatkan dan mengenai. beberapa. kegiatan.. Kegiatan. yang. dimiliki. seseorang. diperhatikan terus menerus yang disertai dengan rasa sayang. Minat adalah kecenderungan yang menetap dalam subjek untuk merasa tertarik pada bidang atau hal tertentu dan merasa senang berkecimpung dalam bidang itu.18 Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk diperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan, kegiatan yang diminati seseorang, diperhatikan terus yang disertai dengan rasa sayang. 19. Minat sangat. berpengaruh terhadap belajar siswa. Slameto, Pengertian Belajar, Jakarta: Rieka Cipta, 1995. Hlm, 56. Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, Bandung: Remaja Rosda Karya, 1986, hlm. 28. 18 Ibid., hlm, 24. 19 Ibid.,hlm. 57. 16 17.

(32) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 13. d) Motivasi Motivasi merupakan hal yang terpenting yang mendorong seseorang untuk belajar. 2) Faktor Ekstern Faktor ekstern adalah faktor-faktor yang dapat mempengaruhi prestasi belajar yang sifatnya di luar diri siswa. Faktor ektern yang dapat mempengaruhi balajar adalah keadaan keluarga, keadaan sekolah, dan lingkungan masyarakat.20 Ketiga faktor ekstern tersebut, dapat diuraikan secara rinci sebagai berikut: a) Keadaan keluarga Keluarga merupakan lingkungan terkecil dalam masyarakat tempat seseorang dilahirkan dan dibesarkan. Sebagaimana yang dijelaskan oleh Slameto, bahwa keluarga adalah lembaga pendidikan pertama dan utama. Keluarga yang sehat besar artinya untuk pendidikan kecil, tetapi bersifat menentukan dalam ukuran besar yaitu pendidikan bangsa, negara dan dunia. Jadi, keluarga sangat berpengaruh terhadap prestasi belajar seseorang. b) Keadaan sekolah Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal pertama yang sangat penting dalam menentukan keberhasilan belajar siswa. Oleh karena itu, lingkungan sekolah yang baik dapat mendorong untuk belajar yang lebih giat.. 20. Ibid, hlm. 60..

(33) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 14. c) Lingkungan masyarakat Lingkungan masyarakat sangat mempengaruhi terhadap keberhasilan siswa dalam prestasi belajar, karena lingkungan juga mempengaruhi perkembangan anak didik. 3. Pengertian Motivasi Belajar Menurut Kompri, motivasi adalah dorongan yang timbul pada diri seseorang secara sadar atau tidak sadar untuk melakukan suatu tindakan dengan tujuan tertentu. Atau usaha-uasaha yang dapat menyebabkan seseorang atau kelompok. orang tertentu tergerak melakukan sesuatu karena ingin. mencapai tujuan yang dikehendakinya atau mendapat kepasaan dengan perbuatannya. 21 Menurut Hamzam B. Uno, motivasi berasal dari kata motif yang dapat diartikan sebagai kekuatan yang terdapat dalam diri individu, yang menyebabkan individu tersebut bertindak atau berbuat sesuatu. Motif tidak dapat diamati secara langsung, tetapi dapat diinterprestasikan dalam tingkah lakunya, berupa rangsangan, dorongan, atau pembangkit tenaga muncul suatu tingkah laku tertentu.22 Motivasi dapat diartikan sebagai kekuatan (energi) seseorang yang dapat. menimbulkan. tingkat. persintensi. dan. antusiasmenya. dalam. melaksanakan suatu kegiatan, baik yang bersumber dari dalam diri individu itu sendiri (motivasi intrinsik) maupun dari luar individu (motivasi ekstrinsik). Seberapa kuat motivasi yang dimiliki individu akan banyak menentukan Kompri, Motivasi Pembelajaran (perspektif guru dan siswa), Bandung : Remaja Rosdakarya, 2015, hlm 1-4. 22 Hamzah B. Uno, Teori Motivasi dan Pengukurannya, Jakarta: PT Bumi Aksara, 2007, hlm 3. 21.

(34) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 15. kualitas perilaku yang ditampilkanya, baik dalam konteks belajar, bekerja maupun dalam kehidupan lainnya. Kajian tentang motivasi telah sejak lama memiliki daya tarik tersendiri bagi kalangan pendidikan, manajer, dan peneliti, terutama dikaitkan dengan kepentingan upaya mencapai kinerja (prestasi) seseorang. 23 Motivasi adalah proses yang menjelaskan intesitas, arah dan ketekunan seorang individu untuk mencapai tujuannya. Tiga elemen utama dalam defenisi ini adalah intensitas, arah, dan ketekunan. Motivasi adalah alasan yang mendasari sebuah perbuatan yang dilakukan oleh seseorang individu. Seseorang dikatakan memiliki motivasi tinggi dapat diartikan orang tersebut memiliki alasan yang sangat kuat untuk mencapai apa yang diinginkannya dengan mengerjakan pekerjaannya yang sekarang. Berbeda dengan motivasi dalam pengertian yang berkembang di masyarakat yang seringkali disamakan dengan semangat, seperti contoh dalam percakapan “ saya ingin anak saya memiliki motivasi yang tinggi”. Statemen ini bisa diartikan orang tua tersebut menginginkan anaknya memiliki semangat belajar yang tinggi. Maka, perlu dipahami bahwa ada perbedaan penggunaan istilah motivasi di masyarakat. Ada yang mengartikan motivasi sebagai sebuah alasan, dan ada juga yang mengartikan motivasi sama dengan semangat.24 Menurut Sardiman A.M, kata “motif” diartikan sebagai daya upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Motif dapat dikatakan sebagai daya penggera di dalam subjek itu melakukan aktivitas-aktivitas 23 24. Ibid., hlm 3. Op.cit., hlm 3-4..

(35) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 16. tertentu demi mencapai suatu tujuan. Bahkan motif dapat diartikan sebagai suatu kondisi intern (kesiapsiagaan). Berawal dari kata “motif” itu, maka motivasi dapat diartikan sebagai daya penggerak yang telah menjadi aktif. Motif menjadi aktif pada saat-saat tertentu, terutama bila kebutuhan untuk mencapai tujuan sangat dirasakan/mendesak. 25 Menurut Dimyati dan Mudjiono pada diri siswa terdapat kekuatan mental yang menjadi penggerak belajar. Kekuatan penggerak tersebut berasal dari berbagai sumber. Siswa belajar karena didorong oleh kekuatan mentalnya. Kekuatan mental itu berupa keinginan, perhatian, kemauan, atau cita-cita. Kekuatan mental tersebut dapat tergolong rendah atau tinggi. Ada ahli psikologi pendidikan yang menyebut kekuatan mental yang mendorong terjadinya belajar tersebut sebagai motivasi belajar. Motivasi dipandang sebagai dorongan mental yang menggerahkan dan mengerahkan perilaku keinginan yang mengakftikan, menggerakan, menyalurkan, dan mengarahkan sikap dan perilaku individu belajar. Dalam hal ini motivasi dapat dilihat dalam beberapa aspeknya.26 a). Jenis Motivasi Motivasi primer adalah motivasi yang. didasarkan pada motif-. motif dasar. Motif-motif dasar tersebut pada umumnya berasal dari segi bilologis atau jasmani manusia. Manusia adalah makluk yang berjasmani sehingga perilakunya terpengaruh oleh insting atau kebutuhan jasmaninya. Freud berpendapat bahwa insting memiliki 25 26. Sardiman A.M. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar,Jakarta: Rajawali, 1986, hlm 73 Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, Jakarta : 2006, hlm 80-101.

(36) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 17. empat ciri, yaitu tekanan, sasaran, objek, dan sumber. Tekanan adalah kekuatan yang memotivasi individu untuk bertingkah laku. Semakin besar energi dalam insting, maka tekanan terhadap individu semakin besar. Sasaran insting adalah kepuasaan atau kesenangan. Motivasi sekunder, adalah motivasi yang dipelajari. Hal ini berbeda dengan motivasi primer. Sebagai ilustrasi, orang yang lapar akan tertarik terhadap makanan tanpa belajar. Untuk memperoleh makanan tersebut orang harus bekerja terlebih dahulu. Agar dapat bekerja dengan baik, orang harus belajar bekerja. “bekerja dengan baik” merupakan motivasi sekunder. Motivasi sosial adalah motivasi sekunder memegang peranan penting bagi kehidupan manusia. Para ahli membagi motivasi sekunder tersebut menurut pandangan yang berbeda.. Thomas dan Znaniecki. mengolong-golongkan motivasi sekunder menjadi keinginan-keinginan (i) memperoleh pengalaman baru (ii) untuk mendapat respon, (iii) memperoleh pengakuan, dan (iv) memperoleh rasa aman. Mc Cleland mengolongkan menjadi kebutuhan-kebutuhan untuk (i) berprestasi, seperti bekerja dengan kualitas produksi yang tinggi, dan memperoleh IPK 3,50 ke atas, (ii) memperoleh kasi sayang seperti rela berkorban untuk sesama, dan (iii) memperoleh kekuasaan, seperti kesetian pada tujuan perkumpulan..

(37) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 18. b) Sifat Motivasi Motivasi seseorang dapat bersumber dari (i) dalam diri sendiri, dikenal sebagai motivasi internal, dan (ii) dari luar seseorang yang dikenal dengan motivasi eksternal. Di samping itu kita bisa membedakan motivasi intrinsik yang dikarenakan orang tersebut senang melakukannya. Sebagai ilustrasi seorang siswa membaca sebuah buku, karena ia ingin mengetahui kisah seorang tokoh, bukan karena tugas sekolah. Motivasi memang mendorong terus, dan memberi energi pada tingkah laku. Setelah siswa tersebut menamatkan sebuah buku maka ia mencari buku lain untuk memahami tokoh yang lain. Motivasi ekstrinsik adalah dorongan terhadap perilaku seseorang yang ada di luar perubahan yang dilakukannya. Orang berbuat sesuatu, karena dorongan dari luar seperti adanya hadiah dan menghindari hukuman. Motivasi ekstrinsik banyak dilakukan di sekolah dan di masyarakat. Hadia dan hukuman sering diugunakan untuk meningkatkan kegiatan belajar. Jika siswa belajar dengan hasil yang memuaskan maka ia akan memperoleh hadiah dari guru atau orang tua. Sebaiknya jika hasil belajar tidak baik, memperoleh nilai kurang, maka ia akan memperoleh “peringatan atau hukuman” dari guru atau orang tua. Motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik dapat dijadikan titik pangkal rekayasa pendagogis guru. Sebaiknya guru mengenal adanya.

(38) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 19. motivasi-motivasi tersebut. Untuk mengenal motivasi yang sebenarnya, guru perlu melakukan penelitian. c) Faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi belajar. Motivasi belajar merupakan segi kejiwaan yang mengalami perkembangan, artinya terpengaruh oleh kondisi fisiologis dan kematangan psikologis siswa. Beberapa unsur yagng mempengaruhi motivasi belajar.27 a. Cita-cita atau aspirasi siswa Keberhasilan mencapai keinginan tersebut menumbuhkan kemauan bergiat, bahkan di kemudian hari menimbulkan cita-cita dalam kehidupan.. Timbulnya. cita-cita. juga. bersamaan. dengan. perkembangan kepribadian.28 b. Kemampuan siswa Secara. ringkas. dapat. dikatakan. bahwa. kemampuan akan. memperkuat motivasi anak untuk melaksanakan tugas-tugas perkembangan. 29 c. Kondisi siswa Kondisi siswa yang meliputi kondisi jasmani dan rohani mempengaruhi motivasi belajar. 30. Ibid., hlm 231. Op.cit., hlm 231. 29 Op.cit. Hlm 231. 30 Ibid., hlm 232. 27 28.

(39) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 20. d. Kondisi lingkungan siswa Lingkungan siswa dapat berupah keadaan alam, lingkungan tempat tinggal, pergaulan sebaya, dan kehidupan kemasyarakatan. e. Unsur-unsur Dinamis dalam Belajar dan Pembelajaran. Siswa memiliki perasaan, perhatian, kemauan, ingatan, dan pikiran yang mengalami perubahan berkat pengalaman hidup. Pengalamn dengan teman sebayanya akan berpengaruh terhadap motivasi belajar. f. Upaya guru dalam membelajarkan siswa Guru adalah seorang pendidik profesional. Ia bergaul setiap hari denga puluhan atau ratusan siswa. Interaksi efektif pegaulannya sekitar lima jam sehari. d) Landasan Motivasi Menurut Kompri, berbicara tentang motivasi atau lebih tepat tentang. perilaku. yang. dimotivasi. (motivated. behavior). maka. mempersoalkan perilaku sebagai sesuatu hal yang memiliki tiga macam ciri khusus. Pertama: perilaku yang dimotivasi berkelanjutan, maksudnya ia tetap ada untuk jangka waktu yang relatif lama. Kedua: perilaku yang dimotivasi diarahkan ke arah pencapaian sesuatu tujuan, dan ketiga: ia merupakan perilaku yang muncul karena adanya sesuatu kebutuhan yang dirasakan. Ciri yang ketiga yakni adanya sesutu kebutuhan yang dirasakan mengintroduksi sebuah konsep yang memerlukan keterangan lebih lanjut. Orang telah. menggunakan.

(40) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 21. macam-macam istilah untuk melukiskan kekuatan yang memotivasi dari perilaku manusia. Beberapa istilah tersebut adalah kebutuhan, aspirasi, keinginan.31 e) Fungsi Motivasi dalam Belajar Begitu juga dalam belajar sangat diperlukan adanya motivasi. “Motivation is an essential condition of learning”. Hasil belajar akan menjadi optimal, kalau ada motivasi. Makin tepat motivasi yang diberikan, akan makin berhasil pula pelajaran itu. Jadi motivasi akan senantiasa menentukan intensitas usaha belajar bagi para siswa. 32 4. Pengertian Belajar Menurut Syaiful Bahri Djamarah, belajar adalah satu kata yang sudah sangat akrab dengan semua lapisan masyarakat. Bagi pelajar atau mahasiswa kata “belajar” merupakan kata yang tidak asing. Bahkan sudah merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari semua kegiatan mereka dalam menuntut ilmu di lembaga pendidikan formal. Kegiatan belajar mereka lakukan setiap waktu sesuai dengan keinginan. Entah malam hari, siang hari, sore hari, atau pagi hari. 33 Belajar adalah key term, ‘istilah kunci’ yang paling vital dalam setiap usaha pendidikan sehingga tanpa belajar sesungguhnya tak pernah ada pendidikan karena demikian pentingnya arti belajar, maka bagian terbesar upaya riset dan eksperimen psikologi belajar pun diarahkan pada tercapainya pemahaman yang lebih luas dan mendalam megenai proses perubahan Ibid., hlm 6-7. Ibid., hlm 84. 33 Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, Jakarta : Rineka Cipta, 2011, hlm 12-13. 31 32.

(41) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 22. manusia itu. Belajar yaitu setiap perubahan yag relatif menetap dalam tinggkah laku yang terjadi sebagai hasil dari latihan dan pengalaman. Atau belajar adalah perubahan kepribadian, kepandaian/suatu pengertian.34 Menurut Suyono dan Hariyanto, belajar adalah suatu aktivitas atau suatu proses untuk memperoleh pengetahuan, meningkatkan keterampilan, memperbaiki perilaku, sikap, dan mengokohkan kepribadian. 35 Menurut Winkel belajar merupakan suatu proses psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif subyek dengan lingkungannya dan yang menghasilkan. perubahan-perubahan. dalam. pengetahuan,. pemahaman,. keterampilan, nilai-sikap, yang bersifat konstan atau menetap. Perubahanperubahan itu dapat berupa sesuatu yang baru yang segera nampak dalam perilaku nyata atau yang masih tersembunyi. Mungkin juga perubahan hanya berupa penyempurnaan terhadap hal yang sudah pernah dipelajari. 36 Oemar Hamalik berpendapat bahwa, belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman. Menurut pengertian ini, belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih luas daripada itu, yakni mengalami. Hasil belajar bukan suatu hasil latihan melainkan pengubahan kelakuan. 37 Dari beberapa pendapat para ahli tentang pengertian belajar yang dikemukakan di atas dapat dipahami bahwa belajar adalah suatu kegiatan Noer Rohmah, Psikologi Pendidikan, Yogyakarta : Teras: 2012, hlm 171-172. Suyono dan Hariyanto, Belajar dan Pembelajaran (teori dan konsep dasar), Bandung : Rosda Karya : 2011 hlm 9. 36 W. S. Winkel, Psikologi Pengajaran, Jakarta :Gramedia, 1989, hlm 34-37 37 Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, Jakarta : 2001, hlm 27. 34 35.

(42) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 23. yang dilakukan dengan melibatkan dua unsur, yaitu jiwa dan raga. Belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif, dan psikomotorik. 5. Pendekatan Konstruktivisme Menurut kaum konstruktivisme, belajar merupakan proses aktif pelajar mengkosntruksi arti entah teks, dialog, pengalaman fisis, dan lain-lain. Belajar juga merupakan proses mengasimilasikan dan menghubungkan pengalaman atau bahan yang dipelajari dengan pengertian yang sudah dipunyai seseorang sehingga pengertianya dikembangkan. Proses tersebut antara lain bercirikan sebagai berikut. 1. Belajar berarti membentuk makna. Makna diciptakan oleh siswa dari apa yang merekan lihat, dengar, rasakan, dan alami. 2. Konstruksi arti itu adalah proses yang terus-menerus. Setiap kali berhadapan dengan fenomena atau persoalan yang baru, diadakan rekonstruksi, baik secara kuat maupun lemah. 3. Belajar bukanlah kegiatan mengumpulkan fakta, melainkan lebih suatu pengembangan pemikiran dengan membuat pengertian yang baru. Belajar. bukanlah. hasil. perkembangan,. melainkan. merupakan. perkembangan itu sendiri. 4. Proses belajar itu sebenarnya terjadi pada waktu skema seseorang dalam keraguan yang merangsang pemikiran lebih lanjut..

(43) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 24. 5. Hasil belajar dipengaruhi oleh pengalaman dengan dunia fisik dan lingkungannya. 6. Hasil belajar seseorang tergantung pada apa yang telah diketahui si pelajar. Konsep-konsep, tujuan, dan motivasi yang mempengaruhi interaksi dengan bahan yang dipelajari. 38 Bagi kaum konstruktivis, belajar adalah suatu proses organik untuk menemukan sesuatu, bukan suatu proses mekanik untuk mengumpulkan fakta. Belajar itu suatu perkembangan pemikiran dengan membuat hipotesis, mengetes hipotesis, memanipulasi objek, memecahkan persoalan, mencari jawaban,. menggambarkan,. meneliti,. berdialog,. mengadakan refleksi,. mengungkapkan pertanyaan, mengekspresikan gagasan, dan lain-lain untuk membentuk konstruksi yang baru.39 Konstruktivisme adalah sebuah filosofi pembelajaran yang dilandasi premis bahwa dengan merefleksikan pengalaman, kita membangun, mengkonstruksi pengetahuan, pemahaman kita tentang dunia tempat kita hidup. Setiap kita akan menciptakan hukum dan model mental kita sendiri, yang kita pergunakan untuk menafsirkan dan menerjemahkan pengalaman. Belajar dengan demikian, semata-mata sebagai suatu proses pengaturan model mental seseorang untuk mengakomodasi pengalaman-pengalaman baru.40 Teori Piaget berlandaskan bahwa perkembangan anak bermakna membangun struktur kognitifnya atau peta mentalnya yang diistilahkan Ibid, hlm 61. Ibid, hlm 62. 40 Ibid, hlm 105. 38 39.

(44) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 25. ‘‘schema/skhema’’ atau konsep jejaring untuk memahami dan menanggapi pengalaman fisik dalam lingkungan di sekelilingnya. Konsep sekema sendiri sebenarnya sudah banyak dikembangkan oleh para ahli liguistik, psikologi, kognitif, dan psikolinguistik yang digunakan untuk menjelaskan dan memahami adanya interaksi antar sejumlah faktor kunci yang berpengaruh terhadap proses pemahaman. 41 Prinsip-prinsip konstruktivisme ini telah banyak digunakan dalam pendidikan sains dan matematika. Secara umum prinsip-prinsip itu berperan sebagai referensi dan alat refleksi kritis terhadap praktek, pembaruan, dan perencanaan. pendidikan.. Prinsip-prinsip. yang. sering. konstruktivisme antara lain: (1) pengetahuan dibangun. diambil. dari. secara aktif, (2). tekanan dalam proses belajar terletak pada siswa, (3) mengajar adalah membantu siswa belajar, (4) tekanan dalam proses bukan hasil akhir, (5) kurikulum menekankan partisipasi siswa dan, (6) guru adalah fasislitator. Dalam hal ini juga dapat dilihat bahwa penggunaan konstruktivisme sebagai referensi untuk menyusun metode mengajar yang lebih menekankan pada keaktifan siswa baik dalam belajar sendiri maupun bersama dalam kelompok. Sebagai alat refleksi, konstruktivisme dapat digunakan untuk meneliti mengapa siswa tertentu dapat belajar lebih baik dalam konteks dengan teman dan mengapa siswa tertentu salah tangkap terhadap yang ia pelajari. 42. 41 42. Ibid, hlm 107. Ibid, hlm 73-74..

(45) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 26. 6. Pembelajaran Sejarah Belajar merupakan usaha sadar yang dilakukan individu untuk memenuhi kebutuhannya. Peserta didik yang belajar akan menghasilkan perubahan-perubahan dalam dirinya, baik itu kognitif, afektif, dan psikomotorik.43 Istilah “sejarah” berasal dari bahasa Arab, yakni “syajarahtun” (dibaca “syajarah”), yang memiliki arti “pohon kayu”. Pengertian pohon kayu di sini menunjukan adanya suatu kejadian, perkembangan atau pertumbuhan tentang sesuatu hal atau peristiwa dalam suatu kesinambungan. Pada umumnya orang menggunkan istilah “sejarah” untuk menunjukan pada cerita sejarah, pengetahuan sejarah, gambaran sejarah, yang kesemuanya itu mengartikan sejarah dalam “subjektif”. 44 Pengertian sejarah yang dipahami sekarang ini dari bahasa Inggris, yakni history yang bersumber dari bahasa Yunani kuno historica diartikan sebagai teladan mengenai gejala-gejala dalam urutan kronologis.45 7. Prestasi Belajar Sejarah Menurut Winkel, prestasi belajar merupakan bukti keberhasilan yang telah dicapai oleh seseorang. Menurut Drs. M. Uzer Usman, belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku atau kecakapan manusia. Sejarah adalah jumlah perubahan-perubahan, kejadian-kejadian dan peristiwa-peristiwa. E. Mulyasa, Iplementasi Kurikulum 2004 : Panduan Pembelajaran KBK, Bandung : Remaja Rosda Karya, 2006, hlm 189. 44 Mohamad Ali, Ilmu dan Aplikasi Pendidikan Bagian 3 Pendidikan Disiplin Ilmu, Bandung : Bhakti Utama, 2007, hlm 341-343. 45 Dadang Supardan, Pengantar Ilmu Sosial Sebuah Kajian Pendekatan Struktural, Bandung : Bumi Aksara, 2007, hlm 287. 43.

(46) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 27. dalam kenyataan sekitar kita. Jadi dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar sejarah adalah keberhasilan yang telah dicapai seseorang dengan mempelajari peristiwa-peristiwa masa lalu. 8. Motivasi Belajar Sejarah Motivasi dipandang sebagai dorongan mental yang menggerahkan dan mengerahkan. perilaku. keinginan. yang. mengaktifkan,. menggerakan,. menyalurkan, dan mengarahkan sikap dan perilaku individu belajar. 46 Belajar merupakan serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif, dan psikomotorik.47 Jadi dapat disimpulkan bahwa motivasi belajar sejarah adalah keberhasilan dari dorongan yang telah muncul untuk mempelajari peristiwaperistiwa atau kejadian pada masa lampau. 9. Model Pembelajaran Berbasis Masalah Dari beberapa pendapata para ahli pada intinya belajar merupakan suatu proses untuk mencapai suatu tujuan yaitu perubahan ke arah yang lebih baik. Perubahan tersebut adalah perubahan pengetahuan, pemahaman, keterampilan dan sikap yang bersifat menetap. Tujuan utama dalam menerapkan pembelajaran berbasis masalah adalah penguasaan issi belajar dari disiplin hereustik dan pengembangan keterampilan pemecahan masalah. 48. Ibid., hlm 80. Ibid., hlm 13. 48 Rusman. Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru, Jakarta: Rajawali Pers, 2011, hlm 236. 46 47.

(47) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 28. Ada beberapa cara menerapkan PBL dalam pembelajaran. Secara umum penerapan model ini dimulai dengan adanya pemecahan masalah yang harus dipecahkan oleh peserta didik. Masalah tersebut dapat berasal dari peserta didik atau dari pendidik. Peserta didik akan memusatkan pembelajaran di sekitar masalah tersebut, dengan arti lain, peserta didik belajar teori dan metode ilmiah agar dapat memecahkan masalah yang menjadi pusat perhatiannya. Pemecahan masalah dalam PBL harus sesuai dengan langkahlangkah metode ilmiah. Dengan demikian peserta didik belajar memecahkan masalah secara sistematis dan terencana. Pembelajaran berbasis masalah adalah sebuah cara memanfaatkan masalah untuk menimbulkan motivasi belajar. Pembelajaran berbasis masalah merupakan suatu rangkaian kegiatan belajar yang diharapkan dapat memberdayakan siswa untuk menjadi seseorang individu yang mandiri dan mampu menghadapi setiap permasalahan dalam hidupnya dikemudian hari. Pada model pembelajaran berdasarkan masalah kelompok-kelompok kecil siswa bekerjasama memecahkan suatu masalah yang disepakati oleh siswa dan guru.49 Pembelajaran Berbasis Masalah selain memiliki cara tersendiri untuk menimbulkan motivasi pada diri siswa, juga memiliki ciri-ciri dalam pembelajarn sebagai berikut; pembelajaran dimulai dengan pemberian ‘masalah’, biasanya ‘masalah’ memiliki konteks dengan dunia nyata, peserta didik secara berkelompk aktif merumuskan masalah dan mengidentifikasi Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif, Jakarta: Prenada Media Group, 2009, hlm 92. 49.

(48) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 29. kesenjangan pengetahuan mereka, mempelajari dan mencari sendiri materi terkait dengan ‘masalah’, dan melaporkan solusi dari ‘masalah’. Sementara pendidik lebih banyak memfasilitasi. 50 Pembelajaran berbasis masalah berfokus pada penyajian suatu permasalahan (nyata atau stimulasi) kepada siswa, kemudian siswa diminta mencari pemecahannya melalui serangkaian penelitian dan investigasi berdasarkan teori, konsep, prinsip yang dipelajarinya dari berbagai bidang ilmu.51 Karakteristik pembelajaran berbasis masalah adalah sebagai berikut: 1) Permasalahan menjadi starting point dalam belajar. 2) Permasalahan yang diangkat adalah permasalahan yang ada di dunia nyata yang tidak tersetruktur. 3) Permasalahan membutuhkan perspektif ganda. 4) Permsalahan menantang pengetahuan yang dimiliki oleh siswa, sikap dan kompetensi yang kemudian membutuhkan identifikasi kebutuhan belajar dan bidang baru dalam belajar. 5) Belajar pengarahan diri menjadi hal utama. 6) Pemanfaatan sumber pengetahuan yang beragam penggunaannya dan evaluasi sumber informasi merupakan proses yang esensial dalam PBM.. Taufiq Amir, Inovasi Pendidikan Melalui Problem Based Learning, Jakarta: Prenada Media Group, 2009, hlm, 12. 51 Eveline Siregar. Teori Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: Ghalia Indonesia. hlm 119. 50.

(49) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 30. 7) Belajar adalah kolaboratif, komunikasi, dan kooperatif. 8) Pengembangan keterampilan inquiri dan pemecahan masalah sama pentingnya dengan penguasaan isi pengetahuan untuk mencari solusi dari sebuah permasalahan. 9) Keterbukaan proses dalam PBM (Pembelajaran Berbasis Masalah) meliputi sintesis dan integrasi dari sebuah proses belajar. 10) Pembelajaran berbasis masalah melibatkan evaluasi dan review pengalaman siswa dan proses belajar. 52 Pembelajaran berbasis masalah terdiri dari 7 langkah yaitu: 53 1) Mengklarifikasi istilah dan konsep yang belum jelas Memastikan setiap anggota memahami berbagai istilah dan konsep yang ada dalam masalah. 2) Merumuskan masalah Fenomena. yang ada dalam masalah menuntut. penjelasan. hubungan-hubungan apa yang terjadi diantara fenomena itu. Kadan-kadang. ada. hubungan. yang. belum. nyata. antara. fenomenanya, atau ada yang sub-sub masalah yang harus diperjelas dahulu. 3) Menganalisis masalah Anggota mengeluarkan pengetahuan terkait apa yang sudah dimiliki anggota tentang masalah. Terjadi diskusi yang membahas. Rusman. Model-model Pembelajaran (mengembangkan profesionalisme guru). Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. 2010. Hlm 232-233. 53 Ibid., hlm. 232. 52.

(50) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 31. informasi faktual (yang tercantum pada masalah), dan juga informasi yang ada di dalam pikiran anggota. Brainstorming (curah gagasan). dilakukan. dalam. tahap. ini.. Anggota. kelompok. mendapatkan kesempatan melatih bagaimana mejelaskan, melihat alternatif atau hipotesis yang terkait dengan masalah. 4) Menata gagasan dan secara sistematis, serta menganalisisnya. Bagian yang sudah dianalisis dilihat dari keterkaitannya satu sama lain dikelompokkan: mana yang saling menunjang dan mana yang bertentangan dan sebagainya. Analisis adalah upaya memilahmilah sesuatu menjadi bagian yang membentuknya. 5) Memformulasikan tujuan pembelajaran Kelompok dapat. merumuskna tujuan pembelajaran karena. kelompok sudah tahu pengetahuan mana yang masih kurang dan mana yang masih belum jelas. Tujuan pembelajaran akan dikaitikan dengan menganalisis masalah yang dibuat. 6) Mencari informasi tambahan dari sumber yang lain (di luar diskusi kelompok) Saat ini kelompok sudah tahu informasi apa yang tidak dimiliki dan sudah punya tujuan pembelajaran. Kini saatnya mereka mencari informasi tambahan itu dan menentukan dimana hendak mencarinya. Mereka harus mengatur jadwal, menentukan sumber informasi. Setiap anggota harus mampu belajar sendiri dengan efektif untuk tahapan ini agar mendapatkan informasi yang relevan.

(51) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 32. seperti menentukan kata kunci dalam pemilihan, memperkirakan topik, penulis, publikasi, dan sumber pembelajaran. 7) Mensintesa (menggabungkan) dan menguji informasi baru dan membuat laporan untuk kelas. Berdasarkan laporan-laporan individu atau sub kelompok yang dipresentasikan dihadapan kelompok. lain,. kelompok. akan. mendapatkan informasi-informasi baru. Anggota yang mendengar laporan haruslah kristis tentang laporan yang disajikan (laporan diketik dan diserahkan ke setiap anggota). Kadang-kadang laporan yang dibuat menghasilkan pertanyaan-pertanyaan baru yang harus disikapi oleh kelompok untuk mendiskusikan. Dalam tahap ini, keterampilan. yang. dibutuhkan. adalah. meringkas. dan. mendiskusikan. Persepsi pengalaman pembelajaran berbasis masalah sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Huang yang dikutip dalam W. Sanjaya yaitu berupa persepsi positif dan persepsi negatif yang ditunjukkan sebagai berikut: 1) Persepsi positif pembelajaran berbasis masalah a) Responden merasa luas ketika ide-ide mereka diterima oleh anggota-anggota kelas b) Pembelajaran Berbasis Masalah lebih interaktif dari gaya belajar yang lain. c) Pembelajaran Berbasis Masalah memenuhi kebutuhan siswa dalam belajar. 2) Persepsi negatif Pembelajaran Berbasis Masalah a) Pengetahuan yang didapatkan siswa tidak akurat b) Siswa tidak tentu memahami bahan pelajaran dan tidak tentu tentang apa yang dikerjakan terhadap masalah..

(52) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 33. c) Banyak waktu kelas yang sia-sia dan dirasakan oleh beberapa guru tidak fokus. d) Beban kerja menjadi lebih berat dan menimbulkan usaha ekstra untuk memenuhinya. Sedangkan presepsi Pembelajaran menurut Sanjaya yaitu berupa keunggulan dan kelemahan yang ditunjukan sebagai berikut54: 1) Keunggulan Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learnig) sebagai berikut: a) Pemecahan masalah (problem solving) merupakan teknik yang cukup bagus untuk lebih memahami isi pelajaran. b) Menantang kemampuan siswa serta memberikan kepuasan untuk menemukan pengetahuan baru bagi siswa. c) Meningkatkan motivasi dan aktifitas pembelajaran siswa. d) Membantu siswa untuk mengembangkan pengetahuan barunya dan bertanggung jawab dalam pembelajaran yang mereka lakukan. selain itu juga pemecahan masalah juga dapat mendorong untuk melakukan evaluasi sendiri baik terhadap hasil maupun proses belajarnya. e) Melalui pemecahan masalah bisa memperlihatkan kepada siswa bahwa setiap mata pelajaran pada dasarnya merupakan cara berifikir, dan sesuatu yang harus dimengerti oleh siswa, bukan hanya sekedar belajar dari guru atau dari buku-buku saja. f) Mengembagnkan kemampuan siswa untuk berfikir kritis dan mengembangkan kemampuan mereka menyesuaikan dengan pengetahuan baru. g) Pemecahan masalah dapat mengembangkan kemampuan berfikir kritis siswa dan mengembangkan kemampuan mereka untuk menyesuaikan dengan pengetahuan baru. h) Memberikan kesempatan pada siswa untuk mengaplikasikan pengetahuan yang mereka miliki dalam dunia nyata. i) Mengembangkan minat siswa untuk secara terus menerus belajar sekalipun belajar pada pendidikan formal telah berkahir. j) Memudahkan siswa dalam menguasai konsep-konsep yang dipelajari guna memcahkan masalah dunia nyata. 2) Kelemahan Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem-Based Learning). W. Sanjaya, Strategi Pembelajran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, Jakarta: Kencana, Pedana Media Group, hlm 220-221. 54.

(53) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 34. Disamping keunggulan yang dimiliki Pembelajaran Berbasis Masalah, tentunya Pembelajaran Berbasis Masalah sebagai sebuah strategi pembelajaran juga memiliki kelemahan diantaranya: a) Masalah siswa tidak memiliki minat atau kepercayaan, maka mereka akan enggan untuk mencoba. b) Keberhasilan strategi pembelajaran melalui problem solving membutuhkan cukup waktu untuk persiapan. c) Tanpa. pemahaman. mengapa. mereka. berusaha. untuk. memecahkan masalah yang sedang dipelajari, maka mereka tidak akan belajar apa yang mereka ingin pelajari. 55 10. Pengertian Media Audio-Visual a. Media Apabila dilihat dari etimologi “kata media berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk jamak dari kata “medium” yang secara harafiah berati perantara atau pengatar, maksudnya sebagai perantara atau alat menyampaikan sesuatu”. Media adalah sebuah alat yang berfungsi dan dapat digunakan untuk menyampaikan pesan pembelajaran. Pembelajaran adalah proses komunikasi antara pembelajaran, pengajar, dan bahan ajar. Maka dapat dikatakan bahwa, bentuk komunikasi tidak akan berjalan tanpa bantuan sarana untuk menyampaikan pesan. Bentuk-bentuk stimulus dapat dipergunakan sbagai media, diantaranya adalah hubungan atau interaksi manusia, realitas, gambar bergerak atau tidak, tulisan dan suara. 55. Ibid., hlm 218-219..

(54) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 35. yang direkam. Dengan kelima bentuk stimulus ini, akan membantu pembelajar mempelajari bahan ajaran. Atau dapat disimpulkan bahwa bentuk-bentuk stimulus dapat dipergunakan sebagai media adalah suara, lihat, dan gerakan.56 Azhar Arsyad berpendapat bahwa, media berasal dari bahasa latin medius yang secara harafiah berarti tengah, ‘perantara’ atau ‘pengantar’. Dalam bahasa Arab, media adalah perantara atau pengatar pesan dari pengirim kepada penerima pesan. 57 b. Media Pembelajaran Kata media berasal dari bahasa latin, yang merupakan bentuk jamak dari kata medium, yang berarti sesuatu yang terletak di tengah (antara dua pihak atau kutub) atau suatu alat. Oleh karena itu media pembelajaran dapat diartikan sebagai suatu yang mengantarkan pesan pembelajaran antara pemberi pesan kepada penerima pesan. 58 Konsep media pembelajaran mempunyai dua segi yang satu sama lain saling menunjang, yaitu perangkat keras (hardware) dan materi atau bahan yang disebut perangkat lunak (software). 59 1. Ciri-ciri Media Pembelajaran. Pada dasarnya fungsi utama media pembelajaran adalah sebagai sumber belajar. Fungsi-fungsi yang lain merupakan hasil pertimbangan pada kajian ciri-ciri umum yang dimilikinya, bahasa Hujair AH Sanaky, Media Pembelajaran Interaktif-Inovatif, Yogyakarta : Kaukaba Dipantara, 2013, hlm 3. 57 Azhar Arsyad, Media Pembelajaran, Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2010, hlm 3. 58 Sri Anitah, Media Pembelajaran, Surakarta : Yuma Pustaka, 2010, hlm 4. 59 Ibid, hlm 6. 56.

(55) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 36. yang dipakai menyampaikan pesan dan dampak atau efek yang ditimbulkannya. Ciri-ciri (karakteristik) umum media yang dimaksud adalah kemampuan merekam, menyimpan, melestarikan, merekonstruksi, dan mentransportasikan suatu peristiwa atau obyek. Kemudian yang dipakai menyampaikan pesan adalah bahasa verbal dan bahasa nonverbal. Terakhir adalah tentang efek yang ditimbulkannya, bentuk kongkrit dari efek ini adalah terjadinya perubahan tingkah laku dan sikap siswa sebagai akibat interaksi antara dia dengan pesan; baik perubahan itu secara individu maupun secara kelompok.60 2. Tujuan Media Pembelajaran. Untuk tujuan informasi, media pembelajaran dapat digunakan dalam rangka penyajian informasi di hadapan siswa. Isi dan bentuk penyajian bersifat amat umum, berfungsi sebagai pengantar, ringkasan laporan, atau pengetahuan latar belakang. Penyajian dapat pula berbentuk hiburan, drama, atau teknik motivasi. Media berfungsi untuk tujuan instruksi dimana informasi yang terdapat dalam media itu harus melibatkan siswa baik dalam benak atau mental maupun dalam bentuk aktivitas yang nyata sehingga pembelajaran dapat terjadi. 61. Yudhi Munadi, Media Pembelajaran (sebuah pendekatan baru), Jakarta : Referensi, 2013, hlm 36. 61 Ibid, hlm 24-25. 60.

(56) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 37. 3. Maanfaat Media Pembelajaran. Berbagai manfaat media pembelajaran seperti, penyampaian pelajaran menjadi lebih baku. Setiap pelajar yang melihat atau mendengar penyajian melalui media menerima pesan yang sama. Meskipun para guru menafsirkan isi pelajaran dengan cara yang berbeda-beda, dengan penggunaan media ragam hasil tafsiran itu dapat dikurangi sehingga informasi yang sama dapat disampaikan kepada siswa sebagai landasan untuk pengkajian, latihan, dan aplikasi lebih lanjut.62 Arief S. Sadiman, membagi pemanfaatan media pembelajaran pada dua pola, yakni pemanfaatan media dalam situasi belajarmengajar di dala kelas atau ruang (seperti auditorium) dan pemanfaatan media di luar kelas. Dalam konteksnya pemaanfaatan media di dalam kelas, kehadiranya dimaksudkan untuk menunjang tercapainya tujuan tertentu. Pemanfaatan media secara kontrol, yakni media itu digunakan dalam suatu rangkaian kegiatan yang diatur secara sistematik untuk mencapai tujuan tertentu, seperti pemanfaatannya di dalam kelas dan pada program pendidikan jarak jauh. 63 c. Media Audio Pembahasan tentang proses komunikasi pembelajaran dengan menggunakan media audio 62 63. Ibid, hlm 25. Ibid. hlm 208-209.. tidak. lepas dari pembahasan aspek.

(57) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 38. pendengaran itu sendiri. Pendengaran adalah alat untuk mendengarkan. Sebelum Johannes Gutenberg menemukan mesin cetak pada tahun 1440an, kebanyakan informasi disampaikan dari generasi ke generasi secara lisan. Epos, mitos, dan dongeng dalam semua kebudayaan kuno disampaikan melalui tradisi lisan. 64 Karakteristik media pembelajaan yang menjadi pembahasan kita kali ini adalah karakteristik berdasarkan kemampuan media dalam membangkitkan rangsangan indera pendengaran. Ciri utama dari media ini adalah pesan yang disalurkan melalui audio dituangkan dalam lambanglambang auditif, baik verbal (bahasa lisan/kata-kata) maupun nonverbal (bunyi-bunyian dan vokalisasi, seperti geruntuan, guman, musik, dll). 65 d. Media Visual Media visual adalah media yang melibatkan indera penglihatan. Terdapat dua jenis pesan yang dimuat dalam media visual, yakni pesan verbal dan nonverbal. Pesan verbal visual terdiri atas kata-kata (bahasa verbal) dalam bentuk tulisan; dan pesan nonverbal-visual adalah pesan yang dituangkan ke dalam simbol-simbol nonverbal-visual. Posisi simbolsimbol nonverbal-visual yakni sebagai pengganti bahasa verbal, maka ia bisa disebut sebagai bahasa visual. Bahasa visual inilah yang kemudian menjadi software-nya media visual. 66 Media berbasis visual (image atau perumpamaan) memegang peran yang sangat penting dalam proses belajar. Media visual dapat Ibid,hlm 58. Ibid, hlm 64. 66 Ibid, hlm 81. 64 65.

(58) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 39. memperlancar pemahaman. (misalnya melalui elaborasi struktur dan. organisasi) dan memperkuat ingatan. Visual dapat pula menimbulkan minat siswa dan dapat memberikan hubungan antara isi materi pelajaran dengan dunia nyata.67 e. Media Audio-visual Media visual yang menggabungkan penggunaan suara memerlukan pekerjaan tambahan untuk memproduksinya. Salah satu perkerjaan penting yang diperlukan dalam media audio-visual adalah penulisan naskah dan storyboard yang memerlukan persiapan yang banyak, rancangan, dan penelitian. Narasi ini merupakan penuntun bagi tim produksi untuk memikirkan bagaimana video menggambarkan atau visualisasi materi pelajaran. Pada awal pelajaran media harus mempertunjukan sesuatu yang dapat menarik perhatian semua siswa.68 Media audio-visual dalam kegunaannya dapat dilihat sebagai berikut yakni, media yang dilengkapi dengan fungsi peralatan suara dan gambar dalam satu unit, dinamakan media audio-visual murni. Seperti film (movie) , LCD, dan video.69 Dalam pembelajaran dimasa sekarang ini, pemanfaatan video dalam proses pembelajaran hendaknya memperhatikan hal-hal berikut: 1. Program video harus dipilih agar sesuai dengan tujuan pembelajaran.. Ibid, hlm 89. Ibid, hlm 94. 69 Ibid, hlm 113. 67 68.

Gambar

Gambar 1 : Kerangka Berpikir Pembelajaran Sejarah  Penggunaan Media AudioVisual  - Proses  pembelajaran  - Aktivitas guru dan peserta didik
Tabel 1 :Persentase PAP II
Gambar 2 : Desain Penelitian Tindakan Kelas Model Targat dan Kemmis.
Tabel 3 : Data Motivasi Awal Belajar  Sejarah Siswa
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian ini menemukan bahwa terdapat perbedaan keterampilan menulis yang signifikan antara siswa yang mengikuti pembelajaran dengan pendekatan saintifik

Jika dibahas lebih dalam, pendekatan yang dikemukakan bisa diterapkan pada novel ini karena Constructionist Approach membangun makna serta pembentukan makna yang

INDAH KARTIKASARI S P Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) SMP MUHAMMADIYAH PURWOREJO 3 TIK/KKPI 18 - 29 OKTOBER 2017 TAMAN EDEN 1 HTL..

Dalam teori diagnosa yang keperawatan yang dapat diambil pada pasien dengan kanker usus adalah Nyeri kronik berhubungan dengan agens cedera biologis, ketidakseimbangan

Menurut Kemenkes RI (2014), klasifikasi hipertensi dibedakan menjadi sebagai berikut. Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibedakan menjadi hipertensi primer dan sekunder.

Sesuai dengan data penelitian epidemiologis yang menunjukan bahwa 5% dari jumlah penyakit yang dilaporkan di Inggris dan Wales, 10% di New South Wales dan 20% di

masing ing sed sediaa iaan n diu diukur kur bio bioava availa ilabil bilitas itasny nya. "er "erban bandin dingan gan bio bioava availa ilabil bilitas itas ini

Pada Gambar 3 diatas dapat dilihat bahwa pengaruh kombinasi antara top soil dan kompos terhadap pertumbuhan tinggi semai jabon memiliki kecenderungan semakin meningkat